C. Sikap dan Pembelajaran terhadap Siswa SMA Kelas X Terhadap Pelestarian Burung Pada Kabupaten Tulungagung, Trenggalek, dan Kediri

dokumen-dokumen yang mirip
BIRD PREFERENCE HABITATS AROUND SERAYU DAM BANYUMAS CENTRAL JAVA

SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PERBURUAN DAN PERDAGANGAN ORANGUTAN (Pongo pygmaeus) DI DESA KEPARI KECAMATAN SUNGAI LAUR KABUPATEN KETAPANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang

UPAYA PEMERINTAH MELESTARIKAN KEBERADAAN SATWA LANGKA YANG DILINDUNGI DARI KEPUNAHAN DI INDONESIA

MORFOMETRI BURUNG DIURNAL DI KAWASAN HUTAN LINDUNG DESA SEKENDAL KECAMATAN AIR BESAR KABUPATEN LANDAK KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang mencapai sekitar pulau. Perbedaan karakteristik antar pulau

BAB I PENDAHULUAN. dan satwa yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Menurut rilis terakhir dari

INVENTARISASI JENIS BURUNG PADA KOMPOSISI TINGKAT SEMAI, PANCANG DAN POHON DI HUTAN MANGROVE PULAU SEMBILAN

SUAKA ELANG: PUSAT PENDIDIKAN BERBASIS KONSERVASI BURUNG PEMANGSA

BAB I PENDAHULUAN. Perburuan satwa liar merupakan salah satu bentuk pemanfaatan sumber

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. daya alam non hayati/abiotik. Sumber daya alam hayati adalah unsur-unsur hayati

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419); 2. Undang-Undang Nom

(THE DIFFERENCE OF THE STUDENTS RESULT OF LEARNING PROCESS USE GUIDED INQUIRY MODEL AND FREE INQUIRY ON THE ENVIROMENTAL CHANGES)

PENDAHULUAN. Perdagangan satwa liar mungkin terdengar asing bagi kita. Kita mungkin

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA DAN LAPORAN... PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN...

BERITA NEGARA. KEMEN-LHK. Konservasi. Macan Tutul Jawa. Strategi dan Rencana Aksi. Tahun PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

PERBEDAAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PESERTA DIDIK YANG DIBERI PERLAKUAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

ABSTRAK. Kata kunci : Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Profesional, dan Hasil Belajar

9-076 PERBANDINGAN KEANEKARAGAMAN BURUNG DI PANTAI SIUNG DAN PANTAI WEDI OMBO GUNUNGKIDUL D.I. YOGYAKARTA

Jurnal Geografi Media Infromasi Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL ACTIVE KNOWLEDGE SHARING TERHADAP HASIL BELAJAR DITINJAU DARI MINAT BELAJAR SISWA SMA N 2 KARANGANYAR

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini menemukan empat jenis burung madu marga Aethopyga di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

KEBIJAKAN PENANGKARAN BURUNG-BURUNG DI INDONESIA

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN TUMBUHAN DAN SATWA

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA YANG PROSES PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE SCRIPT

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN LISTENING TEAM

UNIVERSITAS INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya dengan

SATUAN ACARA PERKULIAHAN PROGRAM STUDI: BIOLOGI Semester Genap Tahun 2015/2016

I. PENDAHULUAN. Kawasan lahan basah Bujung Raman yang terletak di Kampung Bujung Dewa

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN ORANG TUA TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 6 BINTAN KABUPATEN BINTAN

I. PENDAHULUAN. udara yang masih mempunyai sifat-sifat liar, baik yang hidup bebas maupun yang

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN INSTAD TERHADAP METAKOGNISI DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI SISWA SMA BATIK 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada usia dini anak mengalami masa keemasan yang merupakan masa dimana

HASIL BELAJAR BIOLOGI MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN AKTIF QUESTION STUDENT HAVE

Jurnal Bidang Pendidikan Dasar (JBPD) Vol. 1 No. 1 Januari 2017

RIDA BAKTI PRATIWI K

PENYUSUNAN MODUL KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG SEBAGAI ALTERNATIF PENGAYAAN DI SMA KELAS X

BAB I PENDAHULUAN. dan menjadi habitat lebih dari 1539 jenis burung. Sebanyak 45% ikan di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman hayati dianggap sangat penting untuk kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keterkaitan dan ketergantungan dengan hutan dalam. pemenuhan bahan pangan langsung dari dalam hutan seperti berburu hewan,

