REVITALISASI BANGUNAN FASILITAS PUBLIK PURA MANGKUNEGARAN SURAKARTA (Deskripsi dalam Tinjauan Historis dan Eksistensi Bangunan Masa Kini )

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Deskripsi

PERANSERTA STAKEHOLDER DALAM REVITALISASI KAWASAN KERATON KASUNANAN SURAKARTA TUGAS AKHIR. Oleh: YANTHI LYDIA INDRAWATI L2D

BAB I PENDAHULUAN. 1 ( balai pustaka Kamus Bahasa Indonesia 1988 ) 2 Ibid 3 Ibid

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG. Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda

PENATAAN MUSEUM KERETA API AMBARAWA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Post Modern Neo-Vernacular

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keadaan Museum di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Judul 1.2 Pengertian Judul

BAB 1 PENDAHULUAN. Museum Sejarah Jakarta merupakan museum sejarah yang diresmikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah,

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang Eko Juliana Susanto, 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keberadaban. Pengalihan kewenangan pemeliharaan dan pelestarian kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

I.1 LATAR BELAKANG I.1.1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

GEDUNG WAYANG ORANG DI SOLO

BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Pengertian judul

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gambar 1-3 Gambar 1. Geger Pecinan Tahun 1742 Gambar 2. Boemi Hangoes Tahun 1948 Gambar 3.

GEDUNG SENI PERTUNJUKAN DI SURAKARTA PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR POST-MODERN

TRADISI METHIL SEBAGAI SALAH SATU WARISAN KEARIFAN LOKAL DI DESA KARANGMALANG KECAMATAN KASREMAN KABUPATEN NGAWI. Inka Septiana. Sosiologi Antropologi

BAB I PENDAHULUAN. untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

REVITALISASI TAMAN BALEKAMBANG SEBAGAI TEMPAT REKREASI DI SURAKARTA

KOTA DAN PERMASALAHANNYA*

PENATAAN ULANG TAMAN REKREASI BUDAYA SRIWEDARI SURAKARTA Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah wilayah atau daerah mempunyai banyak Bangunan serta Benda Cagar

Abito Bamban Yuuwono. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA INDUK PELESTARIAN BUDAYA MELAYU KABUPATEN SIAK

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Jumlah Wisatawan Yogyakarta. Tahun Wisatawan Lokal Wisatawan

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK YANG DIRENCANAKAN DAN KONSEP PERENCANAAN

BAB I PENDAHULUAN. melarat, dan mereka yang berada ditengah tengahnya. Uraian yang dikemukakan Aristoteles itu

BAB I PENDAHULUAN. sektor perdagangan, sektor perekonomian, dan sektor transportasi. Dari segi. transportasi, sebelum ditemukannya mesin, manusia

STUDI PARTISIPASI PEDAGANG DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PARTISIPASI DALAM REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN SURAKARTA TUGAS AKHIR

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dari target yang ditetapkan. Kegiatan pertambangan mengalami penurunan seiring

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu bisa menjadi bosan dan hasil kerjanya tidak akan maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioregion

BAB I PENDAHULUAN. TABEL 1.1 JUMLAH WISATAWAN MANCANEGARA DAN NUSANTARA KE OBJEK WISATA KOTA BANDUNG Jumlah. Jumlah Tahun.

-2- lain dari luar Indonesia dalam proses dinamika perubahan dunia. Dalam konteks tersebut, bangsa Indonesia menghadapi berbagai masalah, tantangan, d

BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Letak Kabupaten Bangkalan berada pada ujung Pulau Madura bagian Barat

1.1.2 Perpustakaan dan Museum Budaya Sebagai Fasilitas Belajar Budaya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkup sosio-kultural yang lebih sempit, salah satu manfaat

BAB 1 : Pendahuluan BAB 2 : Tinjauan Teori BAB 3 : Metodologi Penelitian BAB 4 : Hasil dan Pembahasan BAB 5 : Kesimpulan dan Saran

BAB II KAJIAN LITERATUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1: Jumlah Perjalanan Wisatawan Nusantara. Sumber: Pusdatin Kemenparekraf & BPS

'; Soekanto Soerjono, Prof, Dr, SH, MA, Sosiologi Suatu Ppngantar, CV Rajawali, Jakarta, 1982.

