STUDI TEKNIK PENANGANAN IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO-L) HIDUP DALAM WADAH TANPA AIR

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI TEKNIK PENANGANAN IKAN MAS (Cyprinus Caprio-L) HIDUP DALAM WADAH TANPA AIR

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan Bulan Januari sampai Maret 2012 bertempat di

III. METODE PENELITIAN

3 METODOLOGI. 3.3 Tahap dan Prosedur Penelitian Penelitian ini terdiri dari persiapan penelitian, penelitian pendahuluan, dan penelitian utama.

TRANSPORTASI BASAH BENIH NILA (Oreochromis niloticus) MENGGUNAKAN EKSTRAK BUNGA KAMBOJA (Plumeria acuminata) ABSTRAK

TEKNIK PEMBIUSAN MENGGUNAKAN SUHU RENDAH PADA SISTEM TRANSPORTASI UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) TANPA MEDIA AIR 1

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat Metode Penelitian

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian Persiapan

II. METODELOGI 2.1 Waktu dan Tempat 2.2 Alat dan Bahan 2.3 Tahap Penelitian

Jurnal Ilmiah INOVASI, Vol.14 No.2 Hal , Mei-September 2014, ISSN

Morfologi ikan jambal siam mempunyai badan memanjang dan pipih, punggung berduri dan bersirip tambahan serta terdapat garis lengkung mulai

UJI KETAHANAN HIDUP IKAN KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) DENGAN TEKNIK IMOTILISASI SUHU RENDAH DALAM TRANSPORTASI SISTEM KERING

II. BAHAN DAN METODE

Dadi Sukarsa 1. Abstrak

Gambar 1. Ikan nila (Oreochromis niloticus) Sumber: Kuncoro (2009)

I. PENDAHULUAN. komoditas ini diminati sebagai lobster hias. Beberapa tahun belakangan,

III. METODE PENELITIAN

II. BAHAN DAN METODE

I. PENDAHULUAN. Transportasi dan distribusi benih dari pusat pembenihan ke lokasi pembesaran

PENERAPAN TEKNIK IMOTILISASI BENIH IKAN NILA (Oreochromis niloticus) MENGGUNAKAN EKSTRAK DAUN BANDOTAN (Ageratum conyzoides) PADA TRANSPORTASI BASAH

1) Staf Pengajar pada Prog. Studi. Budidaya Perairan, Fakultas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga Februari 2013

SEMINAR NASIONAL PERIKANAN INDONESIA Desember 2010, Sekolah Tinggi Perikanan

Gambar 1. Lobster air tawar (Cherax quadricarinatus)

II. METODOLOGI 2.1 Waktu dan Tempat 2.2 Tahap Penelitian 2.3 Alat dan Bahan Alat dan Bahan untuk Penentuan Kemampuan Puasa Ikan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2012, di Balai

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4 Pengamatan tingkah laku ikan selama proses pemingsanan

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Alat dan Bahan 2.2 Tahap Penelitian

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Tahap Penelitian 2.2 Prosedur Kerja Penelitian Pendahuluan Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Selama Pemuasaan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 10 Mei 30 Juni 2013 selama 50

MORTALITAS BENIH IKAN KOI (Cyprinus carpio) PADA KETINGGIAN DASAR MEDIA GABUS AMPAS TEBU DAN LAMA WAKTU PENGANGKUTAN YANG BERBEDA ABSTRACT

APLIKASI RAK DALAM WADAH PENYIMPANAN UNTUK TRANSPORTASI LOBSTER AIR TAWAR (Cherax quadricarinatus) TANPA MEDIA AIR

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 4. Uji Saponin

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan bulan Agustus sampai September 2011 bertempat di

I. PENDAHULUAN. Transportasi merupakan bagian penting dari usaha ikan komersial seperti ikan

TEKNIK PEMBIUSAN MENGGUNAKAN SUHU RENDAH PADA SISTEM TRANSPORTASI UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) TANPA MEDIA AIR

