BAB I PENDAHULUAN. penetapan tarif sewa Rusunawa Tamanan Banguntapan. Berdasarkan latar belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mengenai penyesuaian tarif sewa Rusunawa Tambak. Berdasarkan latar belakang

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 41 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. diperbarui adalah sumber daya lahan. Sumber daya lahan sangat penting bagi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEADAAN UMUM KABUPATEN BANTUL. Kabupaten Bantul terdiri dari 17 kecamatan, 75 desa, dan 933 dusun. Secara

BAB II GAMBARAN UMUM. Progo, Kabupaten Gunung Kidul, dan Kota Yogyakarta. Secara geografis, Kabupaten

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" ' 27"

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak di sebelah Selatan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta,

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sangat cepat dan sangat pesat. Masyarakat berbondong-bondong datang ke kota

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak diantara koordinat 110 o o Bujur Timur,

BAB IV GAMBARAN UMUM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL. Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul. Alokasi Kebutuhan, Pupuk Bersubsidi, Sektor Pertanian.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB III TINJAUAN WILAYAH BANTUL

BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG BESARAN UANG PERSEDIAAN PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

BAB I PENDAHULUAN. bisa melakukan aktivitas sehari-hari dan berkelanjutan secara terus menerus.

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 132 TAHUN 2016 T E N T A N G

BAB I PENDAHULUAN. perlunya perumahan dan pemukiman telah diarahkan pula oleh Undang-undang Republik

KEADAAN UMUM WILAYAH. Projotamansari singkatan dari Produktif-profesional, ijo royo royo, tertib, aman,

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dampak dari keberhasilan pembangunan ekonomi, pendidikan dan teknologi di Indonesia adalah kecenderungan seseorang

BAB IV GAMBARAN UMUM

BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 123 TAHUN 2013 TENTANG PENUNJUKAN BAPAK/IBU ASUH PENANGGULANGAN KEMISKINAN KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL,

Gbr.1 Jaringan di Ruang Sekpri Bupati

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 02 /PERMEN/M/2009 TENTANG

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG

ANALISIS PEMBANGUNAN SEKTOR PERUMAHAN TAHUN 2014

I. PENDAHULUAN. Perumahan dan pemukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 8.1 Kesimpulan. penelitian, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

BUPATI BANTUL PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 150 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Tabel Jumlah Penduduk per Kabupaten di DIY Tahun Kabupaten / Kota Gunung-

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 148 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tinggi terletak pada LU dan BT. Kota Tebing Tinggi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan. Perkembangan pembangunan secara tidak langsung merubah struktur

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak pada Lintang Selatan dan 110

PERATURAN WALIKOTAYOGYAKARTA NOMOR 70 TAHUN 2014 TENTANG TARIF SEWA SATUAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA COKRODIRJAN

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta pada khususnya adalah milik pemerintah. Studi dari Britania Raya

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 143 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB III METODE PERANCANGAN. dilakukan berbagai metode perancangan yang bersifat analisa yang

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun untuk memperjelas tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk kota Yogyakarta berdasarkan BPS Propinsi UKDW

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kemiskinan merupakan masalah yang sangat kompleks dan dalam

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG TARIF SEWA RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA TAHUN 2012 DI KABUPATEN SIDOARJO

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. mempersempit ruang gerak di sebuah wilayah. Dimana jumlah pertumbuhan penduduk tidak

BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 205 A TAHUN 2011 TENTANG

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek

BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 65 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. membuka unit usaha syariah yang pada akhirnya melakukan spin off (pemisahan).

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Bab V merupakan bagian akhir dari penulisan penelitian yang

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 18 /PERMEN/M/2007

tkpk.bantulkab.go.id PENYUSUNAN DATA DAN PELAPORAN TPK DESA DAN PEDUKUHAN KECAMATAN PUNDONG PROFIL GAKIN 2013 JIWA TOTAL

BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG ALOKASI DANA DESA KABUPATEN BANTUL TAHUN ANGGARAN 2014 BUPATI BANTUL,

KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 229 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL. Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Bantul. Unit pelaksana, satuan polisi pamong praja, kecamatan.

