A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masalah estetika yang berpengaruh terhadap penampilan dan menimbulkan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perubahan warna gigi dapat diperbaiki dengan dua cara yaitu dengan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. estetika gigi (Ferreira dkk., 2011). Salah satu perawatan yang diminati masyarakat

I. PENDAHULUAN. kedokteran gigi sejak awal abad 19 ( Florez, dkk.,2011). Prosedur ini semakin

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. estetika yang sangat mempengaruhi penampilan. Hal ini menjadi permasalahan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi yang populer belakangan ini adalah perawatan bleaching yaitu suatu cara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. penampilan seseorang secara keseluruhan (Torres dkk., 2012). Salah satu aspek

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawatan saluran akar merupakan salah satu perawatan untuk

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. langsung pada kavitas gigi dalam sekali kunjungan. Restorasi tidak langsung

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karena selain dapat menghasilkan senyum yang indah juga sangat membantu

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawatan saluran akar bertujuan untuk mengeleminasi bakteri yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mencegah timbulnya kembali karies, tetapi juga untuk mengembalikan fungsinya

BAB I PENDAHULUAN. karena memiliki warna yang hampir mirip dengan warna gigi asli dan kekuatan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahan restorasi yang cepat dan mudah untuk diaplikasikan, dapat melekat dengan

LAMPIRAN 1. Alur Pikir

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. akar, mencegah kontaminasi sistem saluran akar dengan saliva, menghambat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Teknologi restorasi estetik mengalami perkembangan yang sangat pesat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Beberapa dekade terakhir dalam kedokteran gigi konservatif resin

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pasien untuk mencari perawatan (Walton dan Torabinejad, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. adhesif atau bonding sistem (Puspitasari, 2014). Sistem mekanik yang baik

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dan bersih menjadi tujuan utamanya. Bleaching merupakan salah satu perawatan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian mengenai perbedaan kekuatan tarik antara adhesif semen dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. mekanis dari bahan restorasi, kekuatan mekanis dari gigi, estetik, dan bentuk jaringan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang (Herdiyati, 2006 dalam Syafriadi dan Noh, 2014). Diskolorasi gigi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Resin komposit merupakan salah satu restorasi estetik yang paling populer

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah servikal gigi sesuai dengan kualitas estetik dan kemampuan bahan tersebut

BAB IV PEMBAHASAN. seperti semula sehingga dapat berfungsi kembali. Hal ini menunjukkan bahwa

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi dan mulut di Indonesia. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

BAB I PENDAHULUAN. Putih kekuning-kuningan, kuning keabu-abuan, dan putih keabu-abuan. warna atau yang dinamakan diskolorisasi gigi (Grossman, 1995).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penampilan gigi berpengaruh dalam interaksi sosial manusia karena

BAB I PENDAHULUAN. efisiensi pengunyahan, meningkatkan pengucapan dan memperbaiki estetika

BAB I PENDAHULUAN. praktek kedokteran giginya adalah keterampilan. Keterampilan menghasilkan

PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat dewasa ini. Akhir-akhir ini bahan restorasi resin komposit

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Selama beberapa tahun terakhir, perawatan endodontik cukup sering

BAB 1 PENDAHULUAN. interaksi antara bahan restorasi dengan jaringan gigi merupakan hal yang penting

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mereka yang bidang pekerjaannya sangat menuntut penampilan seperti pramugari

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penjangkaran, akrilik, dan pasien dapat memasang atau melepas alat tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Dokter gigi sering mengalami kesulitan dalam merestorasi gigi pasca

BAB I PENDAHULUAN. warna gigi baik karena faktor intrinsik ataupun ekstrinsik dapat

BAB II KEADAAN JARINGAN GIGI SETELAH PERAWATAN ENDODONTIK. endodontik. Pengetahuan tentang anatomi gigi sangat diperlukan untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Abrasi merupakan suatu lesi servikal pada gigi dan keadaan ausnya

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Gigi yang telah dilakukan perawatan saluran akar lebih mudah mengalami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. infeksi dan menutup sistem saluran akar dengan rapat. Perawatan saluran akar

