Nuke Farida ÿ. UG Jurnal Vol. 7 No. 09 Tahun Kata Kunci: Semiotika Pierce, Iklan, Hedonisme

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Universitas Negeri Medan sebagai lembaga pendidikan tinggi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Gaya hidup secara luas didefenisikan sebagai cara hidup yang diidentifikasikan oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Media televisi merupakan media massa yang sering digunakan sebagai media

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah yang merupakan periode peralihan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. Pada perkembangan teknologi informasi saat ini manusia dimudahkan dalam mencari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Media massa (media cetak, media elektronik dan media bentuk baru)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Melihat isi media saat ini, baik media cetak maupun non cetak, sebagian

BAB I PENDAHULUAN. merupakan dua hal yang tidak terpisahkan antara satu dengan yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. informasi dan gaya hidup. Globalisasi ditandai dengan pesatnya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pola hidup mengacu pada cara-cara bagaimana menjalani hidup dengan cara yang baik dan

BAB I PENDAHULUAN. atau majalah, dan juga mendengarkan radio. Perkembangan media yang terjadi saat

BAB I PENDAHULUAN. ( Pada zaman orde baru pemerintah melarang

2016 REPRESENTASI SENSUALITAS PEREMPUAN DALAM IKLAN

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam memprediksikan perilaku pembelian konsumen terhadap suatu

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan cara pandang dan persepsi konsumen Indonesia tentang

BAB I PENDAHULUAN. berlomba untuk merebut dan mempertahankan pangsa pasarnya. Berbagai jenis

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi merupakan pola kehidupan masyarakat yang mulai berkembang sejak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perilaku konsumen yang terjadi pada era globalisasi saat ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. selektif dalam melakukan proses pembelian atas suatu produk. Pada sisi yang lain

BAB I PENDAHULUAN. maupun elektronik, maka telah menciptakan suatu gaya hidup bagi masyarakat. Menurut

I. PENDAHULUAN. proses interaksi sosial. Soekanto (2009:55) menyatakan bahwa, Interaksi sosial

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi, gaya hidup dan pola pikir masyarakat berkembang yang. konsumen yang berhasil menarik konsumen.

BAB II LANDASAN TEORI. (1994) sebagai orang yang memiliki uang untuk dibelanjakan dan tinggal di kota

BAB I PENDAHULUAN. tak jarang masyarakat juga menyukai gaya hidup yang bisa dibilang berfoya-foya dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. orang dengan orang lain, yang berfungsi dalam interaksi dengan cara-cara yang

Pertama-tama izinkanlah, saya mengucapkan terima kasih atas kesediaan anda untuk membaca buku ini. Mudah-mudahan ucapan ini bukan sekadar basa-basi

BAB I PENDAHULUAN. elektronik, seperti televisi, internet dan alat-alat komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk meneliti imitasi gaya berpakaian dalam majalah Gogirl!. Majalah Gogirl!

BAB V PENUTUP. mucul dalam tayangan acara Wisata Malam, yaitu kode Appearance

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. manusia dan media. Baudrillard banyak mengkaji tentang fenomena media,

BAB I PENDAHULUAN. Mereka sangat memperhatikan penampilan selain menunjukan jati diri ataupun

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi di bidang komunikasi semakin maju pada era globalisasi

Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam era-modernisasi negara Indonesia pada saat ini sudah

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat sekarang ini sudah menjadikan belanja atau shopping bukan hanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman saat ini telah banyak mempengaruhi seseorang dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berkembangnya era globalisasi dan pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. Pada era modern saatini, khususnya di bidang fashion yaitu istilah gaya atau

BAB 4 KESIMPULAN. Nonton bareng..., Rima Febriani, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi yang terjadi di Indonesia saat ini berpengaruh pada

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut tentu saja membawa dampak dalam kehidupan manusia, baik dampak

( Word to PDF Converter - Unregistered ) BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Ini bisa dilihat dengan begitu maraknya shopping mall atau pusat

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien untuk berkomunikasi dengan konsumen sasaran.