Raden Fini Rachmarafini Rachmat ( ) ABSTRAK

ANALISIS RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BIOLOGI BERKARAKTER KELAS XI SMA NEGERI UNTUK STANDARISASI RPP DI KABUPATEN SOLOK

I. PENDAHULUAN. mengkhawatirkan. Dalam kurun waktu laju kerusakan hutan tercatat

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PENYELUNDUPAN PENYU DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI DENPASAR

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Timur, dilaksanakan pada bulan November sampai dengan bulan Desember

PENGARUH MODEL GUIDED INQUIRY DISERTAI FISHBONE DIAGRAM TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI

PENERAPAN SCIENCE TECHNOLOGY SOCIETY DISERTAI CONCEPT MAP TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI DAN SIKAP PEDULI LINGKUNGAN SISWA SMPN 1 KEBAKKRAMAT

Penerapan Strategi Genius Learning Dalam Pembelajaran Biologi Siswa Kelas X SMA Negeri 11 Padang ABSTRACT

STRUKTUR KOMUNITAS DAN STATUS PERLINDUNGAN BURUNG DI KEBUN RAYA PURWODADI, KABUPATEN PASURUAN

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PERBURUAN BURUNG, IKAN DAN SATWA LIAR LAINNYA

PENDAHULUAN. Gambar 1 Bange (Macaca tonkeana) (Sumber: Rowe 1996)

ABSTRACT ABSTRAK. Kata kunci : CITES, Perdagangan Hewan Langka, perdagangan ilegal

Kata kunci: perangkat pembelajaran, Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013, Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013

KEPADATAN INDIVIDU KLAMPIAU (Hylobates muelleri) DI JALUR INTERPRETASI BUKIT BAKA DALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA KABUPATEN MELAWI

PENGARUH PENERAPAN SERVICE LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2011/2012

I. PENDAHULUAN. Primata merupakan salah satu satwa yang memiliki peranan penting di alam

BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU

ABSTRAK PERANCANGAN KAMPANYE PELESTARIAN BURUNG ELANG JAWA BARAT BAGI MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Citra Yunita dan Khairul Amdani Program Studi Pendidikan Fisika FMIPA Unimed

Written by Admin TNUK Saturday, 31 December :26 - Last Updated Wednesday, 04 January :53

EFEKTIVITAS STRATEGI PEMBELAJARAN MURDER TERHADAP PARTISIPASI DAN KEMAMPUAN BERPIKIR ANALITIS SISWA SMA NEGERI 1 GOMBONG PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI

PENGARUH PENGGUNAAN TEKNIK THINK-TALK-WRITE (TTW) TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS PIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 LUBUK BASUNG KABUPATEN AGAM

Millathina Puji Utami et al., Model Pembelajaran Children Learning in Science (CLIS)...

Oleh : Siska Maria, Nurhadi dan Vivi Fitriani Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT

I. PENDAHULUAN. (Sujatnika, Joseph, Soehartono, Crosby, dan Mardiastuti, 1995). Kekayaan jenis

Ikeu Dwi Astuti*) Purwati Kuswarini Suprapto*)

SMP NEGERI 3 MENGGALA

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENANGKARAN BURUNG JALAK BALI (Leucopsar rotschildi)

mendorong menemukan pasar untuk produk yang sudah ada dan mendukung spesies-spesies lokal yang menyimpan potensi ekonomi (Arifin et al. 2003).

KEEFEKTIFAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN LINGKUNGAN DITINJAU DARI SIKAP PEDULI LINGKUNGAN DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA SMP ARTIKEL E-JOURNAL

(Submited : 16 April 2017, Accepted : 28 April 2017) Dewi Nurhanifah

JCAE, Journal of Chemistry And Education, Vol. 1, No.1, 2017,

Lampiran 1 Foto Dokumentasi Penelitian Keaneakaragaman Jenis Burung

SPSS for. SPSS.)Windows xxi

BAB I PENDAHULUAN. negara kepulauan yang terdiri dari tujuh belas ribu pulau. Pulau yang satu dengan

NUR FITRIA STKIP PGRI

PENGEMBANGAN LKS IPA TERPADU MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATERI SISTEM PERNAFASAN KELAS VIII SMP N 6 TAMBUSAI

EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING DAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA

I. PENDAHULUAN. terancam sebagai akibat kerusakan dan fragmentasi hutan (Snyder et al., 2000).

INJAUAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL PENYEBAB KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI DI SMA NEGERI 1 PADANG GELUGUR KABUPATEN PASAMAN

PENGARUH METODE AKTIF TIPE TEAM QUIZ BERBANTUAN QUESTION CARD TERHADAP HASIL BELAJAR. Info Artikel. Abstrak. , T Subroto, W Sunarto

MENGGUGAH KEPEDULIAN SISWA TERHADAP SATWA LIAR MELALUI PENDIDIKAN IPA DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. benua dan dua samudera mendorong terciptanya kekayaan alam yang luar biasa

PERSEPSI GURU BIOLOGI MENGHADAPI KURIKULUM 2013 PADA TINGKAT SATUAN SEKOLAH MENENGAH NEGERI DI KOTA PEKANBARU


IMPLEMENTASI PASAL 2 DAN 3 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P

BAB I PENDAHULUAN. sudah dinyatakan punah pada tahun 1996 dalam rapat Convention on

ASSALAMU ALAIKUM WR. WB. SELAMAT PAGI DAN SALAM SEJAHTERA UNTUK KITA SEKALIAN

PENERAPAN METODE INKUIRI PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP KARTIKA 1-7 PADANG ARTIKEL OLEH: ZUMRATUN HASANAH

PENDAHULUAN Latar Belakang

ABSTRAK. Kata kunci: Kooperatif, Numbered Heads Together, Student Team Achievement Division, hasil belajar

Transkripsi:

STUDI EKSPLORATIF PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMA KELAS X TERHADAP PELESTARIAN BURUNG DI WILAYAH KABUPATEN TULUNGAGUNG, TRENGGALEK DAN KEDIRI JAWA TIMUR Bima Diwanata 1, Hadi Suwono 2, Sofia Ery Rahayu 3 Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang Email: 1 bimahawk@gmail.com; 2 hadi.suwono.fmipa@um.ac.id; 3 ery_lita@yahoo.com ABSTRAK: Keberadaan burung liar di alam semakin berkurang disebabkan aktivitas perburuan liar dan perdagangan ilegal. Dari hasil observasi di Kabupaten Tulungagung terdapat 10 siswa yang ikut dalam aktivitas perburuaan, penghobi, serta perdagangan burung. Salah satu penanganannya yaitu dengan upaya pelestarian burung. Langkah awal yang dapat dilakukan yaitu dengan menggali pengetahuan dan sikap siswa SMA tentang upaya pelestarian burung. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui jenis burung yang diperdagangkan, mengetahui pengetahuan dan sikap siswa SMA kelas X di Kabupaten Tulungagung, Trenggalek, dan Kediri tentang upaya pelestarian burung. Penelitian yang dilaksanakan merupakan penelitian noneksperimental, yang bersifat eksploratoris secara deskriptif kuantitatif. Penggalian pengetahuan dan sikap siswa dilakukan dengan menggunakan kuisioner. Sampel penelitian ditentukan dengan teknik Cluster Random Sampling kepada siswa SMA kelas X berjumlah 270 siswa di wilayah Kabupaten Tulungagung, Trenggalek, dan Kediri. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 4 jenis burung yang dilindungi dan diperdagangkan di pasar burung wilayah Kabupaten Tulungagung, Trenggalek, dan Kediri. Pengetahuan siswa SMA Kelas X terhadap Pelestarian Burung masih kurang, sedangkan untuk sikap siswa SMA kelas X di Kabupaten Tulungagung, Trenggalek, dan Kediri menunjukkan sudah bagus. Kata Kunci: studi eksploratif, pengetahuan, sikap, pelestarian burung ABSTRACT: The existence of wild birds on the wane due to the activity of poaching and illegal trade. From the observation in Tulungagung there are 10 students who participated in the activity hunt, hobbyist, and trading of birds. One treatment is to bird conservation efforts. The initial steps that can be done is to explore the knowledge and attitudes of high school students about bird conservation efforts. The purpose of this study to determine the bird species are traded, know the knowledge and attitudes of high school students of class X in Tulungagung, Trenggalek, and Kediri about bird conservation efforts. Studies conducted a non-experimental study, which is exploratory descriptive quantitative. Excavation knowledge and attitudes questionnaire was used. The research sample was determined by cluster random sampling technique to high school students of class X amounts to 270 students in the district of Tulungagung, Trenggalek, and Kediri. The results showed there are 4 species of protected birds and bird markets traded in the district of Tulungagung, Trenggalek, and Kediri. Knowledge of high school students of Class X of the Preservation of Birds is still lacking, while for the show has been good attitude of high school students of class X in Tulungagung, Trenggalek, and Kediri. Keywords: explorative study, knowledge, attitude, bird conservation Menurut Departemen Kehutanan (2007) disebutkan bahwa Indonesia merupakan Negara yang memiliki keanekaragaman hayati atau biodiversitas yang tinggi, sehingga menempatkan Indonesia pada urutan kedua di dunia setelah Negara Brazil, tentang Keanekaragaman hayati. Disebutkan data terbaru dalam Daftar Burung Indonesia No. 2 tahun 2007 menunjukkan terdapat 1598 spesies yang membuat Indonesia berada di urutan keempat terkaya dunia dalam keanekaragaman spesies burung (Sukmantoro, dkk, 2007). Mac Kinnon dkk. (2000) menyebutkan bahwa saat ini juga terdaftar 122 jenis burung yang terancam punah di Indonesia dan masuk dalam daftar International Union for

