BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN PUSTAKA Silasahi, S. (2011). Dengan judul Analisis Pengaruh Kebijakan Piutang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. perseorangan atau badan hukum Koperasi, dengan pemisahan kekayaan para

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa pengertian mengenai analisis, yaitu : 1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. bahwa Modal kerja adalah investasi sebuah perusahaan pada aktiva-aktiva jangka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tunggal Tbk bertujuan untuk mengetahui pengaruh perputaran piutang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

II. LANDASAN TEORI. dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Menurut Brigham dan Houston,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. defenisi dari modal kerja, kas, piutang dan persediaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. (Irham Fahmi, 2011 : 239)

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk membiayai aktivitas perusahaan sehari-hari misalnya untuk membeli bahan

BAB III METODE PENELITIAN. Analisis ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat efisiensi dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akan meningkatkan daya saing antar perusahaan. Perusahaan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sawir (2005:129), modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Martono dan Harjito (2014:51) analisis laporan keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. memperoleh laba dari setiap kegiatannya sekaligus meningkatkan kualitas dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab 9 Teori Rasio Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. media bagi manajer dalam sebuah perusahaan untuk mengkomunikasikan kinerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH STRUKTUR AKTIVA DAN LIKUDITAS TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TELAAH PUSTAKA Pengertian Kinerja Keuangan Perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab II. Tinjauan Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA Kinerja Keuangan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membayar upah buruh dan gaji pegawai serta biaya-biaya lainnya.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Keuangan 2.2. Laporan Keuangan

I. PENDAHULUAN. Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam praktiknya laporan keuangan oleh perusahaan dibuat dan disusun sesuai dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang penganalisis untuk mengevaluasi tingkat earning dalam hubungannya

BAB I PENDAHULUAN. Industry) dan produk yang dihasilkan pun bermacam-macam dengan semakin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Modal Kerja. dan biaya-biaya lainnya, setiap perusahaan perlu menyediakan modal

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. telah menyebabkan banyak perusahaan yang sulit untuk mempertahankan

BAB II LANDASAN TEORI. luas sebagai hak atau klaim terhadap pihak lain atas uang, barang dan jasa.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Menurut Hery (2012:3) laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. berada dalam kondisi sehat akan mampu menghadapi tingkat persaingan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Laporan keuangan adalah media yang dapat dipakai untuk meneliti kondisi kesehatan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Manajemen keuangan adalah aktivitas pemilik dan manajemen perusahaan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PEMBAHASAN. A. Pengertian dan Fungsi Manajemen Keuangan 1. Pengertian Manajemen Keuangan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. tentang pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. dikemukakan adanya beberapa konsep, yaitu :

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang tersedia untuk membiayai kegiatan

BAB II LANDASAN TEORITIS

Analisis Kinerja Keuangan Pada PT. BS. Polymer Makassar

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk membelanjai operasi perusahaan dari hari ke hari, misalnya untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Akuntansi merupakan suatu proses pencatatan, pengelompokan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memaksimalkan laba. Laba secara operasional merupakan perbedaan antara

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teori. 1. Return on Assets (ROA) a. Pengertian Return on Assets (ROA)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Gitosudarmo (2002:81), piutang merupakan aktiva atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin derasnya arus globalisasi, yang didalamnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Modal kerja secara tradisional diartikan sebagai dana yang tersedia untuk

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. dan dapat dipercaya untuk menilai kinerja perusahaan dan hasil dari suatu

Albinatus Riki Program Studi Akuntansi STIE Widya Dharma Pontianak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Laporan Keuangan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

RASIO LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS PADA PT. KALBE FARMA BEKASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Silasahi, S. (2011). Dengan judul Analisis Pengaruh Kebijakan Piutang Usaha Terhadap Likuiditas pada PT Perkebunan Nusantara III (PERSERO) Medan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian asosiatif dengan meneliti pada 1 perusahaan pada periode tahun 2004-2009. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data dianalisis dengan metode analisis data, yang pertama adalah analis deskriptif kemudian dilanjutkan dengan analisis statistik yang terdiri dari uji asumsi klasik, analisis regresi berganda dan uji hipotesis. Hasil uji hipotesis menunjukan bahwa secara persial variabel perputaran piutang usaha berpengaruh terhadap likuiditas dan variabel rata-rata pengumpulan piutang usaha berpengaruh terhadap likuiditas. Sedangkan secara simultan, perputaran piutang usaha rata-rata pengumpulan piutang usaha tidak berpengaruh terhadap likuiditas perusahaan PT Perkebunan Nusantara III (PERSERO) Medan periode tahun 2004 sampai dengan 2009. Persamaan dengan penelitian ini terletak pada variabel independen yaitu kebijakan piutang usaha dan satu variabel dependen yaitu likuiditas. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada jumlah variabel dependen, yaitu pada penelitian ini hanya memakai satu variabel dependen yaitu hanya likuiditas, serta lokasi penelitian dan data yang digunakan. 10

11 2.1.2. Pujiati, Dwi, A. (2014). Dengan judul Pengaruh Perputaran Piutang dan Perputaran Kas Terhadap Tingkat Likuiditas. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian korelasional yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui sebab akibat. Populasi dalam penelitian ini adalah Koperasi Mitra Perdana Surabaya selama periode 2008-2013. Sumber data yang digunakan berupa data primer dan data sekunder. Sedangkan teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa semua variabel independen yaitu Perputaran Piutang (X1) dan Perputan Kas (X2) secara persial masing-masing berpengaruh signifikan terhadap variabel bebasnya yaitu likuiditas (Y) pada Koperasi Mitra Perdana Surabaya. Hal tersebut dibuktikan dari hasil perhitungan SPSS, bahwa hasil uji parsial masing-masing diperoleh T sign sebesar 0,014 dan 0,012, dimana jika nilai σ (0,5) lebih besar dari nilai T sign yang diperoleh maka kedua variabel tersebut memiliki korelasi. Persamaan dengan penelitian ini terletak pada satu variabel independen yaitu piutang dan satu variabel dependen yaitu likuiditas. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada jumlah variabel independen dan dependen, yaitu pada penelitian ini menggunakan dua variabel independen yaitu perputaran piutang dan perputaran kas serta hanya memakai satu variabel dependen yaitu hanya likuiditas, serta lokasi penelitian dan data yang digunakan.