BAB I PENDAHULUAN. baik yang datang dari sesama manusia, makhluk hidup lainnya, maupun alam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

2018, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan

BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Objek Penelitian

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

BAB IV GAMBARAN UMUM

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proyek

BAB I PENDAHULUAN. banyak, masih dianggap belum dapat menjadi primadona. Jika diperhatikan. dialihfungsikan menjadi lahan non-pertanian.

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, salah satunya adalah kawasan perbatasan Sidoarjo - Surabaya (dalam hal ini Desa Wonocolo, Kecamatan Taman).

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Kota Yogyakarta berkedudukan sebagai ibukota Provinsi DIY dan

BUPATI KUDUS TENTANG PENGELOLAAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) BUPATI KUDUS,

KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan kebutuhan akan tempat tinggal semakin tinggi. Menurut Susanti

BAB IV GAMBARAN OBJEK. a. Sebelah Utara : Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman. b. Sebelah Selatan : Samudera Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia disamping kebutuhan sandang dan pangan. Dikatakan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. berpenghasilan rendah (MBR) dapat juga dikatakan sebagai masyarakat miskin atau

BAB III METODE PENELITIAN

BERITA DAERAH KOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN TARIF SEWA RUMAH SUSUN SEDERHANA KOTA BEKASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan berasal dari kata laksana yang berarti kegiatan 5. Pelaksanaan

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

EVALUASI HARGA SEWA RUSUN PENJARINGANSARI DAN SIWALANKERTO

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Bab I memaparkan tentang latar belakang dan motivasi penelitian mengenai penetapan tarif sewa Rusunawa Tamanan Banguntapan. Berdasarkan latar belakang timbul permasalahan mengenai penetapan tarif sewa yang dijelaskan dalam subbab rumusan masalah. Dari rumusan permasalahan tersebut muncul satu pertanyaan penelitian mengenai penetapan tarif sewa oleh Pemerintah Kabupaten Bantul. Adapun tujuan dari penelitian ini dijelaskan pada subbab selanjutnya. Bab I juga menjelaskan mengenai manfaat penelitian, tidak hanya bagi penulis, tetapi penelitian ini juga memberikan manfaat bagi pihak terkait. Dengan demikian diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi pilihan alternatif kebijakan mengenai penetapan sewa Rusunawa Tamanan Banguntapan. Subbab terakhir membahas mengenai sistematika penulisan penelitian yaitu ringkasan bagian-bagian dalam penulisan tesis ini. 1.1 Latar Belakang Visi pembangunan Kabupaten Bantul yaitu Bantul Projotamansari Sejahtera, Demokratis, dan Agamis. Sejahtera dalam arti bahwa kebutuhan dasar masyarakat Kabupaten Bantul telah terpenuhi secara lahir dan batin. Kebutuhan dasar tersebut berupa kecukupan dan mutu pangan, sandang, papan, kesehatan, pendidikan, lapangan pekerjaan dan kebutuhan dasar lainnya seperti lingkungan yang bersih, aman dan nyaman, juga terpenuhinya hak asasi dan partisipasi serta terwujudnya masyarakat beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. 1

Demokratis dalam arti bahwa adanya kebebasan berpendapat, berbeda pendapat, dan menerima pendapat orang lain. Akan tetapi, apabila sudah menjadi keputusan harus dilaksanakan bersama-sama dengan penuh rasa tanggung jawab. Agamis dalam arti bahwa kehidupan masyarakat Bantul senantiasa diwarnai oleh nilai-nilai religiusitas dan budi pekerti yang luhur. Pentingnya aspek agama tidak diartikan sebagai bentuk primordialisme untuk suatu agama tertentu, tetapi harus diartikan secara umum bahwa nilai-nilai luhur yang dianut oleh semua agama semestinya dapat diterapkan dalam interaksi sosial sehari-hari. Kabupaten Bantul merupakan salah satu daerah dengan perkembangan yang cukup pesat. Sejalan dengan perkembangan tersebut, adalah pertumbuhan penduduk yang membutuhkan penyediaan infrastruktur yang memadai, termasuk di dalamnya adalah penyediaan infrastruktur tempat tinggal yaitu perumahan. Penyediaan perumahan merupakan salah satu pendukung perkembangan wilayah dan penunjang peningkatan perekonomian. Bagaikan dua sisi mata uang antara investasi dan ketersediaan infrastruktur. Investasi menjadi daya tarik pengembang perumahan di sisi lain ketersediaan infrastruktur serta kedekatan permukiman dan tenaga kerja dapat menjadi daya tarik bagi penanam modal. Kabupaten Bantul termasuk kabupaten yang padat penduduknya karena memiliki jumlah penduduk yang mencapai 927 ribu orang, terbesar kedua setelah Kabupaten Sleman dengan kontribusi sebesar 26,4 persen dari total penduduk Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Bantul sebagai salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) direncanakan sebagai kawasan perumahan dan pemukiman. Pengembangan 2