Conservation (IUCN) Red List. Sebanyak 18 jenis berstatus kritis, 31 jenis genting, sementara 73 jenis tergolong rentan. Gustama (2011) menyatakan walaupun telah berstatus dilindungi (termasuk oleh pemerintah daerah di mana habitat dan jenis burung berada), namun perburuan liar masih tetap berjalan hingga saat ini. Berdasarkan hasil wawancara dengan pedagang burung yang dilakukan pada bulan Desember 2015 sampai Januari 2016 di Kabupaten Tulungagung diperoleh informasi bahwa burung yang diperdagangkan kebanyakan merupakan burung hasil tangkapan alam. Dari hasil observasi juga ditemukan terdapat 10 siswa SMA setelah pulang sekolah datang ke pasar burung Beji Tulungagung untuk sekedar melihat-lihat dan membeli burung maupun pakan burung. Saat observasi di sekolah yaitu SMAN 1 Campurdarat juga ditemukan 5 siswa dalam satu kelas yang mempunyai hobi memelihara burung, bahkan mereka ada yang pernah ikut berburu burung di alam. Jika anak usia sekolah seperti siswa SMA tidak diberi pengarahan bahwa aktivitas seperti perburuan burung di alam adalah aktivitas yang merugikan, maka pada waktu mendatang akan terjadi permasalahan yang besar terhadap kelestarian burung di alam. Sekolah memiliki peran penting dalam mendidik siswanya agar mampu mengambil sikap yang benar dalam menghadapi permasalahan ini, oleh karena itu pembelajaran mengenai pelestarian ini perlu diajarkan di sekolah. Pembelajaran tentang upaya pelestarian atau konservasi sebenarnya sudah tercantum dalam mata pelajaran Biologi SMA kelas X. Berdasarkan hasil telaah yang dilakukan dalam Kurikulum 2013 maupun KTSP dalam pelajaran biologi SMA untuk kelas X terdapat materi yang sama yaitu tentang berbagai tingkat keanekaragaman hayati yang didalamnya terdapat Kompetensi Dasar yaitu menyajikan hasil identifikasi tentang usulan upaya pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia. Hasil observasi pada guru Biologi di sekolah menyatakan bahwa materi upaya pelestarian atau konservasi sangat sedikit yang diajarkan pada siswa. Sesuai dengan hasil wawancara dengan 8 guru Biologi di sekolah pada bulan Januari-Maret 2016 yang menyatakan untuk materi keanekaragaman hayati Indonesia lebih ditekankan pada keanekaragaman tumbuhan, daripada keanekaragaman hewan dan upaya pelestariannya. Berdasarkan permasalahan yang ditemukan dari hasil observasi dan wawancara dengan pedagang burung dan guru di sekolah maka dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui jenis burung yang diperdagangkan, mengetahui pengetahuan dan sikap siswa SMA kelas X di Kabupaten Tulungagung, Trenggalek, dan Kediri tentang upaya pelestarian burung. METODE Penelitian yang dilaksanakan ini merupakan penelitian noneksperimental, dan bersifat eksploratoris. Penelitian ini menggunakan teknik Cluster Random Sampling. Instumen penelitian berupa angket, lembar observasi, dan lembar wawancara guru dan siswa. Subyek pada penelitian ini yaitu siswa SMA kelas X semester genap pada Tahun Pelajaran 2015/2016. Siswa diminta untuk mengisi angket yang diberikan, selain itu dilakukan wawancara pada siswa dan guru. Data hasil pengisian angket oleh siswa, dan hasil wawancara dengan guru biologi dan siswa dianalisis secara deskriptif. Perbedaan