12 2.1.3. Harsono, M. (2003). Dengan judul Analisis Pengaruh Kebijakan Piutang Dagang Terhadap Likuiditas dan Rentabilitas (Studi Kasus pada Perusahaan PT Sumalindo Lestari Jaya Tbk Periode 1997-2001). Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif, dengan demikian data mentah tersebut dapat dianalisa dengan menggunakan perhitungan rasio-rasio dan metode statistik. Untuk menunjukkan adanya hubungan antara kebijakan piutang dagang dengan likuiditas dan rentabilitas perusahaan menggunakan analisa korelasi dan uji regresi dengan hipotesa. Hasil penelitian menunjukan hubungan korelasi antara account receivable turover dengan rasio likuiditas perusahaan menunjukan r = -0,9267 dan r = -0,90. Hasil tersebut menunjukkan hubungan berlawanan arah yang kuat. Sedangkan hasil analisa korelasi antara account receivable turnover dengan rasio rentabilitas perusahaan menunjukkan r = -0,9066 dan r = -0,9499 hasil tersebut menunjukkan hubungan negatif yang kuat. Untuk korelasi antara account receivable turnover dengan return on equity tidak dianalisa karena terdapat anomaly dalam perhitungan ROE yang akan dibahas lebih lanjut. Persamaan dengan penelitian ini terletak pada variabel independen yaitu piutang dan dua variabel dependen yaitu likuiditas dan rentabilitas. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada lokasi penelitian dan data yang digunakan.

13 2.1.4. Putri, Dewi (2012). Dengan judul Pengaruh Perputaran Piutang Terhadap Rentabilitas Ekonomi Pada PT Kalbe Farma Tbk. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, dengan demikian data mentah tersebut dapat dianalisa dengan menggunakan perhitungan rasio-rasio dan metode statistik. Penelitian menggunakan analisis regresi linier sederhana dengan menggunakan program SPSS versi 16.0 yaitu dengan hasil Y=1,725+2,628x yang digunakan untuk mengetahui besarnya hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat. Berdasarkan hasil analisis menggunakan program SPSS menunjukkan bahwa secara parsial perputaran piutang berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas ekonomi pada PT Kalbe Farma Tbk. Hal ini dibuktikan dengan nilai Thitung > Ttabel yaitu 10,060 > 2,024. Nilai R2 sebesar 0,771 yang berarti bahwa sebesar 77,1% variabel rentabilitas ekonomi dapat dijelaskan oleh perputaran piutang, sedangkan sisanya sebesar 22,9% dipengaruhi oleh variabel lain seperti perputaran persediaan dan perputaran kas yang tidak dijelaskan didalam model penelitian ini. Persamaan dengan penelitian ini terletak pada variabel independen yaitu kebijakan piutang usaha dan satu variabel dependen yaitu rentabilitas. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada jumlah variabel dependen, yaitu pada penelitian ini hanya memakai satu variabel dependen yaitu hanya rentabilitas, serta lokasi penelitian dan data yang digunakan.

14 2.1.5. Widhiatmojo, LV dan Supriyanto (2013) dengan judul Pengaruh Perputaran Piutang, Kas, Dan Persediaan Barang Terhadap Tingkat Likuiditas Koperasi. Penelitian ini bertujuan meneliti pengaruh perputaran piutang, kas, dan persediaan barang secara simultan dan parsial terhadap likuiditas koperasi. Populasi penelitian ini sebanyak 120 koperasi di Kabupaten Purworejo. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling sebanyak 21 koperasi. Pengambilan data menggunakan dokumentasi dan wawancara sedangkan analisa data menggunakan regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada pengaruh yang signifikan perputaran piutang terhadap likuiditas ditunjukan hasil T 0,248 sig. 0,807. Perputaran kas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap likuiditas ditunjukkan dengan hasil T 2,308 sig. 0,034. Perputaran persediaan barang tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap likuiditas ditunjukkan dengan hasil T 1,730 sig. 0,102. Perputaran piutang, perputaran kas, dan perputaran persediaan barang secara bersama-sama tidak berpengaruh secara signifikan terhadap likuiditas. Hal ini ditunjukan dengan nilai F 3,059 dengan sig. 0,057 dan koefisien determinasi sebesar 0,351. Persamaan dengan penelitian ini terletak pada variabel independen yaitu piutang dan satu variabel dependen yaitu likuiditas. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada jumlah variabel independen, yaitu pada penelitian ini memakai 3 variabel independen yaitu hanya perputaran piutang, kas, persediaan barang serta lokasi penelitian dan data yang digunakan.

15 2.1.6. Ezwita, Yesi (2014) dengan judul Pengaruh Perputaran Piutang, Perputaran Persediaan, Return On Asset dan Rasio Utang Terhadap Likuiditas Pada Perusahaan Industri Dasar Dan Kimia Yang Listing Di BEI Periode 2010-2013. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan industry dasar dan kimia yang listing di BEI periode 2010-2013. Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan cara purposive sampling. Dari 60 perusahaan, telah didapatkan 17 perusahaan yang memenuhi kriteria untuk dijadikan sampel penelitian. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Analisa data sampel yang digunakan dalam penelitian adalah analisa regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial perputaran piutang tidak berpengaruh signifikan terhadap likuiditas, perputaran persediaan berpengaruh signifikan terhadap likuiditas, return on assets tidak berpengaruh signifikan terhadap likuiditas dan rasio utang berpengaruh signifikan terhadap likuiditas. Secara simultan perputaran piutang, persediaan, return on assets dan rasio utang berpengaruh signifikan terhadap likuiditas. Persamaan dengan penelitian ini terletak pada variabel independen yaitu piutang dan satu variabel dependen yaitu likuiditas. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada jumlah variabel independen, yaitu pada penelitian ini memakai 4 variabel independen yaitu hanya perputaran piutang, perputaran persediaan, ROA, dan rasio utang serta lokasi penelitian dan data yang digunakan.