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya serta merta berhubungan dengan seks dan hura-hura saja, namun. sebuah kesenangan juga berhubungan dapat dengan materi.

Gambar 1.1 : Foto Sampul Majalah Laki-Laki Dewasa Sumber:

I. PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu dan era globalisasi, saat ini dapat terlihat fenomena

BAB II KERANGKA TEORI. Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas individu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup Hedonis. Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa. Negara Indonesia di masa yang lampau sebelum. masa kemerdekaan media massa belum bisa dinikmati oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. mengubah pola perilaku konsumsi masyarakat. Globalisasi merupakan

Semiotika, Tanda dan Makna

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup Hedonis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk individu mengarah kepada karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. adalah kebutuhan primer, sekunder dan tersier, kebutuhan yang pertama yang harus dipenuhi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. Sebelum membeli suatu produk atau jasa, umumnya konsumen melakukan evaluasi untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan kebutuhan konsumen yang bervariasi memberikan peluang bagi para pelaku bisnis terutama di

I. PENDAHULUAN. adil atau tidak adil, mengungkap perasaan dan sentimen-sentimen kolektif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB I PENDAHULUAN. Iklan pada hakikatnya adalah aktivitas menjual pesan (selling message) dengan

BAB I PENDAHULUAN. iklan, karena iklan ada dimana-mana. Secara sederhana iklan merupakan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. daun saat ini di kalangan peminat cultural studies di negeri kita. Namun, bisa jadi

BAB 1 PENDAHULUAN. dipenuhi, baik kebutuhan yang bersifat jasmani maupun rohani. Kebutuhan adalah UKDW

BAB I PENDAHULUAN. selalu bersaing dalam menarik konsumen. Para pengusaha sebagai produsen harus saling

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 2016). Belakangan ini, fenomena perkembangan fashion yang sedang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keadaan modern (modernitas) adalah berkaitan dengan suatu keadaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam persaingan saat ini, produsen dengan segala cara berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. dan terkait dengan tren yang sedang berlaku. Masyarakat sudah menyadari

BAB I PENDAHULUAN. Tengok saja majalah, koran, radio, acara televisi, sampai media online

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Khalayak pada zaman modern ini mendapat informasi dan hiburan di

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipandang sebagai faktor yang menentukan proses-proses perubahan.

BAB II KERANGKA TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pasar Indonesia. Minuman Isotonik Pocari Sweat merupakan minuman Isotonik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Semiotika Pragmatik (Charles Sanders Pierce)

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis menyimpulkan inti permasalahan yang dihadapi, sebagai berikut :.

Ideologi dan identitas..., Muchamad Sidik Roostandi, FIB UI, Universitas Indonesia

I. PENDAHULUAN. aspek. Banyak masyarakat dari daerah-daerah tertarik dan terinspirasi untuk masuk ke dalam

BAB I PENDAHULUAN. system komunikasi yang sangat penting tidak saja bagi produsen barang dan jasa

MEDIA & CULTURAL STUDIES

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lakukan, baik di masa kini maupun masa depan, dengan satu tujuan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, kodrat manusia menjadi tua seolah bisa dihindari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

