HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Pulo Brayan Kota Medan dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V HASIL PENELITIAN. Pada bab ini membahas tentang hasil penelitian terhadap Hubungan Penyuluhan Ibu

HUBUNGAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI DESA KANIGORO, SAPTOSARI, GUNUNG KIDUL

BAB VI PEMBAHASAN. Pada bab ini akan diuraikan pembahasan mengenai variabel independen

DAFTAR PUSTAKA. Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. Yogyakarta yang berlokasi di Jl. Jayeng Prawiran No. 13 RT 019/04

BAB IV METODE PENELITIAN. masyarakat pada saat tertentu. Penelitian ini merupakan penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. variabel independent dan variabel (Notoatmodjo, 2003). Puskesmas Gubug pada tanggal Agustus 2010.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. Pada bab ini penelitian menguraikan tentang metode yang digunakan dalam

BAB IV. Desa kayumerah adalah sebuah desa yang terdiri dari 6 Dusun. 3 Dusun

UNIVERSITAS INDONESIA

HUBUNGAN SIKAP IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAWAH LEBAR KOTA BENGKULU

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 2003). Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan Cross Sectional,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terpadu kepada masyarakat dalam upaya untuk mengatasi masalah kesehatan serta

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI HASIL PENELITIAN. Kesimpulan penelitian Manfaat Penyuluhan Gizi dalam Upaya Peningkatan

BAB III METODE PENELITIAN

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Promotif, Vol.6 No.2, Juli Desember 2016 Hal

BAB IV HASIL PENELITIAN. Kluet Selatan Kabupaten Aceh Selatan dengan jumlah responden 40 0rang dimana

BAB I PENDAHULUAN. gizi yang baik ditentukan oleh jumlah asupan pangan yang dikonsumsi.

MEDICA MAJAPAHIT. Vol 5. No. 2 Oktober Sri Sudarsih 1, Pipit Bayu Wijayanti 2 *)

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG POSYANDU TERHADAP STATUS GIZI ANAK BALITA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi. Dan rancangan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN JARAK KELAHIRAN DAN JUMLAH BALITA DENGAN STATUS GIZI DI RW 07 WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIJERAH KOTA BANDUNG

Oleh : Aat Agustini ABSTRAK

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. survei dengan menggunakan alat bantu kuesioner dan menggunakan metode

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Pasar Kliwon yang berada di wilayah Kota Surakarta.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

BAB III METODE PENELITIAN

GAMBARAN STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU FLAMBOYAN B MOJOSONGO JEBRES SURAKARTA. Lilik Hanifah Akademi Kebidanan Mamba ul Ulum Surakarta ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain penelitian cross

BAB III METODE PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 1-5 TAHUN DI DESA PEKUNCEN BANYUMAS TAHUN 2013

Rizqi Mufidah *), Dina Rahayuning P **), Laksmi Widajanti **)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran

HUBUNGAN PEKERJAAN IBU BALITA TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU PRIMA SEJAHTERA DESA PANDEAN KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2009

sedangkan status gizi pada balita sebagai variabel terikat.

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. berakhir pada usia 19 tahun (Proverawati, 2010) Remaja adalah kelompok yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Kayumerah Kecamatan Limboto

BAB III METODA PENELITIAN. A. Jenis/ Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan. wawancara menggunakan kuesioner dengan pendekatan cross sectional.

BAB V PEMBAHASAN. terhadap pengetahuan ibu tentang pola makan balita di Desa Sambirejo,

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. kuesioner. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional, dimana

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung yang berjudul

Esty Indarwati. : Tingkat pengetahuan Ibu, cakupan pemberian vitamin A

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI KURANG PADA BALITA TERHADAP KEJADIAN GIZI KURANG DI DESA PENUSUPAN TAHUN 2013

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIA MP ASI PADA BAYI USIA 6-12 BULAN PADA TAHUN 2012 JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. rawan terhadap masalah gizi. Anak balita mengalami pertumbuhan dan. perkembangan yang pesat sehingga membutuhkan suplai makanan dan

BAB I PENDAHULUAN. Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu paradigma

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DINI DENGAN PERTUMBUHAN BAYI DI DESA PAKIJANGAN KECAMATAN BULAKAMBA KABUPATEN BREBES

HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI, BODY IMAGE, DAN PERILAKU MAKAN DENGAN STATUS GIZI SISWI SMAN 6 KOTA JAMBI TAHUN 2015