16 TABEL 2.1 PERSAMAAN DAN PERBEDAAN PENELITIAN TERDAHULU JUDUL PERSAMAAN PERBADAAN HASIL Silasahi, S. (2011). terletak pada variabel terletak pada jumlah secara persial variabel Analisis Pengaruh independen yaitu variabel dependen, perputaran piutang usaha Kebijakan Piutang Usaha kebijakan piutang yaitu pada penelitian berpengaruh terhadap Terhadap Likuiditas pada usaha dan satu variabel ini hanya memakai likuiditas dan variabel rata- PT Perkebunan Nusantara dependen yaitu satu variabel dependen rata pengumpulan piutang III (PERSERO) Medan. likuiditas. yaitu hanya likuiditas, usaha berpengaruh serta lokasi penelitian terhadap likuiditas. secara dan data yang simultan, perputaran digunakan. piutang usaha rata-rata pengumpulan piutang usaha tidak berpengaruh terhadap likuiditas. Pujiati, Dwi, A. (2014). terletak pada satu terletak pada jumlah secara persial masing- Pengaruh Perputaran variabel independen variabel independen masing berpengaruh Piutang dan Perputaran yaitu piutang dan satu dan dependen, yaitu signifikan terhadap Kas Terhadap Tingkat variabel dependen pada penelitian ini variabel bebasnya yaitu Likuiditas. yaitu likuiditas. menggunakan dua likuiditas (Y) pada variabel independen Koperasi Mitra Perdana yaitu perputaran Surabaya. piutang dan perputaran kas serta hanya memakai satu variabel dependen yaitu hanya likuiditas.

17 Harsono, M. (2003). terletak pada variabel Perbedaan dengan Hasil penelitian Analisis Pengaruh independen yaitu penelitian ini terletak menunjukan hubungan Kebijakan Piutang Dagang piutang dan dua pada lokasi penelitian korelasi antara account Terhadap Likuiditas dan variabel dependen dan data yang receivable turover dengan Rentabilitas (Studi Kasus yaitu likuiditas dan digunakan. rasio likuiditas perusahaan pada Perusahaan PT rentabilitas. menunjukan r = -0,9267 Sumalindo Lestari Jaya dan r = -0,90. Hasil Tbk Periode 1997-2001. tersebut menunjukkan hubungan berlawanan arah yang kuat. Sedangkan hasil analisa korelasi antara account receivable turnover dengan rasio rentabilitas perusahaan menunjukkan r = -0,9066 dan r = -0,9499 hasil tersebut menunjukkan hubungan negatif yang kuat. Putri, Dewi (2012). Persamaan dengan Perbedaan dengan secara parsial perputaran Pengaruh Perputaran penelitian ini terletak penelitian ini terletak piutang berpengaruh Piutang Terhadap pada variabel pada jumlah variabel signifikan terhadap Rentabilitas Ekonomi Pada independen yaitu dependen, yaitu pada rentabilitas ekonomi pada PT Kalbe Farma Tbk. kebijakan piutang penelitian ini hanya PT Kalbe Farma Tbk. usaha dan satu memakai satu variabel variabel dependen dependen yaitu hanya yaitu rentabilitas. rentabilitas, serta lokasi penelitian dan data yang digunakan.

18 Widhiatmojo, LV dan Persamaan dengan Perbedaan dengan Hasil penelitian Supriyanto (2013) penelitian ini terletak penelitian ini terletak menunjukkan tidak ada Pengaruh Perputaran pada variabel pada jumlah variabel pengaruh yang signifikan Piutang, Kas, Dan independen yaitu independen, yaitu pada perputaran piutang Persediaan Barang piutang dan satu penelitian ini memakai terhadap likuiditas Terhadap Tingkat variabel dependen 3 variabel independen ditunjukan hasil T 0,248 Likuiditas Koperasi. yaitu likuiditas. yaitu hanya perputaran sig. 0,807. piutang, kas, persediaan barang serta lokasi penelitian dan data yang digunakan. Ezwita, Yesi (2014) Persamaan dengan Perbedaan dengan secara parsial perputaran Pengaruh Perputaran penelitian ini terletak penelitian ini terletak piutang tidak berpengaruh Piutang, Perputaran pada variabel pada jumlah variabel signifikan terhadap Persediaan, Return On independen yaitu independen, yaitu pada likuiditas, perputaran Asset dan Rasio Utang piutang dan satu penelitian ini memakai persediaan berpengaruh Terhadap Likuiditas Pada variabel dependen 4 variabel independen signifikan terhadap Perusahaan Industri Dasar yaitu likuiditas. yaitu hanya perputaran likuiditas, return on assets Dan Kimia Yang Listing piutang, perputaran tidak berpengaruh Di BEI Periode 2010-2013 persediaan, ROA, dan signifikan terhadap rasio utang serta lokasi likuiditas dan rasio utang penelitian dan data berpengaruh signifikan yang digunakan. terhadap likuiditas. Secara simultan perputaran piutang, persediaan, return on assets dan rasio utang berpengaruh signifikan terhadap likuiditas.

19 2.2. LANDASAN TEORI 2.2.1. Teori Piutang Piutang adalah bentuk penjualan yang dilakukan oleh suatu perusahaan dimana pembayarannya tidak dilakukan secara tunai, namun bersifat bertahap. Penjualan piutang artinya lebih jauh perusahaan menerapkan manajemen kredit. Dan salah satu target dari manajemen kredit adalah tercapainya target penjualan sesuai dengan perencanaan, serta selanjutnya menunggu masuknya dana angsuran ke kas perusahaan (Fahmi, 2015 : 62). Manulang dan Sinaga (2005) menyebutkan bahwa piutang adalah tagihan kepada perorangan atau badan yang timbul dari penjualan barang atau jasa secara kredit tanpa disertai dengan janji tertulis secara formal. Subramanyam dan John J.Wild (2010) memberikan pendapat sebagai berikut : Piutang (receivable) merupakan nilai jatuh tempo yang berasal dari penjualan barang atau jasa, atau dari pemberian pinjaman uang. Piutang mencakup nilai jatuh tempo yang berasal dari aktivitas seperti sewa dan bunga. Piutang usaha (account receivable) mengacu pada janji lisan untuk membayar yang berasal dari penjualan produk dan jasa secara kredit. Wesel tagih (notes receivable) mengacu pada janji tertulis untuk membayar.

