BAB I PENDAHULUAN. dilaporkan sekitar 5,30 juta hektar jumlah hutan itu telah rusak (Gunarto, 2004).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. ternyata telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan

Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry) Volume 3, Nomor 2, Oktober 2015

1. Pengantar A. Latar Belakang

BIOAKUMULASI LOGAM BERAT DALAM MANGROVE Rhizophora mucronata dan Avicennia marina DI MUARA ANGKE JAKARTA

PENDAHULUAN. terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia

PENDAHULUAN. banyak efek buruk bagi kehidupan dan lingkungan hidup manusia. Kegiatan

KANDUNGAN CADMIUM DAN TIMBAL BUAH MANGROVE

ANALISIS PERSEPSI DAN PARTISIPASI MASYARAKAT PESISIR DALAM PEMANFAATAN TUMBUHAN MANGROVE SEBAGAI PANGAN ALTERNATIF UNTUK MENGHADAPI KETAHANAN PANGAN

TINJAUAN PUSTAKA. terpengaruh pasang surut air laut, dan didominasi oleh spesies pohon atau semak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pantai Bentar merupakan objek wisata yang berada di kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. pantai sekitar Km, memiliki sumberdaya pesisir yang sangat potensial.

BAB I PENDAHULUAN. 51' 30 BT perairan tersebut penting di Sumatera Utara. Selain terletak di bibir Selat

BAB I PENDAHULUAN. wilayah perbatasan antara daratan dan laut, oleh karena itu wilayah ini

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. tertentu dan luasan yang terbatas, 2) Peranan ekologis dari ekosistem hutan

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan garis pantai sepanjang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem mangrove adalah suatu sistem yang terdiri atas berbagai

TINJAUAN PUSTAKA. A. Mangrove. kemudian menjadi pelindung daratan dan gelombang laut yang besar. Sungai

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Avicenia sp. ( Api-Api ) Rhizophora sp( Bakau ) Nypa sp. ( Nipah ) Bruguiera sp. ( Lacang ) Sonneratia sp. ( Pedada )

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti

BAB I PENDAHULUAN. kualitas hidup manusia dengan meningkatnya pendapatan masyaraka Di sisi lain,

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran logam berat yang berlebihan di lingkungan akibat dari

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem mangrove adalah ekosistem yang unik karena terjadi perpaduan

BAB I. penting dari kondisi geografis Indonesia sebagai wilayah kepulauan adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peralihan antara daratan dan lautan yang keberadaannya dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat

PENDAHULUAN Latar Belakang

VI. SIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. kurang lebih pulau besar dan kecil, juga memiliki garis pantai terpanjang

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hutan mangrove merupakan ekosistem yang penting bagi kehidupan di

KAMPUNG LAUT GUDANG EMAS YANG TERLUPAKAN. ( Kategori : Masyarakat Umum )

I. PENDAHULUAN. Pesisir pantai kota Bandar Lampung merupakan salah satu lokasi yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Dengan demikian laut seakan-akan merupakan sabuk pengaman kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem pesisir tersebut dapat berupa ekosistem alami seperti hutan mangrove,

BAB I PENDAHULUAN. tempat dengan tempat lainnya. Sebagian warga setempat. kesejahteraan masyarakat sekitar saja tetapi juga meningkatkan perekonomian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara tradisional oleh suku bangsa primitif. Secara terminologi, etnobotani

BAB I PENDAHULUAN. antara dua samudera yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik mempunyai

Kata kunci: Cu, Bruguiera gymnorrhiza, Sonneratia caseolaris, Xylocarpus granatum, dan Rhizophora mucronata.

