B. Kontemplasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2013, hlm. 728) kontemplasi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. 1 Kucing (Sumber : Dokumentasi Penulis)

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN. kebenaran, hal ini terkait sekali dengan realitas.

III. Kerajinan dari Daur Ulang A. Produk Kerajinan dari Kertas Daur Ulang Banyak hal yang dapat diciptakan dari kertas seni (handmade paper).

BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN KARYA

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

Jobsheet Membuat Kerajinan Dari Limbah Organik (individu) : Membuat Kerajinan dari Limbah Organik

BAB III METODE PENCIPTAAN

BAB III METODOLOGI PENCIPTAAN. Dari definisi tentang proses penciptaan kreativitas terdapat tahapantahapan

BAB III METODE PENCIPTAAN

Bagan 3.1 Proses Berkarya Penulis

BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN

BAB III METODE PENCIPTAAN

BAB III METODE PENCIPTAAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB III METODE PEMBUATAN PATUNG GAJAH IDE. Eksplorasi

BAB III METODE PENCIPTAAN

BAB III PROSES PEMBENTUKAN

BAB III METODOLOGI PEMBUATAN PATUNG KAYU

BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii. UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vii

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik

SOAL PENILAIAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2017/2018. Mata Pelajaran : Prakarya dan KWU Kompetensi Keahlian : AP/TB/MM/KK/UPW

BAB III METODE PENCIPTAAN

Pada pembuatan produk kriya kulit kertas karton digunakan pada pembuatan

BAB III METODE PENCIPTAAN

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

BAB III METODOLOGI PENCIPTAAN

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN IDE. Kajian Sumber Pustaka (Buku Dwi Tunggal Pendiri Darma Ayu Nagari) Studi Sketsa. Proses Berkarya.

BAB III METODE PENCIPTAAN

BAB III METODE PENCIPTAAN

BAB III METODE PENCIPTAAN

BAB V MENJAHIT UNTUK ANAK USIA DINI. bahan menjadi satu. Banyak teknik menjahit yang digunakan untuk

BAB III PROSES BERKREASI BATIK GEOMETRIS. Banyak teknik yang digunakan para seniman untuk menunjang pembuatan

b. Karya seni rupa tiga dimensi atau trimatra, contoh; patung, monumen, mebel. rumah, pesawat, sepatu, sandal, tas, dll.

BAB III METODE PENCIPTAAN

BAB I PENDAHULUAN. berpikir kreatif dan inovatif dalam berkarya seni patung baik dari segi teknik dan

Medium, Bahan, dan Teknik Berkarya Seni Rupa 2 Dimensi

Pengembangan Keterampilan Motorik Halus melalui Menjahit Untuk Anak Usia Dini *

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

BAB III. METODE PENCIPTAAN

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN


BAB III METODE PENCIPTAAN


TEMPAT CD KULIT SEBAGAI BENDA FUNGSI EKSKLUSIF

2015 ABSTRAK SUPREMATISME SEBAGAI GAGASAN BERKARYA SENI PATUNG DENGAN MEDIA KAYU

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

BAB III METODE PENCIPTAAN

III.METODOLOGI PENELITIAN. 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di

PENERAPAN ORNAMEN PADA PRODUK AKSESORIS KULIT. Abstrak

BAB III METODE DAN PROSES PERANCANGAN

BAB III PROSES PENCIPTAAN

BAB II. METODE PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN

Pot Bunga dari Botol Plastik Bekas

MAKALAH LUBANG DAN GUNDUKAN TANAH OLEH : MARIA GABRIELA B. RENA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

BAB. III PROSES PENCIPTAAN. kriya tekstil berupa kain panjang, dalam hal ini data data yang dijadikan acuan

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KUMIHIMO

BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN

BAB XIII PENGECATAN A.

BAB IV. KONSEP PERANCANGAN

- Rakel dengan lebar sesuai kebutuhan. - Penggaris pendek atau busur mika untuk meratakan emulsi afdruk;

BAB III DATA DAN ANALISIS PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK

BAB I PENDAHULUAN. B. Tujuan Tujuan kami menulis makalah ini ialah untuk menginformasikan lebih dalam mengenai karya seni rupa dua dimensi.

dari permainan egrang. Seperti yang kita ketahui permainan egrang kini sudah sangat

BAB III METODE PENCIPTAAN

BUNGA KERING DARI KULIT JAGUNG Menyulap Limbah Menjadi Hiasan Bernilai

III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA. A. Implementasi Teoritis


VISUALISASI RASA SAKIT BERDASARKAN PENGALAMAN PRIBADI DALAM PENCIPTAAN KARYA KRIYA KULIT

BAB III METODE PENCIPTAAN

Gambar 1 : Tempat Tidur Bayi Dari Kayu

SENI RUPA 2 DIMENSI DAN 3 DIMENSI

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik

LAMPIRAN SOP Setting Mesin 2. SOP Langkah Kerja 3. SOP Pemeriksaan 4. Flowchart Prosedur Usulan di Lantai Produksi

Pengamatan Medium Pengafdrukan METODE PENCIPTAAN. terhadap tumbuhan paku sejati (Pteropsida) ini sehingga menghasilkan pemikiran.

