1/1/2002. Analisis Situasi. Identifikasi Masalah. Analisis Situasi. Perumusan Masalah. Tujuan

dokumen-dokumen yang mirip
Latar belakang dan Masalah Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan Jumlah penduduk usia lanjut di dunia cenderung meningkat, oleh karena terjadin

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena sekresi

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

populasi yang rentan atau vulnerable sebagai akibat terpajan risiko atau akibat buruk dari masalah kesehatan dari keseluruhan populasi (Stanhope dan

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

YANDU LANSIA dr. Kartika Ratna Pertiwi JURDIK BIOLOGI FMIPA UNY YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Fluktuasi politik dan ekonomi saat ini mengakibatkan perubahan pada tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif atau penyakit tidak menular akan terus meningkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia harapan hidup orang Indonesia semakin meningkat seiring

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya

PENGUATAN YANKES DI DTPK MELALUI PROGRAM INDONESIA SEHAT DENGAN PENDEKATAN KELUARGA

HIV/AIDS 1/1/2002. dr Rachmah Laksmi Ambardini dkk Tim Pengabdi UNY. Asia dan Pacific. Kumulatif kasus HIV sp Maret 2008.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes melitus (DM) merupakan kelainan yang bersifat kronik yang

DETEKSI DINI DIABETES MELLITUS PADA IBU-IBU PKK SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KEHAMILAN RESIKO TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. mellitus (Perkeni, 2011). Secara umum hampir 80% prevalensi. diabetes mellitus adalah diabetes mellitus tipe 2.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu

Oleh : Amat Jaedun Pascasarjana UNY

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

Dyah Rahmawatie Ratna Budi Utami, S.Kep,Ns dan Tri Susilowati. Sri Hartutik, S.kep., Ns., M.Kes

B. Tujuan Umum : Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan terhadap usia lanjut dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2006

BAB 1 PENDAHULUAN. transisi epidemiologi. Secara garis besar proses transisi epidemiologi adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini

TIM PENGGERAK PKK PROV. JATENG PERAN PKK DALAM PROGRAM KB DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA DI PROV. JATENG

ANALISA DATA DAN SKORING MASALAH KESEHATAN KELUARGA. Lufthiani,S.Kep,Ns DEPARTEMEN KEPERAWATAN KOMUNITAS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN TINGKAT KETERGANTUNGAN DALAM AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI HARI LANSIA DI KELURAHAN KOPEN TERAS BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

Akreditasi puskesmas 1

BAB I PENDAHULUAN. adalah diabetes melitus (DM). Diabetes melitus ditandai oleh adanya

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya (Sukardji, 2007). Perubahan gaya

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan berbagai faktor seperti perubahan pola penyakit dan pola pengobatan,

PERSEPSI KEPALA KELUARGA TERHADAP PENGEMBANGAN DESA SIAGA DI DESA NGEMPLAK KECAMATAN KARTASURA

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang optimal (Sarwono, 2002). Sejak awal pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke dalam bahasa inggris berarti pukulan. Ada

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus telah menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan

UNGGULAN UTAMA RW SIAGA KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. akibat insufisiensi fungsi insulin (WHO, 1999). Berdasarkan data dari WHO

2014 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA TENTANG HIPERTENSI DI RW 05 DESA DAYEUHKOLOT KABUPATEN BANDUNG

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT

PERCEPATAN PENCAPAIAN SASARAN DALAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT DENGAN PENDEKATAN KELUARGA SEHAT 2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (lebih dari 60 tahun) diperkirakan mengalami peningkatan pada tahun 2000 hingga

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu diteliti dan diatasi (Suyono, 2005). Namun tidak demikian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

LINGKUP ILMU KESEHATAN MASYARAKAT. By. Irma Nurianti, SKM, M.Kes

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S 1 Keperawatan. Disusun Oleh : Rina Ambarwati J.

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA LANJUT USIA TENTANG DIET HIPERTENSI DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG.

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang lebih tinggi dari normal tetapi tidak cukup tinggi untuk didiagnosis

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian akibat penyakit tidak menular (PTM) di dunia masih

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia (Krisnantuni, 2008). Diabetes melitus merupakan

PENDAHULUAN Latar Belakang

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh ENY SULISTYOWATI J

Disease Management Program Untuk Diabetes Melitus pada Pelayanan Dokter Keluarga /Puskesmas

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN DIABETES MELLITUS PADA Ny.T DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOSARI

MENARA Ilmu Vol. X Jilid 2 No.70 September 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia populasi lanjut usia juga mengalami peningkatan (Tanaya, 1997).

