BAB I PENDAHULUAN. lembaga-lembaga kemasyarakatan. Kelompok-kelompok ini biasanya

dokumen-dokumen yang mirip
POLA INTERAKSI SOSIAL ANAK AUTIS DI SEKOLAH KHUSUS AUTIS. Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan. Mencapai derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. memaksa manusia untuk berkomunikasi. Komunikasi juga merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan anak yang berbeda-beda. Begitu pula dengan pendidikan dan

BABI PENDAHULUAN. Semua orangtua menginginkan anak lahir dengan keadaan fisik yang

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO pada tahun 2014 mencatat bahwa jumlah anak autis di dunia mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah salah satu aktivitas yang sangat fundamental dalam

UPAYA MEMBANTU ANAK AUTIS Mohamad Sugiarmin

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Dalam perkembangannya yang normal,

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dapat dipastikan dalam kehidupan ini, bahwa setiap pasangan yang

BAB I PENDAHULUAN. akan merasa sedih apabila anak yang dimiliki lahir dengan kondisi fisik yang tidak. sempurna atau mengalami hambatan perkembangan.

MENGATASI PERMASALAHAN PERILAKU ANAK PENYANDANG AUTISME DENGAN METODE APPLIED BEHAVIOUR ANALYSIS (ABA) DI TK PERMATA BUNDA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. (verbal communication) dan komunikasi nonverbal (non verbal communication).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang

PENANGANAN ANAK AUTISME MELALUI TERAPI PERILAKU DI PAUD SAYMARA KARTASURA TAHUN AJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Autis merupakan suatu gangguan perkembangan yang kompleks yang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak yang lahir merupakan sebuah karunia yang besar bagi orang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dengan

PENDAHULUAN. rasanya bila kita terus menerus membicarakan anak-anak normal, sementara

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pada anak bersifat terus menerus. Banyak hal baru diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini adalah anak yang berumur nol tahun atau sejak lahir

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Oleh TIM TERAPIS BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KHUSUS DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

AUTISME MASA KANAK-KANAK Autis berasal dari kata auto, yg berarti sendiri. Istilah autisme diperkenalkan oleh Leo Kanner, 1943 Pandangan lama: autisme

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang

BAB I PENDAHULUAN. karakter dan kepribadian anak. Berdasarkan Undang - undang Sistem. Pendidikan Nasional NO.20 Tahun 2003 BAB I ayat 14, menyatakan

menyebabkan perkembangan otaknya terhambat, sehingga anak mengalami kurang dapat mengendalikan emosinya.


ABSTRAK. Kata kunci: Autisme, Desain Buku. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan anak merupakan sebuah proses yang indah di mata

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat berkembang secara baik atau tidak. Karena setiap manusia memiliki

SEKOLAH UNTUK ANAK AUTISTIK

BAB I PENDAHULUAN. meliputi berbagai aspek kehidupan (Pervasive Developmental Disorder) yang sudah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BABl PENDAHULUAN. Kehidupan manusia melalui beberapa tahap perkembangan yang dimulai

SISTEM INFORMASI MONITORING PERKEMBANGAN TERAPI AUTISME PADA SEKOLAH INKLUSI

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa karakteristik anak autis, yaitu selektif berlebihan

BABI PENDAHULUAN. Anak adalah permata bagi sebuah keluarga. Anak adalah sebuah karunia

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan mendengar dan kemampuan bicara (Somantri, 2006). selayaknya remaja normal lainnya (Sastrawinata dkk, 1977).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan setiap manusia pasti diikuti dengan beberapa macam

BAB I PENDAHULUAN. berbagai alasan. Terlebih lagi alasan malu sehingga tidak sedikit yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Amilia Wahyuni, 2014 Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua

PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut akan dapat tercapai jika

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan fisik, sosial, psikologis, dan spiritual anak.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehadiran anak merupakan saat yang ditunggu-tunggu dan sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, 2003, hlm Faisal Yatim, Autisme (Suatu Gangguan Jiwa pada Anak-Anak), Pustaka Populer Obor,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. I.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. bayi, balita hingga masa kanak-kanak. Kebutuhan atau dorongan internal

BAB I PENDAHULUAN. 40 tahun dimana terjadi perubahan fisik dan psikologis pada diri individu, selain itu

Universitas Mercu Buana BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja (Hidayat, 2005). Memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada setiap budaya dan lingkungan masyarakat, keluarga memiliki struktur yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Analisis Kemampuan Berkomunikasi Verbal dan Nonverbal pada Anak Penderita Autis (Tinjauan psikolinguistik)

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (Undang-Undang No. 20

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I. self atau diri sendiri. Penyandang Autisme pada dasarnya seseorang yang. melakukan auto-imagination, auto-activity, auto-interested, dan lain

BAB I PENDAHULUAN. Anak autis merupakan salah satu anak luar biasa atau anak berkebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisis tentang Gejala Gejala Depresi Yang Di Tampakkan Seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menerima bahwa anaknya didiagnosa mengalami autisme.