tingkat pengetahuan dan sikap siswa SMA kelas X antar Kabupaten Tulungagung, Trenggalek, dan Kediri dianalisis dengan uji beda mengunakan Anava Ganda dengan bantuan program SPSS. HASIL DAN ANALISIS A. Burung yang Diperdagangkan di Wilayah Kabupaten Tulungagung, Trenggalek, dan Kediri Hasil observasi di pasar burung wilayah Kabupaten Tulungagung, Trenggalek, dan Kediri ditemukan 4 jenis burung yang dilindungi dan diperjual belikan secara bebas di pasar burung. Beberapa jenis burung tersebut yaitu Burung Madu Pengantin (Nectarinia sperata), Srindit Jawa (Loriculus pusillus), Cekakak Jawa (Halcyon cyanoventris), dan Elang Ular Bido (Spilornis cheela). Jenis burung yang lain yang tidak dilindungi seperti burung Cucak Kutilang, Merbah Cerukcuk, Kucica Kampung, dan masih banyak lagi jenis-jenis burung yang lain. B. Pengetahuan Siswa SMA Kelas X di Wilayah Kabupaten Tulungagung, Trenggalek, dan Kediri Tentang Jenis-Jenis dan peranan burung yang Ada di Lingkungan Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa pengetahuan siswa SMA Kelas X di Kabupaten Trenggalek, dan Kediri tentang jenis-jenis dan peranan burung yang ada di lingkungan masih kurang. Hal ini terlihat dari presentase jumlah siswa yang masih belum mencapai 70% yang memilih jawaban yang sesuai. Seperti pengetahuan tentang burung madu sebagai burung yang membantu dalam proses penyerbukan bunga, menunjukkan hanya 66% siswa yang mengetahuinya. Begitu juga dengan pengetahuan burung yang dilindungi yang masih kurang, terlihat dari hasil jawaban siswa yang hanya menjawab beberapa burung yang dilindungi. Pengetahuan tentang peran burung sebagai pengendalian hama, keberadaan burung liar di alam semakin berkurang, tujuan dari pelestarian burung, dan upaya yang akan dilakukan untuk pelestarian burung masih kurang, hanya 30-70% jumlah siswa yang mengetahui. C. Sikap dan Pembelajaran terhadap Siswa SMA Kelas X Terhadap Pelestarian Burung Pada Kabupaten Tulungagung, Trenggalek, dan Kediri Berdasarkan data yang didapatkan dapat diketahui bahwa sikap siswa SMA Kelas X pada Kabupaten Tulungagung, Trenggalek, dan Kediri sudah bagus terhadap pelestarian burung. Siswa SMA Kelas X pada Kabupaten Tulungagung, Trenggalek, dan Kediri, sudah mampu mengambil sikap yang benar dalam upaya pelestarian burung. Hasil ini terlihat terlihat dari jawaban siswa yang hampir semuanya menjawab dengan pilihan jawaban yang benar dari kriteria jawaban yang ditentukan tentang upaya pelestarian burung. Seperti terlihat dari jawaban bahwa 100% siswa setuju terhadap upaya pelestarian burung, menolak terhadap perdagangan burung liar, dan akan melaporkan tindakan perburuan liar yang terjadi di lingkungannya. Siswa SMA kelas X di Kabupaten