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sampah di TPA umumnya masih menggunakan metode open dumping, seperti pada

BAB I. Logam berat adalah unsur kimia yang termasuk dalam kelompok logam yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pesisir memiliki peranan sangat penting bagi berbagai organisme yang berada di

BABI PENDAHULUAN. mangrove, namun dari beberapa definisi bisa ditarik satu kesimpulan untuk

Mangrove menurut Macnae (1968) merupakan perpaduan

I. PENDAHULUAN. mangrove. Sebagai salah satu ekosistem pesisir, hutan mangrove merupakan

Struktur dan Komposisi Mangrove di Pulau Hoga Taman Nasional Wakatobi, Sulawesi Tenggara Jamili

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem dengan fungsi yang unik dalam lingkungan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hutan mangrove merupakan suatu tipe hutan yang khusus terdapat

PENDAHULUAN. laut, walaupun jumlahnya sangat terbatas. Dalam kondisi normal, beberapa macam

BAB I PENDAHULUAN. atas pulau, dengan garis pantai sepanjang km. Luas laut Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri yang semakin meningkat membawa dampak positif

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang ± km dan luas

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. batas pasang surut air disebut tumbuhan mangrove.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, hewan maupun tumbuhan. Pencemaran terhadap lingkungan

LAMPIRAN. Lampiran 1. Peta Pola Ruang Kabupaten Lampung Selatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berlangsungnya kehidupan yang mencerminkan hubungan timbal balik antara

PENDAHULUAN. pengelolaan kawasan pesisir dan lautan. Namun semakin hari semakin kritis

I. PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung adalah ibukota dari Provinsi Lampung yang merupakan

EKOSISTEM LAUT DANGKAL EKOSISTEM LAUT DANGKAL

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan yang hidup di lingkungan yang khas seperti daerah pesisir.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sumber pencemar bagi lingkungan (air, udara dan tanah). Bahan

KAJIAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE DI TELUK YOUTEFA KOTA JAYAPURA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan penduduk dan populasi penduduk yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. baik bagi pesisir/daratan maupun lautan. Selain berfungsi secara ekologis,

BAB I PENDAHULUAN. air yang cukup. Bagi manusia, kebutuhan akan air ini amat mutlak, karena

Rehabilitasi dan Restorasi Hutan Mangrove di Kalimantan Selatan. Wawan Halwany Eko Priyanto

ANALISIS VEGETASI DAN STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI TELUK BENOA-BALI. Dwi Budi Wiyanto 1 dan Elok Faiqoh 2.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari

Dampak Pencemaran Pantai Dan Laut Terhadap Kesehatan Manusia

dari tumpahan minyak-minyak kapal.akibatnya, populasi ikan yang merupakan salah satu primadona mata pencaharian masyarakat akan semakin langka (Medan

ANALISIS ION LOGAM Cu DAN Zn DALAM CONTOH SEDIMEN, AKAR, KULIT BATANG DAN DAUN TANAMAN MANGROVE Avicenia marina DENGAN SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM

BAB I PENDAHULUAN. saling berkolerasi secara timbal balik. Di dalam suatu ekosistem pesisir terjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lautan merupakan daerah terluas yang menutupi permukaan bumi, sekitar

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kerusakan hutan mangrove di Indonesia, kini semakin merata ke berbagai

TINJAUAN PUSTAKA. Kata mangrove berasal dari bahasa Melayu manggi-manggi, yaitu nama

BAB I PENDAHULUAN. Logam berat merupakan salah satu komponen pencemar lingkungan, baik

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak dapat pulih (seperti minyak bumi dan gas serta mineral atau bahan

I. PENDAHULUAN. Wilayah pesisir kota Bandar Lampung merupakan suatu wilayah yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. ekologis yaitu untuk melakukan pemijahan (spawning ground), pengasuhan (nursery

BAB I PENDAHULUAN. Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) Sewon dibangun pada awal

BAB I PENDAHULUAN. Potensi wilayah pesisir dan laut Indonesia dipandang dari segi. pembangunan adalah sebagai berikut ; pertama, sumberdaya yang dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sangat bervariasi bergantung pada kondisi fisik, komposisi tanah, kondisi air, dan

FUNGSI MANGROVE SEBAGAI PENGENDALI PENCEMAR LOGAM BERAT

I. PENDAHULUAN. akumulatif dalam sistem biologis (Quek dkk., 1998). Menurut Sutrisno dkk. (1996), konsentrasi Cu 2,5 3,0 ppm dalam badan

FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2010

BAB I PENDAHULUAN. sehingga laut dan pesisir pantai (coastal zone) merupakan lingkungan fisik yang

