PENGARUH DOSIS PEMUPUKAN PADA SISTEM TANAM TUMPANGSARI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG MANIS DAN KEDELAI

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Usaha budidaya telah dilakukan untuk mendapatkan hasil produksi

Pengaruh Populasi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) dan Jagung (Zea mays L.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pada Sistem Pola Tumpang Sari

Pertumbuhan dan Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) berdasarkan Waktu Penyiangan dan Jarak Tanam yang Berbeda ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah

SKRIPSI HASIL KACANG TANAH

I. PENDAHULUAN. Ketergantungan terhadap bahan pangan impor sebagai akibat kebutuhan. giling (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2015).

PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG SAPI DAN PUPUK NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans. Poir)

PENGARUH PENGGUNAAN PUPUK KANDANG DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH

RESPONS KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) DAN JAGUNG (Zea Mays L.) TERHADAP BEBERAPA PENGATURAN TANAM JAGUNG PADA SISTEM TANAM TUMPANGSARI

RESPONS JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK ORGANIK GRANUL YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS

OPTIMALISASI PRODUKSI KACANG TANAH DAN JAGUNG MANIS PADA POLA TANAM TUMPANGSARI DENGAN PERLAKUAN DEFOLIASI JAGUNG

Pengaruh Beberapa Jarak Tanam terhadap Produktivitas Jagung Bima 20 di Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat

Vol 3 No 1. Januari - Maret 2014 ISSN :

TANAH (Arachis hypogaea L.) DAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt.) DENGAN BEBERAPA PENGATURAN WAKTU TANAM KACANG TANAH PADA SISTEM TUMPANGSARI

PERTUMBUHAN DAN HASIL VARIETAS JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt.) DALAM TUMPANGSARI KACANG TANAH (Arachis hipogeae L.)

PENGARUH DOSIS DAN LAMA PEMBENAMAN PUPUK HIJAU OROK-OROK (Crotalaria juncea L.) PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max L.

EFEK KOMBINASI DOSIS PUPUK N P K DAN CARA PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG MANIS. Jumini, Nurhayati, dan Murzani

GROWTH AND YIELD RESPONSE SWEET CORN (Zea mays L. saccharata) IN INTERCROPPING SYSTEM WITH MUNG BEAN (Vigna radiata L.)

RESPONS TANAMAN KEDELAI TERHADAP PEMBERIAN PUPUK FOSFOR DAN PUPUK HIJAU PAITAN

AGROVIGOR VOLUME 3 NO. 2 SEPTEMBER 2010 ISSN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI POLONG SEGAR EDAMAME VARIETAS RIOKO PADA EMPAT JENIS PUPUK

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PUPUK NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI(Glycine max (L.)Merill) ARTIKEL ILMIAH RITA SARI

PENGARUH DOSIS PUPUK MAJEMUK NPK DAN PUPUK PELENGKAP PLANT CATALYST TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max (L.

Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merril) Varietas Tidar Berdasarkan Dosis Pupuk Organik Padat

OPTIMALISASI PRODUKSI KACANG TANAH DAN JAGUNG PADA POLA TANAM TUMPANGSARI DENGAN PERLAKUAN DEFOLIASI JAGUNG

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah

Pertumbuhan dan Produktivitas Jagung Manis pada Beberapa Sistem Tanam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH JENIS DAN TINGKAT KERAPATAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max [L]. Merr)

JURNAL PRODUKSI TANAMAN Vol. 1 No. 3 JULI-2013 ISSN :

PRODUKSI TUMPANGSARI KACANG MERAH (VIGNA ANGULARIS) DAN BAWANG MERAH (ALLIUM CEPA) DI ATAP (ROOFTOP CULTURE) PENDAHULUAN

SKRIPSI RESPON KACANG TANAH DAN JAGUNG TUMPANGSARI SECARA DERET PENGGANTIAN TERHADAP PUPUK ORGANIK PENGGANTI NPK. Oleh Yuni Restuningsih H

PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KANDANG SAPI PADA BERBAGAI JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAWANG MERAH

GROWTH AND YIELD OF BLACK SOYBEAN (Glycine max (L.) Merr) SEED OF MALLIKA PLANTED BY INTERCROPPING WITH SWEET CORN (Zea mays Saccharata group)

Volume 10 Nomor 2 September 2013

PENGARUH WAKTU TANAM BAWANG PREI (Allium porum L.) PADA SISTEM TUMPANGSARI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata)

Vol 1 No. 3 Juli September 2012 ISSN:

Volume 11 Nomor 2 September 2014

THE EFFECT OF THE KINDS OF FERTILIZER AND WEED CONTROL TIME ON GROWTH AND YIELD OF SWEET CORN (Zea mays saccharata)

Pengaruh Teknik Dan Dosis Pemberian Pupuk Organik Dari Sludge Bio- Digester Terhadap Produksi Tanaman Jagung (Zea Mays L.

