KERAGAMAN LEPIDOPTERA PADA DUKUH DAN KEBUN KARET DI DESA MANDIANGIN KABUPATEN BANJAR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. satu keaneragaman hayati tersebut adalah keanekaragaman spesies serangga.

BAB I PENDAHULUAN. daya tarik tinggi baik untuk koleksi maupun objek penelitian adalah serangga

I. PENDAHULUAN. yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,

I. PENDAHALUAN. dan kehutanan. Dalam bidang kehutanan, luas kawasan hutannya mencapai. (Badan Pusat Statistik Lampung, 2008).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kelembaban. Perbedaan ph, kelembaban, ukuran pori-pori, dan jenis makanan

Fransina S. Latumahina Dosen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Pattimura - Ambon

BAB I PENDAHULUAN. Anggapan ini terbentuk berdasarkan observasi para ahli akan keanekaragamannya

I. PENDAHULUAN. (Sujatnika, Joseph, Soehartono, Crosby, dan Mardiastuti, 1995). Kekayaan jenis

I. PENDAHULUAN. mudah dikenali oleh setiap orang. Seperti serangga lainnya, kupu-kupu juga mengalami

I. PENDAHULUAN. berbagai tipe vegetasi dan ekosistem hutan hujan tropis yang tersebar di

Modul 1. Hutan Tropis dan Faktor Lingkungannya Modul 2. Biodiversitas Hutan Tropis

ABSTRAK DIVERSITAS SERANGGA HUTAN TANAH GAMBUT DI PALANGKARAYA KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. memiliki sebaran jenis serangga yang unik. Selain jenis-jenis yang sebarannya

BAB I PENDAHULUAN. hayati memiliki potensi menjadi sumber pangan, papan, sandang, obat-obatan

I. PENDAHULUAN. Perkebunan memiliki peran yang penting dalam pembangunan nasional,

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan tropis yang luas dan memiliki keanekaragaman hayati yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1.LatarBelakangMasalah

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Meidita Aulia Danus, 2015

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem

TAMBAHAN PUSTAKA. Distribution between terestrial and epiphyte orchid.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Deforestasi hutan tropis dan konversi hutan menjadi sistem penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan sumberdaya hutan dalam dasawarsa terakhir dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Herlin Nur Fitri, 2015

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BAB I PENDAHULUAN. dan perubahan secara terus-menerus. Maka dari itu, setiap manusia harus

I. PENDAHULUAN. 2007:454). Keanekaragaman berupa kekayaan sumber daya alam hayati dan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif, yang. sensus atau dengan menggunakan sampel (Nazir,1999).

I. PENDAHULUAN. Dampak penambangan yang paling serius dan luas adalah degradasi, kualitas

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Jumlah spesies dalam komunitas yang sering disebut kekayaan spesies

II. TINJAUAN PUSTAKA. berinteraksi dalam satu sistem (pohon, tanaman dan atau ternak) membuat

BAB I PENDAHULUAN. hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan

TINJAUAN PUSTAKA. I. Ekologi Tanaman Kelapa Sawit (Elais guinensis Jacq.) baik di daerah tropis (15 LU - 15 LS). Tanaman ini tumbuh sempurna di

BIOLOGI KONSERVASI EKOSISTEM PASCA TAMBANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Data tentang luas tutupan lahan pada setiap periode waktu penelitian disajikan pada

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rukmana (1997), sistematika tanaman jagung (Zea mays L.) adalah sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Jumlah spesies dalam satu komunitas yang sering disebut dengan. banyak spesies tersebut (Anonimus, 2008).

Keanekaragaman Parasitoid dan Parasitisasinya pada Pertanaman Padi di Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun

BAB I PENDAHULUAN. lainnnya yang tersebar luas dari Sabang sampai Merauke. Menurut Ummi (2007)

MODEL AGROFORESTRY BERBASIS TONGKONAN YANG BERWAWASAN KONSERVASI LINGKUNGAN DI KABUPATEN TANA TORAJA. Oleh: SAMUEL ARUNG PAEMBONAN.

I. PENDAHULUAN. liar di alam, termasuk jenis primata. Antara tahun 1995 sampai dengan tahun

PENDAHULUAN Latar belakang

I. PENDAHULUAN. masyarakat Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Pesawaran. Selain itu taman

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara disebut Mega Biodiversity setelah

keadaan seimbang (Soerianegara dan Indrawan, 1998).

Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Arthropoda merupakan filum terbesar dalam dunia Animalia yang mencakup serangga, laba-laba, udang,

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hutan di Indonesia merupakan sumber daya alam yang cukup besar

BAB 1 PENDAHULUAN. hayati terkaya (mega biodiveristy). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004),

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Primak et al, tahun 1998 bahwa Indonesia merupakan daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. rapat dan menutup areal yang cukup luas. Sesuai dengan UU No. 41 Tahun

TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA SEKITAR HUTAN (Kasus Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang termasuk ke dalam kategori negara

BAB I PENDAHULUAN. 41 tahun 1999). Menurut Indriyanto (2006), hutan merupakan masyarakat

Jurnal Biology Education Vol. 4 No. 1 April 2015

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif - eksploratif, yang

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di bumi saat ini, pasalnya dari hutan banyak manfaat yang dapat diambil

Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bumi, namun demikian keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya sangat

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Kupu-kupu

I. PENDAHULUAN. Kawasan lahan basah Bujung Raman yang terletak di Kampung Bujung Dewa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. dijadikan sebagai salah satu habitat alami bagi satwa liar. Habitat alami di

STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Tengah tepatnya di kabupaten Karanganyar. Secara geografis terletak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia salah satu negara disebut Mega Biodiversity setelah Brazil dan

BAB I PENDAHULUAN. dunia, termasuk juga keanekaragaman Arthropodanya. 1. Arachnida, Insecta, Crustacea, Diplopoda, Chilopoda dan Onychophora.

Kuliah ke-2. R. Soedradjad Lektor Kepala bidang Pengelolaan Sumberdaya Alam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sistem Populasi Hama. Sistem Kehidupan (Life System)

II. TINJAUAN PUSTAKA. fungsi pokok sebagai hutan konservasi yaitu kawasan pelestarian alam untuk

KERUSAKAN LAHAN AKIBAT PERTAMBANGAN

I PENDAHULUAN. dengan burung layang-layang. Selain itu, ciri yang paling khas dari jenis burung

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes spp) KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA

ABSTRACT. Alamat Korespondensi : Telp , PENDAHULUAN

METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang. Pertambahan penduduk merupakan faktor utama pendorong bagi upaya

BAB I PENDAHULUAN. mengeksplor kekayaan alam Indonesia. kehendak Allah SWT yang tidak ada henti-hentinya memberikan keindahan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati

Transkripsi:

KERAGAMAN LEPIDOPTERA PADA DUKUH DAN KEBUN KARET DI DESA MANDIANGIN KABUPATEN BANJAR Oleh/by SUSILAWATI Program Studi Budidaya Hutan, Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat Jl. A. Yani KM 36 Banjarbaru, Kalimantan Selatan ABSTRACT The study of Lepidoptera diversity was carried out on fruit plantation and rubber plantation. Lepidoptera observation was done using one hectare (1 ha) of 20 m width area sampling. Day light Lepidoptera were obtained using sweep net and night Lepidoptera were trapped using modified emergency lamp. The results indicated the differences of species number of lepidoptera between land use types. Diversity indices of fruit plantation, rubber plantation were 2.3094; 2.1416 respectively. It was noted that the changes at fruit plantation into rubber plantation decreased the abudance of Lepidoptera population. Key words : fruit plantation, sweep net. Penulis untuk korespondensi : e-mail :susi_unlam@yahoo.co.id PENDAHULUAN Keragaman hayati fauna di Indonesia cukup kaya, namun penelitian tentang fauna khususnya lepidoptera masih belum banyak dilakukan. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui keragaman lepidoptera yang ada di dukuh dan kebun karet, Desa Mandiangin Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan. Komposisi vegetasi dan perbedaan penggunaan lahan memungkinkan terjadinya keragaman hayati yang besar. Kawasan Hutan sebagai salah satu kawasan yang berfungsi menjaga keanekaragaman hayati saat ini mengalami perubahan tata guna lahan. Salah satu bentuk perubahan tersebut adalah terbentuknya dukuh dan kebun karet. Perubahan peruntukan lahan di kawasan hutan dapat menyebabkan terjadinya perubahan fungsi ekosistem berupa penurunan kualitas lahan, tata air, dan iklim mikro. Perbedaan penggunaan lahan ini menyebabkan berubahnya struktur dan komposisi vegetasi pada lahan tersebut dan pada akhirnya akan berpengaruh pada kestabilan ekosistem yang baru. Perubahan ekosistem menjadi ekosistem baru tidak hanya melibatkan vegetasi, tetapi juga melibatkan fauna baik yang hidup di atas tanah maupun permukaan tanah. Artinya fauna juga akan mengalami urutan perubahan yang paralel dengan tingkatan seral tumbuhan. Serangga, khususnya ordo lepidoptera mempunyai peranan penting bagi penyerbukan tanaman serta dapat digunakan sebagai salah satu indikator kesegaran lingkungan. Manfaat lain adalah dalam bentuk spesimen untuk koleksi, hiasan dinding, tatakan gelas dan kepentingan ilmu pengetahuan. Ordo Lepidoptera merupakan serangga yang kian diminati kolektor dunia. Dari Jurnal Hutan Tropis Volume 11 No. 30, Edisi September 2010 31