1.1.1 KONDISI TEMPAT WISATA DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

LKPJ WALIKOTA SEMARANG AKHIR TAHUN ANGGARAN 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1 Neufeld ed. in chief, 1988; Webster New World Dict

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013-

BAB I PENDAHULUAN. Desain Interior Museum Tapis Lampung di Kota Bandar Lampung dengan

TERMINAL PENUMPANG LOMBOK INTERNATIONAL AIRPORT Penekanan Konsep Desain Renzo Piano

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB. I PENDAHULUAN. wilayah III (Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan) serta dikenal dengan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Daya tarik kepariwisataan di kota Yogyakarta tidak bisa dilepaskan dari

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AGROWISATA BELIMBING DAN JAMBU DELIMA KABUPATEN DEMAK

BAB I PENDAHULUAN. Kisaran terbagi menjadi dua kecamatan yaitu Kecamatan Kisaran Timur dan

BAB I PENDAHULUAN. Arti budaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Galeri Fotografi Pelukis Cahaya yang Berlanggam Modern Kontemporer dengan Sentuhan Budaya Lombok. Ni Made Dristianti Megarini

BAB II DATA DAN ANALISA. Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh. 3. Pengamatan langsung / observasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata adalah industri multisektoral, yang di dalamnya terdapat suatu

Rully. Abstrak. Kata kunci: peran pendampingan masyarakat, degradasi kualitas kawasan

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG

PUSAT KESENIAN JAWA TENGAH DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai. Budaya dan nilai-nilai yang dipandang baik dan dijunjung tinggi oleh

KEBIJAKAN DIREKTORAT MUSEUM DIREKTORAT MUSEUM DIREKTORAT JENDERAL SEJARAH DAN PURBAKALA KEMENTRIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut

17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berpenduduk terbanyak didunia. Dan juga

tersendiri sebagai destinasi wisata unggulan. Pariwisata di Bali memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan

Kata kunci : promosi, tradisional, KSWM, dan mendidik.

SUSUNAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KOTA BUKITTINGGI TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK dan TARI KONTEMPORER di. SURAKARTA dengan PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO

Transkripsi:

REVITALISASI BANGUNAN FASILITAS PUBLIK PURA MANGKUNEGARAN SURAKARTA (Deskripsi dalam Tinjauan Historis dan Eksistensi Bangunan Masa Kini ) Andereas Pandu Setiawan Jurusan Desain Interior Fakultas Seni dan Desain Universitas Kristen Petra Surabaya pandu@peter.petra.ac.id ABSTRAK Pura Mangkunegaran, sebuah kerajaan di Jawa Tengah memiliki situs-situs peninggalan bangunan kuno yang terhampar dan berserak di berbagai daerah yang menjadi bekas wilayah kerajaan. Pura Mangkunegaran memiliki bangunanbangunan yang menjadi fasilitas publik yang menandai peradaban yang dicapai pada masanya. Kondisi bangunan-bangunan tersebut sebagian dalam keadaan baik dan sebagian lagi dalam keadaan yang tidak terawat. Bangunan-bangunan ini seluruhnya berfungsi untuk menunjang stabilitas pemerintahan dan stabilitas kehidupan masyarakat di wilayah Surakarta. Upaya revitalisasi bangunanbangunan fasilitas publik milik Pura Mangkunegaran memberikan peningkatan yang nyata bagi kehidupan masyarakat kota dalam pelbagai sisi kehidupan. Selain itu revitalisasi bangunan-bangunan fasilitas publik Pura Mangkunegaran akan mampu mengangkat nilai-nilai tradisi, kebudayaan dan kekayaan lokal yang akan meningkatkan daya saing bangsa dalam komunitas masyarakat global. Kata kunci: revitalisasi, Pura Mangkunegaran, fasilitas publik, sejarah ABSTRACT Pura Mangkunegaran, an empire in Central Java has cites of ancient buildings and has spreaded out in various areas that had been part of the empire. Pura Mangkunegaran has buildings becoming public facilities as the landmark of civilization of its days. Conditions of the buildings partly are in good condition and some others are less maintained. These buildings entirely function to support goverment stability and life stability of people in the region of Surakarta.Revitalisation of these public properties of Pura Mangkunegaran through some alternative ways of revitalisation gives a real improvement to the life of urban community in various life aspects. Besides, revitalisation of the buildings of these public facilities of Pura Mangkunegaran will be able to preserve and to lift up the tradition values, local cultures and wealth which will increase our national competitiveness in global community. Key word: revitalization, Pura Mangkunegaran, public facilities, history PENDAHULUAN Pura Mangkunegaran merupakan sebuah kerajaan Jawa yang sangat berpengaruh bagi peradaban dan perkembangan dinamika masyarakat Surakarta hingga saat ini. Peninggalan yang berupa bangunan-bangunan fasilitas untuk publik, merupakan faktor yang berpengaruh bagi arah pembangunan dan perkembangan kota Surakarta pada masa kini. Tulisan ini merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan kondisi masa kini bangunan-bangunan fasilitas publik milik Pura Mangkunegaran yang masih ada di antara kehidupan masyarakat Surakarta. Revitalisasi pada bangunanbangunan fasilitas publik Pura D67