BAB I PENDAHULUAN. tersebut tinggi. Undang-Undang No.14 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 PADA ORANG DEWASA DI KOTA PADANG PANJANG TAHUN 2011 OLEH:

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Bahasa dlm KTI menggunakan Bahasa Formal. Keterampilan Menulis yg Kreatif & Inovatif menghasilkan KTI yg Argumentatif.

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. negara untuk lebih serius dalam menangani masalah kesehatan, baik masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. mobilitas, perawatan diri sendiri, interaksi sosial atau aktivitas sehari-hari. (1)

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, temasuk penemuan obat-obatan seperti antibiotik yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi

PEMBERDAYAAN KOMUNITAS DALAM PEMANTAUAN DIET DAN AKTIFITAS FISIK PADA LANSIA DIABETES MELITUS (DM) DI KELURAHAN SUKAMAJU BARU TAPOS DEPOK TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisai membawa pengaruh yang sangat besar tidak hanya dalam

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Internasional of Diabetic Ferderation (IDF, 2015) tingkat. prevalensi global penderita DM pada tahun 2014 sebesar 8,3% dari

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. suatu konsep mengenai perubahan pola kesehatan dan penyakit. Konsep tersebut

BAB I PENDAHULUAN. penyakit semakin dikenal oleh masyarakat. Salah satu diantaranya adalah apa yang

POLA PEWARISAN PENYAKIT HIPERTENSI DALAM KELUARGA SEBAGAI SUMBER BELAJAR GENETIKA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan dengan segala hasil yang ingin dicapai, di setiap negara

Bahasa dlm KTI menggunakan Bahasa Formal. Keterampilan Menulis yg Kreatif & Inovatif menghasilkan KTI yg Argumentatif.

SURVEILANS EPIDEMIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia, yang menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. berumur 60 tahun atau lebih. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas.

Disampaikan pada : REFRESHING KADER POSYANDU Kabupaten Nias Utara Tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH. Free Powerpoint Templates Page 1

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi penyakit menular namun terjadi peningkatan prevalensi penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO Tahun 2013, diperkirakan 347 juta orang di dunia menderita

Transkripsi:

Analisis Situasi SIMULASI PENGELOLAAN MANDIRI PENYAKIT KRONIK DEGENERATIF BAGI KADER YANDU LANSIA DESA WEDOMARTANI, NGEMPLAK, SLEMAN dr RL Ambardini, M.Kes dr Kartika Ratna Pertiwi dr Tutiek Rahayu, M.Kes Perubahan gaya hidup & pola makan kurangnya aktivitas fisik & pola makan yg tidak sehat. Peningkatan usia harapan hidup jumlah lansia meningkat. Meningkatnya kasus penyakit degeneratif: Hipertensi, Diabetes Melitus (DM),dll. Prevalensi peny.kardiovaskular 5,9 per 1000 penduduk (SKRT, 1986). Penderita DM di Indonesia th 2020 diperkirakan 5 juta jiwa (Marsono, 2002). Analisis Situasi Data Puskesmas Pembantu Ngemplak II di desa Wedomartani: hipertensi mrp peny.terbanyak no.2 setelah ISPA. Kasus DM: 70 kasus dlm 3 bln. Peran kader yandu lansia dlm penanganan penyakit degeneratif masih belum optimal. Identifikasi Masalah Masih tingginya kasus penyakit kronik degeneratif di kalangan lansia, khususnya di desa Wedomartani, Ngemplak, Sleman. Masih kurangnya pengetahuan pengelolaan penyakit kronik degeneratif di kalangan kader yandu lansia. Belum optimalnya fungsi kader yandu lansia, khususnya dalam pengelolaan penyakit kronik degeneratif. Perumusan Masalah Bagaimana mengoptimalkan peran kader yandu lansia dalam pengelolaan penyakit kronik degeneratif? Tujuan Mengoptimalkan peran kader yandu lansia dalam pengelolaan penyakit kronik degeneratif 1