segi konservasi, pemanfaatan ordo lepidoptera secara komersial dapat dijadikan sarana pendidikan bagi masyarakat. Pada dasarnya konservasi tidak saja perlindungan dan pelestarian tetapi juga pemanfaatan secara berkelanjutan. BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan di areal dukun dan kebun karet di Desa Mandiangin Kabupaten Banjar. Waktu yang diperlukan untuk penelitian ini selama ± 3 (tiga) bulan. Obyek pada penelitian ini adalah serangga dari ordo lepidoptera. Pengamatan dilaksanakan pada masing-masing lokasi pengamatan seluas 1 ha. Penangkapan lepidoptera menggunakan jaring serangga (siang hari) dan emergency lamp (malam hari). Selanjutnya dilakukan pemilahan koleksi dan identifikasi sampai tingkat famili dan secara morphospesies. Parameter yang dihitung adalah kekayaan jenis lepidoptera (richness), keanekaragaman lepidoptera (diversity) dan kerataan serangga (eveness). HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah keseluruhan lepidoptera di lokasi pengamatan sebanyak 221 individu yang terdiri atas 10 famili dan 13 spesies. Famili pyralidae mendominasi jumlah ordo lepidoptera dari kedua lokasi yaitu sebesar 39 % dari keseluruhan spesimen. Data tersebut menunjukkan bahwa lokasi penelitian merupakan habitat yang masih dapat mendukung perkembangan keanekaragaman lepidoptera. Dari masing-masing famili terdapat variasi dalam jumlah spesies dan individu. Adapun persentase individu berdasarkan famili lepidoptera yang ditemukan pada kedua lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. Jurnal Hutan Tropis Volume 11 No. 30, Edisi September 2010 32

1% 5% 3% 1% 8% 14% 15% 7% 7% 39% Noctuidae Pyralidae Nymphalidae Arctiidae Pieridae Lycanidae Geometridae Danaidae Papilionidae Satyridae Gambar 1. Persentase Individu Lepidoptera berdasarkan Famili yang diperoleh di Lokasi Penelitian Jumlah serangga lepidoptera yang dikoleksi pada beberapa tipe penggunaan lahan di Kawasan Bukit Mandiangin dengan menggunakan alat tangkap jaring serangga dan Emergency Lamp dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 menunjukkan bahwa populasi ordo lepidoptera terbanyak ditemukan pada dukuh dibanding di kawasan kebun karet. Tinggi rendahnya jumlah populasi di suatu habitat berkaitan dengan kondisi lingkungan habitat yang bersangkutan. Kondisi lingkungan tersebut dapat berubah-ubah akibat adanya pengaruh atau gangguan baik faktor eksternal maupun internal. Faktor eksternal dapat berupa akibat aktivitas manusia, kebakaran hutan sedangkan faktor internal dapat berupa adanya persaingan dan sifat ketergantungan dari komponen-komponen yang ada di dalam lingkungan habitat itu sendiri misalnya ketersediaan pakan bagi ordo lepidoptera seperti vegetasi atau serangga lain yang berukuran lebih kecil sebagai mangsa. Jumlah dan jenis dari ordo lepidoptera akan semakin meningkat pada komunitas yang memiliki kuantitas dan kualitas pakan yang sesuai dengan kebutuhan lepidoptera. Antara vegetasi dan serangga termasuk ordo lepidoptera terjadi hubungan yang dapat menstabilkan ekosistem hutan. Bila salah satu komponen terganggu maka akan mempengaruhi keberadaan komponen lainnya. Hal ini ditegaskan oleh Elzinga (1978), yang menyebutkan bahwa serangga berperan penting dalam proses suksesi dan menjaga kestabilan ekosistem hutan. Populasi lepidoptera yang ditemukan pada kebun karet lebih kecil daripada lepidoptera yang ada pada dukuh, hal ini terjadi diduga berkaitan dengan kondisi kebun karet yang yang miskin jenis vegetasi sehingga menjadi faktor pembatas bagi ketersediaan pakan bagi lepidoptera. Pada dukuh terdapat keanekaragaman vegetasi yang lebih banyak sehingga merupakan sumber pakan yang melimpah bagi lepidoptera Jurnal Hutan Tropis Volume 11 No. 30, Edisi September 2010 33