BAB 1 PENDAHULUAN. putih akan membuat orang lebih percaya diri dengan penampilannya (Ibiyemi et

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. setelah instrumentasi pada saluran yang tidak diirigasi lebih banyak daripada saluran

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. melindungi jaringan periodontal dan fungsi estetik. Gigi yang mengalami karies,

BAB 1 PENDAHULUAN. sering terjadi. Penyakit ini dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat dalam

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan utama dari perawatan saluran akar adalah untuk menghilangkan

Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Resin komposit merupakan bahan restorasi gigi yang telah lama digunakan

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Warna gigi normal manusia adalah kuning keabu-abuan, putih

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dilakukan pada masa kini. Setiap tahap perawatan saluran akar sangat menentukan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Restorasi resin komposit telah menjadi bagian yang penting di dunia

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Erosi gigi adalah luruhnya jaringan keras gigi yang disebabkan oleh asam

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perlu dicabut. Proses perawatan saluran akar meliputi preparasi biomekanis,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. (RelyX) dan semen ionomer kaca tipe 1 tipe 1 terhadap restorasi veneer

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mahkota (crown) dan jembatan (bridge). Mahkota dapat terbuat dari berbagai

KARAKTERISTIK GIGI YANG TERPAPAR ASAM SUNTI (Averrhoa bilimbi L)

BAB I PENDAHULUAN. Susunan gigi yang rapi serta warna gigi yang putih merupakan faktor yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dan putih kekuning-kuningan. Warna gigi ditentukan oleh ketebalan ,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memunculkan penemuan

I. PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. mengenai , dentin, dan sementum. Penyakit ini disebabkan oleh aktivitas

BAB 1 PENDAHULUAN. silikat dan semen polikarboksilat pertama kali diperkenalkan oleh Wilson dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semen ionomer kaca banyak dipilih untuk perawatan restoratif terutama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan koronal mahkota klinis gigi asli, yang dapat memperbaiki morfologi,

BAB 2 RESIN KOMPOSIT. yang dihasilkan dari restorasi resin komposit, sebuah restorasi yang paling digemari

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. suatu infeksi ulang (Namrata dkk., 2011). Invasi mikroorganisme terjadi melalui

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Hasil rata rata pengukuran kekerasan pada spesimen adalah sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang sakit agar dapat diterima secara biologik oleh jaringan sekitarnya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cukup tinggi. Menurut hasil Riskesdas tahun 2013, indeks DMF-T Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. yang paling sering digunakan dibidang kedokteran gigi restoratif. Selain segi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. masalah estetik namun juga melibatkan fungsi dari gigi yang akan direstorasi

BAB I PENDAHULUAN. utama yaitu preparasi biomekanis saluran akar atau pembersihan dan

BAB V HASIL PENELITIAN. n = 3990 = 363, sampel 3990 (5%) 2 + 1

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. telah tanggal. Selama lebih dari 35 tahun dental implantology telah terbukti

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan bahan adhesif telah menyebabkan restorasi resin komposit lebih dapat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Hasil studi morbiditas SKRT-Surkesnas menunjukkan penyakit gigi menduduki urutan pertama (60% penduduk)

toksisitas amalgam yang dikaitkan dengan merkuri yang dikandungnya masih hangat dibicarakan sampai saat ini. 1,2,3 Resin komposit adalah suatu bahan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawatan saluran akar merupakan suatu usaha perawatan untuk

BAB I PENDAHULUAN. insisif, premolar kedua dan molar pada daerah cervico buccal.2

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pergaulan, pasien menginginkan restorasi gigi yang warnanya sangat mendekati

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian mengenai perbedaan kekuatan geser antara self adhesif semen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lebih percaya diri karena memiliki nilai estetika yang tinggi.perubahan warna gigi

BAB I PENDAHULUAN. Community Dental Oral Epidemiologi menyatakan bahwa anakanak. disebabkan pada umumnya orang beranggapan gigi sulung tidak perlu