Tulungagung, Trenggalek, dan Kediri kebanyakan sudah pernah mendapatkan pembelajaran tentang pelestarian hewan di sekolah melalui pelajaran biologi dalam materi keanekaragaman hayati, namun secara khusus untuk pelestarian burung belum diberikan. Siswa SMA kelas X di Kabupaten Tulungagung, Trenggalek, dan Kediri kebanyakan menganggap penting adanya pembelajaran tentang pelestarian burung, baik di dalam ekstrakurikuler maupun dalam pelajaran formal, dan mereka menginginkan adanya pembelajaran tentang pelestarian burung sesuai dengan jawaban angket yang diisikan oleh siswa di Kabupaten Tulungagung, Trenggalek, dan Kediri. PEMBAHASAN A. Jenis-jenis Burung yang Dilindungi yang diperdagangkan, Serta Pengetahuan dan Sikap Siswa Terhadap Pelestarian Burung di Wilayah Kabupaten Tulungagung, Trenggalek, dan Kediri Berdasarkan analisis hasil observasi tentang jenis-jenis burung yang diperdagangkan pada bulan Februari 2016 di pasar burung terbesar di ketiga Kabupaten yaitu pasar burung Beji di Kabupaten Tulungagung, pasar burung Trenggalek di Kabupaten Trenggalek, dan pasar burung Setono Betek di Kabupaten Kediri, tercatat lebih dari 80 jenis burung diperdagangkan di Pasar Burung terbesar di ketiga Kabupaten tersebut. Beberapa jenis-jenis burung yang termasuk diantaranya merupakan jenis burung yang dilindungi menurut Peraturan Pemerintah (PP) nomor 7/1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwa yang merupakan penjabaran dari Undang-Undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Ekosistemnya. Terdapat sebanyak 11 jenis burung yang termasuk kategori dilindungi. Beberapa jenis burung tersebut yaitu Burung Madu Kelapa (Anthreptes malacensis), Burung Madu Sriganti (Cinnyris jugularis), Burung Madu Pengantin (Nectarinia sperata), Srindit Jawa (Loriculus pusillus), Cekakak Jawa (Halcyon cyanoventris), Nuri Kepala Hitam (Lorius lory), Elang Ular Bido (Spilornis cheela), Perkici pelangi (Trichoglossus haematodus), Mandar Batu (Gallinula chloropus), Celepuk Jawa (Otus angelinae), dan Alap-alap Sapi (Falco moluccensis). Penanganan secara tegas terhadap perdagangan burung liar dari alam perlu untuk dilakukan dalam upaya menjaga keberadaan burung di alam dan terjaganya keseimbangan ekosistem. Menurut PP No.8 tahun 1999 (pasal 18) menyebutkan satwa liar yang dapat diperdagangkan adalah satwa yang tidak dilindungi. Satwa tersebut dapat diperoleh dari hasil penangkaran dan penangkapan dari alam, untuk hasil penangkapan dari alam harus diliput dengan dokumen ijin menangkap yang diterbitkan oleh BKSDA. Pemerintah sebenarnya sudah jelas memberikan aturan secara tegas tentang perlindungan dan perdagangan satwa liar seperti yang tertera didalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 8 Tahun 1999 (pasal 18) diatas, namun melihat keadaan yang terjadi saat ini terlihat banyak pelanggaran yang terjadi yang mungkin disebabkan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang peraturan penangkapan burung di alam, dan pengetahuan jenis-jenis burung yang dilindungi.