BAB III METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... ABSTRACT... DAFTAR TABEL... DAFTAR ILUSTRASI... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan rancangan kuantitatif observasional dengan

BAB I PENDAHULUAN. kurang, gizi baik, dan gizi lebih (William, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang menjadi insan yang berkualitas. sebanyak 20 juta anak balita yang mengalami kegemukan. Masalah gizi

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STATUS GIZI BALITA DENGAN FREKUENSI TERJADINYA ISPA DI DESA KEBONDALEM

BAB I PENDAHULUAN. penting yaitu memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30

Adelima C R Simamora Jurusan Keperawatan Poltekkes Medan. Abstrak

BAB III METODE PENELITIAN. tingkat pengetahuan dan status gizi balita. Variabel independen dan variabel

BAB 4 METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... BAB I PENDAHULUAN... 1

III. METODE PENELITIAN

BAB III KERANGKA KONSEP. Tahap yang penting dalam satu penelitian adalah menyusun kerangka

Hikmatul Khoiriyah Akademi Kebidanan Wira Buana ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

ABSTRAK. Kata Kunci : Pengetahuan, Anemia

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan cross sectional yaitu mencari hubungan antara dua variabel dimana dalam

III. METODE PENELITIAN. cross sectional. Pendekatan cross sectional adalah suatu penelitian noneksperimental

BAB V HASIL PENELITIAN. Pengumpulan data penelitian dilaksanakan di Kelurahan Parupuk

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PENYULUHAN MP ASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU DALAM PEMBERIAN MP ASI DI PUSKESMAS SAMIGALUH I

BAB III METODE PENELITIAN. antara variabel bebas dan terikat dengan pendekatan cross sectional, artinya

BAB IV HASIL PENELITIAN. Kabupaten Sukoharjo yaitu di SMA Negeri 1 Polokarto. SMA Negeri 1

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik dengan pendekatan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober tahun 2014.

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN UPAYA KEPATUHAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BALITA DI PUSKESMAS WIROBRAJAN YOGYAKARTA TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PELATIHAN PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK (PMBA) DENGAN KETERAMPILAN KONSELING PADA BIDAN DI WILAYAH KAWEDANAN PEDAN TAHUN 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN IBU BALITA DALAM KEGIATAN POSYANDU DUSUN MLANGI KABUPATEN SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan sukses di masa depan, demikian juga setiap bangsa menginginkan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fokus perhatian dan titik intervensi yang strategis bagi

BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis/Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan

Transkripsi:

32 HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Pulo Brayan Kota Medan dengan subjek penelitian sebanyak 200 orang. Analisis Univariat Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2010). Analisis univariat dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 1 : Distribusi Frekuensi responden berdasarkan Jumlah Makanan, Jenis Makanan, Frekuensi Makan dan Status Gizi di Kelurahan Pulo Brayan Kota No Variabel N % Independen 1 Jumlah makanan 1. Seimbang 122 61.0 2. Tidak Seimbang 78 39.0 2 Jenis Makanan 1. Baik 167 83.5 2. Tidak Baik 33 16.5 3 Frekuensi Makan 1. Baik 166 83.0 2. Tidak Baik 34 17.0 4 Pola Makan 1. Baik 162 81 2. Tidak Baik 38 19 Dependen 5 Status Gizi 1. Gizi Baik 164 82 2. Gizi Kurang 27 13.5 3. Gizi Buruk 9 4.5

