I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah estetik pada gigi banyak ditemukan saat ini. Diskolorasi gigi merupakan salah satu masalah estetik yang membuat pasien terdorong untuk memutihkan gigi. Diskolorasi pada gigi anterior merupakan suatu masalah kosmetik yang sering menganggu dan mendorong pasien mencari upaya perbaikan. Metode yang dapat digunakan untuk memperbaiki diskolorasi gigi antara lain pembuatan mahkota, pembuatan veneer dan pemutihan gigi. Pemutihan gigi merupakan prosedur yang lebih konservatif, relatif sederhana dan lebih murah biayanya dibandingkan metode restorasi (Walton dan Torabinejad, 2008). Prosedur pemutihan gigi dibagi menjadi dua macam yaitu pemutihan gigi vital dan pemutihan gigi non vital. Pemutihan gigi non vital terdiri dari walking bleach, power bleaching non vital dan inside outside bleaching. Walking bleach adalah prosedur pemutihan gigi dengan cara meletakkan bahan pemutih gigi pada kamar pulpa selama 3-7 hari, prosedur ini diulangi sampai didapatkan hasil yang diharapkan (Aschheim dan Dale, 2014). Menurut Walton dan Torabinejad (2008) prosedur pemutihan gigi teknik walking bleach lebih dipilih karena waktu kunjungan lebih singkat dan lebih nyaman serta lebih aman untuk pasien. 1
2 Bahan pemutih gigi teknik walking bleach yang saat ini sering digunakan adalah hidrogen peroksida 30-35%. Hidrogen peroksida dapat mengubah struktur hidroksiapatit dan menyebabkan terjadinya pengurangan persen berat kalsium serta fluor yang mengindikasikan terjadinya demineralisasi (Alqahtani, 2014). Hasil penelitian memperlihatkan radikal bebas yang dilepaskan hidrogen peroksida 35% dapat menyebar ke dalam email dan dentin menuju pulpa melalui dead tract yang memudahkan bakteri atau bahan kimia penetrasi kedalam pulpa sehingga memperbesar terjadinya kebocoran mikro (Jose, 2008 sit, Kristanti, 2014 dan Feiz dkk., 2011). Pada prosedur Walking bleach untuk menghilangkan efek bahan pemutih, gigi dibilas atau dicuci dengan air agar sisa dari bahan pemutih tidak tertinggal pada gigi. Radikal bebas yang tertinggal pada permukaan gigi dapat meningkatkan porusitas pada struktur permukaan email dan menyebabkan kekasaran permukaan gigi (Alqahtani, 2014). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Kristanti dkk. (2014), yaitu penelitan dengan menggunakan X-Ray Diffraction (XRD) menunjukkan hidrogen peroksida menyebabkan kehilangan mineral cukup banyak. Pada penelitian tersebut terdeteksi adanya sisa radikal bebas pada permukaan gigi yang dilakukakan pemutihan. Hal ini menunjukkan pencucian dengan air hangat tidak cukup efektif menghilangkan radikal bebas. Setelah prosedur walking bleach selesai, tahap selanjutnya adalah restorasi permanen (Walton dan Torabinejed., 2008). Restorasi yang umum digunakan setelah prosedur walking bleach adalah resin komposit. Efek samping dari bleaching terhadap kemampuan bonding resin resin kmposit bisa dibedakan menjadi efak pre dan post operatif bleaching. Efek preoperatif bleaching terhadap kekuatan pelekatan resin komposit dan struktur gigi adalah berkurangnya kekuatan pelekatan karena adanya sisa radikal bebas pada permukaan gigi ikut tercampur dalam resin bonding sehingga polimerisasi tidak sempurna (Al qathani, 2014).