Pengetahuan siswa SMA Kelas X pada Kabupaten Tulungagung, Trenggalek, dan Kediri terhadap Pelestarian Burung dari hasil analisis data yang diperoleh terlihat bahwa secara umum masih kurang. Berbagai studi etno-biologi umumnya memberikan gambaran bahwa sumber pengetahuan penduduk lokal biasanya didominasi dari hasil pembelajaran dari orang tua melalui bahasa lisan atau bahasa ibu (Zent dan Zent 2004). Pada studi tentang pengetahuan siswa terhadap jenis-jenis burung yang diketahui, ternyata siswa SMA Kelas X dari Kabupaten Tulungagung, Trenggalek, dan kediri memperoleh pengetahuan bukan hanya secara lisan, namun pengetahuan tersebut juga merupakan hasil belajar dari buku, TV,dan Video. Hal tersebut dapat dimengerti, karena melihat pengaruh modernisasi, seperti penggunaan internet, telah mempengaruhi mereka dalam memperoleh berbagai pengetahuan tentang burung.. Dilihat dari pengetahuan penduduk lokal dalam hal ini siswa SMA kelas X, mereka memiliki pengetahuan yang kurang tentang jenis burung, peranan, dan habitatnya. Hal tersebut tidak sejalan dengan hasil penelitian Diamond dan Bishop (2000) pada penduduk Ketengban di Papua New Guinea. Penduduk lokal Ketengban umumnya mengenal nama-nama burung di daerahnya dengan sangat baik dalam tingkatan jenis (spesies) dan variasi (sub-spesies) menurut klasifikasi sains Biologi. Hal ini mungkin bisa disebabkan oleh kurangnya pengalaman siswa atau tingkat kepedulian siswa terhadap lingkungan untuk mengenal lebih jauh tentang keanekaragaman hayati disekitar lingkungan mereka, khususnya tentang burung. Salah satu langkah untuk meningkatkan pengetahuan tentang jenis, peranan, habitat dan upaya pelestarian burung liar dapat melalui jalur pendidikan, seperti pendidikan konservasi burung. Karena tanppa adanya pendidikan dan sosialisasi mengenai upaya pelestarian burung dan aturan mengenai perdagangan burung liar, dapat menyebabkan siswa sebagai calon generasi penerus akan ikut menjadi pelaku dalam perburuan dan perdagangan burung liar dan dilindungi. Jadi sangat penting untuk diberikan secara khusus pendidikan konservasi, khusunya konservasi burung di sekolah. Siswa SMA Kelas X dari ketiga Kabupaten memiliki sikap yang bagus untuk mengatasi permasalahan pelestarian burung ini, hal ini sesuai dengan pernyataan Kellert, (1996) yang menunjukkan bahwa sikap terhadap hewan berbeda antara kelompok digambarkan oleh variabel demografi dan sosial ekonomi seperti jenis kelamin, usia, pendidikan, dan pekerjaan. Pendidikan dalam hal ini yang mempengaruhi siswa SMA kelas X dari ketiga Kabupaten dalam pengambilan keputusan berupa sikap yang benar yang bertujuan mendukung upaya pelestarian burung. Seperti yang terlihat dari hasil jawaban angket siswa yang kebanyakan mereka akan melakukan hal untuk menjaga keberadaan burung di alam sesuai yang dikemukakan oleh Eagly & Chaiken (1993) bahwa sikap didefinisikan sebagai kecenderungan untuk berpikir, merasa, atau bertindak secara positif atau negatif terhadap objek di lingkungan kita. Pembelajaran tentang pelestarian burung penting untuk diberikan pada siswa agar lebih sadar dan lebih perhatian mengenai lingkungan dan permasalahan serta hubungan timbal baliknya Menurut Wahyono (2005) Pendidikan mengenai konsep-konsep dan pentingnya konservasi alam pun dapat disampaikan bila digunakan sebuah permainan, yang tentunya sangat disukai oleh anakanak seusianya. Pembelajaran mengenai pelestarian burung merupakan salah satu bentuk pendidikan konservasi yang dapat diajarkan di sekolah-sekolah, untuk memberikan pemahaman mengenai lingkungan dan hubungan timbal balik yang diberikan.