BAB III BAHAN DAN METODE

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Saanin (1984), klasifikasi ikan nila merah adalah sebagai berikut:

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TRANSPORTATION TEST DRY SYSTEM OF JELAWAT (Leptobarbus hoevenii) WITH USING BANANA STEM EXTRACT By:

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei sampai Juli 2014, di Laboratorium Budidaya

Pengaruh Pemberian Viterna Plus dengan Dosis Berbeda pada Pakan terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Lele Sangkuriang di Balai Benih Ikan Kota Gorontalo

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Maret 2014 bertempat

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Tahap Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilakukan selama 2 bulan pada bulan Februari-April 2015,

II. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2011, di

Tingkat Kelangsungan Hidup

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar 5. Grafik Pertambahan Bobot Rata-rata Benih Lele Dumbo pada Setiap Periode Pengamatan

Kata Kunci: Pemingsanan, Oreochromis niloticus,ekstrak larutan daun ruku transportasi sistem kering, media busa.

JURNAL ILMIAH SIMANTEK Vol. 1. No. 2 Juni 2017

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Mortalitas dan Kecepatan Kematian. Tingkat mortalitas walang sangit pada aplikasi kontak dengan konsentrasi

I. PENDAHULUAN. Kegiatan budidaya ikan nila semakin diminati oleh pembudidaya ikan air

TRANSPORTASI IKAN NILA (Oreochromis niloticus) HIDUP SISTEM KERING DENGAN MENGGUNAKAN PEMBIUSAN SUHU RENDAH SECARA LANGSUNG DAN PRATISARI C

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 4. Grafik Peningkatan Bobot Rata-rata Benih Ikan Lele Sangkuriang

BAB III BAHAN DAN METODE

III. TATA CARA PENELITIAN

Tabel 7. Mortalitas Benih Ikan Nila pada Uji Selang Konsentrasi (Range Finding Test)

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Juli 2013.

Volume 11 Nomor 2 September 2014

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini akan dilakukan bulan Juli sampai Agustus 2015 di Green House dan

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 02/MEN/2007 TENTANG CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama 40 hari pada bulan Agustus sampai dengan

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Botani FMIPA Universitas

Pembesaran Benih Ikan Sidat dengan Jenis Pakan yang Berbeda

III. METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

BAB III METODE PENELITIAN

SISTEM KERING DENGAN MEDIA BUSA. Shavika Miranti, Reky Marian Abadi, Shella Marlinda Institut Pertanian Bogor

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Prosedur kerja Kemampuan puasa ikan Tingkat konsumsi oksigen Laju ekskresi amoniak

Gambar 4. Kelangsungan Hidup Nilem tiap Perlakuan

BAB III METODOLOGI PENELITAN. Medan Area jalan Kolam No1 Medan, Sumatera Utara, dengan ketinggian 20 m

KAJIAN PEMBERIAN MINYAK CENGKEH PADA KEPADATAN YANG BERBEDA TERHADAP KELULUSHIDUPAN DAN KADAR GLUKOSA DARAH BENIH NILA (Oreochromis niloticus)

METODE PENELITIAN. M 1 V 1 = M 2 V 2 Keterangan : M 1 V 1 M 2 V 2

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari - Februari 2014 bertempat di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada 17 Januari 2016 di UD.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Kampus Indralaya Jl. Raya Palembang Prabumulih KM 32 Ogan Ilir Telp ABSTRACT

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian Tahap 1: Uji Efektivitas Enzim Cairan Rumen Domba Terhadap Penurunan Kandungan Serat Kasar Bungkil Kelapa

KARAKTERISTIK KIMIAWI PRODUK STIK RUMPUT LAUT (Kappaphycus alvarezii)

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 2 Oktober sampai 10 November 2014,

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG IKAN RUCAH TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA GESIT (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG IKAN RUCAH TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA GESIT (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