33 Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa berdasarkan dalam jumlah makanan anak usia 6 59 bulan mayoritas dengan mendapat jumlah makanan seimbang yaitu 122 orang (61%), dan tidak seimbang yaitu 78 orang (39%). Berdasarkan jenis makanan anak usia 6 59 bulan, mayoritas kategori baik sebanyak 167 orang (83.5%), dan tidak baik sebanyak 33 orang (16.5%). Berdasarkan frekuensi makan, mayoritas dengan kategori baik sebanyak 166 orang (83.5%), dan tidak baik sebanyak 34 orang (17%). Berdasarkan pola makan anak usia 6 59 bulan, mayoritas pola makan dengan kategori baik sebanyak 162 orang (81%), dan tidak baik sebanyak 38 orang (19%). Berdasarkan status gizi, mayoritas sampel dengan status gizi baik sebanyak 164 orang (82%), dan status gizi buruk sebanyak 9 orang (4.5%). Analisis Bivariat Pengaruh Jumlah Makanan dengan Status Gizi Sampel Di Kelurahan Pulo Brayan Kota Kecamatan Medan Barat Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan kepada 200 responden di Puskesmas Pulo Brayan, mengenai pengaruh jumlah makanan dengan status gizi sampel di lingkungan Puskesmas Pulo Brayan, maka diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 2 : Pengaruh Jumlah Makanan dengan Status Gizi Sampel Di Kelurahan Pulo Brayan Kota Kecamatan Medan Barat Status Gizi Jumlah No Baik Kurang Buruk Total % df X Makanan hitung N % n % n % 1 Seimbang 119 59,5 3 1,5 0 0 122 61,0 2 Tidak 2 51,54 45 22,5 24 12 9 4,5 78 39.0 Seimbang

34 Dari 122 responden yang mengkonsumsi jumlah makanan seimbang, mayoritas responden yang berstattus gizi baik sebanyak 119 responden (59,5%). Dari 78 responden yang mengkonsumsi jumlah makanan tidak seimbang, mayoritas anak usia 6 59 bulan dengan status gizi baik yaitu 46 orang (23%) dan status gizi buruk yaitu 9 orang (4,5%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh jumlah makanan dengan status gizi pada anak usia 6 59 bulan di Puskesmas Pulo Brayan Kota Kecamatan Medan Barat pada kelompok dengan jumlah makanan seimbang ditemukan mayoritas sampel berstatus gizi baik sebanyak 119 orang (59,5%). Hal ini disebabkan anak yang mengkonsumsi jumlah makanan seimbang akan memenuhi kebutuhan gizinya, sehingga memiliki status gizi yang baik, sebaliknya bila jumlah makanannya tidak seimbang maka status gizi anak menurun sampai menjadi gizi kurang. Meskipun mayoritas status gizi anak baik sebanyak 45 orang (22,5%), namun masih di temukan anak bergizi kurang sebanyak 24 orang (12%) dan sebanyak 9 orang (4,5%) yang berstatus gizi buruk. Hal ini disebabkan karena anak yang konsumsi jumlah makanan tidak seimbang akan mempengaruhi status gizi sampel sehingga menjadi gizi kurang sampai gizi buruk. Proverawati (2009) mengatakan bahwa penyebab kurang gizi pada anak adalah kemiskinan, diare, ketidaktahuan orang tua karena pendidikan rendah, atau faktor tabu makanan. Ini dikatakan salah satu penyebab kurang gizi pada anak adalah ketidaktahuan orang tua. Sehingga dapat di simpulkan bahwa pengetahuan ibunya menjadi penyebab kurang gizi pada anak sehingga mempengaruhi status gizinya.

35 Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui berdasarkan hasil uji Chi-Square, diperoleh X hitung sebesar 51,54, sedangkan syarat taraf signifikansi X hitung > X tabel. Oleh karena X hitung > X tabel atau (51,54 < 5,99) maka dapat disimpulkan Ha diterima, berarti ada pengaruh jumlah makanan dengan status gizi anak usia 6 59 bulan. Pengaruh Jenis Makanan dengan Status Gizi Sampel Di Kelurahan Pulo Brayan Kota Kecamatan medan Barat Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan kepada 200 responden di Kelurahan Pulo Brayan Kota, mengenai pengaruh jenis makanan dengan status gizi sampel di Kelurahan Pulo Brayan kota, maka diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 3 : Pengaruh Jenis Makanan dengan Status Gizi Sampel Di Kelurahan Pulo Brayan Kota Kecamatan Medan Barat Status Gizi Jenis No Baik Kurang Buruk Total % df X Makanan hitung n % N % n % 1 Baik 160 80 7 3,5 0 0 167 83,5 134,04 2 Tidak Baik 4 2 20 10 9 4,5 33 16,5 2 Dari 167 responden dengan konsumsi jenis makanan baik, mayoritas anak mempunyai status gizi baik sebanyak 160 orang (80%) dan status gizi kurang sebanyak 7 orang (3,5%). Dari 33 responden dengan konsumsi jenis makanan tidak baik, mayoritas anak dengan status gizi kurang yaitu 20 orang (10%) dan status gizi buruk yaitu 9 orang (4,5%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh jenis makanan dengan status gizi pada anak usia 6 59 bulan di Kelurahan Pulo Brayan Kota Kecamatan Medan Barat. Pada kelompok dengan jenis makanan baik mayoritas ditemukan sampel berstatus gizi baik sebanyak 167 orang (83,5%). Hal ini disebabkan anak