yang mempengaruhi populasinya. Vegetasi pada dukuh di lokasi pengamatan antara lain durian (Durio zibethinus), pampakin (Durio kutejensis), rambutan (Nephelium lappaceum), langsat (Lansium domesticum), hambawang (Mangifera feotida), ramania (Benca macrophylla), nangka (Arthocarpus heterophyllus), cempedak (Arthocarpus integra), kesturi (Mangifera sp) dan lain lain. Kelimpahan populasi lepidoptera pada suatu habitat ditentukan oleh adanya keanekaragaman dan kelimpahan sumber pakan maupun sumber daya lain yang tersedia pada habitat tersebut. Serangga termasuk lepidoptera menanggapi sumber daya tersebut dengan cara yang kompleks. Keadaan pakan yang berfluktuasi secara musiman akan menjadi faktor pembatas bagi keberadaan populasi hewan di suatu tempat oleh adanya kompetisi antar individu. Vegetasi dan lepidoptera dalam suatu ekosistem memiliki hubungan yang sangat erat. Lepidoptera akan menjadikan vegetasi sebagai habitat dan sumber pakan. Adanya populasi lepidoptera yang melimpah pada suatu habitat misalnya pada kebun buah akan menguntungkan secara ekonomi sebangai pollinator (penyerbuk bunga). Tanaman buahbuahan tersebut tidak akan berbuah bila tidak diserbuk oleh serangga. Jumlah dan jenis lepidoptera akan semakin meningkat pada komunitas yang memiliki kuantitas dan kualitas pakan yang sesuai dengan kebutuhannya. Keragaman lepidoptera yang ditangkap dengan menggunakan jaring serangga (sweep net) dan sistem Light trapping dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 1. Distribusi Lepidoptera di Lokasi Penelitian No Penggunaan Lahan Famili Jenis Individu 1 2 Dukuh Kebun Karet 9 7 12 8 151 70 Tabel 2. Distribusi lepidoptera di Lokasi Penelitian berdasarkan Waktu Aktif Serangga Tipe Lahan Waktu Famili Jenis Individu Aktif Dukuh Kebun karet Siang Malam Siang Malam 6 3 6 1 7 5 6 2 76 75 36 34 Tabel 3. Total Nilai Kekayaan, Keanekaragaman dan Kerataan Jenis Lepidoptera pada Lokasi Penelitian Tipe Lahan Kekayaan Jenis (R) Keanekaragaman Jenis (H ) Kerataan Jenis (é) Dukuh Kebun Karet 35.517 11.108 2.3094 2.1416 0.9294 1.0299 Jurnal Hutan Tropis Volume 11 No. 30, Edisi September 2010 34