PEMBIUSAN IKAN BAWAL AIR TAWAR (Colossoma macropomum) DENGAN SUHU RENDAH SECARA BERTAHAP DALAM TRANSPORTASI SISTEM KERING AURISMARDIKA NOVESA

Transkripsi:

STUDI TEKNIK PENANGANAN IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO-L) HIDUP DALAM WADAH TANPA AIR Satria Wati Pade, I Ketut Suwetja, Feny Mentang Pascasarjana Prodi Ilmu Pangan, UNSRAT, Manado lindapade@gmail.com ABSTRAK Ikan mas merupakan salah satu sumber protein hewani yang digemari oleh masyarakat. Berbagai upaya telah dilakukan pada usaha budidaya ikan mas untuk peningkatan produktivitasnya, diantaranya adalah pemasaran ikan. Pemasaran ikan biasanya dilakukan dalam keadaan ikan hidup. Pemasaran atau pengangkutan ikan dalam keadaan hidup merupakan salah satu mata rantai dalam usaha perikanan. Pada dasarnya, ada dua metode transportasi ikan hidup, yaitu sistem basah atau dengan menggunakan air sebagai media dan sistem kering atau menggunakan media tanpa air. Sistem basah dianggap tidak praktis dan tidak efisien karena memiliki banyak kelemahan baik dalam volume maupun biaya sehingga diperlukan cara yang lebih praktis dan efisien yaitu penanganan sistem kering. Pada transportasi ikan hidup dengan sistem kering perlu dilakukan proses penanganan atau pemingsanan terlebih dahulu. Metode pemingsanan ikan dapat dilakukan dengan cara menggunakan zat anestesi atau dapat juga menggunakan penurunan suhu. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh tingkat mortalitas terendah dengan metode pemingsanan, penyimpanan dan penyadaran kembali yang standar. Metodologi yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan 2 perlakuan yaitu perlakuan metode pemingsanan yang terdiri atas 2 taraf (pemingsanan dengan suhu ±8 C, pemingsanan dengan suhu ±8 C + minyak cengkeh konsentrasi 0,02%) dan perlakuan lama penyimpanan yang terdiri atas 5 taraf (0, 2, 4, 6, 8 jam) dengan menganalisis keragamannya menggunakan perhitungan annova dan teknik laboratorium. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 2 kali. Variabel yang diamati meliputi waktu kecepatan pingsan, kondisi fisiologis saat proses pemingsanan, waktu penyadaran kembali dan tingkat mortalitas ikan. Hasil penelitian menunjukkan waktu dan suhu pemingsanan yang optimum dengan penyimpanan terlama 6 jam didapat waktu 11,03 menit dengan suhu 8 C dengan media penyimpanan yang tepat digunakan adalah media sekam padi. Waktu penyadaran yang optimal dengan penyimpanan terlama 6 jam didapat waktu 11,27 menit pada suhu 8 C. Berdasarkan metode pemingsanan, penyimpanan dan penyadaran kembali, tingkat mortalitas terendah yaitu 45,85% didapat dengan menggunakan metode pemingsanan menggunakan suhu 8 C dengan penyimpanan terlama 6 jam. Kata Kunci : Ikan Mas, Transportasi, Penanganan, Pemingsanan, Mortalitas. PENDAHULUAN Ikan mas merupakan salah satu sumber protein hewani yang digemari oleh masyarakat (Wahyuni dan Supriyanto, 2014). Usaha budidaya ikan mas di Sulawesi utara cukup popular dan sebagai usaha budidaya perikanan rakyat (Suwetja dkk, 2015). 66