20 Dari pendapat ketiga ahli tersebut dapat ditarik pengertian bahwa piutang dalam koperasi adalah salah satu unsur dari aktiva lancar dalam neraca koperasi yang timbul akibat adanya penjualan barang jasa atau dari pemberian pinjaman uang yang dibayarkan secara kredit atau bertahap dan dalam tempo yang telah ditentukan oleh koperasi. Bagi koperasi semakin besar piutang usaha maka artinya semakin besar pula kepemilikan finansial yang berada di luar yang akan masuk secara bertahap dan sistematis ke kas koperasi. Penjualan barang jasa secara kredit atau piutang usaha dilakukan dengan maksud untuk menggenjot penjualan agar tercapai sesuai dengan target yang diinginkan. Namun persoalan sering terjadi pada saat angka piutang usaha diperbesar menjadi seiring dengan meningkatnya piutang raguragu (bad debt), dan semakin besar piutang ragu-ragu maka semakin besar permasalahan yang ditanggung oleh koperasi dikemudian hari, dan ini jauh berakibat pada mengecilnya perolehan keuntungan yang akan diterima. Pendapat ini dipertegas oleh Subramanyam dan John J. Wild (2010) : Pengalaman menunjukan bahwa perusahaan tidak dapat menagih semua piutangnya. Oleh karena itu, menurut Fahmi (2015) ada beberapa acuan yang harus diterapkan oleh suatu perusahaan untuk memperkecil resiko timbulnya Bad Debt, yaitu :

21 a. Menghindari keputusan penjualan produk saat pasar dalam kondisi fluktuatif atau akan berada dalam kondisi menuju krisis moneter. b. Membatalkan penjualan produk pada konsumen yang memiliki reputasi buruk dalam dunia bisnis. c. Menghindari produksi dan penerimaan order pada saat pasar tidak menentu. d. Melakukan dan menerapkan tindakan prudential principle (prinsip kehatihatian) pada saat tingkat persaingan bisnis semakin tinggi, dan inovasi produk perusahaan berlangsung secara lambat. e. Ada ukuran presentase yang layak diterapkan untuk besaran piutang. Misalnya 30-40 % dari total penjualan, atau pada kondisi ekonomi sangat stabil perusahaan boleh memperbesar hingga 45 %. Namun jika prosentase itu ingin ditingkatkan lagi maka pembahasan dengan seluruh manajer bidang harus dilakukan. Seluruh manajer yang dimaksud disini adalah mulai dari marketing, finance, production, hingga human resource dilibatkan secara intensif dan fokus. Riyanto (2001) menyebutkan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi piutang, yaitu volume penjualan kredit, syarat pembayaran kredit, ketentuan pembatasan kredit, kebijakan dalam penagihan piutang, serta kebiasaan pembayaran pelanggan. Mengingat piutang adalah harta yang likuid maka harus dilakukan prosedur-prosedur

22 yang wajar, tegas dan dengan cara yang memuaskan para debitur sehingga perlu disusun prosedur yang baik demi kemajuan koperasi. Dalam praktiknya, koperasi melaporkan piutang sebesar nilai realisasi bersih (net realizable value) jumlah piutang total dikurangi penyisihan piutang tak tertagih (kadang-kadang disebut juga piutang sangsi atau piutang ragu-ragu). Memang pihak manajemen bagian penjualan dan simpan pinjam sudah melakukan analisis secara sangat mendalam dalam menentukan ke pihak-pihak mana yang paling tepat menerima order, artinya bonafit, trust analysis, kajian mikro dan makro ekonomi, metodologi analisis, advis konsultan, dan lain sebagainya. Tapi sebagai manusia biasa yang terbiasa mengandalkan data masa lalu sebagai alat prediksi di masa depan, maka memungkinkan ada beberapa data yang tidak layak lagi untuk dipergunakan atau tidak sesuai dengan realita masa depan. Disinilah kesalahan itu terjadi, dan piutang ragu-ragu menjadi salah satu sebab yang harus ditanggung oleh pihak manajemen koperasi (Fahmi, 2015 : 62-64). yaitu: Munawir (2014) menyebutkan bahwa ada beberapa jenis piutang, a. Piutang Wesel adalah tagihan perusahaan kepada pihak lain yang dinyatakan dalam suatu wesel atau perjanjian yang diatur dalam undangundang. Karena wesel pembuatannya diatur dengan undang-undang, maka wesel ini lebih mempunyai kekuatan hukum dan lebih terjamin

23 pelunasannya, dan piutang wesel ini dapat diperjual belikan atau didiskontokan. Dengan didiskontokannya piutang wesel tersebut timbulah contingent liability, yaitu hutang yang mungkin akan terjadi di masa mendatang pada saat jatuh tempo wesel yang bersangkutan karena pembuat wesel tersebut tidak mampu membayar wesel yang bersangkutan. b. Piutang dagang adalah tagihan kepada pihak lain sebagai akibat adanya penjualan barang secara kredit. Pada dasarnya piutang bisa timbul tidak hanya karena penjualan barang dengan secara kredit, tetapi bisa karena hal lain, misalnya piutang kepada pegawai, piutang karena penjualan aktiva tetap secara kredit, piutang karena adanya penjualan saham secara angsuran, atau adanya uang muka untuk pembelian. Piutang-piutang yang dimiliki oleh suatu perusahaan harus disajikan dalam neraca secara informatif. c. Piutang penghasilan adalah penghasilan yang sudah menjadi hak perusahaan karena perusahaan telah memberikan jasa atau prestasinya, tetapi belum diterima pembayarannya, sehingga merupakan tagihan. Kuswandi (2008) menyebutkan bahwa perputaran piutang adalah besarnya rasio total penjualan kredit terhadap saldo piutang rata-rata selama periode tertentu. Periode dimaksut biasanya untuk satu tahun. Walaupun demikian, untuk kepentingan analisis dapat digunakan satuan waktu berdasarkan kuartalan, bulanan dan seterusnya. Rasio perputaran

24 piutang dapat dihitung dengan : Penjualan Kredit Satu Tahun Piutang Rata-Rata Munawir (2014) menyebutkan bahwa piutang yang dimiliki suatu perusahaan mempunyai hubungan yang erat dengan volume penjualan kredit. Posisi piutang dan taksiran waktu pengumpulannya dapat dinilai dengan menghitung tingkat perputaran piutang tersebut (Turn Over Receivable) yaitu dengan membagi total penjualan kredit dengan piutang rata-rata. Rata-rata piutang kalau memungkinkan dapat dihitung secara bulanan (saldo tiap-tiap akhir bulan dibagi dua belas) atau tahunan yaitu saldo awal tahun ditambah saldo akhir tahun dibagi dua. Semakin tinggi rasio (turn over) menunjukan modal kerja yang ditanamkan dalam piutang rendah, sebaliknya jika rasio semakin rendah maka ada over investment dalam piutang sehingga memerlukan analisa lebih lanjut, mungkin karena bagian kredit dan penagihan bekerja tidak efektif atau mungkin ada perubahan dalam kebijaksanaan pemberian kredit. Penurunan rasio penjualan kredit dengan rata-rata piutang dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu turunnya penjualan dan naiknya piutang, turunnya piutang dan diikuti turunnya penjualan dalam jumlah lebih besar, naiknya penjualan diikuti naiknya piutang dalam jumlah yang lebih besar, turunnya penjualan dengan piutang yang tetap, serta naiknya piutang sedangkan penjualan tidak berubah. Dengan

