Perbandingan Kondisi Terumbu Karang Selama Tiga Tahun Terakhir pada Perairan Taka Malang dan Tanjung Gelam Kep. Karimunjawa

dokumen-dokumen yang mirip
KERUSAKAN TERUMBU KARANG KARIMUNJAWA AKIBAT AKTIVITAS TRANSPORTASI BATUBARA

I. PENDAHULUAN. yang tinggi dan memiliki ekosistem terumbu karang beserta hewan-hewan laut

BAHARI TERHADAP KOMUNITAS LAMUN DI KEPULAUAN KARIMUN JAWA

BAB I PENDAHULUAN. II/1999 seluas ha yang meliputi ,30 ha kawasan perairan dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar dengan jumlah pulaunya yang

EKOSISTEM LAUT TROPIS (INTERAKSI ANTAR EKOSISTEM LAUT TROPIS ) ANI RAHMAWATI JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN UNTIRTA

BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki luas wilayah lebih dari 7,2 juta km 2 yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

DAFTAR ISI DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN... 3 A Latar Belakang... 3 B Tujuan... 3 C Hasil yang Diharapkan... 4

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Wilayah pesisir dan lautan Indonesia terkenal dengan kekayaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Estradivari et al. 2009).

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kurang dari pulau dengan luasan km 2 yang terletak antara daratan Asia

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang dua per tiga luasnya ditutupi oleh laut

memiliki kemampuan untuk berpindah tempat secara cepat (motil), sehingga pelecypoda sangat mudah untuk ditangkap (Mason, 1993).

Tutupan Terumbu Karang dan Kelimpahan Ikan Terumbu di Pulau Nyamuk, Karimunjawa

INTENSITAS DAMPAK LINGKUNGAN DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA (Studi Kasus Pulau Karimunjawa, Taman Nasional Karimunjawa)

BAB I PENDAHULUAN. positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013).

EKOSISTEM LAUT DANGKAL EKOSISTEM LAUT DANGKAL

Modul 1 : Ruang Lingkup dan Perkembangan Ekologi Laut Modul 2 : Lautan sebagai Habitat Organisme Laut Modul 3 : Faktor Fisika dan Kimia Lautan

Keterkaitan Antara Sistem Zonasi dengan Dinamika Status Ekosistem Terumbu Karang di Taman Nasional Wakatobi

BAB I PENDAHULUAN km dan ekosistem terumbu karang seluas kurang lebih km 2 (Moosa et al


I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KONDISI TERUMBU KARANG PADA LOKASI WISATA SNORKELING DI KEPULAUAN KARIMUNJAWA, JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. ekosistem lamun, ekosistem mangrove, serta ekosistem terumbu karang. Diantara

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia berada tepat di pusat segi tiga karang (Coral Triangle) suatu

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

METODE SURVEI TERUMBU KARANG INDONESIA Oleh OFRI JOHAN, M.Si. *

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya yang sangat tinggi. Nybakken (1988), menyatakan bahwa kawasan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk kedalam negara kepulauan yang memiliki garis

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (Mega Biodiversity). Hal ini

Kondisi Terumbu Karang di Perairan Pulau Beras Basah Kotamadya Bontang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terumbu Karang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

REHABILITASI TERUMBU KARANG TELUK AMBON SEBAGAI UPAYA UNTUK MEREDUKSI EMISI CARBON CO

BAB I PENDAHULUAN. yang mencapai pulau dengan panjang pantai sekitar km 2 dan luas

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia yang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. terumbu karang untuk berkembangbiak dan hidup. Secara geografis terletak pada garis

Penentuan batas antar komunitas tidak mudah Zona transisi dengan lingkungan tertentu Proses perubahan secara gradual struktur komunitas disebut

LAPORAN REEF CHECK DI PERAIRAN KRUENG RAYA DAN UJONG PANCU ACEH BESAR DI SUSUN OLEH

REPORT MONITORING SEAGRASS PADA KAWASAN TAMAN NASIONAL WAKATOBI KABUPATEN WAKATOBI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang kaya. Hal ini sesuai dengan sebutan Indonesia sebagai negara kepulauan

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PELUANG BISNIS PARIWISATA DI KARIMUNJAWA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/KEPMEN-KP/2014 TENTANG

STATUS PEMUTIHAN KARANG DI KARANGASEM BALI DAN GILI MATRA NTB

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai organisasi internasional antara lain PBB, Bank Dunia dan World

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 14 TAHUN 2006

Sebuah Temuan Awal dari XPDC Alor Flotim Penulis: Amkieltiela Marine Science and Knowledge Management Officer, WWF-Indonesia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang didominasi oleh perairan,