Manfaat Teoretis: menambah pengetahuan tentang pengelolaan penyakit kronik degeneratif. Praktis: Bagi kader yandu lansia: mampu mengelola lansia dengan penyakit degeneratif. Bagi masyarakat, khususnya lansia: mendapat pelayanan yg baik bagi penyakitnya. Bagi Puskesmas: memudahkan pemantauan penyakit kronik degeneratif, khususnya bagi lansia yg membutuhkan perawatan lebih lanjut. Kerangka Pemecahan Masalah Kurangnya informasi penyakit kronik degeneratif bagi kader yandu Lansia & belum optimalnya fungsi kader yandu Lansia dalam pengelolaan penyakitkronik degeneratif Optimalisasi fungsi kader yandu Lansia dalam pengelolaan penyakit kronik degeneratif, melalui pelatihan yg aplikatif dalam bentuk simulasi Gizi seimbang untuk Hipertensi & DM Aktivitas Fisik untuk Penderita Hipertensi & DM Cara Pemeriksaan Tekanan Darah Model Yandu Lansia yg inovatif, efektif, efisien Khalayak Sasaran Kader yandu Lansia, desa Wedomartani, Ngemplak, Sleman & pengurus PKK Desa dengan jumlah sekitar 30 orang. Keterkaitan Puskesmas Perangkat Desa PKK Kader Yandu Lansia Tim Dosen pengabdi UNY Metode Kegiatan 1. Ceramah & tanya jawab tentang penyakit kronik degeneratif 2. Demonstrasi cara pengukuran tekanan darah dan menu makanan seimbang untuk penyakit kronik degeneratif 3. Simulasi pengelolaan mandiri yandu Lansia Rancangan Evaluasi Tes: untuk mengetahui pengetahuan & keterampilan kader yandu Lansia dalam pengelolaan penyakit kronik degeneratif. 2

Indikator Keberhasilan Partisipasi peserta 75% dari undangan Peserta aktif mengikuti kegiatan pelatihan Langkah-langkah Kegiatan PPM Tahap Pendahuluan: materi ttg pengelolaan yandu Lansia, pengelolaan penyakit kronik degeneratif, dan pemenuhan nutrisi bagi Lansia dengan peny.kronik degeneratif, demonstrasi cara pengukuran tekanan darah Tahap Pelaksanaan: Pserta mengemukakan pendapat & permasalah terkait dg peny.kronik degeneratif, praktik pengukuran tekanan darah, & simulasi pengelolaan mandiri yandu Lansia. Faktor Pendukung & Penghambat Faktor pendukung: 1. Dukungan perangkat desa sarana & Prasarana kegiatan. 2. Antusiasme & komitmen kader utk memajukan yandu Lansia 3. Partisipasi Lansia desa Wedomartani yg cukup banyak & aktif Faktor Penghambat: 1. Kesulitan penentuan waktu pelaksanaan 2. Latar belakang pendidikan peserta Hasil Pelaksanaan Kegiatan Materi Pelatihan: 1. Manajemen yandu Lansia 2. Pengelolaan peny.degeneratif bagi Lansia 3. Pemenuhan nutrisi bagi Lansia dg peny.degeneratif 4. Pengukuran Tekanan Darah 5. Simulasi mandiri yandu Lansia Hasil Peserta 22 orang ibu PKK & 4 kader yandu Lansia. Tes sblm & ssdh pelatihan utk mengetahui perubahan pengetahuan sblm & ssdh pelatihan Terdpt peningkatan pengetahuan kader tg peny.kronik degeneratif (dari rerata 6,28 menjadi 8,28). Terdpt peningkatan keterampilan pengukuran tekanan darah Tercetak kader baru yandu Lansia terlatih Simulasi pengelolaan mandiri yandu Lansia Meja 1: pendaftaran Meja 2: pengukuran Berat Badan Meja 3: pengukuran Tekanan Darah Meja 4: meja gizi 3

Pembahasan Secara umum kegiatan PPM berhasil kehadiran peserta, partisipasi aktif peserta, simulasi pengelolaan mandiri yandu Lansia berlangsung baik. Faktor kunci keberhasilan: sosialisasi kegiatan jauh hari sblm kegiatan berlangsung, pendekatan personal thd kader yandu & tokoh masyarakat, keterlibatan mhs saat kegiatan. Penutup Kesimpulan Optimalisasi kader yandu Lansia dalam pengelolaan peny.kronik degeneratif dpt dilakukan melalui simulasi pengelolaan mandiri yandu Lansia. Scr khusus, kegiatan PPM 1. Peningkatan pengetahuan kader ttg peny.kronik degeneratif 2. Peningkatan keterampilan pengukuran tekanan darah oleh kader 3. Tercetak kader baru yandu Lansia terlatih. Saran: Kegiatan lanjutan utk optimalisasi kegiatan yandu Lansia, spt olahraga Lansia, Gizi Lansia. 4

5