permukiman direncanakan ada permukiman khusus seperti perumahan nelayan, perumahan buruh industri dan perumahan masyarakat berpenghasilan rendah. Perkembangan jumlah penduduk di Bantul dapat dilihat dari tabel di bawah ini. Tabel 1.1 Jumlah Penduduk menurut Kabupaten/Kota di D.I. Yogyakarta Tahun/ Year Uraian/ Description Kulonprogo Kabupaten/Kota / Regency/City Bantul Gunung- Sleman Yogya kidul karta DIY 2007 Jumlah/ Total 384 326 872 866 675 359 1 035 032 391 821 3 359 404 2008 Jumlah/ Total 2009 Jumlah/ Total 2010 Jumlah/ Total 2011 Jumlah /Total 2012*) Jumlah /Total % 11.44 25.98 20.1 30.81 11.66 100 385 937 886 061 675 471 1 054 751 390 783 3 393 003 % 11.37 26.11 19.91 31.09 11.52 100 387 493 899 312 675 474 1 074 673 389 685 3 426 637 % 11.31 26.24 19.71 31.36 11.37 100 388 869 911 503 675 382 1 093 110 388 627 3 457 491 % 11.25 26.36 19.53 31.62 11.24 100 390,207 921,263 677,998 1,107,304 390,553 3,487,32 5 % 11.19 26.42 19.44 31.75 11.2 100 393,221 927,958 684,740 1,114,833 394,012 3,514,76 2 Sumber: BPS (2015) % 11.19 26.40 19.48 31.72 11.21 100 Salah satu masalah kependudukan di Bantul adalah pemenuhan kebutuhan akan rumah. Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang berfungsi sebagai tempat berlindung dan mendukung terselenggaranya pendidikan keluarga, pertumbuhan budaya dan perilaku, serta meningkatkan kualitas generasi yang akan datang. Sebagian penduduk yang tinggal di wilayah perkotaan Bantul berprofesi sebagai pekerja dengan pendapatan yang minim, sehingga kesulitan memenuhi kebutuhan akan rumah. Harga tanah atau rumah tidak sebanding dengan besarnya 3

upah.wilayah perkotaan Bantul meliputi Bantul, Sewon, Kasihan dan Banguntapan. Harga rumah di pinggiran Kota Yogyakarta atau di Bantul sebelah utara berbatasan dengan kota Yogyakarta mencapai ratusan juta rupiah, sementara pendapatan pekerja hanya sebatas UMP atau lebih sedikit. Besaran UMP DIY tahun 2016 sesuai Surat Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 255/Kep/2015 tentang Upah Minimum Kabupaten/Kota tahun 2016 di Daerah Istimewa Yogyakarta adalah sebagai berikut. Tabel 1.2 UMK Kabupaten/Kota di D.I. Yogyakarta dalam Rupiah Tahun Kabupaten/Kota Kulon Progo Bantul Gunung Kidul Sleman Yogyakarta 2015 1.138.000 1.163.800 1.108.249 1.200.000 1.302.500 2016 1.268.870 1.297.700 1.235.700 1.338.000 1.452.400 Sumber: SK Gubernur DIY Nomor 255/Kep/2015 Dengan pendapatan di atas para pekerja kesulitan memenuhi kebutuhan akan rumah. Jumlah pekerja yang banyak membutuhkan penyediaan pemukiman yang banyak yang mana membutuhkan lahan yang banyak pula. Akibat karena terbatasnya lahan perlu dibuat kebijakan pembangunan pemukiman secara vertikal. Sejalan dengan meningkatnya kebutuhan rumah tinggal, maka pembangunan rumah susun sederhana sewa menjadi alternatif untuk pemenuhan kebutuhan rumah tinggal yang bermartabat, nyaman, aman, dan sehat bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah, khususnya yang berpenghasilan rendah. Pembangunan Rusunawa yang telah dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Bantul perlu segera dikelola agar dapat berhasil guna dan berdaya guna serta mencapai target dan sasaran yang diharapkan. 4