Respons Pertumbuhan dan Hasil Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) Terhadap Jarak Tanam dan Waktu Penyiangan Gulma

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG BOGOR PADA BERBAGAI TINGKAT KERAPATAN TANAM DAN FREKUENSI PENYIANGAN*

PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR (POC) LIMBAH TERNAK DAN LIMBAH RUMAH TANGGA PADA TANAMAN KANGKUNG (Ipomoea reptans Poir) Oleh : Sayani dan Hasmari Noer *)

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN OKRA (Abelmoschus esculantus) PADA PELAKUAN PUPUK DEKAFORM DAN DEFOLIASI

Pertumbuhan Vegetatif dan Kadar Gula Biji Jagung Manis (Zea mays saccharata, Sturt) di Pekanbaru

AGROVIGOR VOLUME 1 NO. 1 SEPTEMBER 2008 ISSN

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt L.) Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang dan

Nerty Soverda dan Yulia Alia Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jambi Jalan Raya Mendalo Darat.

RESPOMS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAAWI (Brassica Juncea. L) TERHADAP INTERVAL PENYIRAMAN DAN KONSENTRASILARUTAN PUPUK NPK SECARA HIDROPONIK

PENGARUH PUPUK HIJAU Calopogonium mucunoides DAN FOSFOR TERHADAP SIFAT AGRONOMIS DAN KOMPONEN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt)

PUPUK ORGANIK CAIR DAN PUPUK KANDANG AYAM BERPENGARUH KEPADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI ( Glycine max L. )

PENGARUH DOSIS DAN WAKTU APLIKASI PUPUK UREA DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG (Zea mays, L.) PIONEER 27

PENGARUH POPULASI KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) DAN JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADA SISTEM POLA TUMPANG SARI SKRIPSI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG TANAH PADA APLIKASI DOSIS PUPUK ORGANIK PADAT DAN CAIR

Vol 2 No. 1 Januari - Maret 2013 ISSN :

Upaya Peningkatan Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max) Melalui Aplikasi Mulsa Daun Jati Dan Pupuk Organik Cair.

PENGARUH KOMBINASI DOSIS PUPUK ORGANIK DAN ANORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

ISSN X Jurnal AGROTEK Vol 5, No 6 April 2017

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau merupakan salah satu tanaman kacang-kacangan yang sangat

I. PENDAHULUAN. Adalah penting bagi Indonesia untuk dapat mewujudkan ketahanan pangan

PENGARUH JENIS PUPUK KANDANG DAN JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays L. var. saccharata Sturt) SKRIPSI

Pengaruh Dosis dan Cara Pemberian Pupuk.I Putu Wisardja 130

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAWI (Brassica juncea L.) DENGAN PEMBERIAN MINERAL ZEOLIT DAN NITROGEN SKRIPSI

PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)

KAJIAN PERIMBANGAN PEMBENTUKAN ORGAN SOURCE-SINK TANAMAN BABY CORN PADA TLNGKAT PENYIANGAN DAN PEMBERIAN UREA YANG BERBEDA

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK DAUN GROW MORE DAN WAKTU PEMANGKASAN

PENGARUH BOBOT MULSA JERAMI PADI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) KULTIVAR KUTILANG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pertumbuhan dan Hasil Dua Klon Ubijalar dalam Tumpang Sari dengan Jagung. Growth and Yield of Two Sweetpotato Clones in Intercropping with Maize

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI (Brassica juncea L) DENGAN PEMBERIAN MIKROORGANISME LOKAL (MOL) DAN PUPUK KANDANG AYAM

Made Deviani Duaja 1), Nelyati 1) and Hisar Tindaon 2) Fakultas Pertanian, Universitas Jamabi

KARYA ILMIAH TENTANG. Oleh SUSI SUKMAWATI NPM

PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK UREA TERHADAP KETERSEDIAAN N TOTAL PADAPERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG

Uji Aplikasi Pupuk Lengkap Bioorganik Cair untuk Meningkatkan Hasil Tanaman Jagung Manis

BAB I PENDAHULUAN. diolah menjadi makanan seperti kue, camilan, dan minyak goreng. kacang tanah dari Negara lain (BPS, 2012).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

THE EFFECT OF WEED CONTROL AND SOIL TILLAGE SYSTEM ON GROWTH AND YIELD OF SOYBEAN (Glycine max L.)