Berbagai upaya telah dilakukan pada usaha budidaya ikan mas untuk peningkatan produktivitasnya, antara lain penyediaan benih ikan mas unggul, rendahnya atau bebas dari hama dan penyakit pada perairan yang digunakan, keterampilan petani dalam mengelola usaha budidaya ikan termasuk didalamnya adalah pemasaran ikan. Pemasaran ikan biasanya dilakukan dalam keadaan ikan hidup (Suwetja dkk, 2015). Pada prinsipnya, pengangkutan ikan hidup bertujuan untuk mempertahankan kehidupan ikan selama dalam pengangkutan sampai ke tempat tujuan. Pengangkutan dalam jarak dekat tidak membutuhkan perlakuan yang khusus. Akan tetapi pengangkutan dalam jarak jauh dan dalam waktu lama diperlukan perlakuan-perlakuan khusus untuk mempertahankan kelangsungan hidup ikan. Teknologi transportasi ikan hidup yang sesuai dengan tuntutan komoditi dan kondisi sangat diperlukan. Pada dasarnya, ada dua metode transportasi ikan hidup, yaitu dengan menggunakan air sebagai media atau sistem basah, dan media tanpa air atau sistem kering (Rinto, 2012). System basah dianggap tidak praktis dan tidak efisien karena memiliki banyak kelemahan baik dalam volume maupun biaya sehingga diperlukan cara yang lebih praktis dan efisien yaitu penanganan system kering (tanpa media air). Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam transportasi ikan hidup tanpa media air adalah jenis media pengemas, perlakuan ikan sebelum dikemas (imotilisasi atau hibernasi), suhu media selama pengangkutan dan kemungkinan penggunaan anti metabolit atau zat anestesi (Pratisari, 2010). METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan selama ± 3 bulan yaitu bulan Maret s/d di Laboratorium Pengendalian Mutu Hasil Perikanan dan Penanganan Pengolahan Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Sam Ratulangi Manado. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan meliputi ikan mas berukuran ±250g/ekor, Es batu, minyak cengkeh, Air, sekam padi dan Serbuk gergaji. Alat yang digunakan yaitu timbangan, kotak styrofoam berukuran 49 x 39 x 39 cm, thermometer, aerator, baskom plastic, kertas pembungkus, botol sebagai wadah es batu, stopwatch (pencatat waktu) dan DO meter. Rancangan Percobaan 67

Penelitian ini menggunakan metode rancangan acak lengkap (RAL) faktorial 2 perlakuan dengan 2 kali ulangan yaitu: Perlakuan metode pemingsanan (A) yang terdiri atas 2 taraf : A1 : Pemingsanan dengan suhu ±8 C A2 : Pemingsanan dengan suhu ±8 C + minyak cengkeh konsentrasi 0,02% Perlakuan lama penyimpanan (B ) terdiri atas 6 taraf : B1 : 0 jam B2 : 2 jam B3 : 4 jam B4 : 6 jam B5 : 8 jam Prosedur Kerja Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah pengambilan sampel secara acak dengan berat/ bobot ikan berkisar ±250g/ekor. Tahapan prosedur dalam penelitian ini adalah: 1. Ikan yang baru dibeli dalam keadaan hidup dengan kondisi prima dari kolam dipindahkan pada wadah yang diberi aerasi untuk dilakukan karantina selama 24 jam. 2. Sebelum dipingsankan, terlebih dahulu, dilakukan penentuan jumlah es yang akan digunakan untuk menurunkan suhu air sampai dengan suhu optimum utnuk pemingsanan. 3. Setelah itu, dilakukan proses pemingsanan dengan menggunakan metode: - menggunakan suhu ±8 C - menggunakan suhu rendah ±8 C + minyak cengkeh konsentrasi 0,02% Metode ini dilakukan dengan memasukkan ikan secara langsung kedalam media air yang bersuhu ±8 C dan telah ditambahkan minyak cengkeh sesuai perlakuan kemudian dilakukan pencatatan waktu pingsan serta pengamatan tingkah laku ikan mas selama proses pemingsanan. 4. Ikan yang telah pingsan dibungkus dengan kertas koran untuk menghindari mulut dan insang ikan tidak kemasukan media penyimpanan. Ikan yang telah dibungkus dikemas dalam wadah Styrofoam dengan media penyimpanannya adalah sekam padi. Yang sebelumnya telah direndam dengan air di dalam wadah yang kemudian ditambahkan sejumlah es batu dan diaduk sampai suhu serbuk gergaji mencapai ±10 C. Sekam padi yang sudah siap digunakan diatur di dalam kotak Styrofoam berlapis-lapis dengan ikan dan pada bagian dasarnya diberi es batu dalam botol sebanyak 3 buah botol yang masing-masing botol berisi ±600 gram es per botol batu agar lelehan es tidak menggenangi ikan. 68