Mangkunegaran menempati posisi yang sangat penting dan menentukan dalam meningkatkan daya saing bangsa Indonesia yang berbasis pada kearifan lokal, yang akan mengangkat citra Indonesia di dalam dunia yang semakin menuntut globalisasi di segala bidang. Melalui tulisan ini diharapkan masyarakat dan dunia ilmu pengetahuan menjadi terbuka, bahwasannya bangunan-bangunan yang memiliki nilai historis tersebut, dapat diandalkan sebagai kekuatan dalam kehidupan masyarakat masa kini untuk memperkuat peradaban bangsa dalam dunia yang semakin global. METODOLOGI Pembahasan mengenai revitalisasi bangunan fasilitas publik Pura Mangkunegaran dilakukan melalui tinjauan pada beberapa pustaka di perpustakaan Rekso Pustaka Pura Mangkunegaran yang merekam hasilhasil kebudayaan dan peradaban selama pemerintahan Mangkunegara. Tinjauan ini diperkuat dengan temuan-temuan artefak Pura Mangkunegaran yang berserak di berbagai tempat di Surakarta, yang pernah menjadi wilayah administratif Pura Mangkunegaran. Pendekatan historis dikembangkan dalam penulisan makalah, ini untuk mengetahui fungsi dan sejarah dari masing-masing bangunan-bangunan tersebut. Metode dalam pencarian data di lapangan dilakukan melalui observasi lapangan, wawancara dengan narasumber dan studi artefak melalui naskah dan foto-foto artefak pada masa kini. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pura Mangkunegaran dan Bangunan Fasilitas Publik Berdirinya Pura Mangkunegara merupakan hasil dari sebuah peristiwa besar, pecahnya kerajaan Mataram di D68 Jawa menjadi Kasunanan Surakarta dan Praja Mangkunegaran. Praja Mangkunegara berdiri sejak 1757 pada saat RM. Said sebagai penguasa pertama di Praja Mangkunegara. Selanjutnya tahun demi tahun pemerintahan di Mangkunegaran dipegang oleh para Mangkunegara yang bergelar K.G.P.A.A. Mangkunegara (Kanjeng Gusti Pangeran Arya Adipati Mangkunegara). Dalam kebijakan pemerintahan yang dijalankan pada setiap masa pemerintahan inilah, muncul berbagai bangunan fasilitas publik yang berfungsi sebagai penunjang kehidupan masyarakat, stabilisator kerajaan dan kepentingan politik yang dijalankan bersama-sama dengan pemerintah Kolonial Belanda di Surakarta. Beberapa bangunan fasilitas publik dibangun oleh Pura Mangkunegaran dan Pemerintahan Kolonial Belanda, untuk menunjang stabilitas pemerintahan dan harkat hidup masyarakat. Bangunan-bangunan tersebut sampai saat ini masih dapat ditemui, meskipun fungsi dan penggunaannya tidak maksimal. Dari hasil penelitian di lapangan ditemukan beberapa bangunan, diantaranya adalah: 1. Bendungan Bendungan Cengklik dan Plumbon di Surakarta menjadi bendungan yang memberikan pasokan air untuk mengairi sawah dan perkebunan milik Pura Mangkunegaran. Sampai saat ini bendungan yang terletak di dekat bandara Adisumarmo Surakarta, masih berfungsi dengan baik. 2. Sanitasi dan Air Bersih Pura Mangkunegaran membangun saluran air bersih dan sarana untuk mandi dan mencuci secara permanent dan terencana. Penggunaan waterleeding (saat ini disebut air ledeng) di rintis pada masa pemerintahan Mangkunegara. Penggunaan kakus (WC) juga sudah dirintis untuk memajukan pola hidup