PENGARUH DOSIS PUPUK ANORGANIK NPK MUTIARA DAN CARA APLIKASI PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN MENTIMUN

PENGARUH VARIETAS KACANG TANAH DAN WAKTU TANAM JAGUNG MANIS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADA SISTEM TUMPANGSARI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Timur Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian

UJI EFISIENSI PUPUK MAJEMUK DAN PUPUK TUNGGAL TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TERUNG (Solanum melongena, L) PADA TANAH GAMBUT DAN MINERAL

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH (Arachis hypogeae L ) BERDASARKAN VARIASI POLA TANAM TUMPANGSARI

Jurnal Lahan Suboptimal ISSN: (Print), ISSN: (Online, Vol. 4, No.2: , Oktober 2015

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Metode Penelitian Pembuatan Pupuk Hayati

PENGARUH PENGGUNAAN JARAK TANAM TERHADAP HASIL TANAMAN KACANG PANJANG ( VIGNA SINENSIS ) OLEH NINDA AYU RACHMAWATI

THE EFFECT OF VARIOUS DOSAGES OF ORGANIC AND ANORGANIC FERTILIZERS ON PLANT GROWTH AND YIELD OF SWEET CORN (Zea mays Saccharata Sturt)

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays Saccharata Sturt) TERHADAP PEMBERIAN LIMBAH KOPI DAN TEPUNG DARAH SAPI SKRIPSI OLEH :

PENGARUH PEMBERIAN KOMBINASI PUPUK ORGANONITROFOS DAN PUPUK KIMIA TERHADAP SERAPAN HARA DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan dan sumber protein

PENGARUH BIOURINE SAPI DAN BERBAGAI DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL SELADA KROP (Lactuca sativa L.)

TATA CARA PENELITIAN

PENGARUH PENGGUNAAN MIKRO ORGANISME LOKAL LIMBAH RUMAH TANGGA DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata L)

KAJIAN POLA TANAM TUMPANGSARI PADI GOGO (Oryza sativa L.) DENGAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt L.)

Transkripsi:

PENGARUH DOSIS PEMUPUKAN PADA SISTEM TANAM TUMPANGSARI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG MANIS DAN KEDELAI (The Effect of Fertilizer Doses of Multiple Cropping Pattern on Growth and Yield Sweet Corn and Soybean) Okti Herliana 1, Atang 1, Isnan Ujiono 2 1 Staf Pengajar Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman 2 Alumni Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman Jl. Dr. Soeparno No. 61 Karangwangkal Purwokerto Jawa Tengah, 53123 Telp. 0281-638791, Fax. 638791, e-mail: o.herliana@gmail.com ABSTRACT This research aimed to determine growth pattern and production of crops grown with mono and multiple cropping systems and to calculate Land Equivalency Ratio (LER). The research was conducted at the experimental field of Faculty of Agriculture of Jenderal Soedirman University, from March tomay 2015. The variables observed for corns were plant height, leaf number, corncob, corncob length, while for soybean were plant height, leaf number, weight and number of pods pods, as well as LER. This study used a randomized block design (RBD) with two factors, i.e cropping systems (M1: Mono cropping, M2: Mltiple cropping) and fertilizers (P0: 0 % doses fertilizer, P1: 50% doses fertilizer and P3: 100% doses fertilizer). The data were analyzed using analysis of variance (F test) and if significantly different were tested further by a further test LSD (Least Significant Difference) at 5% error level. These results indicated that the mono and multiple cropping had significantly affected on plant height and leaf number but did not significantly affect on corncob, corncob length. Similarly, in plant height, leaf number, weight and number of pods of soybean pods is no different. LER value for each trial was > 1. Keywords: corn, soybeans, LER, monocropping, multiple cropping Jur. Agroekotek 7 (2) : 129 137, Desember 2015 129