BAB I PENDAHULUAN. Autisme berasal dari kata auto yang berarti sendiri. Kelainan ini dikenal dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Retardasi mental adalah suatu gangguan yang heterogen yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan lingkungan sosial bagi anak, karena dalam keluarga untuk pertama

BAB I PENDAHULUAN. perilaku, komunikasi dan interaksi sosial (Mardiyono, 2010). Autisme adalah

BAB I PENDAHULUAN. satu pun dari semua ini ada karena hak manusia memutuskan untuk. kebesaran dan kekuasaan Allah di alam semesta ciptaan-nya.

BAB I PENDAHULUAN. pentingnya kemampuan bahasa bagi kehidupan manusia, tidak terkecuali bagi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani adaptif merupakan luasan dari kata pendidikan jasmani

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Penyelenggaraan pendidikan di

LAPORAN OBSERVASI LAPANGAN PERKEMBANGAN DAN PROSES PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN. terselesaikan apabila manusia tersebut mempunyai kemampuan. (

BAB I PENDAHULUAN. dan psikologisnya sehingga menjadi seorang yang unik. Anak mengalami suatu

BAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sisi individu yang sedang tumbuh dan disisi lain nilai sosial, intelektual dan moral

NIM. K BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat diukur secara kuantitas dari waktu ke waktu, dari satu tahap ke tahap

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian

BAB I PENDAHULUAN. secara fisik. Anak Berkebutuhan Khusus dibagi ke dalam dua kelompok yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan tidak hanya dibutuhkan oleh anak-anak normal (siswa reguler), akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membaca dan keterampilan menulis. Anak-akan dituntut untuk dapat berbicara,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

KARAKTERISTIK GURU SEBAGAI PEMBIMBING DI TAMAN KANAK-KANAK

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan anak usia dini. Di dalam undang-undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun. bagi anak berusia empat tahun sampai enam tahun.

BAB I PENDAHULUAN. yang kemudian menghambat perkembangan perilaku. Autisme bisa dideteksi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat mempunyai kelompok-kelompok sosial maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan. Kelompok-kelompok ini biasanya mengadakan hubungan kerjasama yaitu melalui suatu proses sosial. Unsur pokok dari struktur sosial adalah interaksi sosial. Interaksi sosial meliputi hubungan antara manusia dengan manusia (individu dengan individu), individu dengan kelompok dan antar kelompok, yang mana hubungan tersebut terdapat hubungan saling mempengaruhi secara timbal balik (Christie, 2011:11). Interaksi merupakan orang yang mengadakan reaksi dan aksi ikut memberikan bentuk pada dunia luar (keluarga, teman, tetangga, kelas sosial, kelompok kerja dan bangsa). Sebaliknya individu itu sendiri juga mendapatkan pengaruh dari lingkungan dan kadang-kadang pengaruh itu begitu kuat hingga membahayakan pribadinya. Sedangkan Interaksi sosial dapat didefinisikan sebagai simbol-simbol abstrak dalam pergerakan permanen yaitu suatu kebutuhan untuk menganalisa apa yang sedang diamati seseorang untuk mendapatkan makna yang sebenarnya (Peeters, 2009:109). Salah satu kelompok masyarakat adalah kelompok anak-anak. Anak merupakan kelompok masyarakat yang tidak lepas dari proses sosial. Mereka juga berinteraksi dengan orang lain, tetapi dalam taraf ini anak masih dalam 1