5. Kotak styrofoam yang akan digunakan sebagai kemasan,diisi dengan sekam padi lembab yang sebelumnya telah disiapkan. Di atas sekam padi diletakkan ikan mas yang telah pingsan yang telah dibungkus dengan kertas koran agar tidak kemasukan media yang dapat menyebabkan kematian ikan. Di atas ikan ditaburi lagi dengan sekam padi, demikian seterusnya sampai mencapai 3 susun. Kemudian kotak Styrofoam ditutup rapat dan dilakban. Variabel Pengamatan 1) Waktu Kecepatan Pingsan 2) Waktu Penyadaran Kembali 3) Tingkat Mortalitas Analisis Data Data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan ANNOVA dan jika menunjukkan perbedaan dilanjutkan dengan uji lanjut BNT 5%. HASIL DAN PEMBAHASAN 1). Waktu Kecepatan Pingsan 16 14 12 12.07 12.37 11.03 11.26 14.16 Waktu Pingsan (Menit) 10 8 6 4 2 1.28 1.36 1.2 1.28 1.36 A1 A2 0 B1 B2 B3 B4 B5 Lama Penyimpanan (Jam) Gambar 1. Diagram hubungan metode pemingsanan dan lama penyimpanan terhadap waktu kecepatan pingsan ikan mas. Keterangan : A1: Suhu 8 C, A2 : suhu 8 C + minyak cengkeh 0,02% B1 : 0 jam, B2 : 2 jam, B3 : 4 jam, B4 : 6 jam, B5 : 8 jam Gambar 1 menunjukkan nilai rata-rata waktu kecepatan pingsan ikan mas berkisar antara 1,2 menit 14,16 menit. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan perlakuan metode pemingsanan (A) memberikan pengaruh yang nyata terhadap waktu kecepatan pingsan ikan mas lain halnya dengan perlakuan lama penyimpanan (B) dan interaksi antara kedua perlakuan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap waktu kecepatan pingsan ikan mas. Pada metode 69

pemingsanan dengan menggunakan suhu 8 C + minyak cengkeh 0,02% (A2) didapatkan waktu pemingsanan tercepat yaitu 1,2 menit dan terlama dengan metode pemingsanan dengan menggunakan suhu 8 C (A1) yaitu 14,16 menit. Hal ini diduga dengan penambahan minyak cengkeh, maka kandungan eugenol yang ada dalam minyak cengkeh yang ditambahkan kedalam media air pemingsan akan diserap masuk melalui insang dan masuk kedalam organ pernapasan dan organ syaraf lainnya pada ikan. Menurut Ravael (1996) minyak cengkeh dapat digunakan sebagai bahan pembius alami karena mengandung eugenol sebanyak 70-79%. Kecepatan waktu pingsan yang lebih tinggi pada metode dengan menggunakan minyak cengkeh disebabkan karena minyak cengkeh yang ditambahkan pada media air pemingsan menyebabkan ketersediaan oksigen terlarut (DO) dalam media pemingsan semakin menipis, karena sifat minyak cengkeh sebagai insulator atau sebagai penahan yang menghambat penyerapan oksigen terlarut dalam air. 2). Waktu Penyadaran Kembali Hasil analisis terhadap waktu penyadaran kembali dapat dilihat pada gambar 2. Waktu Pulih Sadar (Menit) 26 24 22 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 25.16 11.38 11.27 2.17 3.03 0.3 1.16 1.21 0 0 B1 B2 B3 B4 B5 Lama Penyimpanan (Jam) A 1 Gambar 2. Diagram Hubungan Metode Pemingsanan dan Lama Penyimpanan Terhadap Waktu Penyadaran Kembali Ikan Mas Keterangan : A1: Suhu 8 C, A2 : suhu 8 C + minyak cengkeh 0,02% B1 : 0 jam, B2 : 2 jam,b3: 4 jam, B4 : 6 jam, B5 : 8 jam Perbedaan Notasi huruf a s/d e menunjukkan pengaruh yang nyata antar perlakuan Gambar 2 menunjukkan nilai rata-rata penyadaran kembali ikan mas berkisar antara 0,3 menit 25,16 menit. Hasil analisis sidik ragam pada selang kepercayaan 95% menunjukkan perlakuan metode pemingsanan (A), perlakuan lama penyimpanan (B) dan interaksi antara kedua perlakuan tersebut memberikan pengaruh yang nyata terhadap waktu penyadaran kembali ikan mas (F hit > F tab 0,05 ). Berdasarkan hasil tersebut dilakukan Uji BNT (Beda Nyata Terkecil). Hasil uji lanjut tersebut menunjukkan bahwa perlakuan metode pemingsanan (A) dan perlakuan 70