PENDAHULUAN Jagung manis adalah sayuran yang disukai karena rasanya enak, kandungan protein karbohidrat, vitamin serta kadar gulanya relatif tinggi tetapi kandungan lemaknya rendah. Selain untuk sayuran, jagung manis dikonsumsi setelah direbus atau dibakar. Jagung manis mempunyai rasa manis karena kadar gulanya 5-6 % yang lebih dari rasa jagung biasa dengan kadar gula 2-3 %. Rasa manis ini lebih disukai masyarakat yang dapat dikonsumsi secara segar atau dikalengkan maupun sebagai bahan campuran pembuatan kue dan pudding (Sirajuddin, 2010). Begitu pula kedelai merupakan komoditas pangan penghasil protein nabati yang sangat penting karena gizinya, aman dikonsumsi, dan harganya yang relatif murah dibandingkan dengan sumber protein hewani. Di Indonesia, kedelai umunnya dikonsumsi dalam bentuk pangan olahan seperti tahu, tempe, susu kedelai dan berbagai bentuk makanan ringan (Damardjati et al., 2005). Kebutuhan jagung manis dan kedelai terus meningkat, namun demikian luas lahan subur di Indonesia semakin berkurang, mengingat banyaknya alih fungsi lahan menjadi kawasan industri dan sebagainya, sehingga perlu upaya yang dilakukan untuk memproduksi jagung manis dan kedelai sesuai kebutuhan di Indonesia. Menurut Khalil (2000), untuk meningkatkan produksi kedelai maupun jagung manis dapat dilakukan penanaman secara tumpangsari Pola tanam tumpangsari adalah kegiatan budidaya dua jenis tanaman pada lahan dan waktu yang bersamaan dengan alasan utama adalah untuk meningkatkan produktivitas per satuan luas lahan (Francis, 1986). Menurut Permanasari dan Dody (2012), sistem tanam tumpangsari mempunyai banyak keuntungan yang tidak dimiliki pada pola tanam monocropping. Beberapa keuntungan pada pola tumpangsari antara lain: (1) akan terjadi peningkatan efisiensi (tenaga kerja, pemanfaatan lahan maupun penyerapan sinar matahari), (2) populasi tanaman dapat diatur sesuai yang dikehendaki, (3) dalam satu areal diperoleh produksi lebih dari satu komoditas, (4) tetap mempunyai peluang mendapatkan hasil manakala satu jenis tanaman yang diusahakan gagal dan (5) kombinasi beberapa jenis tanaman dapat menciptakan beberapa jenis tanaman dapat menciptakan stabilitas biologis sehingga dapat menekan serangan hama dan penyakit serta mempertahankan kelestarian sumber daya lahan dalam hal ini kesuburan tanah. Pada pola tanam tumpangsari sebaiknya dipilih dan dikombinasikan antara tanaman yang mempunyai perakaran relatif dalam dan tanaman yang mempunyai perakaran relatif dangkal. Agar tidak terjadi kompetisi dalam memperoleh unsur hara. Tinggi dan lebar tajuk antar tanaman yang ditumpangsarikan juga berpengaruh terhadap penerimaan cahaya matahari, lebih lanjut akan mempengaruhi hasil sintesa (glukosa) dan akan berpengaruh terhadap hasil secara keseluruhan (Warsana 2009). Lakitan (1995) menyatakan bahwa tanaman leguminosae sering dipakai pada sistem tanam tumpangsari, karena berpengaruh positif terhadap tanaman lainnya. Kedelai dan jagung manis yang ditanam secara tumpangsari akan terjadi kompetisi dalam memperebutkan unsur hara, air dan sinar matahari. Sehingga pengaturan sistem tanam dan pemberian pupuk sangat penting untuk mengurangi terjadinya kompetisi tersebut (Indriati, 2009). METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian 130 Jur. Agroekotek 7 (2) : 129 137, Desember 2015