36 yang mengkonsumsi jenis makanan baik akan mempengaruhi status gizi sampel karena ibu mengerti untuk memilih jenis makanan untuk kebutuhan gizinya sehingga memiliki status gizi yang baik, sebaliknya bila jenis makanan tidak baik, kebutuhan gizi pada anak tidak terpenuhi maka status gizi anak menurun sampai menjadi gizi buruk. Meskipun mayoritas bergizi kurang sebanyak 20 orang (10%), namun masih ditemukan 9 orang (4,5%) berstatus gizi buruk. Proverawati (2009) mengatakan ibu biasanya justru membelikan makanan yang enak kepada anaknya tanpa tahu apakah makanan tersebut mengandung gizigizi yang cukup atau tidak, dan tidak mengimbanginya dengan makanan sehat yang mengandung banyak gizi. Berdasarkan hasil penelitian dengan uji Chi-Square, maka diperoleh X hitung sebesar 134,04 dan X tabel sebesar 5,99, sedangkan syarat taraf signifikansi X hitung > X tabel. Oleh karena X hitung > X tabel atau (134,04 > 5,99) maka dapat disimpulkan Ha diterima, yang artinya ada pengaruh jenis makanan terhadap status gizi anak usia 6 59 bulan. Pengaruh Frekuensi Makan dengan Status Gizi Sampel Di Kelurahan Pulo Brayan Kota Kecamatan Medan Barat Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan kepada 200 responden di Kelurahan Pulo Brayan Kota, mengenai pengaruh frekuensi makan dengan status gizi sampel di Kelurahan Pulo Brayan Kota, maka diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 4 : Pengaruh Frekuensi Makan dengan Status Gizi Sampel Di Kelurahan Pulo Brayan Kota Kecamatan Medan Barat Status Gizi Frekuensi No Baik Kurang Buruk Total % df X Makan hitung N % N % n % 1 Baik 160 80 6 3 0 0 166 83 139,27 2 Tidak Baik 4 2 21 10,5 9 4,5 34 17 2

37 Dari 166 responden dengan frekuensi makan baik mayoritas anak mempunyai status gizi baik, yaitu sebanyak 160 orang (80%). Status gizi kurang sebanyak 6 orang (3%). Dari 34 responden dengan frekuensi makan tidak baik, mayoritas anak dengan status gizi kurang yaitu 21 orang (10,5%) dan status gizi baik yaitu 4 orang (2%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh frekuensi makan dengan status gizi pada anak usia 6 59 bulan di Kelurahan Pulo Brayan Kota Kecamatan Medan Barat. Pada kelompok dengan frekuensi makan yang baik ditemukan mayoritas sampel berstatus gizi baik sebanyak 160 orang (80%). Hal ini disebabkan karena frekuensi makan anak yang baik akan mempengaruhi status gizinya sehingga memiliki status gizi yang baik, sebaliknya bila frekuensi makan anak tidak baik, kebutuhan gizi anak tidak terpenuhi dan bahkan dapat mengganggu kesehatan sehingga menurun status gizi sampai menjadi gizi buruk. Meskipun anak mayoritas bergizi kurang sebanyak 21 orang (10,5%), masih ditemukan status gizi buruk sebanyak 9 orang (4,5%). Hal ini disebabkan karena anak yang konsumsi dengan frekuensi makan yang tidak baik mengakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan gizi anak, sehingga menurunkan status gizi anaknya sampai gizi buruk. Menurut Berg dalam Harahap (2006) beberapa daerah di Asia Tenggara termasuk Indonesia, pada umumnya frekuensi makan adalah 1 sampai 2 kali sehari. Frekuensi makan ini jelas akan sulit memenuhi kebutuhan gizi bagi anakanaknya.