Bangunan Rusunawa yang vertikal juga dapat menampung lebih banyak pekerja karena jumlah pekerja di Kabupaten Bantul sangat banyak. Pekerja ini ada yang masih bujang dan ada yang sudah berkeluarga sehingga dibutuhkan 2 tipe Rusunawa yang dapat memenuhi kebutuhan pekerja. Adapun jumlah tenaga kerja tiap kecamatan di Kabupaten Bantul seperti dalam tabel berikut ini. Tabel I.3 Jumlah Angkatan Kerja di Kabupaten Bantul Tahun 2011 2015 No Kecamatan 2011 2012 2013 2014 2015 B P B P B P B P B P 1 Srandakan 17.666 267 19.931 1.853 46.263 1.314 16.112 1.336 15.168 1.299 2 Sanden 16.192 2.497 18.805 2.415 22.534 1.261 15.398 1.082 13.847 1.266 3 Kretek 18.680 615 17.210 1.844 16.339 1.555 15.219 1.284 11.860 1.708 4 Pundong 15.748 386 15.772 362 16.312 509 15.025 979 13.907 3.092 5 Bambanglipuro 24.685 2.361 22.249 1.674 16.220 1.671 17.058 1.135 20.938 985 6 Pandak 29.471 1.984 32.500 870 29.472 1.345 27.087 911 23.807 1.097 7 Bantul 32.396 4.286 36.841 3.804 34.669 4.437 27.624 1.890 28.300 1.378 8 Jetis 25.064 2.007 25.090 1.793 25.452 1.472 27.195 2.696 24.411 1.094 9 Imogiri 36.198 1.466 34.444 1.335 36.688 1.356 35.836 1.161 38.977 1.032 10 Dlingo 22.948 1.176 28.759 865 27.100 1.016 26.173 759 28.000 65 11 Pleret 25.410 2.886 29.540 2.072 29.625 2.067 22.678 1.068 23.763 909 12 Piyungan 20.514 588 27.371 3.051 23.278 585 21.987 1.323 19.287 879 13 Banguntapan 51.992 1.432 55.192 958 56.659 1.749 57.955 1.320 60.427 2.401 14 Sewon 43.828 2.645 43.456 1.309 49.374 2.040 42.106 2.187 39.457 2.024 15 Kasihan 47.709 2.801 46.237 2.463 46.263 2.456 45.109 1.473 49.867 1.253 16 Pajangan 20.809 701 21.091 309 20.080 169 18.117 544 14.689 141 17 Sedayu 27.257 1.121 27.505 98 25.835 1.186 23.422 1.368 22.662 1.300 Jumlah 476.567 29.219 501.993 28.075 496.370 26.188 501.632 22.516 527.530 22.553 Persentase 5,80% 5,30% 5,01% 4,30% 4,10% Sumber: Disnakertrans Kabupaten Bantul, 2016 Penyediaan perumahan di Kabupaten Bantul dilakukan dengan beberapa pendekatan. Sistem penyediaan Kawasan dan Lingkungan Siap Bangun (KASIBA/ LISIBA), penyiapan rumah siap huni, pengadaan perumahan swadaya, penyediaan perumahan yang bersubsidi, atau penyediaan rumah dengan sistem sewa merupakan alternatif-alternatif penyediaan perumahan bagi masyarakat dan pekerja. Pemerintah Kabupaten Bantul telah merencanakan dan mengembangkan skema perumahan bagi pekerja dengan tingkat pendapatan rendah. Kriteria yang 5