bersih dan sehat untuk masyarakat. Situs ini masih ada dan terletak di daerah Kestalan Surakarta. 3. Fasilitas Pendidikan Pura Mangkunegaran memilki bangunan sekolah yang dirintis dan dikembangkan untuk memajukan kesenian dan kebudayaan. Di tempat ini berkembang pendidikan pedalangan, tari, dan karawitan, serta sekolah untuk masyarakat. 4. Bangunan Militer Pura Mangkunegaran memiliki bangunan yang merupakan markas Pasukan Kavallerie-Artillerie sebagai kekuatan yang menopang stabilitas kerajaan. Bangunan ini sekarang berkembang menjadi pemukiman padat penduduk. 5. Pasar Pasar Legi yang sekarang berkembang menjadi sebuah pasar yang sangat dinamis pergerakannya, merupakan pasar tradisional hasil gagasan pemerintahan Mangkunegara. Pasar yang mendukung mobilisasi kehidupan masyarakat Surakarta ini, terletak di lokasi yang sangat strategis bagi industri pariwisata karena berdekatan dengan situs-situs milik Pura Mangkunegara yang lain. 6. Taman Lokasi-lokasi seperti Balekambang, Tirtonadi, Villa Park Banjarsari dan Manahan merupakan taman-taman milik Pura Mangkunegaran. Beberapa dari taman tersebut telah berubah fungsi menjadi terminal angkutan, stasiun dan lapangan olahraga. Namun demikian beberapa lokasi yang lainnya masih berfungsi sesuai dengan keadaan aslinya. 7. Kantor Pemerintahan Pada masa pemerintahan Mangkunegaran, masing-masing pemerintahan di tingkat kampung didirikan kantor pemerintahan sebagai pusat administrasi yang dapat mengontrol gerak dan dinamika masyarakat pemukim kampung. Ciri khas dalam pola pembentukan kampung beserta pusat pemerintahannya adalah dengan menempatkan pusat pemerintahan yang selalu berada di sudut perkampungan. Hal ini menjadi sebuah peninggalan arsitektur yang sangat unik yang masih ada hingga saat ini. B. Konservasi dan Revitalisasi Fasilitas Publik Pura Mangkunegaran Bangunan-bangunan fasilitas umum milik Pura Mangkunegara berdiri di beberapa bagian sudut kota dan sering menjadi benda yang asing, keberadaannya dan sisi sejarahnya tidak pernah dikenal oleh masyarakat, bahkan banyak pula yang menjadikan bangunanbangunan tersebut di sudut-sudut kota yang teronggok sepi menjadi tempat pemukiman liar dan praktek-praktek asusila dalam kehidupan masyarakat. Rendahnya kesadaran dan pemahaman masyarakat awam menyebabkan bangunan-bangunan tersebut menjadi sasaran bagi penjarahan material dan penggunaan lokasi bangunan sebagai tempat tinggal. Kedudukan arsitektur sebagai artefak dan wujud fisik kebudayaan menjadi bukti otentik sebuah peradaban. Hilangnya fungsi bangunan-bangunan fasilitas publik Mangkunegaran dan kondisi bangunan yang semakin lama semakin renta, semakin membuat bangunan-bangunan tersebut tidak bernilai dan tidak dipandang oleh masyarakat dalam kedudukannya dengan nilai historis dan kebudayaan kota. Kenyataan ini didukung oleh keadaan masyarakat kota yang berkembang dalam peradaban modern saat ini, dimana sebelumnya merupakan masyarakat yang tumbuh dari lingkungan-lingkungan masyarakat pedesaan (Kuntowijoyo, 2003), yang D69