Universitas Jenderal Soedirman, pada Maret sampai dengan Mei 2015. Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu benih jagung, benih kedelai, pupuk kandang, urea dan SP-36. Alat yang digunakan yaitu cangkul, sabit, pancong, tugal, timbangan analitik, penggaris, dan alat tulis. Rancangan yang digunakan pada tanaman jagung yaitu Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 faktor yaitu (1) Pola Tanam (T 1 : monocropping dan T 2 : multiple cropping). (2) Dosis pupuk (P 1 : 0 % dosis pupuk anjuran, setara dengan 0 g/petak; P 2 : 50% dosis pupuk anjuran atau setara dengan 46,375 g/petak urea + 37,5 g/petak SP-36; dan P3: 100% dosis anjuran atau setara dengan 93,75 g urea per petak + 75 g SP-36 per petak), dilakukan sebanyak 3 ulangan. Dosis anjuran: urea 125 kg ha -1 dan SP 36 100 kg ha -1 untuk tanaman jagung manis dan urea 25 kg dan SP 36 50 kg untuk tanaman kedelai. Data hasil pengamatan dianalisis menggunakan analisis keragaman (Uji F) dan jika berbeda nyata selanjutnya diuji lanjut dengan uji lanjut BNT (Beda Nyata Terkecil) pada taraf kesalahan 5%. Pengolahan lahan dilakukan dengan sistem minimum tillage, di mana tanah diolah dengan membersihkannya dari gulma serta pengolahan pada areal pertanaman seperlunya saja. Penanaman: Monocropping jagung, jarak tanam: 75 x 25 cm, Monocropping kedelai, jarak tanam: 25 x 25 cm, Multiple cropping jagungkedelai, jarak tanam: jagung: 75 x 25 cm, kedelai: 25 x 25 cm. Masingmasing luas petak 2,5 x 3 m, dilakukan penanaman 1 benih per lubang tanam. Pengamatan dibagi menjadi 2 yaitu pengamatan variabel pertumbuhan dan hasil. Pengamatan variabel alam mendapatkan cahaya matahari yang signifikan antara tanaman jagung dengan pertumbuhan meliputi pengamatan tinggi tanaman dan jumlah daun setiap 2 minggu sekali sebanyak 5 kali. Pengamatan variabel hasil dilakukan setelah panen variabel yang diamati meliputi bobot tongkol + klobot segar dan panjang tongkol untuk tanaman jagung serta jumlah polong dan bobot polong segar untuk tanaman kedelai. Selain itu juga dihitung LER pada masing-masing perlakuan dosis pupuk yang berbeda dengan rumus: LER = hi = hasil tumpangsari Hi = hasil tanam tunggal i = macam tanaman yang dibudidayakan/ditumpangsarikan HASIL DAN PEMBAHASAN Jagung Manis Tabel 1 menunjukkan bahwa pada variabel tinggi tanaman dan jumlah daun berbeda nyata, tetapi pada variabel bobot tongkol, panjang tongkol tidak berbeda pada perlakuan sistem tanam. Pada perlakuan pemupukan terdapat perbedaan yang nyata pada variabel bobot tongkol dan panjang tongkol. Tinggi tanaman dan jumlah daun Tinggi tanaman jagung manis pada perlakuam sistem tanam berbeda nyata. Tinggi tanaman pada perlakuan sistem tanam monocropping dan multiple cropping masing-masing 162,55 cm dan 150,89 cm. Sedangkan pada perlakuan dosis pupuk, masing-masing diperoleh tinggi tanaman P 1 : 146,73 cm; P 2 : 141,74 cm; P 3 : 172,68 cm, serta tidak terjadi interaksi antar kombinasi perlakuan. Hal ini sesuai dengan penelitian (Rinaldi, 2009), bahwa tumpang sari jagung manis dan kedelai berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman hal ini karena terjadi persaingan tanaman jagung ataupun persaingan antara tanaman jagung dengan tanaman Jur. Agroekotek 7 (2) : 129 137, Desember 2015 131

kedelai, persaingan antara tanaman jagung dan tanaman kedelai dalam mendapatkan cahaya matahari. Sinar matahari yang diperlukan untuk fotosintesa terhalang oleh tinggi tanaman jagung pada sistem multiple cropping. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Permanasari dan Dody (2012), bahwa tanaman jagung yang ditanam secara monocropping secara nyata mempunyai tinggi tanaman yang lebih besar karena Tabel 1 menunjukan bahwa jumlah daun tanaman jagung pada perlakuan pola tanam berbeda nyata. Jumlah daun pada perlakuan sistem tanam monocropping dan multiple cropping masing-masing 19,49 dan 14,28 helai. Hal ini diduga karena jumlah daun dipengaruhi oleh tinggi tanaman. Jumlah daun pada penelitian ini berbeda nyata, pada tanaman yang lebih tinggi mempunyai jumlah daun yang lebih banyak, hal ini membuktikan bahwa jumlah daun dipengaruhi oleh tinggi tanaman. Sesuai dengan hasil penelitian yang menyebutkan bahwa jumlah daun sama dengan jumlah buku batang (Paliwal, 2000). Sedangkan pada perlakuan dosis pupuk tidak berbeda nyata, masingmasing diperoleh jumlah daun P 1 : 17,93; P 2 : 11,63; P 3 : 10,59 helai, dan tinggi tanaman 146,73 cm, 141,74 cm dan 172,68 cm, tidak terjadi perbedaan yang nyata untuk variabel tinggi tanaman dan jumlah daun. Tidak terjadi interaksi antar kombinasi perlakuan. Hal ini diduga karena lahan yang digunakan dalam percobaan sudah memberikan tanaman memperoleh semua unsur hara yang dibutuhkan dengan baik. Jagung yang ditanam secara tumpangsari mengalami kompetisi dengan kedelai dalam memperebutkan unsur-unsur yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Selain itu, pemberian pupuk organik saja tidak cukup dan diperlukan penambahan sedikit pupuk anorganik agar pemupukan berimbang (Indriati, 2009). kecukupan nutrisi pada setiap jenis tanaman dan perlakuan yang dicobakan. Bobot tongkol dan panjang tongkol Tabel 1 menunjukkan bahwa bobot tongkol dan panjang tongkol berbeda nyata pada perlakuan dosis pemupukan. Hal ini disebabkan panjang tongkol akan berbanding lurus dengan bobot tongkol yang dihasilkan. Kecukupan nutrisi yang dibutuhkan tanaman akan mempengaruhi fotosintat yang dihasilkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Syarif (2004), bahwa tumpangsari sangat berkaitan erat dengan persaingan antara tanaman yang satu dengan tanaman yang lainnya, namun semakin padat jumlah tanaman yang ada maka persaingan yang terjadi juga semakin ketat. Namun dalam hal ini yang berperan menentukan hasil tanaman adalah hasil fotosintat yang terdapat pada daun. Batang yang ditransfer saat pengisian biji (Falah, 2009). Karena jumlah daun berbeda nyata secara signifikan maka kemampuan tanaman mengahasilkan fotosintat untuk membentuk tongkol pun berbeda nyata. 132 Jur. Agroekotek 7 (2) : 129 137, Desember 2015

