1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian PT. Gudang Garam Tbk sebuah perusahaan besar yang bergerak dibidang industri rokok didirikan pada tahun 1958 oleh Surya Wonowidjoyo, perusahaan telah mencatatkan sebagai industri rokok yang mampu bertahan dan maju ditengah perkembangan regulasi yang sangat membatasi ruang lingkup dan perkembangan usahanya, salah satunya adalah kewajiban untuk mencantumkan gambar peringatan orang merokok dengan gambar tengkorak dibelakangnya, hal ini tentunya menjadikan daya jual rokok menurun secara langsung karena setiap konsumen langsung merasakan dampak dari pencantuman peringatan tersebut, pada tahun 1990 perusahaan telah mencatatkan diri di Bursa Efek Surabaya dan Jakarta, penulis mencoba melakukan penelitian apa sebenarnya yang menjadi kunci keberhasilan perusahaan ini dalam mengelola perusahaan dari perspektif Total Quality Management (TQM), apakah di perusahaan ini prinsip-prinsip TQM diterapkan dan seberapa besar dampak yang ditimbulkan dengan penerapan TQM ditengah-tengah kondisi pasar rokok yang tidak kondusif dimana dari pihak regulator atau pemerintah memberlakukan peraturan yang justru sangat menghambat dan mengurangi kemampuan produsen rokok dalam memasarkan produknya meskipun peraturan tersebut bertujuan sangat baik yaitu meningkat kesehatan masyarakat, hal ini memang menjadi sebuah buah simalakama bagi industri rokok di Indonesia pada khususnya dan di dunia pada umumnya.
2 Beberapa perusahaan yang telah menerapkan TQM ada yang berhasil meningkatkan kinerjanya, tetapi ada juga yang belum mampu meningkatkan kinerja mereka, namun demikian sedikit sekali bukti empiris yang menguji alasan atau faktor-faktor penyebab ketidakkonsistenan hasil penerapan tehnik TQM ini (Powel, 1995 dalam Suprantiningrum dan Zulaikha 2003:775). Kenyataan ini menunjukkan bahwa tidak ada sistem akuntansi manajemen secara universal selalu tepat untuk bisa diterapkan pada seluruh organisasi pada setiap keadaan, namun sistem akuntansi manajemen tersebut tergantung juga pada faktor-faktor kondisional yang ada dalam organisasi yang bersangkutan dalam organisasi yang bersangkutan. Beberapa peneliti bidang akuntansi menyatakan bahwa kinerja perusahaan yang rendah, disebabkan oleh ketergantungan terhadap sistem akuntansi manajemen perusahaan tersebut yang gagal dalam penentuan sasaransasaran yang tepat, ukuran-ukuran kinerja dan sistem penghargaan atau reward system (Kaplan 1990; Banker et. Al. 1993). Peneliti lain yang melakukan pengujian untuk melihat faktor-faktor penyebab ketidakefektifan penerapan TQM, misalnya Wruck dan Jensen (1994), menyatakan bahwa efektivitas penerapan TQM memerlukan perubahan mendasar pada infrastruktur organisasional, meliputi : sistem alokasi wewenang pembuatan keputusan, sistem pengukuran kinerja, sistem penghargaan serta hukuman atau punishment. Walau demikian temuan Ittner dan Larcker (1995) tidak menemukan bukti bahwa organisasi yang mempraktikkan TQM dan Sistem Akuntansi manajemen dapat mencapai kinerja yang tinggi. Peneliti lain yaitu Khim dan Larry (1998); Retno (2000) dalam penelitiannya menemukan adanya pengaruh interaktif (bersama
3 sama) antara praktik penerapan TQM dengan desain sistem akuntansi manajemen terhadap kinerja, hal inilah yang menjadi latar belakang utama penulis melakukan penelitian ini. Perubahan lingkungan dari lingkup lokal menjadi menjadi global menyebabkan terjadinya perubahan dihampir semua sektor kehidupan. Adanya keharusan untuk penyesuaian situasi secara global, membuat manajer tidak hanya mengacu pada situasi lokal, nasional ataupun regional, namun harus mampu bersaing secara internasional.sikap perusahaan untuk menghadapi hal ini hanya ada satu, yaitu ikut mengalami perubahan baik secara struktural maupun sumber daya yang dimiliki. Salah satu cara yang bisa ditempuh oleh perusahaan adalah dengan membenahi sumber daya manusia yang dimilikinya agar bisa bertahan dalam persaingan jangka panjang (Samuel, 2003 : 73) Di samping melakukan peningkatan kinerja atau sumber daya manusianya, perusahaan juga dituntut untuk peningkatan kualitas produk dan jasa yang dihasilkan agar mampu bersaing dalam persaingan global. Dalam meningkatkan kualitas produk dan jasa, perusahaan harus melakukan peningkatan dari segi kualitas, inovasi, kreatifitas dan produktifitas secara konsisten agar dapat menghasilkan produk akhir yang bernilai positif lebih tinggi serta jasa yang pelayanannya lebih baik sehingga dapat memenuhi kepuasan para pelanggan. Peningkatan kualitas dalam aspek produk dan jasa serta aspek manajemen dapat membawa organisasi mampu bertahan di lingkungan bisnis global (Tjiptono dan Diana, 2001 : 64).