DAFTAR PUSTAKA. Literatur

BAB III BURUNG HANTU SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS. A. Implementasi Teori

MATERI PEMBUATAN CENDERAMATA BERBAHAN NATURAL Oleh: Sugiyem,S.Pd.

BAB VII MENEMPEL UNTUK ANAK USIA DINI. Menempel merupakan salah satu kegiatan yang dapat dilakukan untuk

PEMBUATAN PETI/PALKA BERINSULASI

V. ULASAN KARYA PERANCANGAN

III.METODOLOGI PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah: 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

III. METODE PENCIPTAAN

BAB IV KONSEP. 2. Tataran System a. Bagian Bagian Casing PC.

A. Implementasi Teoritik

MATA PELAJARAN : KETERAMPILAN JENJANG PENDIDIKAN : SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)

BAB III METODE PENCIPTAAN

BAB 5 SIMPULAN & SARAN

Universitas Kristen Maranatha

PENGESAHAN. Yogyakarta, 22 Oktober 2013 Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Dekan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Nisa Apriyani, 2014 Objek Burung Hantu Sebagai Ide Gagasan Berkarya Tenun Tapestri

III. METODE PENCIPTAAN

Transkripsi:

36 BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN A. Uraian Menurut Humardani (dalam Kartika, 2004, hlm. 3) mengemukakan bahwa memahami kesenian itu berarti menemukan sesuatu gagasan atau pembatasan yang berlaku untuk menentukan hubungan dengan unsur nilai dalam budaya manusia. Dari ungkapan tersebut, maka di dalam penciptaan suatu karya seni tidak terlepas dari bagaimana cara sang seniman merespon alam dan ruang dengan berbagai bentuk dan keadaannya seperti interaksi dengan lingkungan dan makhluk hidup lain. Tidak hanya inspirasi yang hadir dalam terciptanya suatu karya, namun suatu karya tercipta karena adanya rasa dan suatu karya akan bernilai jika ia memiliki makna serta arti tersendiri. Merespon berbagai bentuk keadaan dan kemudian menjadikannya sebuah karya merupakan sebuah upaya dalam mencurahkan rasa ke dalam sebuah karya seni khususnya seni rupa. Dalam hal ini penulis mencoba merespon rasa sukanya terhadap binatang peliharaan yaitu kucing dan mengkolaborasikannya dengan bahan benang yang tidak asing lagi di lingkungan penulis yang memiliki kegemaran menjahit. Maka dari itu penulis mencoba merealisasikan keduanya kedalam suatu karya rupa, yaitu kucing sebagai objek dalam membuat karya seni patung dengan menggunakan bahan benang. Dalam proses penciptaan karyanya, penulis memiliki gagasan dalam memvisualisasikan bentuk kucing dengan gestur yang berbeda yang menjadi ciri khas seekor kucing. Bentuk yang dideformasi menginterpretasikan kucing adalah hewan dengan karakter fisik yang lentur begitupun dengan bahan yang digunakan cukup mudah dibentuk dan mengikuti alur. Dengan dibuatnya karya seni patung benang ini diharapkan dapat menjadi karya yang diterima oleh masyarakat selain itu juga bahan yang digunakan tidak hanya dapat dipakai sebagai bahan dalam pembuatan karya seni kriya tetapi juga dapat dijadikan sebagai bahan untuk membuat karya seni patung. B. Kontemplasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2013, hlm. 728) kontemplasi