KAJIAN SUMBERDAYA EKOSISTEM MANGROVE UNTUK PENGELOLAAN EKOWISATA DI ESTUARI PERANCAK, JEMBRANA, BALI MURI MUHAERIN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mendapatkan makanan, suhu yang tepat untuk hidup, atau mendapatkan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang mempunyai hutan mangrove (hutan bakau) terbesar di dunia, yaitu mencapai 8,60 juta hektar, meskipun saat ini dilaporkan sekitar 5,30 juta hektar jumlah hutan itu telah rusak (Gunarto, 2004). Ekosistem mangrove memiliki manfaat ekonomis yaitu hasil kayu dan bukan kayu misalnya budidaya air payau, tambak udang, pariwisata dan lainnya. Manfaat ekologis adalah berupa perlindungan bagi ekosistem daratan dan lautan, yaitu dapat menjadi penahan abrasi atau erosi gelombang atau angin kencang. Secara ekosistem berperan dalam stabilisasi suatu ekosistem pesisir baik secara fisik maupun biologis (Bandaranayake, 2005). Penelitian yang dilakukan Mamoribo (2003) pada masyarakat kampung Rayori, distrik Supriyori Selatan, Kabupaten Biak Numfor, Provinsi Papua memberikan informasi bahwa masyarakat telah memanfaatkan buah mangrove untuk dimakan terutama jenis Bruguiera gymnorrhiza yang buahnya diolah menjadi kue. Penduduk yang tinggal di daerah pesisir pantai atau sekitar hutan mangrove seperti di Muara Angke Jakarta dan teluk Balikpapan secara tradisional pun ternyata telah mengkonsumsi beberapa jenis buah mangrove sebagai sayuran, seperti Rhizopora mucronata, Acrosticum aerum (kerakas) dan Sesbania grandiflora (turi) (Purnama, dkk., 2012). Di Bali, buah mangrove diolah menjadi produk olahan seperti bahan makanan, minuman, kosmetik obat dan sabun. Seperti yang dilakukan puluhan ibu-ibu PKK se-kelurahan Tanjung Benoa, Kuta Selatan dan Badung. Perwakilan 1

2 PKK di 5 kelurahan diantaranya Tanjung Benoa, Benoa, Jimbaran, Kedonganan dan Tuban telah memanfaatkan buah mangrove sebagai sumber bahan pangan baru seperti pembuatan sirup, permen, selai, kripik, tepung mangrove, kue, lulur dan berbagai produk lainnya yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar (Balai Pengelolaan Hutan Mangrove, 2007). Bruguiera gymnorrhiza atau biasa disebut Lindur dapat diolah menjadi tepung roti yang selanjutnya dimanfaatkan sebagai bahan baku kue, cake, untuk campuran nasi atau dimakan langsung dengan bumbu kelapa (Sadana, 2007). Tepung ini mengandung energi dan karbohidrat yang cukup tinggi, bahkan melampaui berbagai jenis pangan sumber karbohidrat yang biasa dikonsumsi masyarakat seperti beras, jagung singkong atau sagu. Buah Avicennia alba (apiapi) dapat diolah menjadi keripik dan buah Sonneratia alba (pedada) diolah menjadi sirup dan permen (Haryono, 2004). Balai Pengelolaan Hutan Mangrove Wilayah I Bali telah memberikan penyuluhan untuk mengolah bahan makanan dari buah mangrove yang mengambil bahan dasar dari buah mangrove yang tumbuh di muara Sungai Mati. Sungai Mati yang merupakan habitat dari berbagai jenis tanaman mangrove di Bali yang buahnya sering dimanfaatkan oleh nelayan di Kabupaten Badung, merupakan sungai yang berpotensi mengalami penurunan kualitas karena terkontaminasi limbah yang seringkali mendapat suplai bahan pencemar baik yang berasal dari aktivitas di kawasan pesisir ataupun dari aktivitas di daerah aliran sungai. Mangrove memiliki kemampuan menyerap bahan-bahan organik dan non organik dari lingkungannya ke dalam tubuh melalui membran sel. Proses ini merupakan bentuk adaptasi mangrove terhadap kondisi lingkungan yang

