BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang primer dan fundamental. Pengertian keluarga disini berarti nuclear family

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengubah emosi, sosial dan intelektual seseorang. Menurut Tudor (dalam Maurice

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku maupun sikap yang diinginkan. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai kehidupan guna membekali siswa menuju kedewasaan dan. kematangan pribadinya. (Solichin, 2001:1) Menurut UU No.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan aktivitas sehari-hari yang dilakukan oleh

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB I PENDAHULUAN. Proyek konstruksi merupakan suatu industri yang melibatkan kerjasama yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia seutuhnya. Tujuan ini tertera pada Garis Besar Haluan Negara

BAB I PENDAHULUAN. dapat meraih hasil belajar yang relatif tinggi (Goleman, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. juga dirasa sangat penting dalam kemajuan suatu negara karena berhubungan

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang. memuaskan dibutuhkan suatu proses dalam belajar.

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang ada dalam diri peserta didik. Pendidikan dianggap sebagai. diatur oleh Undang-Undang Republik Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan tersebut, salah satu fase penting dan menjadi pusat

BAB I PENDAHULUAN. Makna hidup (the meaning of life) adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan kesatuan yang terkecil didalam masyarakat tetapi

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. pemberian rangsangan pendidikan lebih lanjut (Depdiknas, 2011). Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak merupakan generasi penerus dan aset pembangunan. Anak menjadi

BAB I PENDAHULUAN. bersifat fisik maupun rohani (Ahid, 2010: 99). Beberapa orang juga

SUSI RACHMAWATI F

BAB I PENDAHULUAN. fungsi utamanya dapat dipisahkan satu sama lain. Keluarga. dengan baik maka akan terjadi suatu ketimpangan antar anggota keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesuksesan yang dicapai seseorang tidak hanya berdasarkan kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar pada hakekatnya merupakan serangkaian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan lingkungan pertama dan terpenting bagi

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dengan segala potensi yang ada. Oleh karena itu hendaknya dikelola baik

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sendirinya. Mereka membutuhkan orang tua dan lingkungan yang kondusif

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. penuh kedamaian, kesejukan, dan ketenangan lahir batin dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak-anak merupakan buah kasih sayang bagi orang tua, sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. para pekerja seks mendapatkan cap buruk (stigma) sebagai orang yang kotor,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Harga diri pada remaja di panti asuhan dalam penelitian Eka Marwati (2013). Tentang

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. sendirinya akibat ulah para penduduknya. Kejahatan, penipuan, dan korupsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ARIS RAHMAD F

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak

BAB l PENDAHULUAN. berikut : pernikahan adalah ikatan lahir batin antara suami istri denga tujuan

BAB I PENDAHULUAN. strategis bagi peningkatan sumber daya manusia adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berperan bagi kehidupan seseorang dikarenakan intensitas dan frekuensinya yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Keluarga merupakan sekumpulan orang yang

HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI KEIKUTSERTAAN DALAM EKSTRAKURIKULER BOLA BASKET DENGAN TINGKAT KECERDASAN EMOSIONAL

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki

faktor eksternal. Berjalannya suatu pendidikan harus didukung oleh unsur-unsur pendidikan itu sendiri. Unsur-unsur pendidikan tersebut adalah siswa,

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dimana usianya berkisar antara tahun. Pada masa ini individu mengalami

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam. Dalam (Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003) Selain faktor yang berada dalam diri peserta didik, untuk dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain dan

BAB I PENDAHULUAN. baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi belajarnya. Namun dalam

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peran penting dalam rangka memelihara

2015 STUD I D ESKRIPTIF PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PEND IDIKAN JASMANI D I SLB-A CITEREUP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan masa yang banyak mengalami perubahan dalam status emosinya,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah salah satu individu yang menjadi bagian dari ciptaan-

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN KEYAKINAN DIRI (SELF-EFFICACY) DENGAN KREATIVITAS PADA SISWA AKSELERASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian M.Anas Hendrawan, 2014 Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Kesiapan Kerja Pegawai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumberdaya manusia yang berkualitas. Dengan pendidikan. mengukur, menurunkan, dan menggunakan rumus-rumus matematika

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

BAB 1 PENDAHULUAN. Berpikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan, Terj. Rahmani Astuti, dkk, (Bandung: Mizan, 2002), hlm. 3.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. akademik (Intelligence Quotient atau sering disebut IQ ) mulai dari bangku

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Syifa Zulfa Hanani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Persaingan antara perusahaan semakin meningkat diiringi berbagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah sebuah anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

INOVASI PENDIDIKAN Bunga Rampai Kajian Pendidikan Karakter, Literasi, dan Kompetensi Pendidik dalam Menghadapi Abad 21