melakukan urbanisasi ke wilayah kota Surakarta, yang tumbuh karena berbagai kepentingan-kepentingan industrialisasi, yang tidak lagi menghayati persoalanpersoalan tradisi, religi, dan persoalanpersoalan simbol-simbol dalam masyarakat, sehingga keberadaan bangunan-bangunan tersebut tidak menjadi bagian yang penting dari kehidupan mereka. Bangunan-bangunan fasilitas publik Pura Mangkunegara, perlu mendapat perhatian yang lebih sempurna. Diperlukan ide-ide untuk terus merevitalisasi bangunan-bangunan publik tersebut dengan konsep cerdas yang menumbuhkan pemikiranpemikiran konstruktif yang lebih kompleks, yang bertujuan untuk konservasi dan optimalisasi terhadap nilai dan fungsi bangunan yang secara maksimal. Revitalisasi perlu dilakukan bagi upaya penyelamatan bangunanbangunan fasilitas publik Pura Mangkunegaran. Melalui revitalisasi yang dikerjakan pada bangunan-banguan tersebut, kebudayaan sebagai hasil dinamika kehidupan masyarakat Surakarta, dapat terus berkembang dan tumbuh di dalam konsep masyarakat kota masa kini. Revitalisasi yang dikerjakan akan mampu menjaga konsep-konsep kehidupan dan kebudayaan yang tumbuh dalam dinamika masyarakat kota Surakarta. Revitalisasi ini dapat dilakukan dengan mengembalikan bangunan ke dalam bentuk-bentuk asli dan fungsi yang semula, atau melakukan revitalisasi bangunan dengan memanfaatkan bangunan bagi fungsi-fungsi yang baru yang berbeda dari fungsi awal, dengan tidak merusak arsitektur bangunan. D70 C. Alternatif Revitalisasi Fasilitas Publik Pura Mangkunegaran Berbagai bentuk revitalisasi dapat dilakukan pada bangunanbangunan fasilitas publik Pura Mangkunegara. Konsep ini harus mengarah pada tujuan konservasi kebudayaan sebagai bagian yang paling utama dalam struktur kerangka konsep revitalisasi yang akan dilakukan. Upayaupaya lain yang bersifat komersial selayaknya ditempatkan sebagai bagian sekunder dalam konsep revitalisasi bangunan. Beberapa alternatif revitalisasi dapat dilakukan dengan menempatkan bangunan-bangunan fasilitas publik tersebut ke dalam fungsi-fungsi ruang publik yang bernilai edukatif, rekreatif, apresiatif, sosial dan komersial. 1. Ruang Apresiasi dalam Membangun Peradaban Masyarakat sebagai pemukim sekaligus pemilik kebudayaan kota, memerlukan ruang untuk mewujudkan identitas dan membangun citra kebudayaan kota, yang di dalamnya terurai berbagai aktivitas kebudayaan seperti kesenian, mata pencaharian, religi, dan sebagainya. Taman Balekambang sebagai fasilitas publik Pura Mangkunegaran, dapat difungsikan menjadi ruang apresiasi bagi masyarakat terkait dengan pengembangan kesadaran diri akan pentingnya peradaban dan kebudayaan pada masyarakat kota. Untuk mengapresiasi perkembangan di dalam masyarakat inilah ruang pubik sebagai pencapaian dalam ranah sosial dan edukatif sangat diperlukan. Ruang publik ini dapat difungsikan sebagai ruang penyadaran yang dapat diwujudkan ke dalam ruang publik bagi pameran kesenian, ruang diskusi publik dan kegiatan penelitian ilmiah, dan ruang-ruang yang memampukan segenap lapisan masyarakat dan pemukim kota berdialog tentang kebudayaan kota