3 Untuk menghindari efek negatif dari radikal bebas terhadap bahan restorasi direkomendasikan untuk menunda prosedur restoratif selama 24 jam sampai 3 minggu setelah prosedur pemutihan gigi (Han dkk., 2014). Untuk mengurangi waktu penundaan restoratif dapat digunakan antioksidan seperti sodium askorbat, katalase dan α-tocopherol. Antioksidan diaplikasikan setelah prosedur pemutihan dan sebelum aplikasi bahan adhesif untuk restorasi. Tujuan aplikasi antioksidan untuk membatasi atau mengurangi radikal bebas. Bahan antioksidan dapat bekerja dengan cara yang bervariasi, antara lain menghilangkan atau mengurangi oksigen setempat, menghilangkan radikal bebas (O ) dan hidrogen peroksida atau dengan menstabilkan atau menghilangkan radikal bebas (O ) (Darze dkk., 2015). Beberapa bahan antioksidan telah banyak diketahui seperti sodium askorbat, asam askorbat, butylhydroxyanisole, katalase, etanol, aseton, glutathione peroxide, α-tocopherol dan sodium bikarbonat dapat mengurangi risiko kebocoran mikro (Han dkk., 2014). Proses pemutihan gigi memiliki sifat yang merugikan yaitu dapat mengurangi kekuatan pelekatan atau bond strength pada email dan dentin, jika langsung diaplikasikan bonding setelah prosedur pemutihan. Penelitian terbaru menunjukkan berkurangnya kekuatan pelekatan pada email dan dentin dapat dikembalikan dengan aplikasi sodium askorbat sebagai bahan antioksidan (Soares dkk., 2014). Sodium askorbat adalah antioksidan yang biokompetibel. Waktu aplikasi sodium askorbat 10% yang disarankan untuk mengembalikan kekuatan pelekatan bonding setelah dilakukan pemutihan gigi adalah 10 menit sampai 3 jam (Thapa dkk., 2013). Menurut Khoroushi dan Aghelinejad (2011) waktu aplikasi sodium askorbat adalah 10 menit sampai sepertiga waktu aplikasi bahan pemutih gigi. Waktu aplikasi sodium askorbat dalam bentuk larutan selama 10 menit merupakan waktu yang umum digunakan dari beberapa penelitian sebelumnya (Ismail, 2015).
4 Sodium askorbat dapat digunakan dalam bentuk hidrogel atau larutan (Khoroushi dan Aghelinejad, 2011). Sodium askorbat 10% dalam bentuk larutan direkomendasikan untuk waktu aplikasi yang lebih singkat (Thapa dkk., 2013). Menurut Lai dkk. (2001) sodium askorbat dapat membuat proses polimerisasi bekerja tanpa premature termination sehingga dapat mengembalikan pelekatan bonding. Menurut Kimyai dan Valizadeh (2006) tidak terdapat perbedaan kebocoran mikro yang signifikan diantara gigi setelah dilakukan pemutihan yang diberi aplikasi sodium askorbat dengan gigi yang tidak dilakukan pemutihan gigi. Penelitian lain melaporkan efek samping lain dari pemutihan gigi intra korona yaitu adanya perembesan bahan pemutih gigi melewati tubulus dentin dan menembus kepermukaan servikal gigi bagian luar (Kimyai dan Valizadeh, 2006). Untuk menghindari terjadinya efek samping tersebut dapat dilakukan dengan mengaplikasikan kalsium hidroksida selama 14 hari (Roberson dkk., 2014). Jaringan yang beraplikasi dengan pasta kalsium hidroksida menjadi alkalis karena sifat basa kuat dari Ca(OH) 2 dan pelepasan ion kalsium (Ca 2+ ). Suasana basa menyebabkan proses resorpsi dan aktifitas osteoklas akan terhenti, sedangkan osteoblas menjadi aktif mendeposisi jaringan terkalsifikasi. Ion kalsium berperan dalam melarutkan jaringan nekrotik, menetralisir kondisi asam serta menyebabkan terjadinya remineralisasi jaringan keras gigi (Kusuma, 2016). Kalsium hidroksida sebagai bahan buffer untuk menstabilkan ph asam dari hidrogen peroksida dapat mengurangi penetrasi hidrogen peroksida kedalam tubulus dentin (Izidoro dkk., 2015; Roberson dkk., 2014). Hidrogen peroksida terus berpenetrasi ke dalam tubulus dentin hal ini tidak saja menyebabkan terjadinya resorpsi ekternal tetapi dapat juga menyebabkan kebocoran mikro pada tumpatan. Menurut Walton dan Torabinejed (2008) dressing kalsium hidroksida selama beberapa minggu sebelum prosedur penumpatan tidak efektif dan tidak perlu, sedangkan Feiz ddk. (2011) menyebutkan bahwa penggunaan
