EPISTEMOLOGI PENDIDIKAN MENURUT BERAGAM FILSAFAT DUNIA: IDEALISME, REALISME, PRAGMATISME, EKSISTENSIALISME

dokumen-dokumen yang mirip
ONTOLOGI PENDIDIKAN MENURUT BERAGAM FILSAFAT DUNIA: IDEALISME, REALISME, PRAGMATISME, EKSISTENSIALISME

DASAR FILSAFAT PENDIDIKAN

Suatu Pengantar Untuk Memahami Filsafat Ilmu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

EPISTIMOLOGI, ONTOLOGI, DAN AKSIOLOGI PENGETAHUAN FILSAFAT

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di dunia memungkinkan manusia untuk terarah pada kebenaran. Usahausaha

Manusia senantiasa penasaran terhadap cita-cita hidup itu. Manusia merupakan makhluk yang berakal budi yang selalu ingin mengejar kebenaran.

DASAR-DASAR ILMU PENGERTIAN ILMU KARAKTERISTIK ILMU Ernest van den Haag JENIS JENIS ILMU

ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN REKONSTRUKSIONALISME DALAM TINJAUAN ONTOLOGIS, EPISTEMOLIGIS, DAN AKSIOLOGIS

TUGAS UTS DASAR DASAR LOGIKA PENGERTIAN PENGERTIAN FILSAFAT, LOGIKA, ETIKA, ESTETIKA DAN FILSAFAT ILMU

PENGERTIAN FILSAFAT (1)

MAKALAH RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU

BAB II KAJIAN TEORI. esensialisme, pusat perhatiannya adalah situasi manusia. 1. Beberapa ciri dalam eksistensialisme, diantaranya: 2

ETIKA DAN FILSAFAT KOMUNIKASI

ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN DI AS

PENDIDIKAN DAN KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT

METODE PENELITIAN PENDIDIKAN (KUALITATIF DESKRIPSI)

BAB I PENDAHULUAN. Aristoteles pada kalimat pertama dalam bukunya, Metaphysics,

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan

MEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL HUJAN DI BAWAH BANTAL KARYA E. L. HADIANSYAH DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penciptaan

PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT

ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI DAN AXIOLOGI ADMINISTRASI PENDIDIKAN Oleh: Pipin Piniman (Program Pasca Sarjana Universitas Galuh)

SARANA BERFIKIR ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

Filsafat Ilmu dan Logika

Hubungan filsafat ilmu dengan metodologi penelitian. BAB I Pendahuluan. A. Latar belakang

BAB II KAJIAN TEORI. dan berbuat. Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang. tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya.

Teori-teori Kebenaran Ilmu Pengetahuan. # Sesi 9, Kamis 16 April 2015 #1

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh berbagai krisis yang melanda, maka tantangan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Filsafat dan Filsafat Ketuhanan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan dimana materi matematika diperlukan disemua jurusan yang di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran

ALAM PIKIRAN MANUSIA DAN PERKEMBANGANNYA. Sulistyani, M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan seni (Ipteks) yang berlandaskan nilai-nilai keagamaan, nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke-

BAB I PENDAHULUAN. manusia karena dengan pendidikan manusia dapat berguna dan mandiri. Selain itu

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. terhadap api dan segala bentuk benda tajam. Seni dan budaya debus kini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. beragam situasi dan kondisi. Dengan pengajaran IPS, diharapkan siswa dapat memiliki sikap

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

EPISTEMOLOGI & LOGIKA PENDIDIKAN. Oleh Dr. Dwi Siswoyo, M. Hum

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos.

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATERI AJAR VOLUME BANGUN RUANG SISI LENGKUNG. Abu Khaer

1 Mahmud Yunus, Pedoman Dakwah Islamiyah, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1980), hal. 127.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang membuat kalangan lain merasa dirugikan.

PERTEMUAN 1. Irnin Agustina D.A.,M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk. menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Indriaty Matoka. (Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia) Pembimbing I : Dr. Fatmah AR. Umar, M. Pd. Pembimbing II: Salam, S. Pd, M.

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

Pengantar. Jakarta, September Tim Penulis

MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN. Imam Gunawan

Diajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut. diperlukannya sumber daya manusia yang berkualitas yaitu

BAB I PENDAHULUAN. memberikan standar kelulusan di setiap tingkatan dalam pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. terhadap perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan secara historis telah menjadi landasan moral dan etik dalam

STKIP PGRI PACITAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

BAB I PENDAHULUAN. rangka mewujudkan dinamika peradaban yang dinamis.