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah estetik pada gigi banyak ditemukan saat ini. Diskolorasi gigi merupakan salah satu masalah estetik yang membuat pasien terdorong untuk memutihkan gigi. Diskolorasi pada gigi anterior merupakan suatu masalah kosmetik yang sering menganggu dan mendorong pasien mencari upaya perbaikan. Metode yang dapat digunakan untuk memperbaiki diskolorasi gigi antara lain pembuatan mahkota, pembuatan veneer dan pemutihan gigi. Pemutihan gigi merupakan prosedur yang lebih konservatif, relatif sederhana dan lebih murah biayanya dibandingkan metode restorasi (Walton dan Torabinejad, 2008). Prosedur pemutihan gigi dibagi menjadi dua macam yaitu pemutihan gigi vital dan pemutihan gigi non vital. Pemutihan gigi non vital terdiri dari walking bleach, power bleaching non vital dan inside outside bleaching. Walking bleach adalah prosedur pemutihan gigi dengan cara meletakkan bahan pemutih gigi pada kamar pulpa selama 3-7 hari, prosedur ini diulangi sampai didapatkan hasil yang diharapkan (Aschheim dan Dale, 2014). Menurut Walton dan Torabinejad (2008) prosedur pemutihan gigi teknik walking bleach lebih dipilih karena waktu kunjungan lebih singkat dan lebih nyaman serta lebih aman untuk pasien. 1

2 Bahan pemutih gigi teknik walking bleach yang saat ini sering digunakan adalah hidrogen peroksida 30-35%. Hidrogen peroksida dapat mengubah struktur hidroksiapatit dan menyebabkan terjadinya pengurangan persen berat kalsium serta fluor yang mengindikasikan terjadinya demineralisasi (Alqahtani, 2014). Hasil penelitian memperlihatkan radikal bebas yang dilepaskan hidrogen peroksida 35% dapat menyebar ke dalam email dan dentin menuju pulpa melalui dead tract yang memudahkan bakteri atau bahan kimia penetrasi kedalam pulpa sehingga memperbesar terjadinya kebocoran mikro (Jose, 2008 sit, Kristanti, 2014 dan Feiz dkk., 2011). Pada prosedur Walking bleach untuk menghilangkan efek bahan pemutih, gigi dibilas atau dicuci dengan air agar sisa dari bahan pemutih tidak tertinggal pada gigi. Radikal bebas yang tertinggal pada permukaan gigi dapat meningkatkan porusitas pada struktur permukaan email dan menyebabkan kekasaran permukaan gigi (Alqahtani, 2014). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Kristanti dkk. (2014), yaitu penelitan dengan menggunakan X-Ray Diffraction (XRD) menunjukkan hidrogen peroksida menyebabkan kehilangan mineral cukup banyak. Pada penelitian tersebut terdeteksi adanya sisa radikal bebas pada permukaan gigi yang dilakukakan pemutihan. Hal ini menunjukkan pencucian dengan air hangat tidak cukup efektif menghilangkan radikal bebas. Setelah prosedur walking bleach selesai, tahap selanjutnya adalah restorasi permanen (Walton dan Torabinejed., 2008). Restorasi yang umum digunakan setelah prosedur walking bleach adalah resin komposit. Efek samping dari bleaching terhadap kemampuan bonding resin resin kmposit bisa dibedakan menjadi efak pre dan post operatif bleaching. Efek preoperatif bleaching terhadap kekuatan pelekatan resin komposit dan struktur gigi adalah berkurangnya kekuatan pelekatan karena adanya sisa radikal bebas pada permukaan gigi ikut tercampur dalam resin bonding sehingga polimerisasi tidak sempurna (Al qathani, 2014).