Tabel 1. Hasil analisis keragaman tinggi tanaman, jumlah daun, bobot tongkol dan panjang tongkol jagung manis pada sistem tanam dan dosis pupuk yang berbeda Perlakuan Tinggi Jumlah Bobot Panjang Tanaman Daun Tongkol Tongkol Sistem Tanam (cm) (cm) (gr) T1 162,55a 19,49a 219,93 19,8 T2 150,89b 14,28b 223,74 31,68 n n tn tn Dosis Pupuk P1 146.73 17.933 188.71b 18.85b P2 141.74 11.63 184.17b 17.91b P3 172.68 10.59 292.64c 25.47c tn tn n n Sistem Tanam X Dosis Pupuk P1T1 162,27 9,80 220,13 22,60 P1T2 131,20 26,07 157,28 55,10 P2T1 131,24 13,67 151,13 16,03 P2T2 152,23 9,60 217,20 19,78 P3T1 176,13 11,00 288,53 20,77 P3T2 169,23 10,18 296,75 20,17 tn tn tn tn Keterangan: n: berbeda nyata, tn: tidak berbeda nyata, T 1 : monocropping, T 2 : multiple cropping, P 1 : 0% dosis pupuk anjuran; P 2 : 50 % dosis pupuk anjurani; dan P 3 : 100% dosis pupuk anjuran. Kedelai Tabel 2 menunjukkan terdapat perbedaam yang nyata pada variabel jumlah daun pada perlakuan pola tanam yaitu 38,49 helai pada pola tanam mono cropping dan 29,02 helai pada pola tanam intercropping. Pada vaiabel lain yang diamati (tinggi tanaman, bobot polong, jumlah polong) tidak berbeda nyata pada semua perlakuan. Tinggi tanaman dan jumlah daun Tinggi tanaman kedelai dari semua perlakuan tidak berbeda nyata. Tinggi tanaman pada perlakuan sistem tanam monocropping dan multiple cropping masing-masing 48,80 dan 50,86 cm. Sedangkan pada perlakuan dosis pupuk, masing-masing diperoleh tinggi tanaman P 1 : 55,00; P 2 : 50,24; P 3 : 44,25 cm, serta tidak terjadi interaksi antar kombinasi perlakuan. Hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Rinaldi (2009) tanaman kedelai yang ditanam secara tumpangsari lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman kedelai monocropping. Menurut Lakitan (2004), tanaman yang ternaungi cenderung tumbuh lebih tinggi akibat usaha tanaman tersebut untuk mendapatkan cahaya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dan melakukan kegiatan fotosintesis. Jur. Agroekotek 7 (2) : 129 137, Desember 2015 133