Bab 3 Filsafat Ilmu. Agung Suharyanto,M.Si. Psikologi - UMA

FILSAFAT ILMU DAN CABANG FILSAFAT. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 02Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

JALAN MANUSIA DALAM MENCARI KEBENARAN

BAB I PENDAHULUAN. dan mempromosikan ide politik dalam tulisan-tulisan etika dan politik. Dia yakin

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan menyampaikan maksud kepada lawan bicaranya. Bahasa terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi

Faturrahman Dkk, Pengantar Pendidikan, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2012, hlm. 1 Faturrahman, Ibid, hlm. 15 3

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu

AKSIOLOGI PENDIDIKAN MENURUT MACAM-MACAM FILSAFAT DUNIA (IDEALISME, REALISME, PRAGMATISME, EKSISTENSIALISME)

M. Hamid Anwar, M. Phil.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keterampilan intelektual. Karena itu pengorganisasian materi pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB VI REALISASI PANCASILA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Muhammad Gilang Ramadhan,2013

ALAM PIKIRAN MANUSIA DAN PERKEMBANGANNYA

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh

Dosen: Pipin Hanapiah, Drs. Caroline Paskarina, S.IP., M.Si. Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Padjadjaran

LANDASAN FILOSOFIS PENDIDIKAN

JENIS-JENIS PENALARAN DI DUNIA BARAT (DEDUKTIF, INDUKTIF, ABDUKTIF)

II. TINJAUAN PUSTAKA. kepribadian individunya dan kegunaan masyarakatnya, yang diarahkan demi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan kepribadian seseorang akan dibangun. Pendidikan merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola pikir

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sangat berperan penting perannya bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana disebutkan dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke

EPISTEMOLOGI: Cara mendapatkan Pengetahuan Yang Benar

BAB V PENUTUP. Pragmatisme merupakan filsafat bertindak untuk menghadapi berbagai

Nursyamsuddin, Perbandingan Filsafat Ilmu Modern Dan Filsafat Ilmu Islami PERBANDINGAN FILSAFAT ILMU MODERN DAN FILSAFAT ILMU ISLAMI

FILSAFAT ILMU DAN PENGERTIAN LOGIKA. Dr. H. SyahrialSyarbaini, MA. Psikologi Modul ke: 12Fakultas PSIKOLOGI.

I. DASAR-DASAR PENGETAHUAN

FILSAFAT ILMU & LOGIKA. Oleh : dr. Nur Indarawati Lipoeto

LAPORAN HASIL DISKUSI

I. PENDAHULUAN. yang diatur di dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA MELALUI PENDIDIKAN FISIKA. M. Gade* Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. cipta yang merupakan cerminan untuk manusia, harus dapat diupayakan serta

Transkripsi:

EPISTEMOLOGI PENDIDIKAN MENURUT BERAGAM FILSAFAT DUNIA: IDEALISME, REALISME, PRAGMATISME, EKSISTENSIALISME Maully Syifa Devinta, Ni matul Azizah, Reny Hanim Anggraini A. Pengertian Epistemologi. Epistemologi dari bahasa yunani episteme (pengetahuan) dan Logos (ilmu) adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan asal, sifat, karakter dan jenis pengetahuan. Topik ini termasuk salah satu yang paling sering diperdebatkan dan dibahas dalam bidang Filsafat, 1 misalnya tentang apa itu pengetahuan, bagaimana karakteristiknya, macamnya, serta hubungan dengan kebenaran dan keyakinan. Epistemologi atau teori pengetahuan yang berhubungan dengan hakikat dari ilmu pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas pertanyaan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap manusia. Pengetahuan tersebut diperoleh manusia melalui akal dan panca indra dengan berbagai metode, diantaranya : metode induktif, metode deduktif, metode positivisme, metode kontemplatis dan metode dialektis. 2 a. Menurut para Ahli. Pengertian Epistemologi atau teori pengetahuan ialah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dan dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki. Secara linguistik kata Epistemologi berasal dari bahasa Yunani yaitu: kata Episteme dengan arti pengetahuan dan kata Logos berarti teori, uraian, atau alasan. Epistemologi dapat diartikan sebagai teori tentang pengetahuan yang dalam bahasainggris dipergunakan istilah theory of know ledge. Istilah epistemologi secara etimologis diartikan sebagai teori pengetahuan yang benar dan dalam bahasa Indonesia disebut filsafa 1 Filsafat secara bahasa bisa diartikan pecinta hikmah atau kebijaksanaan [Nyong Eka Teguh Iman Santosa, Fenomena Pemikiran Islam, (Sidoarjo: UruAnna Books, 2015), hal. 47]. 2 Surajiyo, Ilmu Filsafat,(Jakarta : Bumi Aksara 2008), Hal 53. 1