3 Untuk menghindari efek negatif dari radikal bebas terhadap bahan restorasi direkomendasikan untuk menunda prosedur restoratif selama 24 jam sampai 3 minggu setelah prosedur pemutihan gigi (Han dkk., 2014). Untuk mengurangi waktu penundaan restoratif dapat digunakan antioksidan seperti sodium askorbat, katalase dan α-tocopherol. Antioksidan diaplikasikan setelah prosedur pemutihan dan sebelum aplikasi bahan adhesif untuk restorasi. Tujuan aplikasi antioksidan untuk membatasi atau mengurangi radikal bebas. Bahan antioksidan dapat bekerja dengan cara yang bervariasi, antara lain menghilangkan atau mengurangi oksigen setempat, menghilangkan radikal bebas (O ) dan hidrogen peroksida atau dengan menstabilkan atau menghilangkan radikal bebas (O ) (Darze dkk., 2015). Beberapa bahan antioksidan telah banyak diketahui seperti sodium askorbat, asam askorbat, butylhydroxyanisole, katalase, etanol, aseton, glutathione peroxide, α-tocopherol dan sodium bikarbonat dapat mengurangi risiko kebocoran mikro (Han dkk., 2014). Proses pemutihan gigi memiliki sifat yang merugikan yaitu dapat mengurangi kekuatan pelekatan atau bond strength pada email dan dentin, jika langsung diaplikasikan bonding setelah prosedur pemutihan. Penelitian terbaru menunjukkan berkurangnya kekuatan pelekatan pada email dan dentin dapat dikembalikan dengan aplikasi sodium askorbat sebagai bahan antioksidan (Soares dkk., 2014). Sodium askorbat adalah antioksidan yang biokompetibel. Waktu aplikasi sodium askorbat 10% yang disarankan untuk mengembalikan kekuatan pelekatan bonding setelah dilakukan pemutihan gigi adalah 10 menit sampai 3 jam (Thapa dkk., 2013). Menurut Khoroushi dan Aghelinejad (2011) waktu aplikasi sodium askorbat adalah 10 menit sampai sepertiga waktu aplikasi bahan pemutih gigi. Waktu aplikasi sodium askorbat dalam bentuk larutan selama 10 menit merupakan waktu yang umum digunakan dari beberapa penelitian sebelumnya (Ismail, 2015).

4 Sodium askorbat dapat digunakan dalam bentuk hidrogel atau larutan (Khoroushi dan Aghelinejad, 2011). Sodium askorbat 10% dalam bentuk larutan direkomendasikan untuk waktu aplikasi yang lebih singkat (Thapa dkk., 2013). Menurut Lai dkk. (2001) sodium askorbat dapat membuat proses polimerisasi bekerja tanpa premature termination sehingga dapat mengembalikan pelekatan bonding. Menurut Kimyai dan Valizadeh (2006) tidak terdapat perbedaan kebocoran mikro yang signifikan diantara gigi setelah dilakukan pemutihan yang diberi aplikasi sodium askorbat dengan gigi yang tidak dilakukan pemutihan gigi. Penelitian lain melaporkan efek samping lain dari pemutihan gigi intra korona yaitu adanya perembesan bahan pemutih gigi melewati tubulus dentin dan menembus kepermukaan servikal gigi bagian luar (Kimyai dan Valizadeh, 2006). Untuk menghindari terjadinya efek samping tersebut dapat dilakukan dengan mengaplikasikan kalsium hidroksida selama 14 hari (Roberson dkk., 2014). Jaringan yang beraplikasi dengan pasta kalsium hidroksida menjadi alkalis karena sifat basa kuat dari Ca(OH) 2 dan pelepasan ion kalsium (Ca 2+ ). Suasana basa menyebabkan proses resorpsi dan aktifitas osteoklas akan terhenti, sedangkan osteoblas menjadi aktif mendeposisi jaringan terkalsifikasi. Ion kalsium berperan dalam melarutkan jaringan nekrotik, menetralisir kondisi asam serta menyebabkan terjadinya remineralisasi jaringan keras gigi (Kusuma, 2016). Kalsium hidroksida sebagai bahan buffer untuk menstabilkan ph asam dari hidrogen peroksida dapat mengurangi penetrasi hidrogen peroksida kedalam tubulus dentin (Izidoro dkk., 2015; Roberson dkk., 2014). Hidrogen peroksida terus berpenetrasi ke dalam tubulus dentin hal ini tidak saja menyebabkan terjadinya resorpsi ekternal tetapi dapat juga menyebabkan kebocoran mikro pada tumpatan. Menurut Walton dan Torabinejed (2008) dressing kalsium hidroksida selama beberapa minggu sebelum prosedur penumpatan tidak efektif dan tidak perlu, sedangkan Feiz ddk. (2011) menyebutkan bahwa penggunaan