harus terpenuhi dari perumahan ini adalah terjangkau oleh masyarakat pekerja, lokasi dekat dengan orientasi kerja, sehat, aman dan nyaman. Asumsi tersebut diambil berdasarkan pemahaman bahwa rumah merupakan tempat manusia berlindung dari gangguan alam dan hewan, sebagai tempat bersosialisasi, sebagai tempat mengaktualisasikan karya dan karsanya dan sebagai tempat membangun budayanya, serta mempertimbangkan aspek efisiensi waktu jangkauan pelayanan fasilitas perkotaan dan aksesibilitas. Untuk mengatasi permasalahan pemukiman penduduk yang berprofesi sebagai pekerja, Pemerintah telah membangun rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) di Desa Tamanan Kecamatan Banguntapan, terletak di tepi jalan arteri ring road selatan, sebelah timur perempatan jalan Imogiri Barat. Dipilihnya Desa Tamanan Kecamatan Banguntapan karena letaknya yang dekat dengan kota Yogyakarta, sehingga dekat dengan lokasi kerja. Jarak yang dekat akan menghemat biaya transportasi dan menghemat waktu tempuh pulang dan pergi bekerja. Rusunawa Tamanan merupakan Rusunawa keempat di Bantul karena sebelumnya sudah dibangun 3 Rusunawa untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Ketiga Rusunawa tersebut adalah Rusunawa Projo Tamansari I di Dusun Glugo Desa Panggungharjo Kecamatan Sewon, Rusunawa Projo Tamansari 2 di Dusun Tambak Desa Ngestiharjo Kecamatan Kasihan dan Rusunawa Projo Tamansari 3 di Desa Banguntapan Kecamatan Banguntapan. Pembangunan Rusunawa Tamanan Banguntapan merupakan hasil kesepakatan bersama antara Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia dengan Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 6

005/SKB/M/2013, Nomor 6/SKB/M/2013, dan Nomor I/KSP/II/2013, tentang penyediaan rumah susun bagi pekerja/buruh di DIY. Rusunawa ini dibangun di atas tanah kas desa Tamanan tepatnya Persil 56 S.IV seluas 1 hektar yang terletak di Pedukuhan Sokowaten. Rusunawa Tamanan terdiri atas 2 twin block, masing-masing terdiri atas 5 lantai. Luas masing-masing twin blok adalah 4.000 m², sehingga luas keseluruhan twin block adalah 8.000 m². Twin blok sebelah selatan terdiri atas 104 unit disewakan untuk pekerja yang statusnya masih bujang. Twin blok sebelah utara terdiri atas 66 unit disewakan untuk pekerja yang sudah berkeluarga. Dana untuk pembangunan Rusunawa Tamanan berasal dari APBN yang bersamaan dengan pembangunan 10 Rusunawa di Indonesia. Karena Rusunawa ini terletak di Tanah Kas Desa Tamanan maka Pemerintah Kabupaten Bantul harus membayar sejumlah sewa kepada Desa Tamanan. Dana untuk membayar sewa Tanah Kas Desa Tamanan dikeluarkan oleh Pemerintah Kabupaten Bantul menggunakan APBD. Tarif sewa ditentukan berdasarkan kesepakatan antara Pemerintah Kabupaten Bantul dengan Pemerintah Desa Tamanan. Sewa tanah dibayarkan setiap 3 tahun dengan kenaikan sebesar 5 persen setiap tahun atau sebesar 15 persen setiap 3 tahun. Kenaikan sewa tanah dimulai pada tahun ke-4/tahap 2. Nilai sewa Tanah Kas Desa yang diterima oleh Pemerintah Desa Tamanan adalah seperti tercantum dalam Tabel 1.4. 7