25 menggunakan perputaran piutang dapat pula dihitung waktu rata-rata pengumpulan piutang tersebut, yaitu dengan membagi jumlah hari dalam satu tahun dengan tingkat perputaran piutang tersebut atau rasio antara piutang rata-rata kali jumlah hari dalam setahun dengan total penjualan kredit, hasilnya akan menunjukkan beberapa hari piutang tersebut ratarata tidak dapat ditagih atau days of receivable yang umumnya antara satu sampai dua bulan. Days of receivable dapat dihitung dengan rumus : Piutang rata-rata x 360 Penjualan Kredit Dalam menganalisa perusahaan, yang mendapat perhatian pertama adalah kemampuan perusahaan dalam menagih piutangnya, karena hal ini akan menimbulkan kemungkinan adanya overdraft perusahaan yang bersangkutan. Kalau hari rata-rata penagihan piutang lebih dari 60 hari menunjukan perusahaan tersebut kurang baik, terutama bagian penagihan sehingga tidak mampu menagih piutang pada waktunya, atau perusahaan tersebut telah memberikan syarat kredit yang terlalu lunak kepada langganannya. Disamping itu semakin besar days of receivable suatu perusahaan semakin besar pula resiko kemungkinan tidak tertagihnya piutang, dan kalau perusahaan tidak membuat cadangan terhadap kemungkinan kerugian yang timbul karena tidak tertagihnya piutang berarti perusahaan telah memperhitungkan labanya terlalu besar (Munawir,2014 : 75-77).

26 2.2.2. Rasio Keuangan Joel G. Siegel dan Jae K. Shim (1999) menyebutkan bahwa rasio merupakan hubungan antara satu jumlah dengan jumlah lainnya. Dimana Agnes Sawir (2012) menambahkan perbandingan tersebut dapat memberikan gambaran relatif tentang kondisi keuangan dan prestasi perusahaan. Atau secara sederhana rasio disebut sebagai perbandingan jumlah, dari satu jumlah dengan jumlah lainnya itulah dilihat perbandingannya dengan harapan nantinya akan ditemukan jawaban yang selanjutnya itu dijadikan bahan kajian untuk dianalisis dan diputuskan. Penggunaan kata rasio ini sangat fleksibel penempatannya, dimana itu sangat dipengaruhi oleh apa dan dimana rasio itu dipergunakan yaitu disesuaikan dengan wilayah keilmuannya. Fahmi (2015) menyebutkan bahwa rasio keuangan atau financial ratio ini sangat penting gunanya untuk melakukan analisa terhadap kondisi keuangan perusahaan. Bagi investor jangka pendek dan menengah pada umumnya lebih banyak tertarik kepada kondisi keuangan jangka pendek dan kemampuan perusahaan untuk membayar deviden yang memadai. Informasi tersebut dapat diketahui dengan cara yang lebih sederhana yaitu dengan menghitung rasio keuangan yang sesuai dengan keinginan. Secara jangka panjang rasio keuangan juga dipakai dan dijadikan sebagai acuan dalam menganalisis kondisi kinerja suatu perusahaan,. Dalam penilaian suatu kondisi keuangan perusahaan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang

27 turut menyebabkan perubahan pada kondisi keuangan seperti kondisi mikro dan makro ekonomi baik yang terjadi di tingkat domestik dan internasional. Analisis rasio keuangan itu sendiri dimulai dengan laporan keuangan dasar yaitu dari neraca, perhitungan laba rugi, dan laporan arus kas. Perhitungan rasio keuangan akan menjadi lebih jelas jika dihubungkan antara lain dengan menggunakan pola historis perusahaan tersebut, yang dilihat perhitungan pada sejumlah tahun guna menentukan apakah perusahaan membaik atau memburuk, atau melakukan perbandingan dengan perusahaan lain dalam industri yang sama. Adapun manfaat yang bisa diambil dengan dipergunakannya rasio keuangan, yaitu analisis rasio keuangan sangat bermanfaat untuk dijadikan sebagai alat menilai kinerja dan prestasi keuangan, sangat bermanfaat bagi pihak manajemen sebagai rujukan untuk membuat perencanaan, analisis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai alat untuk mengevaluasi kondisi suatu perusahaan dari perspektif keuangan, analisis rasio keuangan juga bermanfaat bagi para kreditor dapat digunakan untuk memperkirakan potensi resiko yang akan dihadapi dikaitkan dengan adanya jaminan kelangsungan pembayaran bunga dan pengembalian pokok pinjaman, dan juga dapat digunakan sebagai penilaian bagi pihak stakeholder organisasi. Fahmi (2015) menyebutkan bahwa keunggulan analisis rasio keuangan adalah dapat dipergunakan dalam melihat suatu perusahaan serta akan memberikan gambaran tentang keadaan perusahaan dan dapat

28 dijadikan sebagai alat prediksi bagi perusahaan tersebut di masa yang akan datang. Ini dikarenakan rasio keuangan juga memungkinkan manajer keuangan memperkirakan reaksi kreditor dan investor dalam memperkirakan bagaimana memperoleh kebutuhan dana, serta seberapa besar dana sanggup diperoleh. Selain keunggulan ada juga kelemahan dengan dipergunakannya analisa laporan keuangan, yaitu : a. Penggunaan rasio keuangan akan memberikan pengukuran yang relatif terhadap suatu kondisi perusahaan. Sisi relatif disini yang dimaksut bahwa seperti yang dikemukakan oleh Helfert (2000) dimana rasio-rasio keuangan bukanlah merupakan kriteria mutlak. Pada kenyataanya, analisis rasio keuangan hanyalah satu titik awal dalam analisis keuangan perusahaan. b. Analisis rasio keuangan hanya dapat dijadikan sebagai peringatan awal dan bukan kesimpulan akhir. Ini sebagaimana yang dikatakan oleh Friedlob dan Plewa (2000) menyebutkan analisis rasio tidak memberikan banyak jawaban kecuali menyediakan rambu-rambu tentang apa yang seharusnya diharapkan. c. Setiap data yang diperoleh dan dipergunakan dalam menganalisis adalah bersumber dari laporan keuangan perusahaan. Maka sangat memungkinkan data yang diperoleh tersebut adalah data yang angkaangkanya tidak memiliki tingkat keakuratan yang tinggi, dengan alasan mungkin saja data tersebut diubah dan disesuaikan berdasarkan kebutuhan