Menurut Sumarwan (2003) sikap mempunyai tiga unsur yaitu kognitif (pengetahuan), afektif (emosi, perasaan) dan konaktif (tindakan). Hal ini berarti pengetahuan tentang jenis-jenis burung dan perannya dapat mempengaruhi cara pengambilan sikap seseorang untuk berpikir dan mengambil tindakan, khususnya pada upaya pelestarian burung di alam. Cara pengambilan sikap dalam upaya pelestarian burung seperti yang dijelaskan merupakan hasil dari pengetahuan siswa pada awalnya. Pengetahuan dan sikap dapat diajarkan pada siswa melalui pendidikan konservasi khusus di sekolah untuk meningkatkan kepedulian siswa terhadap lingkungan dan siswa juga mampu mengambil upaya serta berperan secara aktif, tidak hanya memberikan usulan tentang upaya pelestarian burung. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kellert & Westervelt (1984) bahwa Pengetahuan manusia tentang hewan merupakan prekursor penting dari sikap manusia terhadap hewan tersebut. Jadi terlihat bahwa awalnya adalah pengetahuan perlu didapatkan terlebih dahulu karena nantinya berpengaruh pada sikap yang akan diambil seseorang, khususnya tentang pelestarian burung KESIMPULAN DAN SARAN Jenis-jenis burung yang diperdagangkan di wilayah Kabupaten Tulungagung, Trenggalek, dan Kediri terdiri dari beberapa jenis burung dilindungi dan tidak dilindungi. Terdapat 4 jenis burung yang dilindungi, dan diperdagangkan di pasar burung. Pengetahuan siswa SMA kelas X di Kabupaten Tulungagung, Trenggalek, dan Kediri tentang jenis burung dan keberadaan burung di lingkungannya masih kurang. Sikap siswa SMA kelas X di Kabupaten Tulungagung, Trenggalek, dan Kediri tentang upaya pelestarian burung di lingkungannya sudah bagus. Saran untuk peneliti selanjutnya yaitu perlu juga dilakukan penelitian yang bersifat eksploratif pada kelompok masyarakat yang memiliki ketertarikan dengan burung, dan yang terlibat di dalamnya. Supaya dapat dilanjutkan oleh peneliti lain untuk mengembangkan perangkat pembelajaran yang terkait dengan Kompetensi Dasar yang diinginkan yaitu tentang upaya pelestarian Burung digunakan untuk mengusulkan pendidikan konservasi, khususnya tentang burung sebagai pendidikan formal yaitu masuk pada muatan lokal secara khusus atau terintegrasi dalam pelajaran yang tergolong muatan lokal di sekolah. DAFTAR RUJUKAN Departemen Kehutanan. 2007. Statistik Kehutanan Indonesia Forestry Statistics of Indonesia 2007. Jakarta: Departemen Kehutanan. Diamond J, Bishop KD. 1999. Ethno-ornithology of the Ketengban people Indonesian New Guinea. In: Medin DL, Atran S (eds). Folk Biology. Massachussets Institute of Technology, London. Eagly, A.H, & Chaiken, S. 1993. The Psychology of Attitudes. Fort Worth, TX: Harcourt Brace Jo-vanovich. Fraenkel, J. & Wallen, N. 1993. How to Design and evaluate research in education. (2nd ed). New York: McGraw-Hill Inc.

Gustama, Faisal A. 2011. Cara Mudah Menangkar Burung Jalak di Rumah. Yogyakarta: Arta Pustaka. Kellert, S.R., & Westervelt, M.O. 1984. Children s attitudes, knowledge and behaviors towards animals. Children s Environments Quarterly, 1, 8-11. Kellert, S.R. 1996. The Value of Life: Biological Diversity and Human Society. Washington, DC: Island Press. Mackinnon J, Phillips K and B. van Balen. 2000. Burung burung di Sumatera, Jawa,Bali, dan Kalimantan. Puslitbang Biologi LIPI/BirdLife Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar. Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar. Sukmantoro. W., M. Irham, W. Novariano, F. Hasudungan, N. Kemp & Muchtar 2007. Daftar Burung Indonesia no.2. Bogor: Indonesian Ornithologists Union. Suwarman U. 2003. Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Jakarta : Ghalia Indonesia. Undang-Undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Ekosistemnya. Wahyono, Edy Hendras. 2005. Belajar dari nol : Sebuah Pengalaman Megembangkan Pendidikan Konservasi Alam. Jakarta : Conservation International Indonesia. Zent S, Lopez-Zent E. 2004. Ethnobotanical convergence, divergence, and change among the Hoti of the Venezuelan Guayana. New York: The New York Botanical Garden Press.