2 perkembangan mengenal lingkungannya atau dalam tahap perkembangan sosial yaitu dilingkungan sekitar rumah atau dengan tetangga dan juga sekolah. Perkembangan sosial mengikuti suatu pola yaitu suatu urutan perilaku sosial yang teratur dan pola ini sama dengan semua anak didalam suatu kelompok budaya. Perkembangan interkasi sosial dalam diri seorang anak, selain dipengaruhi oleh faktor dalam diri juga banyak bersumber dari lingkungan, terutama lingkungan keluarga yang merupakan lingkungan terdekat dalam kehidupan anak. Keluarga merupakan pengaruh sosial yang terpenting karena hubungan keluarga lebih erat, lebih hangat dan lebih bernada emosional. Hubungan keluarga yang erat ini pengaruhnya lebih besar pada anak dalam berinteraksi (David, 2001:27) Lingkungan yang mempengaruhi interaksi sosial anak adalah lingkungan sekolah. Sekolah merupakan lingkungan kedua setelah lingkungan keluarga, karena di sekolah anak dalam tahap belajar bersosialisasi dengan teman-teman yang baru dikenal. Sekolah mengharuskan mereka untuk dapat berkomunikasi atau berinteraksi dengan baik didalam maupun luar kelas, tetapi tidak semua anak mampu berinteraksi dengan orang lain. Mungkin saja ada yang suka menyendiri atau bermain sendiri atau bisa saja ada anak yang terlalu Implusif atau Hiperaktif. Anak-anak yang demikian mengalami gangguan pada perkembangan itu, hasilnya anak dapat menjadi terlambat dalam hal komunikasi atau bisa saja berbicara contohnya anak penyandang Autisme (Maulana, 2010:190).

3 Istilah Autis telah menjadi bahan pembicaraan yang hangat dikalangan masyarakat. Autisme merupakan gangguan pervasive yang mencakup gangguan-gangguan dalam komunikasi verbal maupun non verbal, interaksi sosial, perilaku emosi. Gangguan Autisme mempunyai rentang yang cukup panjang, pada ujung yang satu terdapat Autisme ringan sedangkan pada ujung yang lain berat sekali. Menurut Simpson kemampuan anak penyandang Autisme dalam mengembangkan interaksi sosial dengan orang lain sangat terbatas, bahkan mereka bisa sama sekali tidak merespon stimulus dari orang lain. Autisme merupakan kondisi anak yang mengalami gangguan hubungan sosial yang terjadi sejak lahir atau pada masa perkembangan, sehingga anak tersebut terisolisasi dari kehidupan manusia ( Sujarwanto, 2005:168). Handojo (2008: 6) menyatakan bahwa anak special needs atau anak dengan kebutuhan khusus termasuk anak yang mengalami hambatan dalam perkembangan perilakunya. Perilaku anak-anak ini, yang antara lain terdiri dari wicara dan okupasi, tidak berkembang seperti pada anak yang normal. Padahal kedua jenis perilaku ini penting untuk komunikasi dan sosialisasi, begitupula dengan autisme. Deteksi dini yang berhasil menangani kelainan perilaku ini.dapat mempercepat langkah-langkah yang harus diambil segera. Anak-anak dengan kelainan perilaku atau anak-anak dengan kebutuhan khusus (special needs) terdiri dari berbagai tingkatan dan derajat, dimulai dengan Autisme anak yang merupakan derajat terberat.

4 Perilaku yang ditujukan para penyandang Autisme umumnya seringkali menjadi masalah besar bagi orang tua dan caregiver (pengasuh, pendidik, dll). Perilaku itu dapat meliputi perilaku yang tidak wajar, berulangulang, perilaku bersifat agresif atau bahkan membahayakan serta perilakuperilaku lain yang sering terlihat pada mereka seperti flapping, rocking, dll. Kemampuan berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan juga menjadi persoalan utama bagi para penyandang Autisme. Hambatan berbahasa dan berbicara yang timbul dari masalah dalam perilaku. Ketidakmampuan menggunakan bahasa untuk mengkomunikasikan kebutuhannya dapat membuat seorang anak penyandang Autisme berteriak-teriak (Christie, 2011:96). Bukan hanya menjadi masalah besar bagi orang tua, keberadaan anak Autisme juga menjadi hal yang membingungkan dikalangan masyarakat. Tingkah laku seperti bersikap acuh tak acuh kepada orang, sulit diajak berkomunikasi dan seolah-olah hidup dalam dunianya sendiri. Hal-hal yang disebutkan tadi kadang dirasa aneh dan masyarakat yang tidak mengerti dapat mengatakan bahwa anak itu gila. Akibat yang dapat di timbulkan dari hal diatas sangat berpengaruh pada psikologis orang tua penyandang Autisme. Bisa saja mereka mengabaikan karena malu atau menganggap mereka sebagai suatu bencana sehingga membuat anak mereka semakin parah. Orang tua selayaknya tidak berlarut-larut mengalami kesedihan, karena anak mereka membutuhkan peran dari orang tua untuk