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Pentingnya kehidupan keluarga yang sehat atau harmonis bagi remaja

BAB I PENDAHULUAN. tinggi terhadap segala sesuatu yang menarik perhatiannya. 1 Tidak diragukan. pendidikan yang mempengaruhinya. 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga adalah lingkungan pertama dan utama dalam melaksanakan proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang pendidikan, maka berbicara pula tentang perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. kemudikan oleh orangtua. Kartini Kartono menyebutkan bahwa keluarga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. karena remaja tidak terlepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku, pergaulan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan kesatuan yang terkecil dalam masyarakat, tetapi menempati kedudukan yang primer dan fundamental. Pengertian keluarga disini berarti nuclear family yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Ayah dan ibu secara ideal tidak terpisah tetapi bahumembahu dalam melaksanakan tanggung jawab sebagai orang tua dan mampu memenuhi tugas sebagai pendidik, dan setiap eksponen keluarga melaksanakan fungsi masingmasing. Keluarga merupakan tempat pertama anak-anak mendapat pengalaman dini secara langsung yang akan digunakan sebagai bekal hidupnya dikemudian hari melalui latihan fisik, sosial, mental, emosional, dan spiritual (Mulyadi, 2007: 35). Pernikahan ditegakkan diatas asas yang teguh berupa kecenderungan kasih sayang yang akan menghasilkan sebuah keluarga. Keluarga sebagai dua individu atau lebih yang berhubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam satu rumah, berinteraksi satu sama lain didalam perannya masing-masing. Begitu indah dalam Islam dengan segala risalah pernikahan yang menjadi barokah orang-orang yang terhimpun dalam sunah-nya tumbuh rasa cinta saling berbagi dan menyayangi. Seperti yang dikatakan oleh Malinowski tentang: Principle of Legitimacy sebagai basis keluarga, stuktur sosial (masyarakat) harus diinternalisasikan sejak individu dilahirkan agar seorang anak mengetahui dan memahami posisi dan kedudukanya, dengan harapan agar mampu menyesuaikannya dalam masyarakat (Wismanto, 2014: 7) Keluarga merupakan agen terpenting yang berfungsi meneruskan budaya melalui proses sosialisasi antara individu dengan lingkungan. Untuk mewujudkan fungsi tertentu bukan yang bersifat alami melainkan ada berbagai faktor atau kekuatan yang ada di sekitar

keluarga, seperti nilai, norma, tingkah laku, serta faktor lain yang ada di masyarakat. Terbentuknya suatu keluarga didasari oleh kebutuhan dasar setiap individu. Anak merupakan aset yang sangat berharga, anak akan menjadi generasi penerus yang pada masanya nanti akan menentukan perkembangan suatu keluaga dan negara. Anak yang terdidik dan berkualitas secara itelektual, mental, dan spiritual akan berkembang menjadi orang dewasa yang kompeten dan mampu menjalankan roda kehidupan. Anak sebagai generasi penerus tidak dapat dipisahkan dari lingkungan sosialnya. Keluarga merupakan lingkungan sosial yang sangat penting. Setiap orang tua tentu ingin memiliki anak-anak yang cerdas, namun hal yang kurang diperhatikan oleh beberapa orang tua adalah keberhasilan seseorang tidak hanya dilihat dari kecerdasan intelektual yang tinggi saja, namun juga perlu didukung oleh kecerdasan-kecerdasan lain yang ada pada diri anak tersebut. Ada beberapa jenis kecerdasan. Ada kecerdasan intelektual (Intelligence Quotient- IQ), kecerdasan emosi (Emotional Intelligence-EQ), kecerdasan spiritual (Spiritual Qountient-SQ), dan kecerdasan emosi dan spiritual (Emotional and Spritual Quotient- ESQ). Orang tua adalah orang yang pertama kali harus mengajarkan kecerdasan emosional kepada anaknya dengan memberikan pengalaman, pengetahuan dan keteladanan. Keterlibatan orang tua dalam memberikan bimbingan serta arahan bagi anak akan menentukan keberhasilan anak pada tahap selanjutnya (Agustian, 2001: 78) Inti kecerdasan adalah ungkapan dari cara berfikir seseorang atau kesadaran diri, yakni kesadaran akan perasaan diri sendiri sewaktu perasaan itu timbul. Kecerdasan emosi sangat penting bagi kehidupan seseorang. Menghadapi segala macam tantangan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis. Setiap individu tentu memiliki kehidupan emosi. Dinamika kecerdasan emosi mempengaruhi setiap perilakunya terhadap diri sendiri

