PEMETAAN POTENSI AIRTANAH DI DAS JUWET KABUPATEN GUNUNGKIDUL

dokumen-dokumen yang mirip
PEMANFAATAN SUMBERDAYA AIRTANAH UNTUK KEGIATAN PERTANIAN LAHAN KERING DI WILAYAH PESISIR KABUPATEN KULONPROGO

KAJIAN DAMPAK INTRUSI AIR LAUT PADA AKUIFER PULAU KORAL SANGAT KECIL BERDASARKAN ANALISIS PERBANDINGAN ION MAYOR

Pemanfaatan Peta Geologi dalam Penataan Ruang dan Pengelolaan Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Disebutkan oleh Surono, dkk (1992), penyusun Formasi Wonosari-Punung berupa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

TANGGAPAN TERKAIT DENGAN PENGGENANGAN LAHAN DI SEKITAR GUA/MATAAIR NGRENENG, SEMANU, GUNUNGKIDUL

BAB I PENDAHULUAN. yang terletak pada bagian utara gawir Pegunungan Selatan (lihat Gambar 1.1).

BAB I PENDAHULUAN. terus berkembang bukan hanya dalam hal kuantitas, namun juga terkait kualitas

BAB I PENDAHULUAN. ini, ketidakseimbangan antara kondisi ketersediaan air di alam dengan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Desa Pendoworejo berada pada ketinggian 100 hingga 475 mdpl. Pada peta

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Gunungkidul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kecamatan

mengakibatkan Kabupaten Gunungkidul dikatakan sebagai daerah miskin air dan bencana kekeringan menjadi permasalahan yang sering dihadapi oleh

BAB I PENDAHULUAN. alam yang bersifat timbal balik (Dwiputra, 2011). Timbal balik atau saling

BAB I PENDAHULUAN. konstruksi yang baik dan tahan lama. Bandara merupakan salah satu prasarana

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum kondisi geologi menyimpan potensi kebencanaan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Daerah

BAB I PENDAHULUAN. utama dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng. Indonesia juga merupakan negara yang kaya akan hasil alam.

KAJIAN DISTRIBUSI SPASIAL SALINITAS AIRTANAH BERDASARKAN KANDUNGAN KLORIDA DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kecepatan infiltrasi. Kecepatan infiltrasi sangat dipengaruhi oleh kondisi

bahwa jumlah air lebih penting dibandingkan dengan kualitas air dari sumber air yang ada. Bentuklahan asal proses solusional (karst) merupakan

lajur Pegunungan Selatan Jawa yang berpotensi sebagai tempat pembentukan bahan galian mineral logam. Secara umum daerah Pegunungan Selatan ini

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Perbandingan Peta Topografi

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Letak, Batas, dan Luas Daerah Penelitian. Sungai Oyo. Dalam satuan koordinat Universal Transverse Mercator

Karakteristik dan Pemanfaatan Mataair di Daerah Tangkapan Sistem Goa Pindul, Karangmojo, Gunungkidul

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan geodinamik yang sangat aktif, yaitu pada batas-batas pertemuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

Studi Hidrogeologi dan Identifikasi Intrusi Air asin pada Airtanah di Daerah Samas, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Analisis Karakteristik Hidrologi Aliran Sungai Bawah Tanah di Kawasan Karst untuk Mendukung Pengembangan Geowisata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jenuh air atau bidang luncur. (Paimin, dkk. 2009) Sutikno, dkk. (2002) dalam Rudiyanto (2010) mengatakan bahwa

ANALISIS DISTRIBUSI SPASIAL SALINITAS AIRTANAH DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. besar dari tekanan atmosfer. Dari seluruh air tawar yang terdapat di bumi,

Land resources is an important geographical aspect related to landuse allocation for human living. The aim

Fitria Nucifera Program Beasiswa Unggulan BPKLN

HIDROGEOLOGI DAERAH RENCANA PENAMBANGAN BATUBARA OPEN- PIT PT. BHARINTO EKATAMA KABUPATEN KUTAI BARAT PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang terbarukan dan memiliki peranan

