BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pasal 1 UU RI No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan. Lanjut Usia dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Depkes (2008), jumlah penderita stroke pada usia tahun berada di

BAB I PENDAHULUAN. setelah stroke dan tuberkulosis dan dikategorikan sebagai the silent disease

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dapat timbul akibat perkembangan jaman. adalah gaya hidup tidak sehat yang dapat memicu munculnya penyakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB I PENDAHULUAN. jantung koroner (untuk pembuluh darah jantung) dan hipertrofi/left ventricle

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah hipertensi. Hipertensi adalah keadaan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN. 7%, sehingga Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Penyakit hipertensi sering disebut sebagai the silent disease atau penderita tidak

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi dimana tekanan darah sistolik lebih

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, baik dari segi case-finding maupun penatalaksanaan. hipertensi tidak mempunya keluhan.

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang. ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang

BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang menuju masyarakat industri. Perubahan kearah. pada gilirannya dapat memacu terjadinya perubahan pola penyakit.

BAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN. psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN. dengan meningkatnya taraf hidup dan pelayanan kesehatan. Berdasarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

I. PENDAHULUAN. tahun. Peningkatan penduduk usia lanjut di Indonesia akan menimbulkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. normal yang ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

2014 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA TENTANG HIPERTENSI DI RW 05 DESA DAYEUHKOLOT KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan salah satu aspek yang menentukan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju hidup sehat 2010 yaitu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. jantung beristirahat. Dua faktor yang sama-sama menentukan kekuatan denyut nadi

BAB 1 PENDAHULUAN. orang didunia adalah 66 tahun, pada tahun 2012 naik menjadi 70 tahun dan pada

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter

BAB I PENDAHULUAN. produktifitas seseorang salah satunya adalah penyakit hipertensi.hipertensi atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia mengalami transisi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2011, pada tahun UHH adalah 66,4

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua negara tak terkecuali Indonesia. Penyakit ini ditandai oleh

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung,

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

82 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi yang diangkut oleh darah. Penyakit ini bukan merupakan. penyakit syaraf namun merupakan salah satu penyakit yang

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. otak atau penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan otot

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Temanggung yang berusia tahun. Hasil pengukuran tekanan

BAB I PENDAHULUAN. diastolik diatas 90 mmhg (Depkes, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. kualitas makanan sehari-hari. Namun, akhir-akhir ini muncul berbagai. garam yang mampu memicu penyakit hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit tidak menular (PTM) merupakan masalah kesehatan utama di

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TEKANAN DARAH PEGAWAI DI KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Pasal 1 UU RI No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas (Kemenkes RI, 2013). Proyeksi Badan Pusat Statistik Indonesia menunjukkan jumlah lansiamengalami peningkatan dari 11 juta jiwa (tahun 1990) menjadi 19 juta jiwa (tahun 2005-2010). Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukan terjadi peningkatan UHH (Usia Harapan Hidup). Pada tahun 2000 UHH di Indonesia adalah 64,5 tahun (dengan persentase populasi lansia adalah 7,18%). Angka ini meningkat menjadi 69,43 tahun pada tahun 2010 (dengan persentase populasi lansia adalah 7,56%) dan pada tahun 2011 menjadi 69,65 tahun (dengan persentase populasi lansia adalah 7,58%) (Kemenkes RI, 2013). Seiring peningkatan UHH (Usia Harapan Hidup) maka masalah mengenai kesehatan juga meningkat. Pertambahan usia berarti terjadi pula penurunan fungsi organ tubuh yang berakibat pada masalah kesehatan. Menurut data Susenas (Survey Sosial Ekonomi Nasional) pada tahun 2003, angka kesakitan lansia yaitu 28,48%, kemudian terjadi peningkatan di tahun 2005 yaitu 29,98%, dan

semakin meningkat yaitu 31,11% di tahun 2007. Lanjut usia yang sakit-sakitan akan menjadi beban bagi keluarga, masyarakat, dan pemerintah, oleh sebab itu masalah kesehatan lansia harus menjadi prioritaskarena permasalahannya terus berpacu dengan pertambahan jumlahnya (Kemenkes RI, 2013). Salah satu penyakit yang diderita oleh lansia adalah hipertensi. Hipertensi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya. Hipertensi ditandai dengan sistolik diatas 140 mmhg dan diastoliknya menetap atau kurang dari 90 mmhg. Jika semakin parah akan berlanjut pada penyakit lain, seperti stroke, dan penyakit jantung koroner (Kellicker, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Ekowati (2009) mengenai prevalensi hipertensi dan determinannya di Indonesia, diperoleh informasi bahwaberdasarkan pengukuran tekanan darah, prevalensi hipertensi di Indonesia adalah 32,2%, sedangkan prevalensi hipertensi berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan dan atau riwayat minum obat hanya 7,8% atau hanya 24,2% dari kasus hipertensi di masyarakat. Artinya 75,8% kasus hipertensi di Indonesia belum terdiagnosis dan terjangkau pelayanan kesehatan.menurut dinas kesehatan Provinsi Jawa Tengah (2012), kasus tertinggi penyakit tidak menular tahun 2012 pada kelompokpenyakit jantung dan