tpengetahuan. Secara terminology epistemology adalah teori mengenai hakikat ilmu pengetahuan atau ilmu filsafat tentang pengetahuan. Masalah utama dari epistemologi adalah bagaimana cara memperoleh pengetahuan, Sebenarnya seseorang baru dapat dikatakan berpengetahuan apabila telah sanggup menjawab pertanyaan-pertanyaan epistemolog iartiny apertanyaan epistemologi dapat menggambarkan manusia mencintai pengetahuan. Hal ini menyebabkan eksistensi epistemologi sangat urgen untuk menggambar manusia berpengetahuan yaitu dengan jalan menjawab dan menyelesaikan masalah-masalah yang dipertanyakan dalam epistemologi. Makna pengetahuan dalam epistemologi adalah nilai tahu manusia tentang sesuatu sehingga ia dapat membedakan antara satu ilmu dengan ilmu yang lainnya. 3 Epistemologi menurut para ahli yaitu : 1. Abdul Munir Mulkan. Segala macam bentuk aktivitas dan pemikiran manusia yang selalu mempertanyakan dari mana asal muasal ilmu pengetahuan itu diperoleh. 2. Mujamil Qomar. Bagian ilmu filsafat yang secara khusus mempelajari dan menentukan arah dan kodrat pengetahuan. 3. Anton Bakker. Cabang filsafat yang berurusan mengenai ruang lingkup serta hakikat pengetahuan. 4. Achmad Charris Zubair. Suatu ilmu yang secara khusus mempelajari dan mempersoalkan secara dalam mengenai apa itu pengetahuan, dari mana pengetahuan itu diperoleh serta bagaimana cara memperolehnya. 5. Jujun S. Suria Sumantri. Arah berfikir manusia dalam menemukan dan memperoleh suatu ilmu pengetahuan degan menggunakan kemampuan rasio. 4 3 Rizal Mustansyir, Ilmu Filsafat, ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2002), Hal 50. 4 Jujun S. Suriasumantri, Ilmu Filsafat, (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1990), Hal 105. 2

b. Objek dan tujuan Epistemologi. Kehidupan masyarakat sehari-hari, tidak jarang pemahaman objek disamakan dengan tujuan, sehingga pengertiannya menjadi rancu bahkan kabur. Jika diamati secara cermat, sebenarnya objek tidak sama dengan tujuan. Objek sama dengan sasaran sedangkan tujuan hamper sama dengan harapan. Meskipun berbeda, tetapi antara objek dan tujuan memiliki hubungan yang berkesinambungan, sebab objeklah yang mengantarkan tercapainya tujuan. Sebagai sub sistem filsafat, epistemology atau teori pengetahuan yang untuk pertama kali digagas oleh Plato ini memiliki objek tertentu. Objek epistemology ini menurut Jujun S. Suria suamantri berupa segenap proses yang terlibat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuan. Proses untuk memperolehn pengetahuan inilah yang mejadi sasaran teori pengetahuan dan sekaligus berfungsi mengantarkan tercapainya tujuan, sebab sasaran itu merupakan suatu tahap perantara yang harus dilalui dalam mewujudkan tujan. Tanpa suatu sasaran, mustahil tujuan bisa terealisir, sebaliknya tanpa suatu tujuan, maka sasaran menjadi tidak terarah sama sekali.. Jacques Martain mengatakan, tujuan epistemologi bukanlah hal yang utama untuk menjawab pertanyaan, apakah saya dapat tahu, tetapi untuk menemukan syarat-syarat yang memungkinkan saya dapat tahu. hal ini menunjukkan, bahwa tujuan epistemologi bukan untuk memperoleh pengetahuan kendati pun keadaan ini tak bisa dihindari akan tetapi yang menjadi pusat perhatian dari tujuan epistemologi adalah hal lebih penting dari itu, yaitu ingin memiliki potensi untuk memperoleh pengetahuan. Rumusan tujuan epistemologi tersebut memiliki makna strategis dalam dinamika pengetuhuan.rumusan tersebut menumbuhkan kesadaran seseorang bahwa jangan sampai kita puas dengan sekedar memperoleh pengetahuan, tanpa disertai dengan cara atau bekal untuk memperoleh pengetahuan, sebab keadaan memperoleh pengetahuan 3