Jumlah desa, dusun dan luas Kabupaten Bantul per kecamatan dapat

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Cekungan Air Tanah Magelang Temanggung meliputi beberapa wilayah

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS SPASIAL KEMAMPUAN INFILTRASI SEBAGAI BAGIAN DARI INDIKASI BENCANA KEKERINGAN HIDROLOGIS DI DAS WEDI, KABUPATEN KLATEN-BOYOLALI

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

GEOLOGI DAN STUDI BATIMETRI FORMASI KEBOBUTAK DAERAH GEDANGSARI DAN SEKITARNYA KECAMATAN GEDANGSARI KABUPATEN GUNUNG KIDUL PROPINSI DIY

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB III DATA LOKASI. Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention. 3.1 Data Makro

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan kimia airtanah dipengaruhi oleh faktor geologi dan faktor antropogen.

PEMETAAN RISIKO PENCEMARAN AIRTANAH DI KECAMATAN PIYUNGAN, KABUPATEN BANTUL MENGGUNAKAN METODE DRASTIC MODIFIKASI

ANALISA BENTANG ALAM

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.2. Perumusan Masalah

POTENSI AIR TANAH DANGKAL DAERAH KECAMATAN NGEMPLAK DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SLEMAN, D.I. YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan masyarakat sehari-hari sangat penting. Namun, pada

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

Rahmadi Hidayat Mahasiswa Jurusan Teknik Geologi FT Universitas Gadjah Mada. Salahuddin Husein Dosen Jurusan Teknik Geologi FT Universitas Gadjah Mada

BAB I PENDAHULUAN. butiran batuan atau rekahan batuan yang dibutuhkan manusia sebagai sumber air

Perancangan Perkuatan Longsoran Badan Jalan Pada Ruas Jalan Sumedang-Cijelag KM Menggunakan Tiang Bor Anna Apriliana

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia khususnya Pulau Jawa memiliki banyak gunung api karena

BAB 3 GEOLOGI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH

PERAN PERBUKITAN BOKO DALAM PEMBANGUNAN CANDI-CANDI DI DATARAN PRAMBANAN DAN SEKITARNYA, SUATU TINJAUAN GEOLOGIS. Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Potensi bencana alam yang tinggi pada dasarnya tidak lebih dari sekedar

BAB I PENDAHULUAN I.1

PEMETAAN KERENTANAN AIRTANAH DAN PERANANNYA DALAM PERENCANAAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2011 (SNATI 2011) ISSN: Yogyakarta, Juni 2011

POTENSI AIRTANAH DI CEKUNGAN AIRTANAH (CAT) PALU BERDASARKAN SATUAN HIDROMORFOLOGI DAN HIDROGEOLOGI. Zeffitni *)

ANALISIS EVOLUSI HIDROGEOKIMIA AIRTANAH DI PULAU KORAL PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU

PANITIA SEMINAR NASIONAL PENINGKATAN KAPASITAS MASYARAKAT DALAM MANAJEMEN BENCANA BANJIR BANDANG DI LOKASI WISATA MINAT KHUSUS KALISUCI, GUNUNGKIDUL

BAB I PENDAHULUAN. pembangkit tenaga listrik. Secara kuantitas, jumlah air yang ada di bumi relatif

BAB I PENDAHULUAN. atau Badan Nasional Penanggulangan Bencana (2016), bencana tanah longsor

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Persetujuan... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Peta... Daftar Lampiran...