5 mendukungnya. Kebanyakan orang tua memasukkan anaknya kesekolah khusus. Sekolah khusus tersebut diperuntukkan untuk penyandang autisme, terutama yang tidak memungkinkan untuk dimasukkan kesekolah yang reguler. Sekolah merupakan tempat yang tepat bagi anak dalam hal perkembangan sosial anak Autisme, mengingat hambatan yang dialami berkaitan dengan interaksi sosial dan komunikasi serta adanya pola kegiatan dan minat yang berulang secara nyata. Sekolah pun menyediakan alat-alat terapi yang dapat membantu anak untuk dapat berkomunikasi dan berinteraksi, sehingga dengan adanya sekolah ini dapat membantu anak untuk berinteraksi. Namun pada penelitian ini, anak penyandang Autisme masuk di sekolah reguler. Hal tersebut terjadi karena keinginan dari orang tua. Orang tua yang belum menemukan sekolah berkebutuhan khusus yaitu untuk penyandang Autisme. Sehingga masuk di sekolah reguler dengan alat-alat terapi yang belum lengkap seperti sekolah yang berkebutuhan khusus. Keterbatasan yang dialami anak Autisme adalah pada gangguan berkomunikasi, tetapi bukan berarti anak penyandang Autisme tidak dapat berkomunikasi, namun tetap melakukan komunikasi tetapi dengan gaya komunikasi yang berbeda. Mereka juga berinteraksi dengan gaya mereka sendiri, misalnya saja melakukan sesuatu dengan cara berulang-ulang, membentur-benturkan kepala, berteriak-teriak, dll. Hal-hal tersebut cara anak autisme melakukan komunikasi, karena mereka tidak mampu melakukan secara verbal. Perilaku-perilaku yang digambarkan tadi dapat membuat kita menyadari bahwa anak-anak berkebutuhan khusus salah satunya penyandang

6 Autisme memerlukan orang-orang yang dapat memahami, dan mengerti apa yang di inginkan oleh anak tersebut. Dari latar belakang diatas bahwa permasalahan perilaku Autisme dapat teratasi yaitu dengan cara berinteraksi pada orang lain. Maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Penanganan Anak Autisme melalui Interaksi Sosial di KBI-RA Taqiyya Mangkubumen Rt 02/01 Ngadirejo, Kartasura. B. Pembatasan Masalah Lingkup penelitian yang menjadi batasan materi dalam penelitian adalah sebagai berikut : 1. Penelitian ini hanya membahas cara menangani Anak Autisme melalui Interaksi Sosial di KBI-RA Taqiyya Mangkubumen Rt 02/01 Ngadirejo, Kartasura. 2. Penelitian ini dilaksanakan di KBI-RA Taqiyya Mangkubumen Rt 02/01 Ngadirejo, Kartasura. C. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, masalah dalam penelitian ini dapat di identifikasi sebagai berikut : 1. Kurangnya Interaksi Sosial pada anak penyandang Autisme 2. Tingkat kepatuhan anak Autisme terhadap intruksi guru masih kurang

7 D. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka kami rumuskan masalah yang akan menjadi fokus penelitian pada penulisan skripsi ini yaitu Bagaimana cara menangani Anak Autisme melalui Interaksi Sosial di KBI- RA Taqiyya Mangkubumen Rt 02/01 Ngadirejo, Kartasura? E. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut : 1. Tujuan Umum Ingin mengetahui keberhasilan penanganan Anak Autisme Melalui Interaksi Sosial di KBI-RA Taqiyya Mangkubumen Rt 02/01 Ngadirejo, Kartasura? 2. Tujuan Khusus Ingin mengetahui cara penanganan Anak Autisme Melalui Interaksi Sosial di KBI-RA Taqiyya Mangkubumen Rt 02/01 Ngadirejo, Kartasura? F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penulisan penelitian ini diharapkan dapat memberikan data empiris serta memberikan sumbangan ilmu pengetahuan tentang anak-anak yang berkebutuhan khusus pada pendidikan anak usia prasekolah dan pendidikan anak usia TK pada khususnya.

8 2. Manfaat Praktis a. Bagi Sekolah Peneliti ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai Anak Autisme. b. Bagi Guru Peneliti ini dapat memberikan masukan kepada Guru dalam menghadapi anak didiknya yang menyandang kelainan Autisme. c. Bagi Orang Tua Penelitian ini semoga menentukan metode dan terapi yang dapat mereka laksanakan untuk putra-putri mereka yang menyandang Autisme. d. Bagi Penulis Dengan melaksanakan penelitian ini menjadikan penulis makin bertambah ilmu dan pengetahuan tentang anak yang berkebutuhan khusus.