29 d. Pengukuran rasio keuangan banyak bersifat artificial, disini artinya perhitungan rasio keuangan tersebut dilakukan oleh manusia, dan setiap pihak memiliki pandangan yang berbeda-beda dalam menempatkan ukuran dan terutama justifikasi dipergunakannya rasio-rasio tersebut. Dimana kadang kala justifikasi penggunaan rasio tersebut sering tidak mampu secara maksimal menjawab kasus-kasus yang dianalisis. Namun seiring adanya kelemahan dalam penggunaan analisis rasio keuangan, disini ada juga solusi dalam mengatasinya, yaitu : a. Rasio keuangan adalah sebuah formula yang dipakai sebagai alat pengujian, karena formula maka bisa saja hasil yang diperoleh belum tentu benar-benar sesuai untuk dijadikan alat prediksi. Sehingga dibutuhkan pendekatan lain untuk melihat permasalahan itu secara lebih terang yaitu dengan melihat kondisi non keuangan, seperti kondisi kualitas SDM karyawan dan manajer perusahaan baik dibidang administrasi, pemasaran, produksi, dan keuangan. b. Hasil perhitungan yang telah dilakukan kemudian diadakan rekonsiliasi atas berbagai bentuk perbedaan pokok tersebut. Arti dipergunakannya rekonsiliasi disini adalah menyesuaikan perbedaan antar pos dan mencari apa yang menyebabkan perbedaan itu terjadi. Perbedaan itu kemudian dilakukan analisa yang mendalam untuk mengetahui apa penyebabnya, dan kemudian penyebab itu dicariakn solusinya.

30 c. Bagi seorang manajer keuangan diperlukan pemahaman yang mendalam serta prinsip kehati-hatian dalam proses pengambilan keputusan. Bila analisis yang dilakukan adalah memberikan gambaran dimana pola perusahaan yang menyimpang dari norma industri, maka hal ini merupakan gejala adanya masalah dan perlu diadakan analisis dan penelitian lebih lanjut. Secara sederhana ini seperti jika suatu rasio perputaran persediaan yang tinggi bisa menunjukan adanya kekurangan persediaan yang serius dan besar, kemungkinan terjadi kehabisan persediaan (Fahmi,2015: 106-112). 2.2.3. Likuiditas Sugiyarso dan Winarni (2005) menyebutkan bahwa likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban uang jangka pendek. Likuiditas dibedakan menjadi dua, yaitu likuiditas badan usaha dan likuiditas perusahaan. Likuiditas badan usaha merupakan kemampuan perusahaan untuk menyediakan alat-alat likuid sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kewajiban finansial saat ditagih. Sementara itu, likuiditas perusahaan merupakan kemampuan perusahaan menyediakan alat-alat likuid sedemikian rupa sehingga perusahaan mampu menyelenggarakan proses produksi. Likuiditas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban

31 keuangan pada saat ditagih (Munawir,2014). Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangannya tepat pada waktunya berarti perusahaan tersebut dalam keadaan likuid, dan perusahaan dikatakan mampu memenuhi kewajiban keuangan tepat pada waktunya apabila perusahaan tersebut mempunyai alat pembayaran ataupun aktiva lancar yang lebih besar daripada hutang lancarnya atau hutang jangka pendek. Sebaliknya kalau perusahaan tidak dapat segera memenuhi kewajiban keuangannya pada saat ditagih, berarti perusahaan dalam keadaan ilikuid. Munawir (2014) menyebutkan bahwa untuk menilai posisi keuangan jangka pendek (Likuiditas) berikut ini adalah beberapa rasio yang digunakan oleh peneliti untuk digunakan sebagai alat untuk menganalisa dan menginterprestasikan data tersebut. 2.2.3.1. Current Ratio Rasio yang paling umum digunakan untuk menganalisa posisi likuiditas adalah current ratio yaitu pembanding jumlah aktiva lancar dengan hutang lancar. Rasio ini menunjukan bahwa nilai kekayaan lancar ada sekian kalinya hutang jangka pendek. Munawir (2014) menyatakan bahwa Current ratio sebesar 200% sudah memuaskan bagi suatu perusahaan, tetapi jumlah modal kerja dan besarnya rasio tergantung pada beberapa faktor, suatu standar atau rasio yang umum tidak dapat ditentukan untuk seluruh

32 perusahaan. Current ratio 200% hanya merupakan kebiasaan dan akan digunakan sebagai titik tolak untuk mengadakan penelitian atau analisa yang lebih lanjut. Munawir (2014) mengemukakan bahwa Current ratio ini menunjukkan tingkat keamanan kreditor jangka pendek, atau kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutang tersebut. Tetapi suatu perusahaan dengan current ratio yang tinggi belum tentu menjamin akan dapat dibayarnya hutang perusahaan yang sudah jatuh tempo, karena proporsi atau distribusi dari aktiva lancar yang tidak menguntungkan, misalnya jumlah persediaan yang relatif tinggi dibandingkan taksiran tingkat penjualan yang akan datang sehingga tingkat perputaran persediaan rendah dan menunjukkan adanya over investment dalam persediaan tersebut atau adanya saldo piutang yang besar yang mungkin sulit untuk ditagih. Current ratio yang terlalu tinggi menunjukan kelebihan uang kas atau aktiva lancar lainnya dibandingkan dengan yang dibutuhkan sekarang atau tingkat likuiditas yang rendah daripada aktiva lancar dan sebaliknya.

33 Jadi sebelum membuat kesimpulan akhir analisa current ratio harus mempertimbangkan beberapa faktor, seperti yang dikemukakan oleh Munawir (2014) yaitu : a. Distribusi atau proporsi daripada aktiva lancar. b. Data trend daripada aktiva lancar dan hutang lancar, untuk jangka waktu 5 tahun atau lebih dari waktu yang lalu. c. Syarat yang diberikan oleh kreditor kepada perusahaan dalam mengadakan pembelian maupun syarat kredit yang diberikan oleh perusahaan. d. Present value (nilai sesungguhnya) dari aktiva lancar, sebab ada kemungkinan perusahaan mempunyai saldo piutang yang cukup besar tetapi piutang tersebut sudah lama terjadi dan sulit untuk ditagih sehingga nilai realisasinya mungkin lebih kecil dibandingkan dengan yang dilaporkan. e. Kemungkinan perubahan nilai aktiva lancar, kalau persediaan semakin turun, maka aktiva lancar yang besar (terutama ditunjukkan dalam persediaan) maka tidak menjamin likuiditas perusahaan. f. Perubahan persediaan dalam hubungannya dengan volume penjualan sekarang atau dimasa yang akan datang, yang mungkin adanya over investment dalam persediaan.