4 Munculnya ekonomi global ini juga mendorong setiap perusahaan untuk mengubah cara mereka dalam menjalankan bisnis. Kondisi persaingan yang dihadapi semakin memanas, sehingga bila mereka tidak sanggup bersaing, maka jalan menuju kebangkrutan terbentang luas. Salah satu cara terbaik dalam persaingan global adalah dengan menghasilkan suatu produk barang atau jasa dengan kualitas terbaik. Kualitas terbaik akan diperoleh dengan melakukan upaya perbaikan secara terus menerus terhadap kemampuan manusia, proses dan lingkungan. Penerapan TQM merupakan hal yang sangat tepat agar dapat memperbaiki kemampuan unsur-unsur tersebut secara berkesinambungan (Ismunawan, 2010 : 27). Setelah penerapan tentang konsep mutu terpadu muncul, maka lahirlah sebuah ide akan pengembangan untuk meningkatkan mutu secara total (keseluruhan). Konsep ini dikenal dengan Total Quality Management (TQM). TQM bermula di Amerika Serikat (AS) selam perang dunia ke 2 (dua), ketika ahli statistic Amerika Serikat, Edward Deming menolong para insinyur dan teknisi untuk menggunakan teori statistik guna memperbaiki kualitas produksi. Setelah perang, teorinya banyak diremehkan oleh perusahaan Amerika. Kemudian Deming pergi ke Jepang, dimana dia mengajarkan pemimpin bisnis top pada Stastica Quality Control bahwa mereka dapat membangun negaranya jika mengikuti nasehatnya. TQM merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba memaksimalkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus terhadap produk barang dan jasa, sumber daya manusia, proses
5 dan lingkungannya, baik yang didorong oleh kekuatan eksternal maupun internal organisasi (Tjiptono dan Diana, 2001 : 328). Berdasarkan TQM tolak ukur keberhasilan usaha bertumpu pada kepuasan pelanggan atas barang atau jasa yang diterimanya. Untuk dapat diperoleh dan mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan dalam menghadapi persaingan bebas dan kompetitif, diperlukan suatu komitmen perusahaan yang mengarah kepada kepuasan pelanggan, dimana mutu merupakan factor utama yang mempengaruhi pilihan konsumen untuk berbagai jenis produk dan jasa. Mutu juga merupakan sesuatu kekuatan yang dapat menghasilkan keberhasilan perusahaan (Prawirosentono, 2007 :3) Sistem TQM ditentukan oleh CEO/pimpinan puncak yang harus terlibat dan bertanggung jawab atas pelaksanaannya, karena CEO dan manajer senior organisasi perusahaan yang menentukan strategi usaha, produk atau jasa apa yang akan diproduksi dan menentukan pasar konsumen yang akan memakai produk atau jasa tersebut. Artinya ialah bahwa kebijaksanaan aplikasi sistem TQM secara mendasar ditentukan dalam ruang ruang rapat direksi (boardroom) dan bukan tingkat lantai kerja (floor) karyawan. Dengan demikian jelas bahwa strategi mencapai tujuan TQM secara mendasar sejak awal harus dilaksanakan dengan komitmen penuh oleh para CEO beserta seluruh eselon manajemen puncak, kemudian menyusul semua tingkat manajemen madya dan manajemen opersional (Suprantiningrum, 2002 : 11). Pada hakikatnya, TQM adalah sistem pengendalian mutu yang didasarkan pada filosofi bahwa memenuhi kebutuhan pelanggan dengan sebaik-baiknya