maupun orang lain. Pada hakikatnya kecerdasan emosi dapat memusatkan perhatiannya dalam mengenali, memahami, merasakan, mengelola, memotivasi diri, dan orang lain serta dapat mengaplikasikan kemampuan tersebut dalam kehidupan pribadi dan sosial. Kecerdasan emosi dan spriritual menyangkut dalam proses pengembangan karakter dan kepribadian berdasarkan nilai-nilai rukun Iman, rukun Islam dan ihsan, yang pada akhirnya akan menghasilkan manusia unggul di sektor emosi dan spiritual yang mampu mengeksplorasi dan menginternalisasi kekayaan ruhiah, fikriyah dan jasadiah dalam hidupnya (Nuraini,Yuliani dan Bambang, 2010: 48). Apabila orang tua mendidik anaknya di rumah dengan cara yang baik, maka di sekolah maupun di masyarakat, perilaku anak akan baik pula. Anak di tahap perkembangannya akan semakin tau. Orang tua seharusnya memberikan contoh yang baik dalam berprilaku. Orang tua yang mendidik anak dengan baik akan berpengaruh terhadap karakter anak di lingkungannya. Namun, apabila orang tua membiarkan anak berkembang dengan sendirinya maka akan berpengaruh buruk terhadap perilaku anak. Seperti halnya yang terjadi di desa Bumirejo, kecamatan Lendah kabupaten Kulon Progo masih terdapat beberapa keluarga yang mengalami broken home. Bermacam-macam permasalahan terjadi desa tersebut. Melalui wawancara yang dilakukan dengan Ibu Mt (nama inisial) anak selalu menjadi korban, orang tua malah kurang bertanggung jawab dalam mendidik dan mengarahkan anak dalam pergaulan. Jika hal ini terus menerus dibiarkan, hal tersebut akan menghilangkan kepercayaan anak terhadap orang tua, sehingga anak akan mencari pelampiasan tanpa pengamatan dari orang tua. Banyak sekali anak yang mengalami dampak broken home dengan melampiaskan hal-hal negatif demi meluapkan amarah emosional mereka (Wawancara dengan Ag, 15 Desember 2015). Berdasarkan wawancara tersebut, dapat diketahui bahwa pentingnya kesadaran orang tua memperhatikan pola asuh dan ESQ pada anak. Anak dapat melakukan

kebiasaan-kebiasaan untuk mengontrol emosi dan spiritualnya dalam menerapkan perilakunya agar menjadi lebih baik. Melalui wawancara berikutnya yang dilakukan dengan Ibu Mt, warga Lendah Kulonprogo yang selalu mengalami pertengkaran dalam keluarganya. Ia mengganggap keributan dalam keluarganya menjadi hal yang sudah biasa, maka tidak menutup kemungkinan hal itu membuat permasalahan dalam keluarga. Ia juga mengannggap bahwa perkembangan anak tidak sepenuhnya menjadi tugas pokok orang tua, namun sukses tidaknya seorang anak bukan sepenuhnya menjadi tanggung jawab orang tua. Anak akan berhasil dengan usahanya sendiri. (Wawancara dengan Ibu Mt, 26 Desember 2015). Berdasarkan wawancaran tersebut, dapat diketahui bahwa permaslahan yang ada dalam keluarga tidak semuanya menjadi tugas pokok orang tua namun kecerdasan anak muncul karena adanya usaha anak tersebut, sehingga orang tua hanya menutut anak berhasil tanpa memberikan pengarahan. Lain halnya dengan kasus yang dialami oleh warga desa bumirejo lendah Kulonprogo yang bernama inisial Bd (mantan suami Ibu Ar). Ia mempunyai kebiasaan kawin-cerai dan menganggap itu sebagai hal yang biasa. Ia masih bisa berperan sebagai orang tua bagi anak-anaknya, meskipun kedua orang tua sudah tidak lagi menjalin komunikasi dengan baik, namun kedua orang tua masih sangat mengarahkan, mendidik dan menyayangi anaknya. Anak akan mempunyai motivasi untuk melanjutkan kehidupan yang lebih baik, meskipun tak merasakan keindahan dalam sebuah keluarga yang utuh. Hampir semua anaknya berhasil menjadi orang sukses (Wawancara dengan Ar, 15 Desember 2015). Dengan berbagai macam permasalahan yang terjadi ini akan berdampak besar terhadap anak-anaknya. Sebab suasana rumah menjadi tidak kondusif. Orang tua tidak lagi memperhatikan anak-anaknya, sehingga berdampak terhadap perkembangan anak, khususnya pada anak remaja. Orang tua adalah panutan dan teladan bagi perkembangan remaja terutama pada perkembangan psikis dan emosi, orang tua adalah pembentukan karakter yang terdekat. Jika remaja dihadapkan pada kondisi broken home dimana orang tua mereka tidak lagi menjadi panutan bagi dirinya maka berdampak besar pada perkembangan dirinya.