mereka, yang tentunya dilengkapi dengan fasilitas yang mendukung. Pernyataan di bawah ini tentunya merupakan sebuah pernyataan yang perlu digarisbawahi, bahwa masyarakat ada setiap saat dari masa lalu ke masa mendatang. Kehadirannya justru melalui fase antara apa yang telah terjadi dan apa yang akan terjadi. Ada pengaruh, bekas dan jiplakan masa lalu serta bibit dan potensi untuk masa depan (Sztompka, 2005). Dari hal ini jelas terlihat bahwa dalam membangun peradabannya, masyarakat memerlukan ruang apresiasi yang sinergis. 2. Museum Kebudayaan dan Peradaban Kota Bangunan - bangunan fasilitas publik Pura mangkunegaran dapat difungsikan sebagai media bagi masyarakat untuk menunjukan hasilhasil kebudayan baik fisik maupun non fisik yang dikemas melalui Museum Kebudayaan dan Peradaban Surakarta, sebagai tempat yang bernilai edukatif, informatif dan rekreatif. Kebudayaan mengalami perubahan seperti halnya kebudayaan-kebudayaan yang dimiliki oleh bangsa-bangsa di dunia, dari bentuk yang sederhana menjadi bentuk yang lebih kompleks. Kebudayaan juga mengalami akulturasi dan inovasi (Koenjtraningrat, 1990). Kebudayaan kota yang dibangun oleh masyarakatnya akan memperoleh apresiasi dari masyarakat kota tersebut, sehingga ada umpan balik yang menjangkau kinerja pembangunan dan kebijakan pembangunan perkotaan secara objektif. 3. Taman Kota Posisi ruang-ruang hijau dan taman kota di setiap wilayah perkotaan, terutama kota-kota besar dan kota-kota berkembang di Indonesia semakin berkurang karena perluasan wilayah bagi pemukiman, perkantoran dan usaha bisnis yang dilakukan oleh masyarakat. Kebutuhan untuk ruang-ruang publik dapat dikerjakan melalui revitalisasi terhadap taman-taman kota atau membangun ruang-ruang publik yang lebih luas di sekitar lingkungan bangunan-bangunan kuno dengan memperhatikan struktur dan komponen bangunan asli. 4. Wisata Sejarah dan Peradaban Kota Eksotika bangunan-bangunan fasilitas publik Pura Mangkunegaran, dapat dikembangkan sebagai andalan bagi dunia industri kreatif yang dikembangkan bersinambung dengan wisata sejarah yang berkaitan dengan seluruh aspek perkotaan. Pengembangan wisata sejarah perkotaan akan memacu penghargaan terhadap peradaban dan hasil-hasilnya. Pengembangan bidang ini akan terkait dengan bidang-bidang lain seperti sosial, kesenian, politik, ekonomi dan semua sektor kehidupan masyarakat kota. Wisata sejarah kota, yang dikemas melalui bangunan-bangunan tersebut selain berfungsi sebagai komoditas di sektor ekonomi dan bisnis pariwisata tentunya akan memacu kota untuk mencitrakan dirinya sebagai kota yang memiliki kehidupan masyarakat dan pemerintahan yang dinamis diantara peradaban masa lalu. KESIMPULAN Keberadaan bangunan-bangunan fasilitas publik yang dibangun oleh Pura Mangkunegaran di Surakarta tidak dapat dikesampingkan dan dilepaskan dari fakta-fakta sejarah. Bangunan-bangunan tersebut merupakan sebuah bukti pencapaian peradaban yang adiluhung. Melalui upaya-upaya ilmiah, pengaturan kebijakan pemerintah kota, konservasi bangunan dalam bentuk revitalisasi bangunan-bangunan fasilitas milik Pura Mangkunegaran, hal ini akan menumbuhkan kepedulian dalam bidang konservasi arsitektur dan desain sebagai hasil sebuah peradaban milik bangsa D71

Indonesia. Pencapaian keberhasilan revitalisasi dapat dicapai melalui upaya edukasi kepada masyarakat dan penciptaan kesadaran terhadap eksistensi bangunan-bangunan tersebut sebagai sebuah nilai yang mencitrakan jati diri masyarakat. Melalui revitalisasi bangunan-bangunan fasilitas publik milik Pura Mangkunegaran ini, maka pencitraan kota Surakarta dapat diwujudkan, konservasi dapat dilakukan, peradaban dan kebudayaan tidak akan menghilang, yang seluruhnya akan menunjang daya saing bangsa Indonesia di era yang semakin global. DAFTAR PUSTAKA [1] Budihardjo, Eko. 1989. Konservasi Lingkungan dan Bangunan Kuno Bersejarah di Surakarta.. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. [2] Koenjtraningrat.1990. Sejarah Teori Antropologi II. Cetakan Pertama. UI Press, Jakarta. [3] Kuntowijoyo. 2003. Metodologi Sejarah. Edisi Kedua Agustus 2003. PT.Tiara wacana, Yogyakarta. [4] Sztompka, Piötr. 2005. Sosiologi Perubahan Sosial. Edisi I. Cetakan ke-2,juli 2005. Prenada Media, Jakarta. D72