6 adalah hal yang utama dalam setiap usaha, termasuk dalam kaitannya dengan pengelolaan organisasi pelayanan jasa. Implikasi pengertian dasar ini ialah bahwa organisasi yang bergerak di bidang pelayanan jasa dipandang sebagai industri jasa. Artinya, ada pelanggan-pelanggan yang harus dilayani dengan kadar yang bermutu. Definisi mutu dalam perusahaan jasa berpusat pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketepatan penyampaian untuk mengimbangi harapan pelanggan. Kualitas jasa adalah tingkat keunggulan untuk memenuhi keinginan pelanggan. Apabila jasa yang diterima sesuai dengan yang diharapkan, maka kualitas jasa dipersepsikan baik dan memuaskan. Jika jasa yang diterima melampaui harapan pelanggan, maka kualitas jasa dipersepsikan ideal. Sebaliknya jika jasa yang diterima lebih rendah daripada yang diharapkan, maka kualitas jasa dianggap buruk (Fandy dalam Hapsari, 2008 : 22). Mengacu pada pengertian tersebut maka konsep kualitas jasa adalah suatu daya tanggap dan realitas dari jasa yang diharapkan pelanggan terhadap jasa yang diberikan perusahaan. Kualitas pelayanan harus dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir pada persepsi pelanggan. Hal ini berarti bahwa kualitas yang baik bukan berdasarkan persepsi penyediaan jasa, melainkan berdasar persepsi pelanggan (Hapsari, 2008 : 23). Selain penerapan TQM, perusahaan juga perlu menerapkan sistem akuntansi manajemen sebagai mekanisme untuk memotivasi dan mempengaruhi perilaku karyawan dalam berbagai cara yang memaksimalkan kesejahteraan organisasi dan
7 karyawan. Sistem akuntansi manajemen yang digunakan dalam penelitian ini ialah sistem pengukuran kinerja (Narsa dan Yuniawati, 2003 : 19). Di dalam organisasi modern, pengukuran kinerja memberikan mekanisme penting bagi karyawan untuk digunakan dalam menjelaskan tujuan dan standarstandar kinerja dan memotivasi kinerja individu diwaktu selanjutnya. Pengukuran kinerja memberikan basis bagi keputusan-keputusan yang mempengaruhi gaji, promosi, pemberhentian, pelatihan transfer dan kondisi-kondisi kepegawaian lainnya. Penerapan sistem pengukuran kinerja pada suatu perusahaan adalah guna mengetahui karakteristik dan kualitas kinerja serta mengidentifikasikan tindakan apa yang perlu dilakukan untuk melakukan perbaikan dalam rangka peningkatan kerja. Semakin sering suatu perusahaan tersebut melakukan pengukuran kinerja pada karyawannya maka perusahaan akan lebih meningkatkan kinerja pada karyawannya, sehingga dengan meningkatnya kinerja, maka mutu yang menjadi tujuan utama akan dapat tercapai (Ismunawan, 2010 : 27) Penelitian juga ini dilakukan diantaranya Christos V. Fotopoulos and Evangelos L. Psomas (2009), Changis Valhohammadi (2011), Kevin Baird (2011) yang juga menganalisis mengenai hubungan antara TQM dengan kinerja operasional perusahaan, menghasilkan kesimpulan yang hampir sama, dimana yang paling signifikan terpengaruhi adalah financial performing. Sistem penghargaan (reward) penting diterapkan di perusahaan agar memotivasi para karyawannya karena penghargaan yang diberikan oleh perusahaan sangat mempengaruhi produktivitas dan tendensi para karyawan untuk tetap bersama organisasi atau mencari pekerjaan lainnya. Semakin besar
8 perhatian perusahaan terhadap kebutuhan karyawannya maka perusahaan tersebut akan mendapat timbal balik yang sesuai, yaitu maksimalisasi dalam produktivitas kerja (Narsa dan Yuniawati, 2003:19) Apabila harapan para karyawan mengenai kompensasi yang demikian dapat diwujudkan oleh perusahaan, maka para karyawan akan merasa diperlakukan secara adil oleh perusahaan. Menurut (Siagian1995) dalam Muljani (2002:111), rasa keadilan dapat membuat karyawan menjadi puas terhadap kompensasi yang diterimanya. Sebaliknya, pihak perusahaan juga berharap bahwa kepuasan yang dirasakan oleh karyawan akan mampu memotivasi karyawan tersebut untuk meningkatkan kinerjanya, sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Apabila hal ini dapat terwujud, sebenarnya bukan hanya tujuan perusahaan yang tercapai, namun kebutuhan karyawan juga akan terpenuhi. Sistem reward atau kompensasi selain dapat meningkatkan kinerja keuangan, juga dapat menurunkan kinerja