VI. KESESUAIAN LAHAN DAN DAYA DUKUNG FISIK KAWASAN WISATA BAHARI

GUBERNUR SULAWESI BARAT

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati membuat laut Indonesia dijuluki Marine Mega-

TINJAUAN PUSTAKA. Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah sumberdaya hayati, sumberdaya nonhayati;

Mengenal Teluk Tomini

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kontribusi yang besar dalam penyediaan pangan bagi masyarakat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KAJIAN PROSPEK DAN ARAHAN PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA KEPULAUAN KARIMUNJAWA DALAM PERSPEKTIF KONSERVASI TUGAS AKHIR (TKP 481)

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah pulau yang sangat banyak. Secara astronomis, Indonesia terletak

JURNAL KELIMPAHAN DAN POLA PENYEBARAN BULU BABI (ECHINOIDEA) DI EKOSISTEM TERUMBU KARANG PANTAI PASIR PUTIH, SITUBONDO

KONDISI TERUMBU KARANG DI PULAU-PULAU KECIL KABUPATEN SARMI, PROVINSI PAPUA. Laporan Penelitian Kerjasama UNIPA & Pemerintah Kabupaten Sarmi

BAB I PENDAHULUAN. dari buah pulau (28 pulau besar dan pulau kecil) dengan

STATUS EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI NUSA TENGGARA BARAT

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

G.2.7. Wilayah Takad Saru. G.2.8. Wilayah Kotal. Fluktuasi anomali dan persentase karang di Takad Saru StatSoft-7 1,4 42,10 1,2 39,43 1,0 36,75 0,8

BAB I PENDAHULUAN. Holothuroidea merupakan salah satu kelompok hewan yang berduri atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kawasan Pesisir dan Pantai

TAMAN REKREASI DAN COTTAGE DI PULAU KARIMUNJAWA

Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

APLIKASI CONTINGENT CHOICE MODELLING (CCM) DALAM VALUASI EKONOMI TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FAZRI PUTRANTOMO

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PELUANG BISNIS PARIWISATA DI KARIMUNJAWA

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang dan Masalah yang dikaji (Statement of the Problem) I.1.1. Latar belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

F 2 04 Perbandingan Kondisi Terumbu Karang Selama Tiga Tahun Terakhir pada Perairan Taka Malang dan Tanjung Gelam Kep. Karimunjawa Sukron Alfi R.*, M. Danie Al Malik *Marine Diving Club, Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro E-mail: sukron_182@ymail.com Abstrak Kepulauan Karimunjawa merupakan gugusan pulau yang memiliki keanekaragaman biota laut yang tinggi khususnya pada ekosistem terumbu karang. Perairan taka malang termasuk perairan yang termasuk zona inti yaitu bagian taman nasional yang mempunyai kondisi alam baik biota dan fisiknya masih asli dan tidak atau diganggu oleh manusia serta mutlak dilindungi sedangkan perairan tanjung gelam merupakan zona pemanfaatan wisata bahari yang letak dan kondisi serta potensi alamnya dimanfaatkan untuk kepentingan kegiatan parawisata alam dan jasa lingkungan. Reef Check merupakan protokol monitoring kesehatan terumbu karang yang mengambil indikator substrat,indikator ikan, dan indikator invertebrata serta dampak untuk menentukan kesehatan terumbu karang. Penelitian ini dilakukan untuk pemantauan dengan metode Reef Check selama tiga tahun terakhir dengan membandingkan antara zona inti yang mengambil perairan Taka malang dan zona pemanfaatan parawisata yang mengambil perairan Tanjung gelam di kepulauan Karimunjawa. Hasil dari monitoring yang dilakukan adalah terjadinya fluktuasi di kedalaman 3m pada perairan taka malang dari tahun 2013-2015 masing-masing sebesar (46,8%), (66,8), (58,1%) sedangkan pada perairan Tanjung Gelam kedalaman 3m terjadinya penurunan dari 2013-2015 sebesar (66,8%), (55,6%), (38,1%) Tutupan karang keras pada kedalaman 10m naik setiap tahun dengan nilai (41,8%), (63,1%), (64,3%) pada Perairan Taka Malang dan (38,7%), (43,1%), (54,3%) pada Perairan Tanjung Gelam. Perlunya pengelolahan dan pengawasan terhadap zona inti dan zona pemanfaatan parawisata diperlukan agar kondisi terumbu karang tetap terjaga dengan baik. Kata Kunci : Karimunjawa, Taka Malang, Tanjung Gelam, Reef Check. PENDAHULUAN Kepulauan Karimunjawa merupakan gugusan pulau yang memiliki keanekaragaman biota laut yang tingg, khususnya pada ekosistem terumbu karang. Kepulauan ini terletak kurang lebih 45 mil laut dari utara Jepara dengan luas wilayah sekitar 111.625 Ha yang mencakup 27 pulau pulau kecil (Yusuf, 2013). Memiliki lima tipe ekosistem yaitu terumbu karang, padang lamun dan rumput laut, hutan mangrove, hutan pantai, serta hutan hujan tropis dataran rendah. Terumbu karang merupakan rumah bagi beraneka ragam kehidupan yang mengagumkan. Terumbu karang adalah sebuah hewan karang (invertebrata) atau polip yang tumbuh dan membentuk koloni (Dean, A & Keleine, 2011). Terumbu karang mempunyai berbagai fungsi yang antara lain sebagai tempat tinggal, tempat mencari makan, tempat berpijah, dan daerah asuhan biota-biota laut (Suharsono, 2008). 628