34 g. Kebutuhan jumlah modal kerja dimasa mendatang, semakin besar kebutuhan modal kerja dimasa yang akan datang maka dibutuhkan adanya rasio yang besar pula. h. Tipe atau jenis perusahaan (perusahaan yang memproduksi sendiri barang yang dijual, perusahaan dagang atau perusahaan jasa). Dalam menganalisa atau menghitung current ratio ini perlu diperhatikan kemungkinan adanya manipulasi data yang disajikan oleh perusahaan, yaitu dengan cara mengurangi jumlah hutang lancar yang mungkin diimbangi dengan mengurangi jumlah aktiva lancar yang sama (lebih-lebih adanya pengurangan hutang lancar yang tidak diimbangi dengan penurunan aktiva lancar). Pengurangan jumlah hutang lancar dan aktiva lancar dalam jumlah yang sama akan menaikkan atau mempertinggi current ratio yang dihitung. Untuk menghitung likuiditas dengan menggunakan current ratio dapat menggunakan rumus : Aktiva Lancar Hutang Lancar Sebagai contoh jika current ratio suatu perusahaan adalah 2:1 atau 200% yang berarti bahwa jumlah aktiva lancar adalah dua

35 kali lipat dari hutang lancar atau setiap Rp 1,- hutang lancar dijamin dengan Rp 2,- aktiva lancar (Munawir, 2014 : 71-72). 2.2.3.2. Quick Ratio Quick Ratio atau biasa disebut dengan rasio cepat, adalah ukuran uji solvensi jangka pendek yang lebih teliti daripada current ratio karena pembilangnya mengeliminasi persediaan yang dianggap aktiva lancar yang sedikit tidak likuid dan kemungkinan menjadi sumber kerugian. Adapun rumus untuk menghitung Quick Ratio adalah :. Aktiva Lancar Persediaan Hutang Lancar Dimana persediaan terdiri dari alat-alat kantor, persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses, dan persediaan barang jadi. Tujuan manajemen persediaan adalah mengadakan persediaan yang dibutuhkan untuk operasional yang berkelanjutan pada biaya yang minimum. Menurut Bambang Riyanto (2001) apabila menggunakan Quick Ratio untuk menentukan tingkat likuiditas, maka secara umum dapatlah dikatakan bahwa suatu perusahaan yang mempunyai Quick Ratio kurang dari 1:1 atau 100% dianggap kurang baik tingkat likuiditasnya (Fahmi, 2015 :125-126).

36 2.2.3.3. Cash Flow Liquidity Ratio Rasio ini disebut juga dengan rasio likuiditas arus kas, munurut Lyn dan Aileen (2008) rasio likuiditas arus kas menggunakan pembilang sebagai suatu perkiraan sumber kas, kas dan surat berharga menyajikan jumlah kas yang dihasilkan dari operasional perusahaan seperti kemampuan menjual persediaan dan menagih kas. Adapun rumus rasio likuiditas arus kas adalah : Kas + Surat Berharga + Arus Kas Dari Aktivitas Operasi Kewajiban Jangka Pendek 2.2.3.4. Net Working Capital Ratio Rasio ini disebut juga dengan rasio modal kerja bersih. Modal kerja merupakan suatu ukuran dari likuiditas perusahaan. Sumber modal kerja adalah pendapatan bersih, peningkatan kewajiban yang tidak lancar, kenaikan ekuitas pemegang saham, dan penurunan aktiva yang tidak lancar. (Joel G.Siegel dan Jae K.Shim, 1999). Adapun rumus untuk menghitung rasio modal bersih adalah : Current Assets Current Liabilities

37 2.2.4. Rentabilitas Munawir (2014) menyebutkan bahwa rentabilitas adalah rasio yang menunjukan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Rentabilitas suatu perusahaan diukur dengan kesuksesan perusahaan dan kemampuan menggunakan aktivanya secara produktif, dengan demikian rentabilitas suatu perusahaan dapat diketahui dengan memperbandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau jumlah modal perusahaan tersebut. Modal perusahaan pada dasarnya dapat berasal dari pemilik perusahaan (modal sendiri) dan dari para kreditur (modal asing). Sehubungan dengan adanya dua sumber modal tersebut, maka rentabilitas suatu perusahaan dapat dihitung dengan dua cara, yaitu perbandingan antara laba usaha dengan seluruh modal yang digunakan (modal sendiri dan modal asing) yang disebut dengan rentabilitas ekonomis, dan yang kedua adalah perbandingan antara laba yang tersedia untuk pemilik perusahaan dengan jumlah modal sendiri yang dimasukkan oleh pemilik perusahaan tersebut, yang disebut rentabilitas modal sendiri atau rentabilitas usaha. Jumlah laba yang diperoleh secara teratur serta kecenderungan atau trend keuntungan yang meningkat merupakan suatu faktor yang sangat penting yang perlu mendapat perhatian penganalisa didalam menilai rentabilitas suatu perusahaan. Rentabilitas sering digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal dalam suatu perusahaan dengan membandingkan antara laba dengan modal yang digunakan dalam

38 operasional, oleh karena itu keuntungan yang besar tidak menjamin atau bukan merupakan ukuran bahwa perusahaan tersebut rendabel, oleh karena itu bagi manajemen atau pihak-pihak lain, rentabilitas yang tinggi lebih penting daripada keuntungan yang besar. Jadi rentabilitas merupakan jaminan utama bagi para kreditur tanpa mengabaikan faktor-faktor yang lain. Betapapun besarnya likuiditas suatu perusahaan, kalau perusahaan tersebut tidak mampu menggunakan modalnya secara efisien atau tidak mampu memperoleh laba yang besar, maka perusahaan tersebut pada akhirnya akan mengalami kesulitan keuangan dalam mengembalikan hutang-hutangnya. Suatu perusahaan yang rendabel, maka perusahaan tersebut pada umumnya akan dapat beroperasi secara stabil pula (Munawir,2014 : 33-34). Ada beberapa rasio yang dapat digunakan untuk menghitung tingkat rentabilitas suatu perusahaan, yaitu : 2.2.4.1. Return On Assets Irawati, S (2006) mengemukakan bahwa ROA adalah kemampuan suatu perusahaan dengan seluruh modal yang bekerja didalamnya untuk menghasilkan laba operasi perusahaan (EBIT) atau perbandingan laba usaha dengan modal sendiri dan modal asing yang digunakan untuk menghasilkan laba dan dinyatakan dalam presentase. Adapun rumus untuk menghitung ROA adalah :