Secara umum jumlah famili serangga malam lebih kecil dibandingkan jumlah famili serangga yang aktif pada siang hari, hal ini dikarenakan famili untuk serangga yang aktif pada malam hari tidak sebanyak pada siang hari (Borror et all, 1992). Hal ini sejalan dengan penelitian Harmonis (2000) dan Latumahina (2006) yang mengemukakan bahwa famili serangga yang ditemukan pada malam hari sedikit lebih berkurang dibanding serangga pada siang hari. Perbedaan lain yang ditimbulkan oleh waktu penangkapan adalah terjadinya variasi famili dan jenis yang hadir pada dukuh dan kebun karet. Variasivariasi tersebut terjadi oleh karena masing-masing famili atau jenis mempunyai waktu-waktu aktif yang berlainan. Kehadiran lepidoptera yang aktif pada siang hari (nocturnal) dapat juga dikaitkan dengan potensinya sebagai serangga pollinator (serangga penyerbuk bagi vegetasi yang sedang berbunga) dan perlu juga diwaspadai kehadiran lepidoptera yang aktif pada malam hari (diurnal) yang mempunyai potensi sebagai hama. Hasil pengolahan data pada Tabel 3 menunjukkan baik nilai kekayaan jenis, keanekaragaman jenis maupun nilai kerataan jenis tertinggi pada hutan sekunder dibandingkan di lahan alang-alang. Nilai kerataan jenis di hutan sekunder dengan lahan alang-alang memiliki angka yang tidak jauh berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa pada kedua tipe lahan, sebaran individu dari tiap jenis individu yang hidup di dalamnya relatif lebih merata, walaupun nilai kekayaan dan keanekaragaman jenis dari ordo lepidoptera pada masingmasing lokasi pengamatan berbeda. Perbedaan nilai kekayaan jenis (R), keanekaragaman jenis (H ) maupun kerataan jenis (é) secara umum dipengaruhi oleh faktor dalam dan luar dari kehidupan lepidoptera. Faktor dalam antara lain kemampuan berkembang biak, perbandingan kelamin, sifat mempertahankan diri dan siklus hidup. Faktor luar yang mempengaruhi keberadaan serangga adalah suhu, kelembaban, cahaya, warna, bau, angin, makanan, parasit dan predator (Elzinga,1978). Nilai keanekaragaman jenis dari ordo lepidoptera pada kedua lokasi memiliki perbedaan. Dukuh mempunyai keanekaragaman jenis yang tertinggi (2.3094) sedangkan di kebun karet (2.1416). Nilai keanekaragaman jenis lepidoptera yang menggambarkan keragaman lepidoptera mengalami penurunan seiring dengan berubahnya dukuh menjadi kebun karet. Hal ini menunjukkan adanya degradasi habitat di kawasan Bukit Mandiangin antara dukuh dan kebun karet berpengaruh terhadap diversitas, dalam hal ini mempengaruhi diversitas serangga. Jadi dapatlah dikatakan bahwa konversi hutan menjadi peruntukan lain dapat menurunkan nilai keanekaragaman jenis dari ordo lepidoptera. Hal ini sejalan dengan penelitian Subahar,T (2004), terjadi penurunan nilai keanekaragaman serangga dari Hutan Campuran, Hutan Pinus, Lahan Bekas Kebun. Konsekuensi langsung dari penurunan keragaman spesies adalah menurunnya layanan ekosistem serangga dan akan menimbulkan kerugian yang tidak sedikit bagi manusia. Sebagai contoh, menurunnya populasi serangga predator dan polinator masing-masing menyebabkan peningkatan populasi serangga hama dan menurunnya keberhasilan reproduksi tumbuhan. Jurnal Hutan Tropis Volume 11 No. 30, Edisi September 2010 35

Adanya perubahan komunitas dari hutan banyak jenis (dukuh) menjadi kebun karet (miskin jenis), mengorbankan diversitas, sehingga diperlukan penataan bentang alam yang mendukung kelestarian keragaman hayati tanpa mengenyampingkan kepentingan masyarakat lokal dalam pengelolaan Tahura Sultan Adam. KESIMPULAN Jumlah keseluruhan ordo lepidoptera di lokasi pengamatan sebanyak 221 individu yang terdiri atas 10 famili dan 13 spesies. Famili satyridae mendominasi jumlah ordo lepidoptera dari kedua lokasi yaitu sebesar 34 % dari keseluruhan spesimen. Struktur dan kelimpahan komunitas ordo lepidoptera akan berbeda antara vegetasi banyak jenis dan vegetasi miskin jenis, karena adanya hubungan yang erat antara ordo lepidoptera dengan kondisi habitat lingkungannya. DAFTAR PUSTAKA Boror, Triplehorn. Johnson, 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga. Edisi Keenam. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Harmonis. 2000. Keanekaragaman Serangga dan Hama pada Anakan Acacia Mangium di Bukit Soeharto. Rimba Kalimantan. Vol 4.No.1. Latumahina,F. 2006. Keanekaragaman Serangga dan Vegetasi pada Dua Kawasan Resapan Air di Kota Ambon Provinsi Maluku. Tesis S-2. Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. (Tidak dipublikasikan). Elzinga, R.J. 1978. Fundamental of Entomology. Prentice Hall of India. Private Limited. New Delhi. Subahar, T. 2004. Keanekaragaman Serangga pada Bentang Alam yang Berbeda di Kawasan Gunung Tangkuban Parahu. Konferensi Nasional Konservasi Serangga, Bogor 2007. Jurnal Hutan Tropis Volume 11 No. 30, Edisi September 2010 36