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terhadap barang ini pun kian meningkat seiring bertambahnya jumlah

BAB I PENDAHULUAN. wisata Pantai Parangtritis yang merupakan pantai selatan Pulau Jawa masih menjadi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Istimewa Yogyakarta merupakan gunung paling aktif di dunia. Gunung Merapi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.3.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. rumit yang bekerja sejak dahulu hingga sekarang. Proses-proses tersebut,

KEPUTUSAN NOMOR 54 TAHUN 2015 TENTANG KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ini. Terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard Km 3 air dengan persentase 97,5%

KESESUAIAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DENGAN LINGKUNGAN DI DESA KALITIRTO YOGYAKARTA ABSTRAK

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Desa Mulo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta (Sumber: Triple A: Special Province of Yogyakarta)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) (2014), jumlah penduduk di

Evolusi Hidrogeokimia pada Mataair di Sistem Goa Pindul, Karangmojo, Kebupaten Gunungkidul

I. PENDAHULUAN. kompleks, karena curah hujan yang tinggi akan meningkatkan laju erosi (Paiman dan

Jurusan Teknik Pertambangan, Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta 2

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR... ix. A Latar Belakang...1

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9 PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 6-7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

PENDAHULUAN. menggunakan Analisis Tidak Langsung berdasarkan SNI Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah

Pemodelan Gravity Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul Provinsi D.I. Yogyakarta. Dian Novita Sari, M.Sc. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup di muka bumi. Makhluk hidup khususnya manusia melakukan

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSEMBAHAN

Transkripsi:

PEMETAAN POTENSI AIRTANAH DI DAS JUWET KABUPATEN GUNUNGKIDUL Ahmad Cahyadi 1, Abdur Rofi 2 dan Rika Harini 3 1 Departemen Geografi Lingkungan, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, ahmadcahyadi@geo.ugm.ac.id 2 Departemen Geografi Lingkungan, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, abdurrofi@ugm.ac.id 3 Departemen Geografi Lingkungan, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, rikaharini@ugm.ac.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pemetaan potensi airtanah di Daerah Aliran Sungai Juwet yang terletak di Kabupaten Gunungkidul, daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian dilakukan dengan memanfaatkan karakteristik hidrogeomorfologi wilayah. Hasil analisis menunjukkan bahwa wilayah kajian dapat dibagi menjadi beberapa zona potensi airtanah, yaitu (1) Zona Potensi Airtanah Sedang dengan Hambatan Lereng, (2) Zona Potensi Airtanah Tinggi, (3) Zona Potensi Airtanah Rendah dengan Hambatan Lereng dan Material, dan (4) Zona Potensi Airtanah Sedang dengan Hambatan Material. Kata Kunci: Pemetaan, Potensi, Airtanah, DAS Juwet

1. Pendahuluan Airtanah merupakan bagian dari sumberdaya air yang banyak dimanfaatkan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya [1,2]. Airtanah biasanya memiliki kualitas yang cenderung lebih baik dibandingkan dengan air permukaan karena mengalami penyaringan oleh tanah dan sulitnya tercemar karena tersimpan di dalam akuifer. Penyimpanan dalam akuifer menyebabkan airtanah juga tidak memerlukan transmisi untuk penyaluran [2,3,4]. Hal ini karena airtanah akan melului media akuifer [1]. Daerah Aliran Sungai (DAS) Juwet merupakan salah satu DAS di Kabupaten Gunungkidul yang secara dominan menempati Kecamatan Gedangsari. Sejak ditetapkan sebagai kecamatan sendiri tahun 1995, Kecamatan Gedangsari mulai melakukan pembangunan infrastruktur terutama pada ledok Hargomulya yang merupakan bagian DAS Juwet bagian hulu. Selain itu, perkembangan pariwisata alam yang menawarkan panorama escarpment Baturagung dan gunungapi purba menyebabkan semakin banyaknya kebutuhan akan air bersih. Salah satu sumber air bersih yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih di DAS Juwet adalah airtanah. Dalam upaya mendukung pembangunan di DAS Juwet, maka perlu direncanakan tata ruang yang memperhatikan potensi sumberdaya alam dan bencana, salah satunya potensi airtanah. Hal ini karena airtanah tidak dapat ditemukan di semua tempat di muka Bumi ini dengan jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan manusia [5]. Oleh karena itu, maka pemetaan menjadi sangat penting, sehingga pembangunan yang akan dating tidak menimbulkan masalah baru (misalnya kekurangan sumberdaya air) dan tidak pula menyebabkan kerusakan lingkungan yang parah [6]. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pemetaan sumberdaya airtanah di DAS Juwet. Kajian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam pembangunan di lokasi kajian. Kajian ini dapat memberikan pertimbangan terkait dengan ketersediaan sumberdaya airtanah yang sangat bermanfaat untuk mendukung pembangunan dan segala aktivitas dari manusia. 2. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan hidrogeomorfologi. Pemetaan potensi airtanah dilakukan dengan unit analisis berupa bentuklahan. Peta bentuklahan disusun berdasarkan data topografi yang diambil dari Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1: 25.000 Tahun 2001 terbitan Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (sekarang Badan Informasi Geospasial/ BIG) lembar Jabung, Cawas dan Wonosari, peta geologi skala 1: 100.000 tahun 1995 terbitan Badan Geologi lembar Yogyakarta dan lembar Surakarta, survei lapangan, kajian pustaka, data bor dan data geofisika. 3. Hasil dan Pembahasan Secara regional, DAS Juwet sangat terkait dengan keberadaan Gunungapi Purba Baturagung (Gambar 1). Material gunungapi masa lampau sangat dominan menyusun wilayah kajian. Meskipun demikian, proses berikutnya yang sangat mempengaruhi kondisi airtanah berupa proses structural berupa pengangkatan material dasar laut dan terjadinya patahan di beberapa tempat. Kedua kondisi ini menjadi pengontrol utama dalam proses pembentukan akuifer yang terdapat di lokasi kajian.