Karimunjawa merupakan daerah pengelolahan taman nasional yang dibentuk berdasarkan zonasi, sebagai contoh daerah Perairan Taka Malang merupakan Zona Inti yang mempunyai luas 444,629 ha serta kondisi biota dan fisiknya masih asli yang berfungsi sebagai daerah perlindungan keterwakilan keanekaragaman hayati, Sedangkan perairan Tanjung gelam merupakan zona pemanfaatan parawisatawan yang mempunyai luas daerah sebesar 1.226,525 ha (BTNKJ,2006) BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan oktober 2013, 2014, dan 2015 dengan menggunakan protokol Reef Check sebagai menentukan keadaan ekosistem terumbu karang. Pada protokol Reef Check untuk menentukan keadaan ekosistem terumbu karang dilakukan 3 metode pengambilan data yaitu metode substrat dasar, metode ikan indikator, dan metode invertebrata serta dampak kerusakan terumbu karang seperti pemutihan, penyakit, dan penyebab kerusakan lainnya (Reef Check, 2006). Gambar 1. Peta Daerah Pemantauan dengan Protokol Reef Check Penelitian ini dilaksanakan di Perairan Taka malang, dan perairan Tanjung gelam sebagai keterwakilan zona inti dan zona pamanfaatan parawisata. Tujuan penelitian ini untuk melihat perbandingan tiga tahun terakhir dari keadaan ekosistem terumbu karang di zona berbeda yaitu zona inti dan zona pemanfaatan parawisata di daerah kep.karimunjawa. Zona inti merupakan bagian taman nasional yang kondisi biota dan fisiknya tidak atau belum diganggu oleh manusia serta mutlak dilindungi yang berfungsi untuk perlindungan keterwakilan keanekaragaman hayati dan ekosistemnya sedangkan zona pemanfaatan 629

parawisata merupakan bagian taman nasional yang letak, kondisi dan potensi alamnya dimanfaatkan untuk kepentingan parawisata alam dan jasa lingkungan (BTNKJ, 2012). HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 2. Presentase Tutupan Terumbu Karang kedalaman 3m Taka Malang Gambar 3. Presentase Tutupan Terumbu Karang Kedalaman 3m Tanjung Gelam Perbandingan tutupan terumbu karang pada zona inti dengan zona pariwisata adalah terjadinya fluktuasi persen tutupan karang keras (HC) pada perairan Taka Malang di kedalaman 3m dengan nilai (46,8%), (66,8), (58,1%) sedangkan pada perairan tanjung gelam terjadinya penurunan dari 2013-2015 sebesar (66,8%), (55,6%), (38,1%). Kondisi tutupan karang keras pada perairan Taka Malang mengalami Fluktuasi dari Sedang ke Baik (51%- 75%) lalu kembali ke sedang (26%-50%) sedangkan kondisi tutupan karang keras pada Perairan Tanjung Gelam Mengalami Penurunan dari Baik menuju Sedang. Tutupan Pecahan Karang (RB) yang terdapat pada Taka Malang mengalami Fluktuasi dan Peingkatan pada 630

Perairan Tanjung Gelam, hal ini berbanding terbalik dengan persen tutupan karang keras pada kedua site tersebut. Gambar 4. Kelimpahan Ikan kedalaman 3m Taka Malang Gambar 5. Kelimpahan Ikan Kedalaman 3m Tanjung Gelam Dari grafik diatas bisa di bandingkan dengan grafik Tutupan Pecahan Karang (Gambar 1&2) bahwa kelimpahan Ikan Parrotfish (Scaridae) sebanding pada kedua perairan tersebut selama 3 tahun. Dimana banyak pecahan karang banyak pula ikan kaktua yang hidup pada daerah tersebut, hal ini mungkin disebabkan karena sifat Ikan Kakatua yang pemakan alga bentik dan alga karang, ikan jenis ini juga ditemukan pada daerah karang yang memiliki pecahan karang (Setiawan, 2010). Kelimpahan Ikan kakatua tertinggi pada site ditemukan pada tahun 2015 di Taka Malang dan Tanjung gelam dengan masing-masing sebesar 4,75 ind/transek. 631