Tabel 2. Hasil analisis keragaman tinggi tanaman, jumlah daun, bobot polong dan jumlah polong kedelai pada sistem tanam dan dosis pupuk yang berbeda Perlakuan Tinggi Tanaman Jumlah Daun Bobot Polong Jumlah Polong Sistem Tanam (cm) (helai) (gr) T1 52,80 38,49a 28,15 95,13 T2 44,86 29,02b 26,80 90,18 tn n tn tn Dosis Pupuk P1 55,00 39,83 20,08 66,13 P2 50,24 26,87 21,45 57,37 P3 44,25 30,07 29,90 64,47 tn tn tn tn Sistem Tanam x Dosis Pupuk P 1 T 1 55,87 30,87 19,80 69,20 P 1 T 2 54,13 48,80 32,37 93,07 P 2 T1 51,07 19,87 23,86 57,47 P2T2 49,40 33,87 19,04 57,27 P3T1 39,47 28,73 10,80 38,73 P3T2 49,03 31,40 29,00 90,20 tn tn tn tn Keterangan: n:nyata, tn: tidak berbeda nyata, T 1 : monocropping, T 2 : multiple cropping, P 1 : 0% dosis pupuk anjurani; P 2 : dosis pupuk amjuran; P 3 : 100% dosis pupuk anjuran Jumlah daun tanaman kedelai pada semua perlakuan tidak berbeda nyata (Tabel 1). Jumlah daun pada perlakuan sistem tanam monocropping dan multiple cropping masing-masing 26,49 dan 38,02 helai. Naibaho (2006) menyatakan bahwa kerapatan tanaman tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun tiap tanaman. Sedangkan pada perlakuan dosis pupuk, masing-masing diperoleh jumlah daun P 1 : 39,83; P 2 : 26,87; P 3 : 30,07 helai, serta tidak terjadi interaksi antar kombinasi perlakuan. Hal ini tidak sesuai dengan Murrinie (2010), bahwa kompetisi intraspesifik lebih tinggi pengaruhnya dibanding kompetisi interspesifik. Bobot polong dan jumlah polong Bobot polong dan jumlah polong pada semua perlakuan tidak berbeda nyata. Hal ini disebabkan karena bobot polong akan berbanding lurus dengan jumlah polong, selain itu waktu panen yang lebih awal dari waktu yang seharusnya juga mempengaruhi terbentuknya polong bernas maupun polong keriput (hampa). Ali (2004) menyatakan bahwa jarak tanam yang semakin rapat akan menurunkan jumlah polong bernas tanaman. Perlakuan pemberian dosis pupuk yang berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah dan obot polong, hal ini tidak sesuai dengan Haryanto (1985), bahwa jumlah polong tiap tanaman dipengaruhi oleh dosis pupuk fosfor yang diberikan. Banyaknya polong yang terbentuk pada tanaman kedelai tanpa dipupuk fosfor lebih rendah dari pada tanaman yang dipupuk fosfor. Andriyani (2001), menyatakan bahwa selain terjadi kompetisi antar tanaman, juga terjadi 134 Jur. Agroekotek 7 (2) : 129 137, Desember 2015

kompetisi dalam tubuh tanaman di mana hasil fotosintesis yang tersedia lebih banyak dibagikan untuk pertumbuhan vegetatif atau lebih banyak terjadi respirasi dari pada untuk pertumbuhan biji. Hal ini diduga karena kandungan unsur hara pada lahan percobaan cukup tinggi, sehingga pengaruh perlakuan pemupukan tidak menunjukkan pengaruh yang nyata. Land Equivalent Ratio Land Equivalent Ratio (LER) adalah jumlah nisbah hasil antara tanaman yang ditumpangsarikan terhadap hasil tanaman yang ditanam secara tunggal pada tingkat managemen yang sama. NKL/LER merupakan salah satu cara menghitung produktivitas lahan yang ditanam dua atau lebih jenis tanaman yang ditumpangsarikan. Land Equivalent Ratio dihitung dengan persamaan : LER = Di mana: hi = hasil tumpangsari Hi = hasil tanam tunggal i = macam tanaman yang dibudidayakan/ditumpangsarikan Tabel 3. Hasil produksi (bobot polong kedelai dan bobot tongkol jagung) sera LER pada perlakuan dosis pupuk yang berbeda Macam Dosis Monocropping Multiple cropping Tanaman Pupuk (kg/petak) (kg/petak) LER Jagung P1 6,92 9,69 Kedelai P1 3,56 1,31 1,77 Jagung P2 9,56 6,65 Kedelai P2 2,09 1,57 1,44 Jagung P3 13,06 12,70 Kedelai P3 3,19 0,71 1,20 Keterangan: P 1 : 0% dosis pupuk anjuran; P 2 : dosis pupuk anjuran; P 3 : 100% dosis pupuk anjuran Nilai LER pada perlakuan P1 (0 g/petak pupuk)= 1,77 artinya bahwa untuk mendapatkan hasil atau produksi yang sama dalam satu petak diperlukan 1,77 kali ukuran petak yang sama pada pertanaman secara monocropping. Nilai LER pada perlakuan P2 (P2: 9,375 g/petak urea + 18,75 g/petak SP-36)= 1,44 artinya bahwa untuk mendapatkan hasil atau produksi yang sama dalam satu petak diperlukan 1,44 kali ukuran petak yang sama pada pertanaman secara monocropping. Nilai LER pada perlakuan P3 (18,75 g/petak urea + 37,5 g/petak SP-36)= 1,20 artinya bahwa untuk mendapatkan hasil atau produksi yang sama dalam satu petak diperlukan 1,20 kali ukuran petak yang sama pada pertanaman secara monocropping. Gomez dan Gomez (2007) menyatakan bahwa pemilihan jenis tanaman akan menentukan peningkatan nilai LER pola tanam secara tumpangsari. Kombinasi yang memberikan hasil baik pada tumpangsari adalah jenis-jenis tanaman yang mempunyai kanopi daun yang berbeda, yaitu jenis tanaman yang lebih rendah yang akan menggunakan sinar matahari lebih efisien (Sarman, 2001). Menurut Marta (2013), pemilihan jenis tanaman yang ditumpangsarikan akan dapat meningkatkan produksi karena dengan pemilihan tanaman yang tepat dengan habitus dan sistem perakaran yang berbeda diharapkan dapat Jur. Agroekotek 7 (2) : 129 137, Desember 2015 135