Tabel. 1.4 Nilai Sewa Tanah Kas Desa Tamanan Tahap Tanggal Luas (m 2 ) 1 10/12/2014 10,000 s.d. 9/12/2017 2 3 10/12/2017 s.d. 9/12/2020 10/12/2020 s.d. 9/12/2023 10,000 10,000 Sewa/ m 2 2,000 2,000 2,000 4 10/12/2023 10,000 2,000 s.d. 9/12/2024 Sumber: Bagian Pemdes Setda Kab. Bantul Kenaikan (Rp) 9,000,000 10,350,000 3,967,500 Diterimakan (Rp) 60,000,000 69,000,000 79,350,000 30,417,500 Ket Dibayarkan setiap 3 tahun dengan kenaikan sebesar 5% setiap tahun atau sebesar 15% setiap 3 tahun, kenaikan dimulai tahun ke-4/tahap ke-2. Rusunawa sebagai investasi pemerintah dalam penyediaan infrastruktur tidak bisa diharapkan sebagai sumber pendapatan daerah karena tujuan pembangunan Rusunawa adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan tempat tinggal yang murah namun layak. Dengan kata lain Rusunawa bukan merupakan bangunan komersil. Walaupun begitu, proyek investasi ini perlu dilakukan secara cermat agar tidak membebani pemerintah, karena Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul sudah mengeluarkan biaya untuk membayar sewa Tanah Kas Desa. Penentuan tarif sewa yang optimal diharapkan mampu menutup biaya operasional dan perawatan Rusunawa. Tarif sewa Rusunawa Tamanan belum ditentukan karena baru awal tahun 2016 ini selesai dibangun. Peraturan Daerah ataupun Peraturan Bupati Bantul khusus yang mengatur tentang tarif sewa Rusunawa Tamanan belum dibuat, yang ada baru Perda Kabupaten Bantul Nomor 6 tahun 2012 yang mengatur tarif sewa Rusunawa secara umum. Rusunawa yang telah ada semuanya tipe 24 sedangkan Rusunawa Tamanan terdiri dari 2 tipe yatitu tipe 24 dan tipe 36 sehingga perlu dibuatkan aturan khusus. 8

Untuk memperoleh nilai pasar dari tarif sewa Rusunawa diperlukan juga beberapa pertimbangan sebagai berikut. 1. Besarnya biaya yang digunakan untuk membangun Rusunawa. 2. Besarnya biaya yang diperlukan untuk operasional dan pemeliharaan rusunawa untuk mengetahui batas minimum tarif sewa sarusun. 3. Nilai tanah kas desa (TKD) Tamanan sebagai upaya pengembalian investasi oleh Pemerintah Desa Tamanan. 4. Nilai pasar tarif sewa rusunawa lain yang terdapat di sekitar kawasan perkotaan Yogyakarta, Kabupaten Sleman, dan Kabupaten Bantul. 5. Nilai pasar tarif sewa Rusunawa di daerah lain yang mempunyai tipe dan klasifikasi yang sama. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian tentang penetapan tarif sewa Rusunawa Tamanan ini penting untuk dilakukan agar diperoleh nilai sewa yang optimal. Selain untuk menentukan besarnya tarif sewa Rusunawa penelitian ini juga untuk menentukan besarnya kenaikan atau pertumbuhan tarif sewa rusunawa setiap tahunnya. 1.2 Keaslian Penelitian Sebagai acuan dalam melakukan penelitian ini perlu untuk mengetahui penelitian terdahulu sehingga bisa dipakai untuk perbandingan. Penelitian dan kajian tentang estimasi nilai sewa Rusunawa telah banyak dilakukan oleh peneliti terdahulu. Peneliti terdahulu yang dijadikan acuan tercantum dalam Tabel 1.5. 9