37 merupakan renungan dengan kebulatan pikiran atau perhatian penuh. Maka kontemplasi bagi seorang seniman merupakan awal proses terbentuknya karya yang akan diciptakan dari hasil pemikiran renungannya tersebut sehingga karya seni yang tercipta memiliki sesuatu untuk dipertaruhkan seperti kedalaman makna dan arti dari karya yang ia ciptakan. Dengan berbagai pertimbangan dan kontemplasi, penulis akhirnya memutuskan untuk berkarya seni patung dengan kucing sebagai objek dan benang sebagai bahan utama dalam membuat karya seni patung ini. Rasa sukanya terhadap kucing menjadi objek dalam berkarya dan kesukaannya menjahit yang sangat erat hubungannya dengan bahan benang menjadi bahan material dalam membuat seni patung ini, selain itu juga penulis memiliki pengalaman sebelumnya dalam membuat karya seni dengan bahan benang ini sebelumnya. Maka dari itu penulis cukup yakin dalam berkarya seni patung objek kucing dengan media benang ini sebagai kreasi baru dalam berkarya seni patung karena benang tidak hanya dapat dipakai untuk seni kriya tetapi juga seni murni berupa patung. C. Stimulus Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2013, hlm. 1340) stimulus merupakan perangsang organisme bagian tubuh atau reseptor lain untuk menjadi aktif. Dalam proses berkarya penulis tidak hanya mengandalkan pengamatannya terhadap kucing secara langsung, namun penulis juga mencari informasi melalui buku dan media sosial lainnya. Selain itu juga dalam proses berkarya, penulis melakukan percobaan dengan menggunakan jenis benang yang lain untuk dijadikan karya seni patung ini. Dan juga penulis melakukan percobaan terhadap bahan resin sebagai finishing agar patung tidak hanya dapat di simpan di dalam ruangan tetapi juga memungkinkan untuk disimpan di luar ruangan. D. Pengolahan Ide Pengolahan ide merupakan suatu proses yang dilakukan oleh seseorang dalam menciptakan suatu karya seni dengan melakukan eksplorasi dan menciptakan gagasan untuk membuat sebuah karya. Dalam hal ini penulis memilih seni patung dalam

38 mewujudkan gagasannya dalam berkarya seni. E. Alat Dan Bahan 1. Alat-alat a. Pensil, digunakan pada saat pembuatan sketsa awal pembuatan karya. Gambar 3. 1, Pensil b. Pensil warna, digunakan pada saat sketsa perencanaan warna pada patung. Gambar 3. 2 Pensil warna c. Spidol warna, digunakan untuk menandai garis pada Styrofoam.

39 Gambar 3. 3 Spidol warna d. Penggaris besi, digunakan untuk mengukur Styrofoam pada saat proses cutting model. Gambar 3. 4 Penggaris besi e. Cutter, dipergunakan untuk mengikis/mengukir permukaan styrofoam pada saat pembuatan model cetakan.cutter ukuran kecil digunakan pada saat mengikis permukaan styrofoam yang berlekuk cukup tajam, sedangkan cutter ukuran besar digunakan pada saat pemotogan awalstyrofoam.

40 Gambar 3. 5 Cutter f. Gunting, diperuntukan menggunting benang dan menggunting kertas Koran. Gambar 3. 6 Gunting (sumber : Dokumentasi penulis) g. Gunting benang, digunakan untuk memotong benang yang dilakukan pada saat proses pelilitan benang, selain itu juga gunting benang digunakan pada saat penjahitan setelah patung dikeluarkan dari model Styrofoam.

41 Gambar 3. 7 Gunting benang (Sumber : Dokumentasi Penulis) h. Kuas ukuran kecil, digunakan untuk menorehkan lem stryrofoam pada saat perakitan model cetakan, dipilihnya kuas ukuran kecil ini karena sesua dengan ketebalan styrofoam. Pemilihan kuas yang dipakai adalah berukuran lebar dua sentimeter. Gambar 3. 8 Kuas ukuran kecil (sumber : Dokumentasi penulis)

42 i. Kuas besar, digunakan untuk menorehkan lem kayu pada permukaan Styrofoam yang telah terbalut kertas Koran. Gambar 3. 9 Kuas besar j. Ember besar, diperuntukkan menyimpan air. Gambar 3. 10 Ember besar

43 k. Gayung, digunakan untuk menyimpan lem kayu. Gambar 3. 11 Gayung l. Plastik wrap/plastik buah, Plastik buah (plastik wrap), diperuntukkan sebagai tumpuan benang agar tidak menempel pada permukaan model cetakan dan bertujuan untuk memudahkan pada saatpelepasan benang dari model. Gambar 3. 12 Plastik wrap (sumber : Dokumentasi penulis) m. Jarum jahit, menjahit bagian benang yang telah digunting setelah dilepaskan dari model Styrofoam.