keuangan apabila mereka merasa bahwa kompensasi yang mereka terima tidak sebanding dengan hasil kerja mereka dan tujuan untuk meningkatkan kinerja keuangan tidak tercapai kompensasi yang diterima dapat berupa financial yaitu bentuk gaji, upah, bonus, komisi, asuransi karyawan, bantuan social, tunjangan libur atau cuti maupun bentuk non financial seperti tantangan tugas, tanggung-jawab tugas, peluang serta lingkungan pekerjaan yang menarik (Mulyani, 2002: 109) Beberapa peneliti bidang akuntansi menyatakan bahwa kinerja perusahaan yang rendah, disebabkan oleh ketergantungannya terhadap sistem akuntansi manajemen perusahaan tersebut yang gagal dalam penentuan sasaran yang tepat
9 pengukuran kinerja dan sistem reward. Efektifitas penerapan TQM memerlukan perubahan mendasar infrastruktur organisasional, meliputi : sistem alokasi wewenang permbuatan keputusan, sistem pengukuran kinerja, sisterm reward dan hukuman (Mardiyah dan Listianingsih, 2005 : 565). Kenyataan ini menunjukkan bahwa tidak ada sistem akuntansi manajemen secara universal yang selalu tepat untuk bisa diterapkan pada seluruh organisasi pada setiap keadaan, namun sistem akuntansi manajemen tersebut tergantung juga pada faktor-faktor kondisional yag ada dalam organisasi tersebut. Namun demikian, sedikit sekali peneliti yang menguji alasan atau factor penyebab keefektifan penerapan teknik total quality management (Mardiyah dan Listianingsih, 2005 : 566). Mengingat pentingnya peran sistem akuntansi manajemen terhadap kinerja keuangan dalam sebuah perusahaan, maka berdasarkan latar belakang diatas mendorong peneliti untuk melakukan penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul Pengaruh Total Quality Management (TQM) terhadap Kinerja Keuangan dengan Sistem Pengukuran Kinerja dan Sistem Penghargaan sebagai Varibel Moderating. B. Perumusan Masalah Penelitian Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas maka penulis merumuskan permasalahannya sebagai berikut :
10 1. Apakah penerapan tehnik total quality management (TQM) berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan di PT. Gudang Garam Tbk? 2. Apakah interaksi antara penerapan TQM dan sistem pengukuran kinerja sebagai variabel moderating berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan di PT. Gudang Garam Tbk? 3. Apakah Interaksi antara penerapan TQM dan sistem penghargaan (reward) sebagai variabel moderating berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan di PT. Gudang Garam Tbk? C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian adalah : 1. Untuk Menganalisis pengaruh teknik TQM terhadap kinerja keuangan. 2. Untuk menganalisis pengaruh interaksi penerapan TQM dan sistem pengukuran kinerja sebagai variabel moderating terhadap kinerja keuangan. 3. Untuk menganalisis pengaruh interaksi penerapan TQM dan sistem penghargaan (reward) sebagai variabel moderating terhadap kinerja keuangan.
11 2. Kontribusi Penelitian Berdasarkan penelitian di atas, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi : 1. Bagi para pengguna informasi yang menjadikan TQM sebagai alat manajemen dalam mengukur kinerja karyawan sehingga dapat memberikan pertimbangan yang tepat dalam mengambil keputusan manajemen berkaitan dengan penghargaan prestasi karyawan untuk kemajuan dan kelangsungan perusahaan. 2. Bagi ilmu pengetahuan, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah pustaka mengenai perkembangan akuntansi manajemen di Indonesia. 3. Bagi penulis untuk menambah wawasan pengetahuan, menambah pemahaman, pengertian dan penguasaan penulis mengenai tata kelola perusahaan yang baik.dari perspektif Total Quality Management (TQM)