Tabel 1.5 Keaslian Penelitian No. Peneliti Tahun Alat Analisis Hasil 1. Murhandjanto 2012 Pendekatan perbandingan data pasar, pendekatan biaya, estimasi nilai sewa. 2. Purnamasari 2013 Survei langsung menggunakan kuesioner Penetapan harga sewa berdasarkan biaya operasional dan pemeliharaan, dengan pendekatan metode perbandingan data pasar untuk rusunawa di Panggungharjo. Harga sewa minimum rusunawa adalah Rp203.705/unit/bulan. Hasil analisa WTP dari 200 responden pekerja berpenghasilan Rp1.000.000,- s.d. Rp1.700.000,- sanggup membayar sewa rusunawa sebesar Rp160.000,- perbulan. 3 Utari dan Rachmawati 2013 Metode analisa titik impas Harga sewa unit yang dapat menutupi kebutuhan perawatan dan pemeliharaan adalah sebesar Rp680.942,98 untuk rusun Penjaringansari dan untuk rusun Siwalankerto antara Rp629.526,92 Rp2.238.317,93. Dari harga sewa eksisting, subsidi untuk menutup biaya perawatan dan pemeliharaan adalah sebesar Rp59.226.526,29 untuk rusun Penjaringansari sedangkan untuk rusun Siwalankerto sebesar Rp218.996.215,22. Kesamaan penelitian terdahulu terhadap penelitian ini adalah tujuan dari penelitian untuk mengestimasi nilai sewa atas objek berupa bangunan milik Pemerintah yaitu bangunan Rusunawa. Murhandjanto (2012) meneliti Rusunawa di Panggungharjo, Sewon, Bantul. Objek penelitian sama-sama di Bantul, tetapi berbeda kecamatan. Waktu penelitian juga selisih 4 tahun. Hasil penelitian 10

Purnamasari (2013) menggunakan metode WTP, bisa untuk perbandingan dengan melihat UMK Bantul. Penelitian Utari dan Rachmawati (2013) menghasilkan nilai sewa yang cukup tinggi tetapi sewa ini bisa ditekan dengan pemberian subsidi dari Pemerintah. Hal ini bisa memberikan masukan apabila hasil sewa dari penelitian ini cukup tinggi Pemerintah dapat menekannya dengan pemberian subsidi. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah tipe Rusunawanya. Rusunawa sebelumnya hanya 1 tipe yaitu tipe 24 untuk penyewa yang sudah berkeluarga, sedangkan Rusunawa Tamanan terdiri dari 2 tipe yaitu tipe 24 untuk penyewa yang masih bujang dan tipe 36 untuk penyewa yang sudah berkeluarga. Rusunawa Tamanan Banguntapan baru selesai dibangun pada awal tahun 2016 dan belum mulai dipasarkan untuk disewakan sehingga belum ditentukan berapa besar tarif sewanya. Pemerintah Kabupaten Bantul belum membuat Peraturan Daerah yang khusus untuk menentukan tarif sewanya. Oleh karena itu, penelitian ini akan diberi judul Estimasi Penetapan Tarif Sewa Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Desa Tamanan, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul. 1.3 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah penetapan tarif sewa Rusunawa agar dapat menutup biaya operasional dan tidak menambah beban pemerintah, namun juga tidak memberatkan para penyewa. Rusunawa Tamanan terdiri dari 2 twin block yaitu 1 twin block untuk penyewa yang sudah berkeluarga dan 1 twin block untuk penyewa yang masih bujang, masing-masing berbeda ukuran luasnya. Unit satuan rumah susun sewa (Sarusunawa) untuk penyewa 11

yang sudah berkeluarga memiliki luas 36 m² terdiri atas 2 kamar tidur, kamar tamu, kamar makan, dapur, kamar mandi dan jemuran. Tiap unit berisi perlengkapan antara lain: 2 tempat tidur, 2 almari pakaian, 1 set kursi tamu dan 1 set kursi makan. Unit untuk penyewa bujang memiliki luas 24 m² terdiri atas 1 kamar multi fungsi dan kamar mandi dalam. Kamar multi fungsi berisi tempat tidur tingkat, 2 almari, 2 meja dan 2 kursi. Perbedaan luas kamar dan fasilitas di dalamnya juga akan mempengaruhi besaran nilai sewa Rusunawa. Masing-masing unit sarusunawa juga mendapat fasilitas air bersih dan listrik. Selain itu, di luar satuan unit juga terdapat fasilitas umum meliputi warung internet, mini market, mushola, kamar mandi umum, ruang pertemuan, ruang parkir kendaraan, dan halaman yang luas bisa digunakan untuk sarana olah raga dan bermain. Rusunawa Tamanan masing-masing twin blok terdiri dari lima lantai dimana semakin ke atas sewanya semakin murah karena pengaruh faktor ketinggian bangunan. Dengan demikian diperlukan perhitungan yang cermat agar diperoleh nilai sewa yang optimal dengan memperhatikan tipe, letak lantai sehingga dapat menjamin keberhasilan dan keberlanjutan program pembangunan Rusunawa. Pertumbuhan tarif sewa perjangka waktu tertentu juga perlu ditetapkan sejak awal untuk menyesuaikan dengan kenaikan biaya yang diperlukan. 1.4 Pertanyaan Penelitian 1. Berapa nilai tanah dan bangunan Rusunawa Tamanan Banguntapan. 2. Berapa tarif sewa wajar Rusunawa Tamanan Banguntapan berdasarkan luas satuan unit dan letak lantai. 3. Berapa pertumbuhan tarif sewa Rusunawa Tamanan Banguntapan. 12