3 ekstrim (Mastaller, 1996). Beberapa tanaman atau spesies pohon mangrove menunjukkan pola respon serapan yang berbeda terhadap beberapa logam berat (Kabata-Pendias dan Pendias, 1997). Logam Cr terakumulasi paling banyak terdapat pada akar tumbuhan Avicennia marina karena akar merupakan jaringan tanaman yang berfungsi menyerap unsur hara dari sedimen dan sekaligus organ yang kontak langsung dengan sedimen maupun air (Suwandewi, dkk., 2013), sedangkan menurut Suprihatin, dkk., (2014) pada tanaman mangrove Rhizophora apiculata logam Zn terakumulasi paling banyak di bagian akar yaitu sebesar 38,72 mg/kg dan bagian daun sebesar 19,4 mg/kg. Tanaman mangrove jenis Bruguiera gymnorrizha, Avicenia alba, dan Sonneratia caseolaris mampu mengakumulasi logam berat tembaga (Cu), mangan (Mn), dan seng (Zn) sedangkan hipokotil dari tanaman bakau dapat mengakumulasi tembaga (Cu), besi (Fe), dan mangan (Mn) (Handayani, 2006). Sholihah, dkk., (2014) yang melakukan penelitian terhadap tanaman Mangrove jenis Rhizopora mucronata telah menemukan bahwa dalam buah mangrove jenis ini ternyata mengandung logam berat kadmium yang telah melebihi ambang batas menurut SK Dirjen POM No. 03725/B/SK/VII/1989 tentang batas maksimum cemaran logam berat dalam makanan yang diperbolehkan (untuk Cd sebesar 0,05 mg/kg dan untuk Pb sebesar 2,0 mg/kg) (SNI, 2009). Oleh karena itu penting untuk mempelajari kandungan logam berat buah bakau yang biasa digunakan sebagai bahan dasar membuat olahan pangan untuk mengetahui apakah produk olahan dari buah mangrove yang selama ini diproduksi tidak berbahaya untuk dikonsumsi. Dalam penelitian ini logam berat

4 Pb dan Cd dipilih sebagai parameter serapan logam berat oleh tanaman bakau di muara Sungai Mati yang merupakan perairan yang dialiri air laut dan juga air sungai Mati itu sendiri dan sepanjang aliran sungai Mati terdapat berbagai jenis penggunaan lahan seperti pertanian, peternakan, aktivitas rumah tangga, pasar, industri kecil dan jasa yang merupakan sumber pencemar logam berat dan di daerah Pemogan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan antara lain: 1. Apakah buah mangrove jenis Avicenia alba, Sonneratia caseolaris, dan Bruguiera gymnorrhiza yang terdapat di muara Sungai Mati Kabupaten Badung dan daerah Pemogan mengandung logam berat timbal (Pb) dan Cadmium (Cd)? 2. Berapa besar kandungan logam timbal (Pb) dan Cadmium (Cd) buah Avicenia alba, Sonneratia caseolaris, dan Bruguiera gymnorrhiza jika dibandingkan dengan baku mutu logam berat dalam makanan menurut SK Dirjen POM tahun 1989? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain: 1. Mengetahui apakah buah mangrove jenis Avicenia alba, Sonneratia caseolaris, dan Bruguiera gymnorrhiza yang terdapat di muara Sungai Mati Kabupaten Badung dan daerah Pemogan mengandung logam berat timbal (Pb) dan Cadmium (Cd).

5 2. Mengetahui seberapa besar kandungan logam timbal (Pb) dan Cadmium (Cd) buah Avicenia alba, Sonneratia caseolaris, dan Bruguiera gymnorrhiza melebihi atau tidak dari ambang batas maksimum baku mutu logam berat dalam makanan menurut SK Dirjen POM tahun 1989 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini antara lain: Memberikan informasi bahwa buah mangrove jenis Avicenia alba, Sonneratia caseolaris, dan Bruguiera gymnorrhiza yang tumbuh di muara Sungai Mati dan daerah Pemogan sesuai sebagai bahan pangan menurut standar baku mutu makanan berdasarkan SK Dirjen POM tahun 1989 ditinjau dari kandungan logam berat timbal (Pb) dan cadmium (Cd).