44 Gambar 3. 13 Jarum jahit n. Sprayer, digunakan untuk menyemprotkan air pada saatpelilitan benang agar benang dapat menempel di permukaan plastik pada model patung. Gambar 3. 14 Sprayer

45 2. Bahan a. Kertas HVS, digunakan untuk membuat sketsa awal model karya. Gambar 3. 15 Kertas HVS b. Benang jahit, digunakan sebagai bahan utama pembuatan patung, benang yang diguakan berwarna hitam dan putih. Gambar 3. 16 Benang jahit

46 c. Styrofoam, digunakan sebagai pembuatan model cetakan patung. Gambar 3. 17 Styrofoam d. Kertas Koran, digunakan untuk menutupi permukaan Styrofoam yang telah menjadi model cetakan. Gambar 3. 18 Kertas koran

47 e. Lem kayu, diperuntukan mengikat helaian permukaan benang untuk memberi efek kaku pada patung. Gambar 3. 19 Lem kayu f. Lem styrofoam untuk merekatkan bagian Styrofoam pada saat pembuatan model cetakan. Gambar 3. 20 Lem styrofoam g. Air, digunakan untuk mengencerkan lem kayu agar tidak terlalu kental, selain itu

48 juga air digunakan untuk menempelkan kertas koran pada Styrofoam pada proses lepa. Gambar 3. 21 Air h. Resin bening, digunakan sebagai finishing dengan tujuan agar patung benang bertahan lebih lama dan kuat. Gambar 3. 22 Resin bening 3. Alat penunjang a. Laptop, diperuntukan sebagai pengolah data, pembuatan laporan pada saat proses

49 berkarya. Gambar 3. 23 Laptop b. Camera, diperuntukan sebagai dokumentasi pada selama proses pembuatan karya. Gambar 3. 24 Camera c. Tripod, digunakan untuk menyimpan dan penopang kamera.

50 Gambar 3. 25 Tripod d. Masker, digunakan pada saat proses pengerjaan karya berlangsung. Gambar 3. 26 Masker

51 e. Sarung tangan karet, digunakan pada saat penorehan resin. Gambar 3. 27 Sarung tangan karet f. Hair Dryer, digunakan sebagai alat bantu untuk mengeringkan permukaan benang, terlebih ketika mengeringkan permukaan benang setelah proses menjahit. Foto 3. 28 Hair dryer 4. PROSES PENGERJAAN 1. Tahap-Tahap Pembuatan Karya Patung Proses pengerjaan karya patung ini dibagi menjadi sembilan tahap, yaitu: a. Sketsa

52 b. Modelling c. Lepa d. Membalut model dengan plastik wrap/plastik buah e. Lilit benang f. Pengeleman benang g. Pengeringan h. Pelepasan benang i. Penjahitan benang j. Pengeleman dan penambalan k. Pengeringan l. Penorehan resin 2. Proses Pembuatan Karya Patung a. Membuat sketsa bentuk patung yang akan dibuat. Gambar 3. 29 Membuat sketsa b. Memindahkan sketsa ke stryrofoam dengan menggunakan spidol warna, hal ini bertujuan agar garis dapat terlihat dengan jelas.

53 Gambar 3. 30 Sketsa pada styrofoam c. Memotong sketsa yang telah sesuai dengan pola yang telah dibuat pada Styrofoam dengan menggunakan cutter. Cutter yang digunakan diusahakan memilikimata pisau yang tajam, hal ini dimaksudkan agar bagian styrofoam yang terpotong memiliki permukaan yang rapi sehingga mudah untuk di lem/disatukan dengan bagian pada permukaan lainnya. Gambar 3. 31 Memotong styrofoam dengan cutter

54 d. Menyatukan potongan Styrofoam sesuai pola dengan menggunakan lem styrofoam. Gambar 3. 32 Menyatukan bagian-bagian styrofoam dengan menggunakan lem Styrofoam e. Penorehan model Styrofoam sesuai model/sketsa yang telah dibuat. Gambar 3. 33 Penorehan styrofoam dengan menggunakan cutter (Sumber : Dokumentasi Penulis) f. Menutup seluruh permukaan Styrofoam yang telah terbentuk menjadi model dengan menggunakan kertas Koran, hal ini dimaksudkan agar bagian sambungan Styrofoam tidak terlepas pada saat pelilitan benang.

55 Gambar 3. 34 Lepa (penempelan kertas Koran) g. Mengeringkan model yang telah di balut dengan kertas korang di bawah sinar matahari yang bertujuan agar proses pengeringan lebih cepat. Gambar 3. 35 Pengeringan di bawah sinar matahari (Sumber :Dokumentasi penulis) h. Membalut model yang telah tertutup oleh kertas Koran dengan menggunakan plastik wrap/plastik buah secara keseluruhan.