38 Menurut asumsi peneliti, frekuensi makan anak usia yang baik 3 kali sehari, ibu yang memberi makan anaknya dengan frekuensi makan 1 sampai 2 kali sehari mengakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan gizi anak dengan baik, sehingga status gizi anak menjadi gizi kurang dan sampai gizi buruk. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui berdasarkan hasil uji Chi-Square, diperoleh X hitung sebesar 139,27 > 5,99 (X tabel ), maka dapat disimpulkan Ha diterima, artinya ada pengaruh frekuensi makanan dengan status gizi. Pengaruh Pola Makan dengan Status Gizi Sampel Di Kelurahan Pulo Brayan Kota Kecamatan Medan Barat Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan kepada 200 responden di Kelurahan Pulo Brayan Kota, mengenai pengaruh pola makan dengan status gizi sampel di Kelurahan Pulo Brayan Kota, maka diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 5 : Pengaruh Pola Makan dengan Status Gizi Sampel Di Kelurahan Pulo Brayan Kota Kecamatan Medan Barat Status Gizi No Pola Makan Baik Kurang Buruk Total % df X hitung N % n % n % 1 Baik 159 79,5 3 1,5 0 0 162 81 151,17 2 Tidak Baik 5 2,5 24 12 9 4,5 38 19 2 Dari 162 responden dengan pola makan baik, mayoritas anak mempunyai status gizi baik sebanyak 159 orang (79,5%), status gizi kurang sebanyak 3 orang (1,5%). Dari 38 responden dengan pola makan tidak baik, mayoritas anak dengan status gizi kurang yaitu 24 orang (12%) dan status gizi baik yaitu 5 orang (2,5%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh pola makan dengan status gizi anak usia 6 59 bulan di Kelurahan Pulo Brayan Kota Kecamatan Medan Barat. Pada kelompok dengan pola makan baik ditemukan mayoritas

39 sampel berstatus gizi baik sebanyak 159 orang (79,5%). Karena ibu yang memberikan makan-makanan bergizi dengan pola makan yang baik pada anak sehingga memiliki status gizi yang baik, sebaliknya bila pola makan anak tidak baik, maka kebutuhan gizi anak tidak terpenuhi dan bahkan dapat mengganggu kesehatan anak, sehingga kebutuhan gizi pada anak yang tidak terpenuhi maka mempengaruhi status gizi anak sampai menjadi gizi buruk. Pada anak yang pola makan tidak baik di temukan status gizi anak mayoritas bergizi kurang sebanyak 24 orang (12%). Hal ini disebabkan karena anak yang konsumsi dengan pola makan yang tidak baik mengakibatkan penurunan status gizi anak hingga berstatus gizi buruk. Menurut Sulistyoningsih (2011) pola makan anak yang baik perlu sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan gizi. Pola makan yang tidak sesuai akan menyebabkan asupan gizi berlebih atau sebaliknya kekurangan. Asupan berlebih menyebabkan kelebihan berat badan dan penyakit lain yang disebabkan oleh kelebihan zat gizi. Sebaliknya, asupan makanan kurang dari yang dibutuhkan akan menyebabkan tubuh menjadi kurus dan rentan terhadap penyakit. Berdasarkan hasil uji Chi-Square, diperoleh X hitung (151,17) > X tabel (5,99). Oleh karena X hitung > X tabel maka dapat disimpulkan Ha diterima, berarti ada pengaruh pola makanan dengan status gizi pada anak usia 6 59 bulan..

40 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Ada pengaruh jumlah makanan dengan status gizi pada anak usia 6 59 bulan di Kelurahan Pulo Brayan Kota Kecamatan Medan Barat. 2. Ada pengaruh jenis makanan dengan status gizi pada anak usia 6 59 bulan di Kelurahan Pulo Brayan Kota Kecamatan Medan Barat. 3. Ada pengaruh frekuensi makan dengan status gizi pada anak usia 6 59 bulan di Kelurahan Pulo Brayan Kota Kecamatan Medan Barat. 4. Ada pengaruh pola makan dengan status gizi pada anak usia 6 59 bulan di Kelurahan Pulo Brayan Kota Kecamatan Medan Barat. Saran 1. Saran bagi ibu, agar lebih memperhatikan konsumsi pola makan (jumlah makanan, jenis makanan dan frekuensi makan) anaknya, sehingga status gizi anak dapat ditingkatkan. 2. Ibu hendaknya rajin membawa anaknya ke puskesmas atau posyandu atau sarana kesehatan lainnya agar ibu mendapatkan penyuluhan-penyuluhan gizi dan informasi tentang pola makan yang baik untuk meningkatkan status gizi anak.