Dalam kasus ini terdapat tiga aspek yang berbeda-beda seperti dalam keluarga Ibu Ag anak menjadi dampak yang negative sehingga anak tidak bisa mengontrol diri untuk mencari pelampiasan yang terjadi dalam keluarganya, namun ada juga dampak yang tidak begitu berpengaruh terhadap anak, seperti halnya dalam keluarga Inisial Ag, kasih sayang yang biasa saja menjadikan anak tidak begitu berpengaruh dalam hal negative maupun positif. Lain halnya dengan keluarga Ibu Ar, pengaruh rumah tangga yang kurang baik menjadi acuan anaknya untuk tetap bangkit dan melampiaskan permasalahannya dalam hal positif. Seperti yang dikatakan Michael Lifshitz mengatakan bahwa anak atau remaja yang berasal dari keluarga kacau (gagal) lebih banyak memiliki konsep diri negatif, lebih banyak mengalami kesulitan dalam hubungan sosial, lebih ekstrim mengekspresikan perasaan, lebih penakut dan sulit mengontrol dari pada anak dari keluarga utuh. Namun ada juga dampak positif dari anak korban perceraian, misalnya anak cepat dewasa, punya rasa tanggung jawab yang baik, bisa membantu ibunya, anak-anak seperti ini akhirnya di dorong kuat untuk mengambil alih peran orang tua yang tidak ada lagi dalam keluarganya (Marlina, 2014: 14). Oleh karena itu, berdasarkan kasus yang terjadi di desa Bumireja, kecamatan Lendah Kulonprogo tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti Kecerdasan Emosi dan Spiritual pada anak keluarga broken home tersebut. Penelitian ini penting untuk dilakukan untuk mengetahui lebih dalam mengenai kecerdasan emosi dan spiritual anak dari dampak broken home.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka pokok permasalahan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana Kecerdasan Emosi dan Spiritual anak pada keluarga broken home di desa Bumirejo Lendah Kulonprogo? 2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi Kecerdasan Emosi dan Spiritual anak pada keluarga broken home di desa Bumirejo Lendah Kulonprogo? 3. Bagaimana strategi meningkatkan kecerdasan emosi anak pada keluarga broken home. C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui Kecerdasan Emosi dan Spiritual anak pada keluarga broken home di desa Bumirejo Lendah Kulonprogo 2. Untuk menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi Kecerdasan Emosi dan Spiritual anak pada keluarga broken home di desa Bumirejo Lendah Kulonprogo 3. Untuk mengetahui strategi meningkatkan kecerdasan emosi anak pada keluarga broken home D. Manfaat Penelitian Uraian kajian penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang bersifat teoritis maupun praktis pada hal-hal yang berkaitan dengan masalah emosi anak pada keluarga broken home. 1. Secara teoritis: a. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi mengenai pengaruh pola asuh orang tua terhadap kecerdasan emosi anak. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan bangunan ilmu pengetahuan dan mengembangkan pendidikan Agama Islam Fakultas Agama

Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan masyarakat Indonesia umumnya. 2. Secara praktis: a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan pada orang tua dalam menerapkan pola asuh yang tepat untuk mendidik anak sehingga seorang anak dapat memiliki kecerdasan emosi yang optimal. b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa data ilmiah tentang kecerdasan emosi anak dan dapat dijadikan rujukan penelitian bagi civitas akademida Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan lembaga lainnya.

E. Sistematika Pembahasan BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI Memuat tentang tinjauan pustaka dari skripsi yang terdahulu dan kerangka teori relevan dan terkait dengan tema skripsi Landasan Teori mengenai hal-hal yang diteliti yang pertama, yakni Tinjauan dalam kecerdasan emosi anak, keluarga dan pembinaan orang tua yang didalamnya mengenai orang tua, tipe orang tua, psikolog anak sampai usia remaja, tugas dan kewajiban anggota keluarga, relasi antar personal dalam keluarga, pembinaan orang tua terhadap anak dalam keluarga broken home Yang kedua, yaitu Pengertian kecerdasan emosi dan spiritual, unsur-unsur kecerdasan emosi, macam-macam kecerdasan emosi, pengertian kecerdasan spiritual, ciri-ciri kecerdasan spiritual. yang ketiga, Tinjauan mengenai lingkungan keluarga broken home. BAB III : METODE PENELITIAN Merupakan metode penelitian yang memuat tentang jenis dan pendekatan penelitian, Lokasi penelitian, subjek penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V : PENUTUP