5 kalsium hidroksida sebagai bahan buffering tidak memiliki pengaruh terhadap kekuatan pelekatan tumpatan resin komposit (Feiz dkk., 2011). Dari uraian diatas masih terdapat kontroversi mengenai pengaruh bahan antioksidan dan bahan buffering terhadap kebocoran mikro. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang dapat dirumuskan permasalahan bagaimana pengaruh aplikasi sodium askorbat 10% dengan dan tanpa diikuti dressing kalsium hidroksida terhadap kebocoran mikro pada gigi pasca walking bleach menggunakan hidrogen peroksida 35%. C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dressing kalsium hidroksida setelah aplikasi sodium askorbat 10% terhadap kebocoran mikro pada gigi yang telah dilakukan pemutihan dengan teknik walking bleach menggunakan hidrogen peroksida 35%. D. Keaslian Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh Feiz dkk. (2011) tentang perbedaan efek aplikasi antioksidan dan bahan buffering terhadap kekuatan pelekatan komposit setelah dilakukan walking bleach. Dalam penelitiannya Feiz dkk. (2011) menggunakan bahan pemutih gigi hidrogen peroksida 35% dengan teknik walking bleach. Antioksidan yang digunakan gel sodium askorbat 10% diaplikasi selama 40 jam. Kalsium hidroksida di dressing selama 40 jam, lalu dilakukan prosedur restorasi kemudian dilihat kekuatan pelekatan atau shear bond strength dengan menggunakan universal testing machine. Hasil penelitian dilakukan Feiz dkk. (2011) aplikasi sodium askobat dapat mengembalikan kekuatan pelekatan resin komposit setelah dilakukan walking bleach mengunakan hidrogen peroksida 35% sedangkan
6 dressing kalsium hidroksida sebagai bahan buffering tidak mengembalikan kekuatan pelekatan komposit. Menurut penulis, sampai saat ini penelitaian tentang pengaruh dressing kalsium hidroksida setelah aplikasi sodium askorbat 10% terhadap kebocoran mikro setelah dilakukan pemutihan gigi teknik walking bleach dengan hidrogen peroksida 35% belum pernah dilakukan. Penelitian ini akan menggunakaan bahan pemutih hidrogen peroksida 35% dengan teknik walking bleach. Antioksidan yang digunakan larutan sodium askorbat 10% dengan waktu aplikasi 10 menit. Kalsium hidroksida di dressing selama 14 hari setelah itu dilakukan prosedur restorasi dan dilihat kebocoran mikro dengan menggunakan mikroskop stereo. Perbedaan antara penelitian sebelumnya dan yang akan penulis teliti adalah dressing kalsium hiroksida dilakukan setelah aplikasi sodium askorbat. Pada penelitian sebelumnya waktu dressing kalsium hidroksida yang digunakan 40 jam sedangkan penulis menggunakan waktu dressing 14 hari. Antioksidan yang digunakan pada penelitian sebelumnya adalah gel sodium askorbat 10% yang diaplikasikan selama 40 jam. Penulis akan menggunakan antioksidan larutan sodium askorbat 10% yang diaplikasikan selama 10 menit. Selain itu pada penelitian sebelumnya yang dilihat adalah kekuatan pelekatan, sedangkan penulis ingin melihat pengaruh dressing kalsium hidroksida setelah aplikasi sodium askorbat terhadap kebocoran mikro pada gigi yang dilakukan pemutihan dengan teknik walking bleach menggunakan hidrogen peroksida 35%. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat: 1. Sebagai sumbangan ilmu pengetahuan dan penelitian dibidang kedokteran gigi sehingga pasien mendapatkan hasil restorasi yang optimal setelah perawatan pemutihan gigi.
7 2. Dalam aplikasi klinis dapat dijadikan pertimbangan bagi dokter gigi, khususnya di bidang konservasi gigi dalam melakukan restorasi setelah pemutihan gigi. 3. Mengetahui pengaruh dressing kalsium hidroksida setelah aplikasi larutan sodium askorbat 10 % dalam mencegah atau mengurangi kebocoran mikro setelah pemutihan gigi dengan teknik walking bleach menggunakan hidrogen peroksida 35%.