melambangkan sikappasif, sedangkan cara memperoleh pengetahuan melambangkan sikap dinamis. 5 c. Landasan Epistemologi. Landasan epistemology ilmu disebut metode ilmiah, yaitu cara yang dilakukan ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar. Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi, ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang di dapatkan lewat metode ilmiah.tidak semua pengetahuan disebut ilmiah, sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan bisa disebut ilmu yakni tercantum dalam metode ilmiah. 6 B. Epistemologi Menurut Pandangan Beragam Aliran Filsafat Dunia 1. Epistemologi idealisme. Epistemologi idealisme ini meniscayakan kurikulum yang digunakan dalam pendidikan pun lebih berfokus pada isi secara objektif menyediakan beragam pengalaman belajar sebanyak-banyaknya, pada subjek didik untuk mampu menggerakan jiwanya pada ragam realitas yang akan menjadikan cara berfikir dan analisnya terhadap keseluruhan realitas pengalamnya. Pribadi Idealisme adalah pribadi yang peka terhadap realitas di sekitarnya, sehingga tidak Satu pun kejadian yang dilihat dan didengarnya luput dari pikirannya. Sedemikian rupa hingga memunculkan kepribadian yang cermat dan tangkas dalam mencerna keseluruhan realitas yang terbangun dari ruang idenya. 7 2. Epistemologi Realisme. Epistemologi pendidikan dalam realisme adalah proses ilmiah yang ditujukan pada hal-hal yang beraneka ragam persoalan pendidikan seperti mengenai realitas peserta didik, pendidik, dan isi pendidikan, strategi dan lain sebagainya yang dapat digunakan oleh seseorang atau 5 Jujun S. Suriasumantri, Ilmu Filsafat, (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1990), Hal 43. 6 Paul Suparno, Filsafat pendidikan, ( Yogyakarta : Penerbit Kanisius 2001), Hal 11. 7 Qomar Mujammil, Epistemologi Pendidikan Islam, ( Jakarta: Erlangga 2005), Hal 7. 4

sekelompok orang sebagai dasar utama dalam menyelenggarakan kegiatan pendidikan. Realisme mengajarkan bahwa menanamkan pengetahuan tertentu kepada anak yang sedang tumbuh dan berkembang merupakan tugas paling penting disekolah. Oleh karena itu, inisiatif dalam penerapannya terletak pada guru sebagai pengalihan warisan bukan pada siswa. Guru yang selalu memutuskan ke arah mana subjek didik mau diarahkan dan apa saja subjek materi yang mesti mereka pelajari di dalam kelas. Epistemologi yang sudah dikemukakan diatas meniscayakan bahwa setiap proses pembelajaran mesti didekati dengan pendidikan induktif, bukan deduktif. Pendekatan ini baginya adalah cara yang relevan untuk menanamkan pengetahuan dan nilai dari subjek didik. Baginya, hal ini sejalan dengan watak manusia dalam memperoleh pengetahuan yang memang bersentuhan dengan sendi-sendi dunia yang secara nyata berhubungan satu sama lainnya. Realisme percaya, bahwa manusia mengenal dunia dari bagian-bagiannya yang bersifat materi dan teridentifikasi dalam kategori-kategori yang terukur dan nyata. 8 3. Epistemologi Pragmatisme. Menurut kaum pragmatisme tidaklah dikatakan pengetahuan, jika tidak membawa pada perubahan bagi kehidupan manusia. Jadi nilai pengetahuan dilihat dari kadar instrumentalianya yang akan membawa pada akibat-akibat, baik yang, setelah atau yang akan dihasilkan oleh ide pikiran dalam dunia pengalaman nyata. Menurut kaum pragmatisme, guru harus mengonstruksi situasi belajar dengan menempatkan problem tertentu yang pemecahannya akan membawa siswa pada pemahaman yang lebih baik akan lingkungan sosial dan fisik mereka. Konsekuensinya, menggantikan struktur tradisional tentang subjek materi baik guru maupun kelas harus meramalkan apakah pengetahuan itu memberikan manfaat dalam pemecahan problem tertentu yang sedang mereka diskusikan, seperti transportasi sepanjang sejarah, persoalan-persoalan seksual saat ini ataupun persoalan kehidupan 8 Paul Suparno, Filsafat pendidikan, ( Yogyakarta : Penerbit Kanisius 2001), Hal 45. 5