Gambar 1. Kompleks Gunungapi Purba Baturagung [7] Hasil analisis Peta Geologi Lembar Yogyakarta dan Surakarta pada skala 1:100.000 diketahui bahwa wilayah penelitian terdiri dari lima formasi geologi yaitu Formasi Kebobutak, Formasi Nglanggran, Formasi Semilir, Formasi Sambipitu dan Formasi Wonosari (Gambar 2). Formasi paling tua terdapat di paling utara dan semakin muda ke arah selatan. Peta geologi tersebut juga menunjukkan bahwa Sungai Juwet berkembang mengikuti jalur patahan mayor dan patahan minor. Patahan utama terdapat di bagian utara DAS Juwet yang membentuk bagian dari Gawir Baturagung, sedangkan patahan minor terletak di tengah dan utara DAS Juwet dan sepanjang sungai berarah utara-selatan. Formasi paling luas adalah Formasi Sambipitu yang meliputi 33,3% dari luas wilayah (Tabel 1).

Gambar 4.1. Peta Geologi DAS Juwet

Tabel 1. Formasi Geologi di DAS Juwet [8] Formasi Geologi Luas (Ha) % Luas Formasi Kebobutak 779,5 23,9 Formasi Nglanggran 655,9 20,1 Formasi Semilir 516,3 15,8 Formasi Sambipitu 1.086,5 33,3 Formasi Wonosari 224,9 6,9 Jumlah 3.263,1 100,0 Bentuklahan yang dominan di DAS Juwet adalah bentuklahan structural dengan material utama berupa batuan hasil proses gunungapi masa lampau dan endapan laut masa lampau. Bentuklahan di DAS Juwet terdiri enam bentuklahan (Gambar, 2), yaitu; pegunungan struktural terkikis sedang sampai kuat Formasi Kebobutak, pegunungan struktural terkikis sedang sampai kuat Formasi Semilir, pegunungan struktural terkikis kuat Formasi Nglanggran, Ledok Hargomulyo, lereng kaki pegunungan struktural terkikis sedang Formasi Sambipitu dan lereng kaki pegunungan struktural terkikis ringan Formasi Wonosari [8]. Secara garis besar, wilayah DAS Juwet dapat dibagi menjadi beberapa wilayah berdasarkan kepada potensi airtanahnya (Gambar 3). Pertama, wilayah dengan potensi airtanah sedang dengan hambatan lereng. Wilayah ini secara geologis menempati Formasi Kebo Butak dan Semilir. Wilayah ini terletak di bagian utara dan tengah dari DAS Juwet yang memiliki lereng lebih dari 25%. Kemiringan lereng yang tinggi menyebabkan aliran air bergerak dengan lebih cepat meskipun memiliki potensi menyimpan air yang cukup tinggi. Kedua, wilayah dengan potensi airtanah sedang dengan hambatan material. Wilayah ini memiliki material berupa gamping endapan dan napalan yang menyebabkan kemampuan menyimpan air dan mengalirkan airtanah menjadi lambat. Hal ini menyebabkan potensi imbuhan airtanah dari hujan menjadi sedikit dan potensi pelepasan air dari material menjadi sedikit pula. Wilayah ini terletak di bagian selatan DAS Juwet. Ketiga, wilayah dengan potensi airtanah rendah dengan hambatan material dan lereng. Wilayah ini menempati wilayah dengan Formasi Nglanggeran dengan batuan gunungapi purba yang kedap air. Hal ini menyebabkan kemampuan menyerap, menyimpan dan mengalirkan airtanah menjadi rendah.