pembuluh darah adalah penyakit hipertensi, yaitu banyak 554.771 kasus (67,57%) Junaedi (2013) mengungkapkan bahwa terdapat dua faktor yang memudahkan seseorang terkena hipertensi, yakni faktor yang tidak dapat dikontrol dan faktor yang dapat dikontrol. Beberapa faktor risiko yang termasuk dalam faktor risiko yang tidak dapat dikontrol seperti genetik, usia, jenis kelamin, dan ras. Faktor risiko yang dapat dikontrol berhubungan dengan faktor lingkungan berupa perilaku atau gaya hidup seperti obesitas, kurang aktivitas, stres, dan konsumsi makanan. Perubahan gaya hidup seperti perubahan pola makan yang menjurus ke sajian siap santap atau instan yang mengandung banyak lemak, protein, dan garam tinggi tetapi rendah serat pangan, menjadi salah satu faktor berkembangnya penyakit degeneratif seperti hipertensi. Pola makan atau pola konsumsi pangan merupakan kegiatan terencana dari seseorang ataumerupakan sebuah acuan dalam pemilihan makanan dan penggunaan bahan makanan dalamkonsumsi pangan setiap hari yang meliputi jenis makanan, jumlah makanan, dan frekuensi makan (Djaeni, 2009). Pola makan yang salah seperti mengonsumsi kopi secara berlebihan. Menurut Wirakusumah (2000),kopi memiliki potensi terhadap peningkatan tekanan darah, sebab kopi mengandung kafein, setiap dua atau tiga cangkir kopi terkandung kafein 200

sampai 250 mg atau lebih. Oleh sebab itu, lansia dengan hipertensi harus membatasi konsumsi minuman berkafein seperti kopi atau minuman bersoda sehari tidak lebih dari dua cangkir. Penelitian yang dilakukan oleh Ekowati (2009) dan Lely (2009) mengenai hubungan pola konsumsi pangan dengan hipertensi, disebutkanbahwa mengkonsumsi kopi secara berlebihan berhubungan dengan dengan kejadian hipertensi. Hipertensi juga sering ditemukan pada lansia yang sering mengkonsumsi daging ayam, susu, dan gorengan yang banyak mengandung lemak (Andria, 2013). Seiring dengan menurunnya daya kecap lansia, makanan jadi terasa kurang asin atau manis, hal ini membuat lansia biasanya menambahkan gula atau garam pada makanan atau minuman. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Arif (2013) yang menemukan bahwa ada hubungan antara mengkonsumsi makanan tinggi garam, makanan berlemak dengan kejadian hipertensi. Penelitian penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menyimpulkan bahwa penyakit hipertensi akan meningkat setiap tahunnya. Peningkatan penderita hipertensi disebabkan oleh beberapa faktor seperti konsumsi garam dan lemak berlebih, kebiasaan merokok, serta riwayat keluarga yang mengidap hipertensi.

Dari beberapa faktor yang menyebabkan hipertensi tersebut, penelitian iniberfokus kepada hubungan pola konsumsi pangan dengan kejadian hipertensi pada lansia, yaitu makanan yang dikonsumsi sehari-hari oleh lansialah yang akan diteliti. Studi pendahuluan dilakukan di Pos Kesehatan Desa (POSKESDES)Tajuk, kecamatan Getasan, kabupaten Semarang. POSKESDES ini adalah cabang dari Puskesmas Jetak Getasan. Studi pendahuluan dilakukan dengan mewawancarai bidan di POSKESDES (Pos Kesehatan Desa) tersebut, informasi yang diperoleh menyatakan bahwa lansia paling banyak berkunjung ke Puskesmas ini dibandingkan cabang cabang Puskesmas lain di desa Jetak. Lansia tersebut umumnya mengidap hipertensi. Petugas puskesmas mengatakan terjadi penurunan dan kenaikan setiap bulannya, namun penyakit hipertensi selalu ada. Seperti data yang diperoleh pada bulan Januari 2015 bahwa ada empat jenis penyakit yang diderita lansia di kecamatan Tajuk, dengan penyakit terbanyak yaitu hipertensi, sebanyak 45 pria lansia dan 54 wanita lansia. Informasi lain yang diperoleh, terjadi fenomena pada lansia tersebut, yakni kebiasaan mengkonsumsi teh tidak dengan gula, namun menggunakan garam. Para lansia memiliki keyakinan bahwa minum teh menggunakan garam akan memulihkan tenaga lebih cepat dibandingkan minum teh menggunakan gula. Sehabis berladang mereka beristirahat

sejenak sambil minum teh dengan garam tersebut, kemudian melanjutkan kembali aktivitas berladang mereka. Biasanya lansia mengkonsumsi teh dengan garam, dua sampai tiga kali sehari,dimana menggunakan kurang lebih satu sampai dua sendok teh garam setiap kali meminumnya. Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan pola konsumsi pangan pada lansia dengan hipertensi didesa Tajuk, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. 1.2. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan masalah penelitian yaituapakah ada hubungan antara pola konsumsi pangan dengan hipertensi pada lansia di Desa Tajuk, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. 1.3. Tujuan penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubunganantara pola konsumsi pangan dengan hipertensi di Desa Tajuk, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. 1.3.2. Tujuan Khusus Memperoleh informasi mengenai frekuensi makanan pencegah dan pemicu hipertensi, serta jenis makanan yang

dikonsumsi oleh lansia dengan hipertensi, di Desa Tajuk Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi Dinas Kesehatan Dari penelitian ini diharapkan agar dijadikan masukan dan pertimbangandalam membuat kebijakan di bidang kesehatan di masa mendatang terutama mengenai konsumsi pangan dan hipertensi pada lansia. 1.4.2. Bagi Tenaga Pendidik Keperawatan Menambah pengetahuan bagi para pendidik keperawatan mengenai pola konsumsi pada lansia dengan hipertensi. 1.4.3. Bagi Responden Menambah wawasan responden mengenai konsumsi pangan yang baik dan sesuai bagi lansia dengan hipertensi. 1.4.4. Bagi Peneliti Penelitian yang telah dilakukan dapat bermanfaat sebagai pedoman dalam ilmu keperawatan, khususnya mengenai polakonsumsi pangan pada lansia dengan hipertensi.