1.5 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitan ini adalah sebagai berikut. 1. Untuk mengestimasi nilai tanah dan bangunan Rusunawa Tamanan Banguntapan. 2. Untuk mengestimasi nilai sewa Rusunawa Tamanan Banguntapan berdasarkan luas per satuan unit dan letak lantai. 3. Untuk mengestimasi pertumbuhan tarif sewa Rusunawa Tamanan Banguntapan. 1.6 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan pemikiran yang berarti yaitu: 1. diharapkan dapat memberikan masukan kepada Pemerintah Kabupaten Bantul dalam menetapkan tarif sewa Rusunawa; 2. diharapkan dapat menambah literatur dalam kasus Rusunawa yang didanai APBN dan dikelola oleh Pemda. 1.7 Sistematika Penulisan Rancangan sistematika penulisan dari tesis diuraikan secara runtut per bab. Penjelasan dimulai dari mengapa topik ini dipilih, apa teori yang melandasi, bagaimana metode penelitian yang digunakan, bagaimana analisis yang dihasilkan, dan apa rekomendasi yang dihasilkan dari penelitian ini. Sistem penulisan ini terdiri dari 5 bab. Bab I Pendahuluan, menjelaskan tentang latar belakang, keaslian penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan 13

penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Latar belakang dari penelitian ini adalah masih kesulitannya Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul dalam menentukan tarif sewa Rusunawa Tamanan karena Rusunawa ini berbeda dengan Rusunawa yang telah ada sebelumnya. Untuk itu perlu mempelajari berbagai penelitian tentang sewa Rusunawa baik di Bantul maupun di daerah lain. Berdasarkan rumusan masalah diperoleh judul penelitian yaitu Estimasi Penetapan Tarif Sewa Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Desa Tamanan, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul. Bab II Landasan Teori/Tinjauan Pustaka, memuat tentang teori, tinjauan terhadap penelitian yang pernah ada, dan kerangka penelitian. Teori yang dibahas antara lain mengenai pengertian rumah susun, tarif sewa rumah susun, Tanah Kas Desa, penilaian aset, dan teori ketinggian bangunan. Tinjauan penelitian yang pernah ada mencantumkan 3 peneliti yaitu Murhardjanto, Purnamasari serta Utari dan Rachmawati. Bab III Metode penelitian, memuat desain penelitian, metode pengumpulan data, definisi operasional, formula penyelesaian, instrumen penelitian, dan metode analisis data. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Pengumpulan data menggunakan metode komunikasi dan non komunikasi. Bab IV Analisis dan Pembahasan, menganalisis dan membahas masalah yang tertuang dalam rumusan masalah. Pada bab ini dijelaskan mengenai penghitungan nilai Tanah Kas Desa Tamanan, nilai bangunan Rusunawa, perhitungan tarif sewa berdasarkan PMK No 33 Tahun 2012 serta pertumbuhan tarif sewa Rusunawa. 14

Bab V Simpulan dan Saran, menjawab ketiga pertanyaan penelitian. Dari simpulan dapat diketahui nilai Tanah Kas Desa Tamanan dan bangunan Rusunawa, Tarif sewa Rusunawa dan pertumbuhan tarif sewa Rusunawa serta memberikan saran yang bermanfaat. Berdasarkan simpulan bisa diketahui implikasi dari penelitian ini. Saran berisi saran untuk Pemerintah Kabupaten Bantul dan untuk peneliti selanjutnya. 15

16