Gambar 6. Rata-rata Kelimpahan Invertebrata kedalaman 3m Taka Malang Gambar 7. Rata-rata Kelimpahan Invertebrata kedalaman 10m Tanjung Gelam Kelimpahan Bulu babi (Diadema sp) tertinggi pada site Taka Malang Kedalaman 3m pada tahun 2014 sebanyak 60,25 ind/transek ditemukan. Melimpahnya Bulu Babi pada suatu perairan menandakan bahwa perairan tersebut kaya akan nutrien yang akan berdampak kurang baik bagi pertumbuhan dan kesehatan terumbu karang. Bulu babi memegang penting bagi biologi dan ekologi ekosistem terumbu karang (Lawrence, 1975). Gambar 8. Presentase Tutupan Terumbu Karang Kedalaman 10m Taka Malang 632

Gambar 9. Presentase Tutupan Terumbu Karang Kedalaman 10m Tanjung Gelam Tutupan karang keras pada kedalaman 10m naik setiap tahun dengan nilai (41,8%), (63,1%), (64,3%) pada Taka Malang dan (38,7%), (43,1%), (54,3%) pada Tanjung Gelam. Hal ini bisa ditarik kesimpulan bahwa 3 tahun terakhir mengalami kenaikan persen tutupan karang keras di dua site tersebut, berbeda dengan Tanjug Gelam kedalaman 3m (lihat gambar 2). Hal ini bisa disebabkan karena Tanjung Gelam Zona Pariwisata yang mungkin banyak kegiatan pariwisata yang kurang bijak dilakukan pada perairan dangkal (1-5m) sehingga menyebabkan penurunan tutupan karang keras pada kedalaman 3m. Gambar 10. Rata-rata Kelimpahan Ikan kedalaman 10m Taka Malang 633

Gambar 11. Rata-rata Kelimpahan Ikan kedalaman 10m Tanjung Gelam Tidak ada perbedaan yang signifikan antara Zona Inti dan Pariwisata kedalaman 10m, Kelimpahan ikan tertinggi pada kedua site yakni Butterflyfish sebesar 6 ind/transek. Butterflyfish sendiri hidup pada daerah karang dimana mereka memakan alga bentik, crutacea dan coralivor (pemakan polip karang). Gambar 12. Rata-rata Kelimpahan Invertebrata kedalaman 10m Taka Malang Gambar 13. Rata-rata Kelimpahan Invertebrata kedalaman 10m Tanjung Gelam 634

Kelimpahan tertinggi invertebrata adalah bulu babi sebanyak 20,75 ind/transek. Perbedaan besar kelimpahan dengan kedalaman 3m disebabkan semakin bertambahnya kedalaman semakin sedikitnya nutrien oelh sebab itu organisme yang bergantung akan nutrien pada perairan semakin sedikit pada kedalaman 10m. KESIMPULAN Perbedaan tutupan karang keras Perairan Taka Malang (Zona Inti) dan Perairan Tanjung Gelam (Zona Pariwisata) pada kedalaman 3m masing-masing Fluktuatif dan Menurun sedangkan pada kedalaman 10m kedua Zona menunjukan peningkatan tutupan karang keras. Banyak faktor yang mempengaruhi keadaan tersebut sehingga diperlukanya kajian lebih dalam lagi mengenai hal studi ini. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis menyampaikan terima kasih kepada Balai Taman Nasional Karimunjawa (BTNKJ) yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian ini, dan kepada seluruh anggota Marine Diving Club (MDC) yang telah melakukan kegiatan Reef Check Karimunjawa selama tiga tahun terakhir ini dan mendukung sehingga penelitian ini terpenuhi. DAFTAR PUSTAKA BTNKJ. 2012. Ringkasan Eksekutif Zonasi Taman Nasional Karimnujawa Tahun 2012. Balai Taman Nasional Karimunjawa. Semarang Lawrence, J.M. 1975. On the Relationship between Marine Plant and Sea Urchin. Oceanography Marine Biology Ann. Rev. 13: 213-286. Reef Check. 2006. Instruction Manual: A Guide to Reef Check Coral Reef Monitoring. USA: Reef Check Foundation. Setiawan, Fakhrizal. 2010. Panduan Lapangan Identifikasi Ikan Karang dan Invertebrata Laut. Wildlife Conservation Society. Manado, Indonesia. Dean, A., Kleine. 2011. Coral Reef anf Climate Change. Workbook Australia: The University of Queensland Suharsono. 2008. Jenis-jenis Karang di Indonesia. Jakarta: LIPI Press 635