Gambar 2. Peta Geomorfologi DAS Juwet

Gambar 3. Peta Potensi Airtanah di DAS Juwet

Kesimpulan Hasil analisis menunjukkan bahwa potenasi airtanah di DAS Juwet sangat dikontrol oleh jenis batuan dan kelerengan. Setidaknya terdapat empat kelompok potensi airtanah, yaitu; (1) Zona Potensi Airtanah Sedang dengan Hambatan Lereng, (2) Zona Potensi Airtanah Tinggi, (3) Zona Potensi Airtanah Rendah dengan Hambatan Lereng dan Material, dan (4) Zona Potensi Airtanah Sedang dengan Hambatan Material. Pengakuan Penelitian ini merupakan bagian dari hibah Program Pengabdian Kepada Masyarakat Berbasis Pemanfaatan Hasil Penelitian dan Penerapan Teknologi Tepat Guna dengan Judul Optimaslisasi Produksi Pertanian Melalui Metode Pemanenan Air Hujan (Kasus Ledok Hargomulyo, Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul) yang dibiayai oleh Bantuan Pendanaan Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (BPPTN BH) Universitas Gadjah Mada. Peneliti mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya kegiatan penelitian ini. REFERENSI [1] Gilli, E.; Mengan, C. dan Mudry, J. 2012. Hydrogeology: Objectives, Methods, Application. Boca Raton: CRC Press. [2] Hoiscock, K.M. 2005. Hydrogeology: Principles and Practice. Malden, USA: Blackwell Pubishing. [3] Younger, P.L. 2007. Groundwater in the Environment: an Introduction. Malden, USA: Blackwell Pubishing. [4] Hudak, P.F. 2000. Principles of Hydrogeology. Boca Raton: CRC Press. [5] Nonner, J.C. 2003. Introduction to Hydrogeology. Tokyo: A.A. Balkema. [6] Triadmodjo, B. 2009. Hidrologi Terapan. Yogyakarta: Beta Offset. [7] Bronto, S. dan Hartono, G. 2015. Gunung Api di Pegunungan Kulonprogo, Yogyakarta. Disampaikan dalam Seminar Geologi Pegunungan Kulon Progo tahun 2015. Kampus Lapangan STTNAS Kulonprogo, 14 Maret 2015. [8] Cahyadi, A. 2012. Kajian Permasalahan Daerah Aliran Sungai Juwet Kabupaten Gunungkidul dan Usulan Penanggulangannya. Makalah dalam Seminar Nasional Informasi Geospasial untuk Kajian Kebencanaan dalam Pelaksanaan Pembangunan Berkelanjutan dan Pengembangan Kecerdasan Spasial Masyarakat, Program Studi Pendidikan Geografi Universitas Sebelas maret, Surakarta, 22 Maret 2012.