masyarakat Indonesia saat ini. Sehingga menjadikan ini lebih bermakna bagi subjek didik dan akan semakin mudah dikuasai ketika mereka dapat memanfaatkannya sebagai alat yang dapat memuaskan kebutuhan dan kepentingan mereka dalam menghadapi realitas. Menurut kaum pragmatis, seorang anak selalu belajar secara alamiah karena memang ia adalah makhluk yang secara natural selalu ingin tahu tentang sesuatu. Ia senantiasa akan mempelajari apapun yang ia rasakan ataupun yang ia pikirkan. Oleh karena itu guru harus menghidupkan spiritinquiry ini agar tampil dalam realitas pembelajaran. Mengajar subjek didik dari subjek materi telah jelas baginya merupakan suatu kebutuhan nyata bagi subjek didik dalam melaksanakan kegiatan belajar. Tugas penting guru adalah menolong dan membimbing subjek didiknya agar mampu mempelajari apa yang ia rasakan dan yang merangsang jiwa ingin tahunya yang selalu tumbuh. Kaum pragmatisme juga meyakini bahwa subjek didik harus belajar dari keingintahuan, sementara guru mesti merangsang keingintahuan itu tampil dalam proses inquiry. 9 4. Epistemologi Eksistensialisme. Epistemologi Eksistensialisme adalah suatu eksistensi yang dipilih dalam kebebasan. Bereksistensi berarti bereksistensi dalam suatu perbuatan yang harus dilakukan oleh setiap orang bagi dirinya sendiri. Pilihan bukanlah soal konseptual melainkan soal komitmen total seluruh pribasi individu. Berangkat dari kebebasan sebagai corak bereksistensi, demikian tidak menempatkan individu ke dalam realitas yang abstrak tetapi individu dilihat sebagai satu pribadi yang sungguh hadir dan konkrit. Oleh karena itu, dalam mengambil keputusan, hanya yang konkrit yang dapat mengambil keputusan atas diriku bukan orang lain. Orang lain tidak berhak untuk menentukan pilihan dalam mengambil suatu keputusan atas apa yang dilakukan. Barang siapa yang tidak berani mengambil keputusan, maka ia tidak bereksistensi dalam arti yang sebenarnya. Hanya orang yang berani mengambil keputusan yang dapat 9 Ibid. Baca: Santosa, Nyong Eka Teguh Iman. Epistemologi Partisan Pendidikan Liberal. Adabiyah: Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 1, No. 1, September 2015. DOI: http://dx.doi.org/10.21070/ja.v1i1.160. Retrieved from http://ojs.umsida.ac.id/index.php/ajpi/article/view/160. 6

bereksistensi dengan mengambil keputusan atas pilihanya sendiri, maka dia akan menentukan kemana arah hidupnya. 10 C. Kesimpulan. 1. Epistemologi adalah teori pengetahuan yang berhubungan dengan hakikat dari ilmu pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas pertanyaan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap manusia. 2. Epistemologi pendidikan dipahami secara beragam menurut pandangan Idealisme, Realisme, Pragmatisme dan Eksistensialisme. DAFTAR PUSTAKA 1. Muhmidayeli, Filsafat Pendidikan, PT. Refika Aditama, Bandung, Cetakan Pertama 2011, cetakan kedua 2013. 2. Mujammil Qomar, Epistemologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Erlangga 2005). 3. Mustansyir, Rizal, Ilmu Filsafat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002). 4. Salam H. Burhanuddin, Filsafat Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: PT Kineka Cipta, 1997). 5. Santosa, Nyong Eka Teguh Iman (2015) Fenomena Pemikiran Islam. UruAnna Books, Sidoarjo. ISBN 978-602-70561-3-8. URI: http://eprints.umsida.ac.id/id/eprint/196. 6. Santosa, Nyong Eka Teguh Iman. Epistemologi Partisan Pendidikan Liberal. Adabiyah: Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 1, No. 1, September 2015. DOI: http://dx.doi.org/10.21070/ja.v1i1.160. Retrieved from http://ojs.umsida.ac.id/index.php/ajpi/article/view/160. 7. Suparno Paul, Filsafat Pendidikan, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius 2001). 8. Surajiyo, Ilmu Filsafat, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008). 9. Suriasumantri, Jujun, S., Ilmu Filsafat (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1990). 10 H. Burhanudin Salam. Filsafat Ilmu Pengetahuan, ( Jakarta : PT Kineka Cipta, 1997), Hal 8 7