39 2.2.4.2. Return On Equity Menurut Sutrisno (2009) ROE adalah kemampuan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki. Analisis ROE ini berguna untuk menarik investor untuk melakukan investasi. Sedangkan bagi investor, analisis ROE sangat berguna karena dengan analisis ini investor dapat mengetahui keuntungan yang dapat diperoleh dari investasi yang dilakukan (Syaiful, 2012). Adapun rumus untuk menghitung ROE adalah : 2.2.4.3. Return On Investment Penulis hanya memilih untuk menggunakan ROI (Return on Investment) karena ROI sudah bersifat menyeluruh. Analisa ROI dalam analisa keuangan mempunyai arti yang sangat penting, analisa ROI ini sudah merupakan teknik analisa yang lazim digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasional perusahaan. ROI adalah salah satu bentuk rasio rentabilitas yang dimaksutkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasional perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Dengan demikian rasio ini menghubungkan keuntungan

40 yang diperoleh dari operasional perusahaan dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasional tersebut. Sebutan lain untuk rasio ini adalah Net Operating Profit Rate of Return atau Operating Earning Power. Besarnya ROI dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu Turnover dari operasional asset (tingkat perputaran aktiva yang digunakan untuk operasional) dan profit margin yaitu besarnya keuntungan operasional yang dinyatakan dalam prosentase dan jumlah penjualan bersih, ini mengukur tingkat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan dihubungkan dengan penjualannya. Besarnya ROI akan berubah kalau ada perubahan profit margin atau asset turnover, baik masing-masing atau keduanya. (Munawir, 2014 : 89). Kasmir (2012) menyebutkan bahwa besarnya ROI dapat diketahui dengan dengan rumus :

41 2.2.5. Pengaruh Kebijakan Piutang Usaha terhadap Likuiditas Perusahaan Menurut Riyanto (2001), semakin cepat suatu piutang berputar, maka semakin likuid piutang itu. Ini berarti bahwa periode piutang menjadi semakin pendek. Sehingga semakin pendek periode piutang, maka semakin likuid piutang itu. Demikian juga halnya dengan persediaan, hutang dan kas. Adanya pengaruh kebijakan piutang usaha terhadap likuiditas juga diperkuat dengan adanya penelitian terdahulu (Silasahi, 2011) Analisis Pengaruh Kebijakan Piutang Usaha Terhadap Likuiditas pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, pada penelitian ini diperoleh hasil uji hipotesis yang menunjukan bahwa secara parsial variabel perputaran piutang usaha berpengaruh terhadap likuiditas dan variabel rata-rata pengumpulan piutang usaha berpengaruh juga terhadap likuiditas. Namun didalam penelitian Ezwita, Yesi (2014) dengan judul Pengaruh Perputaran Piutang, Perputaran Persediaan, Return On Asset dan Rasio Utang Terhadap Likuiditas Pada Perusahaan Industri Dasar Dan Kimia Yang Listing Di BEI Periode 2010-2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial perputaran piutang tidak berpengaruh signifikan terhadap likuiditas, perputaran persediaan berpengaruh signifikan terhadap likuiditas, return on assets tidak berpengaruh signifikan terhadap likuiditas dan rasio utang berpengaruh signifikan terhadap likuiditas. Secara simultan perputaran piutang, persediaan,

42 return on assets dan rasio utang berpengaruh signifikan terhadap likuiditas. Dari kedua fenomena penelitian terdahulu tersebut, maka penulis menarik sebuah hipotesis sebagai berikut: H0 : Tidak ada pengaruh antara kebijakan piutang usaha terhadap tingkat likuiditas pada KOPEKA DAOP 6 Yogyakarta. H1 : Ada pengaruh antara kebijakan piutang usaha terhadap tingkat likuiditas pada KOPEKA DAOP 6 Yogyakarta 2.2.6. Pengaruh Kebijakan Piutang Usaha terhadap Rentabilitas Perusahaan Besarnya ROI dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu Turnover dari operasional asset (tingkat perputaran aktiva termasuk didalamnya perputaran piutang) dan profit margin yaitu besarnya keuntungan operasional yang dinyatakan dalam prosentase dan jumlah penjualan bersih, ini mengukur tingkat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan dihubungkan dengan penjualannya. Besarnya ROI akan berubah kalau ada perubahan profit margin atau asset turnover, baik masing-masing atau keduanya. (Munawir, 2014 : 89) Adanya pengaruh kebijakan piutang usaha terhadap rentabilitas juga diperkuat dengan adanya penelitian terdahulu (Putri, 2012) Pengaruh Perputaran Piutang Terhadap Rentabilitas Ekonomi Pada PT Kalbe Farma. Tbk., pada penelitian ini diperoleh hasil analisis dengan

43 menggunakan SPSS menunjukkan bahwa secara parsial perputaran piutang berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas ekonomi pada PT Kalbe Farma. Tbk. Hal ini dibuktikan dengan T hitung > T tabel yaitu 10,060 > 2,042. Namun didalam penelitian Susanti, KD (2016) yang berjudul Pengaruh Perputaran Kas Dan Piutang Terhadap Rentabilitas Ekonomis Pada Koperasi Simpan Pinjam Swasthi Mandiri Singaraja Tahun 2012-2015 menunjukkan hasil bahwa perputaran kas berpengaruh secara signifikan terhadap rentabilitas ekonomis ditunjukan dengan Thitung=4,961 > Ttabel= 1,299 atau P-value= 0,00 < α =0,05. Perputaran piutang tidak berpengaruh terhadap rentabilitas ekonomis ditunjukkan dengan Thitung= 1,080 < Ttabel= 1,299 atau P-value= 0,286 > α= 0,05. Namun secara keseluruhan perputaran kas dan piutang berpengaruh terhadap rentabilitas ekonomis ditunjukan dengan Fhitung= 13,173 > Ftabel= 2,41 atau P-value= 0,00 < α= 0,05. Dari kedua fenomena penelitian terdahulu tersebut maka penulis menarik sebuah hipotesis sebagai berikut: H0 : Tidak ada pengaruh antara kebijakan piutang usaha terhadap tingkat rentabilitas pada KOPEKA DAOP 6 Yogyakarta. H1 : Ada pengaruh antara kebijakan piutang usaha terhadap tingkat rentabilitas pada KOPEKA DAOP 6 Yogyakarta