5 kalsium hidroksida sebagai bahan buffering tidak memiliki pengaruh terhadap kekuatan pelekatan tumpatan resin komposit (Feiz dkk., 2011). Dari uraian diatas masih terdapat kontroversi mengenai pengaruh bahan antioksidan dan bahan buffering terhadap kebocoran mikro. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang dapat dirumuskan permasalahan bagaimana pengaruh aplikasi sodium askorbat 10% dengan dan tanpa diikuti dressing kalsium hidroksida terhadap kebocoran mikro pada gigi pasca walking bleach menggunakan hidrogen peroksida 35%. C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dressing kalsium hidroksida setelah aplikasi sodium askorbat 10% terhadap kebocoran mikro pada gigi yang telah dilakukan pemutihan dengan teknik walking bleach menggunakan hidrogen peroksida 35%. D. Keaslian Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh Feiz dkk. (2011) tentang perbedaan efek aplikasi antioksidan dan bahan buffering terhadap kekuatan pelekatan komposit setelah dilakukan walking bleach. Dalam penelitiannya Feiz dkk. (2011) menggunakan bahan pemutih gigi hidrogen peroksida 35% dengan teknik walking bleach. Antioksidan yang digunakan gel sodium askorbat 10% diaplikasi selama 40 jam. Kalsium hidroksida di dressing selama 40 jam, lalu dilakukan prosedur restorasi kemudian dilihat kekuatan pelekatan atau shear bond strength dengan menggunakan universal testing machine. Hasil penelitian dilakukan Feiz dkk. (2011) aplikasi sodium askobat dapat mengembalikan kekuatan pelekatan resin komposit setelah dilakukan walking bleach mengunakan hidrogen peroksida 35% sedangkan

6 dressing kalsium hidroksida sebagai bahan buffering tidak mengembalikan kekuatan pelekatan komposit. Menurut penulis, sampai saat ini penelitaian tentang pengaruh dressing kalsium hidroksida setelah aplikasi sodium askorbat 10% terhadap kebocoran mikro setelah dilakukan pemutihan gigi teknik walking bleach dengan hidrogen peroksida 35% belum pernah dilakukan. Penelitian ini akan menggunakaan bahan pemutih hidrogen peroksida 35% dengan teknik walking bleach. Antioksidan yang digunakan larutan sodium askorbat 10% dengan waktu aplikasi 10 menit. Kalsium hidroksida di dressing selama 14 hari setelah itu dilakukan prosedur restorasi dan dilihat kebocoran mikro dengan menggunakan mikroskop stereo. Perbedaan antara penelitian sebelumnya dan yang akan penulis teliti adalah dressing kalsium hiroksida dilakukan setelah aplikasi sodium askorbat. Pada penelitian sebelumnya waktu dressing kalsium hidroksida yang digunakan 40 jam sedangkan penulis menggunakan waktu dressing 14 hari. Antioksidan yang digunakan pada penelitian sebelumnya adalah gel sodium askorbat 10% yang diaplikasikan selama 40 jam. Penulis akan menggunakan antioksidan larutan sodium askorbat 10% yang diaplikasikan selama 10 menit. Selain itu pada penelitian sebelumnya yang dilihat adalah kekuatan pelekatan, sedangkan penulis ingin melihat pengaruh dressing kalsium hidroksida setelah aplikasi sodium askorbat terhadap kebocoran mikro pada gigi yang dilakukan pemutihan dengan teknik walking bleach menggunakan hidrogen peroksida 35%. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat: 1. Sebagai sumbangan ilmu pengetahuan dan penelitian dibidang kedokteran gigi sehingga pasien mendapatkan hasil restorasi yang optimal setelah perawatan pemutihan gigi.

7 2. Dalam aplikasi klinis dapat dijadikan pertimbangan bagi dokter gigi, khususnya di bidang konservasi gigi dalam melakukan restorasi setelah pemutihan gigi. 3. Mengetahui pengaruh dressing kalsium hidroksida setelah aplikasi larutan sodium askorbat 10 % dalam mencegah atau mengurangi kebocoran mikro setelah pemutihan gigi dengan teknik walking bleach menggunakan hidrogen peroksida 35%.