REPRESENTASI HEDONISME DI MEDIA MASSA ABSTRAK Peran poster iklan kerap digunakan sebagai media efektif propaganda bagi penguasa melalui tanda-tanda visual gang ditampilkan. Tujuan penelitian ini untuk merepresentasikan makna tanda di balik desain poster iklan sepatu dan aksesoris Charles & Keith. Pendekatan gang digunakan adalah pendekatan deskriptif kualitatif dan penelitian ini menggunakan metode penelitian analisis semiotika gang dikembangkan oleh Charles Sanders Pierce. Hasil temuan penelitian ini adalah representasi hedonisme wanita modern terungkap melalui tanda-tanda visual gang ditampilkan pada poster iklan sepatu dan akseksoris Charles & Keith seperti model pakaian, tata rias wajah dan rambut, lagout poster, pose model iklan, dan akseksoris gang digunakan model. Nuke Farida ÿ Universiias Gunadarma niike_farida@slaft.gunadarma.ac.id Kata Kunci: Semiotika Pierce, Iklan, Hedonisme PENDAHULUAN Dalam konteks Indonesia, masyarakat konsumen mutakhir tumbuh beriringan dengan sejarah globalisasi ekonomi dan transformasi kapitalisme konsumsi vang ditandai dengan menjamurnya pusat perbelanjaan bergaya seperti shopping mall, industri mode atau fashion, industri kecantikan, industri kuliner, kawasan huni mewah, apartemen, iklan barang-barang mewah dan merek asing, makanan instan (fast food), serta reproduksi dan transfer gaya hidup melalui iklan dan media televisi maupun cetak yang sudah sampai ke ruang-ruang paling pribadi. Kecenderungan untuk hidup mewah, berfoya-foya, bersuka-ria, dan gaya hidup berlebih-lebihan di masyarakat sering disebut budaya hedonisme, yaitu budaya yang mengutamakan aspek keseronokan diri, misalnya,free-sex, minum-minuman keras, beijudi, berhura-hura, atau berhibur di klab malam. Berbagai bentuk perwujudan budaya hedonisme tersebut begitu menggiurkan banyak orang, sehingga dapat dikatakan menjadi kebutuhan bagi masyarakat yang merasa diri modern. Budaya hedonis, menurut Aristipos dari Kyrene (433-355 SM) adalah pandangan bahwayang sungguh baik bagi manusia adalah kesenangan. Kesenangan itu bersifat badani belaka karena hakikatnya tidak lain dari pada gerak dalam badan. Ada tiga kemungkinan gerak, yaitu (1) gerak yang kasar, ketidaksenangan, (2) gerak yang halus, kesenangan, dan (3) ketiadaan gerak, netral. Menurut hedonisme sesuatu yang baik dalam arti yang sebenarnya adalah kenikmatan (gerak yang halus) kini dan di sini. Sedangkan Epikuros (341-270 SM)berpendapat bahwa hedonisme memiliki beberapa pengertian, yaitu (a) kesenangan adalah tujuan hidup manusia; (b) menurut kodratnva setiap manusia mencari kesenangan; (c) kesenangan yang dimaksud bukanlah kesenangan inderawi, tetapi kebebasan dari rasa nyeri dalam tubuh kita dan kebebasan dari keresahan dalam jiwa. Ada tiga macam keinginan, yaitu keinginan alamiah yang perlu, keinginan alamiah yang tidak perlu, dan keinginan yang sia-sia. Jadi hedonisme mengajarkan hidup yang baik itu memenuhi keinginan alamiah yang perlu. Gaya glamor dan sensual merupakan salah satu aspek gaya hidup hedonis masyarakat urban sebagai wujud pencarian identitas kelas sosial di mana dia berada dengan melengkapi dirinya dengan atribut. Produk budaya massa akan ditujukan kepada masyarakat massa, suatu bentuk masyarakat konsumen yang pasif dan mudah didikte melalui guyuran propaganda supaya mengikuti keinginan produsen (Strinati, 2007:14). Keberadaan budaya massa terkait erat dengan komodifikasi di segala bidang kehidupan yaitu proses pengubahan segala objek sehingga punya nilai tukar (Piliang, 2003: 88). Kapitalisme, menurut Raymond Williams sebagaimana dikutip oleh Piliang (2003: 88-89), tidak memproduksi komoditi bagi pengguna (user) namun lebih ditujukan bagi konsumen (consumer). Pengguna dan konsumen berbeda. Pengguna adalah mereka yang menggunakan suatu objek untuk memenuhi kebuuihan hakiki dan kerapkali kebutuhan yang bersifat sosial. Konsumen lebih mengedepankan konsumsi pribadi terhadap objek menurut pertandaan (signification) yaitu sebuah cara di mana satu citraan mental (penanda), dalam hal ini objek konsumsi, dikaitkan dengan makna tertentu yang disebut petanda (Piliang, 2003: 20). Penanda dan petanda adalah istilah yang diambil dari kerangka gagasan bahasa Saussure. Keduanya adalah dua sisi tak terpisahkan yang membentuk tanda. Keteipaduan penanda dan petanda dalam tanda dapat dipahami dalam contoh misalkan huruf (k/u/r/s/i) sebagai penanda dengan konsep mental yang dibawanya yaitu tempat duduk sebagai petanda. Penggunaan istilah tanda kemudian diperluas dalam bidang sosial dengan memandang segala artefak dan proses sosial dalam perspektif bahasa sehingga dapat dibaca sebagai sebentuk tanda (Piliang, 2003: 257-258). Tanda dalam kehidupan sosial tunduk kepada kode, suatu kesepakatan berisi aturan-aturan tentang bagaimana tanda diorganisasikan masyarakat pengguna (Fiske, 2004: 91-92). Kode, menurut Chandler (2003) merupakan prosedur organisasi tanda menjadi sistem bermakna dengan mengaitkan penanda dengan petanda. Ketika tanda berinteraksi dengan penggunanya, menurut Barthes (dalam Fiske 2004: 118-126), akan terjadi dua tingkatan pertandaan. Tingkatan pertama adalah apa yang disebut sebagai denotasi atau makna lugas. Tingkatan kedua beroperasi dalam dua arah dimana pertandaan tingkat kedua dari penanda dijalankan dalam metabahasa. Pertandaan tingkat kedua dari 14 petanda dijalankan melalui faktor-faktor yang mempengamhi gaya hidup seseorang. Ada dua faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu (internal) berupa sikap, pengalaman dan pengamatan, kepribadian, konsep diri, motif dan persepsi dan faktor yang berasal dari luar (eksternal) berupa kelompok referensi, keluarga, kelas sosial, dan kebudayaan. Bentuk perwujudan dari budaya hedonis adalah berusaha untuk tampil cantik, anggun, glamor dan seksi di setiap kesempatan yang merupakan liasrat setiap wanita. Ingin selalu menjadi pusat perhatian adalah kodrat wanita.wanita percaya bahwa penampilan seperti itu dapat meningkatkan kepercayaan diri. Berbagai cara dilakukan untuk menarik perhatian lawan jenisnya, yaitu dengan berdandan, berpakaian seksi, operasi silicon, dan menata rambutnya. Kaum wanita golongan menengah cenderung membuka peluang dan membangun kekuatan permintaan pasar barang mewah yang sangat potensial.emereka lebih banyak berbelanja untuk penampilan diri seperti: ke salon kecantikan, berbelanja membeli busana, asesoris perhiasan dan lain sebagainya untuk mengubah citra diri dan mendapatkan pengakuan dari kelompok komunitasnya yang mementingkan harga diri. Peran media massa adalah menyebarkan gaya hidup hedonisme yang diasumsikan sebagai ideologi yang wajar karena setiap orang yang telah bersusah payah bekeija memenuhi kebutuhan hidup patut memperoleh penghargaan. Salah satu bentuk penghargaan adalah dengan menikmati sex appeal dirinya maupun sex appeal orang lain yang memang tersedia untuk dikonsumsi. Dalam masyarakat komoditas (commodity society) dengan meminjam istilahnya Adorno, konsumsi sudah merupakan suatu tanda atau makna keberadaan manusia modern itu sendiri. Segala bentuk pemasaran telah dikomodifikasikan dalam bentuk yang lebih persuasif sekaligus hegemonik melalui simbol-simbol yang digunakan dalam sebuah iklan. Dapat dikatakan bahwa simbol-simbol tersebut adalah UG Jurnal Vol. 7 No. 09 Tahun 2013 01