56 Gambar 3. 36 Membalut seluruh permukaan dengan menggunakan plastik wrap/plastik buah i. Melilit benang pada model cetakan. Pada tahap ini teknik lilit yang dipakai adalah lilit acak, dimana tekstur yang dihasilkan tidak mengikuti alur. Pada tahap ini dilakukan dengan dua tahap yaitu : 1) Penyemprotan air pada permukaan plastik agar benang mudah menempel dan kaku dengan menggunakan alat sprayer. Gambar 3. 37 Penyemprotan air dengan sprayer

57 2) Benang dililit secara acak dengan kerapapatan yang jarang, hal ini dimaksudkan sebagai penanda corak warna pada patung selain itu juga dimaksudkan agar memudahkan pelilitan pada saat tahap ke dua agar benang mudah menempel pada permukaan patung. Gambar 3. 38 Pelilitan benang tahap 1 3) Benang dililit secara acak dengan kerapatan yang rapat, hal ini merupakan proses lilit terakhir yang dilakukan dengan memenuhi bidang patung dengan kerapatan yang lebih rapat. Gambar 3. 39 Pelilitan benang tahap 2

58 j. Pengeleman benang Pengeleman benang dilakukan sebanyak dua tahapan yang berbeda yaitu pada tahap lilit pertama dan kedua dengan rincian sebagai berikut : Gambar 3. 40 Pengeleman menggunakan kuas ukuran besar (Sumber : Dokumentasi Penulis) 1) Lem kayu yang dipakai pada saat lilit pertama menggunakan kadar air yang banyak, hal ini dimaksudkan agar lem memiliki keenceran yang tinggi karena pada saat ini lapisan benang tidak terlalu rapat dan agar lem tidak terlalu menggumpal dan keras ketika kering sehingga pori-pori lilitan benang tidak tertutup oleh lem ketika mengering. Gambar 3. 41 Lem kayu dengan kadar air banyak

59 2) Lem kayu yang dipakai pada lilit ke dua memiliki kadar air yang tidak terlalu encer karena pada lilit kedua permukaan benang yang dililit cukup rapat selain itu juga untuk menimbulkan efek lebih keras pada benang. k. Pengeringan Gambar 3. 42 Lem kayu dengan kadar air sedikit Proses pengeringan ini dilakukan dibawah sinar matahari, hal ini bertujuan agar lem dapat kering dengan sempurna dan lebih bening (mengkristal) selain itu juga waktu yang diperlukan tidak terlalu lama. Pengeringan di bawah sinar matahari langsung menimbulkan efek lebih kuat pada patung karena lem kering dengan sempurna. Gambar 3. 43 Pengeringan di bawah sinar matahari

60 l. Pelepasan Pada tahap ini benang dilepas dari model cetakan dengan cara dipotong menggunakan cutter sesuai alur benang, hal ini bertujuan menyamarkan bekas sambungan pada patung saat penyatuan kembali. m. Menjahit kembali benang Gambar 3. 44 Pelepasan model dengan menggunakan cutter Teknik ini dilakukan pada saat benang telah terlepas dari model cetakan dan dijahit menggunakan pola zig-zag sesuai alur dengan warna benang yang senada dengan tujuan agar sambugan tidak terlihat. Gambar 3. 45 Menjahit dengan warna benang yang senada

61 Gambar 3. 46 Pengeleman pada permukaan benang setelah dijahit n. Menyamarkan bekas sambungan dan penorehan lem Menyamarkan bekas sambungan setelah menjahit dengan warna benang yang senada pada permukaan patung dengan cara ditambal dengan menggunakan teknik lilit yang sama, dimaksudkan agar sambungan tersebut tidak terlalu jelas terlihat dan tersamarkan menggunakan benang dengan warna senada, dan kemudian dilakukan pengeleman pada benang yang baru dililit tersebut agar menyatu dengan permukaan benang lainnya pada patung. Gambar 3. 47 Penambalan benang

62 o. Peorehan lem Penorehan lem dilakukan setelah penjahitan pada benang yang sudah menutupi bagian permukaan patung. Gambar 3. 48 Pengeleman pada tambalan benang p. Pengeringan dengan menggunakan hairdryer Pengeringan pada tahap ini menggunakan hair dryer, dimaksudkan untuk mempercepat proses pengeringan benang pada sambungan. Gambar 3. 49 Pengeringan dengan menggunakan hair dryer q. Penorehan resin pada karya sebagai finishing.

63 Resin yang digunakan adalah jenis resin bening, hal ini dimaksudkan agar patung tahan lama selain itu juga patung dapat disimpan di tempat terbuka (outdoor), pemakaian resin bening bertujuan agar permukaan benang dapat terlihat. Gambar 3. 50 Penorehan resin bening