mengurangi kompetisi dalam penggunaan faktor tumbuh. SIMPULAN Sistem tanam mono cropping dan multiple cropping berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap bobot tongkol dan panjang tongkol jagung. Begitu pula pada jumlah daun kedelai berbeda nyata, tetapi pada variabel tinggi tanaman bobot polong dan jumlah polong kedelai tidak berbeda. Dosis Pemupukan berpengaruh nyata terhadap panjang dan bobot tongkol jagung manis. Masing-masing lahan percobaan sesuai untuk budidaya tanaman secara multiple cropping dibuktikan dengan nilai LER yang >1. DAFTAR PUSTAKA Ali, A.H.H.J.A.G. 2004. Pengaruh Jarak Tanam dan Pemberian Berbagai Dosis Kotoran Ayam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Varietas Gajah. Skripsi Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Andriyani, L.Y. 2001. Pengaruh Waktu Penyiangan dan Populasi Tanaman Terhadap Hasil Kacang Hijau (Vigna radiata L.) pada Kondisi Tanpa Olah Tanah. Jurnal Agronomi. 10 (1): 27-31. Damardjati, D.S., Marwoto, D.K.S. Swastika, D.M. Arsyad, dan Y. Hilman. 2005. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kedelai. Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian, Jakarta. Falah, R.N. 2009. Budidaya Jagung Manis. Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang. Francis, C.A. 1986. Introduction: Distribution and Importance of Multiple Cropping. In: Francis C.A. (ed.). Multiple Cropping System. Macmillan Publ. Co. New York. Gomez, A.A., dan K.A. Gomez. 2007. Multiple Cropping in The Humid Tropic of Asia. Terjemahan. Andalas Press. Padang. Haryanto. 1985. Pengaruh Pemupukan Fosfor pada Tiga Metoda Pengolahan Tanah Terhadap Hasil dan Komponen Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merr.). Laporan Karya Ilmiah. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Insititut Pertanian Bogor. Indriati, T.R. 2009. Pengaruh dosis pupuk organik dan populasi tanaman terhadap pertumbuhan serta hasil tumpangsari kedelai (Glycine max L.) dan jagung (Zea mays L.) Tesis. Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Solo Khalil. M. 2000. Penentuan Waktu Tanam Kacang Tanah dan Dosis Pupuk Pospat terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kacang Tanah dan Jagung dalam Sistem Tumpangsari. Buletin Agrista. 4 (3). Lakitan, B. 2004. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Marta, A. 2013. Produktifitas Tumpangsari Kentang (Solanum tuberosum)/caisim (Brassica juncea L.) dengan Beberapa Dosis Pupuk Organik Cair (POC) dan Pupuk Za. Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Andalas. Padang. Murrinie, E.D. 2004. Kajian Variasi Populasi Jagung dan Penyiangan dalam Sistem Tumpan Gilir 136 Jur. Agroekotek 7 (2) : 129 137, Desember 2015

dengan Kacang Tanah. Tesis. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Naibaho, K. 2006. Pengaruh Jarak Tanam dan Pemupukan N Lewat Daun Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kedelai (Glycine max (L.) Merril) pada Budidaya Jenuh Air. Skripsi. Program Studi Agronomi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Paliwal, R.L. 2000. Tropical Maize Morphology. Food and Agriculture Organization of the United Nations. Rome. 13-20. Permanasari, I., dan K. Dody. 2010. Pertumbuhan Tumpangsari Jagung dan Kedelai pada Perbedaan Waktu Tanam dan Pemangkasan Jagung. Agroteknologi. 3 (1): 13-20. Rinaldi. 2009. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung (Zea mays L.) yang Ditumpangsarikan dengan Kedelai (Glycine max L.). Laporan Penelitian. Fakultas Pertanian, Jurusan Agroteknologi Universitas Tamansiswa. Padang. Sarman, S. 2001. Kajian tentang Kompetisi Tanaman dalam Sistem Tumpangsari Di Lahan Kering. Jurnal Agronomi. 5. Sirajuddin, M. 2010. Komponen Hasil dan Kadar Gula Jagung Manis (Zea mays saccharata) Terhadap pemberian Nitrogen dan Zat Tumbuh Hidrasil. Penelitian Mandiri. Fakultas Pertanian. Universitas Tadulako. Palu. Jur. Agroekotek 7 (2) : 129 137, Desember 2015 137