lama penyimpanan (B) memberikan pengaruh yang nyata begitupun juga dengan interaksi antarkedua perlakuan terhadap waktu penyadaran kembali ikan mas. Pada metode pemingsanan dengan menggunakan suhu 8 C dengan lama penyimpanan 0 jam (A1B1) didapatkan waktu pulih sadar tercepat yaitu 0,3 menit dan terlama diperoleh pada perlakuan dengan metode pemingsanan menggunakan suhu 8 C + minyak cengkeh 0,02% dengan lama penyimpanan 6 jam (A2B4) yaitu 25,16 menit. Pengamatan waktu penyadaran kembali ikan mas yang telah dipingsankan selang waktu 0 8 jam dengan menggunakan suhu 8 C (A1) dan menggunakan suhu 8 C + minyak cengkeh 0,02% (A2) menunjukkan kecenderungan yang berbeda. Dari hasil tersebut didapat bahwa penggunaaan minyak cengkeh 0,02% (A2) dengan lama penyimpanan 6 jam pada metode pemingsanan menghasilkan waktu penyadaran kembali yang lebih lama dibandingkan dengan menggunakan metode pemingsanan tanpa minyak cengkeh (A1). Hal ini disebabkan karena terdapatnya bahan aktif yang terdapat pada system peredaran darah dalam tubuh ikan dengan jumlah tertentu yang menyebabkan ikan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk kembali ke kondisi normal. Eugenol sebagai zat aktif dari minyak cengkeh merupakan bahan antiseptik yang dapat melemahkan syaraf dan mengganggu system syaraf (Hart, 1990). 3). Tingkat Mortalitas Tingkat mortalitas ikan mas yang telah dipingsankan selama beberapa jam dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu suhu pemingsanan, jenis media penyimpanan, suhu dalam media kemasan dan lain-lain. Hasil analisis terhadap mortalitas ikan mas dapat dilihat pada gambar 3. 100 90 80 70 60 Tingkat 50 Mortalitas (%) 40 30 20 10 0 100 100 75 45.83 45.85 25 12.5 0 0 4.15 B1 B2 B3 B4 B5 Lama Penyimpanan (Jam) A1 A2 Gambar 3. Diagram Hubungan Metode pemingsanan dan Lama Penyimpanan Terhadap Tingkat Mortalitas Ika Mas Keterangan : A1: Suhu 8 C, A2 : suhu 8 C + minyak cengkeh 0,02%; B1 : 0 jam, B2 : 2 jam, B3 : 4 jam, B4 : 6 jam, B5 : 8 jam; Perbedaan Notasi huruf a s/d e menunjukkan pengaruh yang nyata antar perlakuan 71

Gambar 3 menunjukkan nilai rata-rata tingkat mortalitas ikan mas berkisar antara 0% 100%. Hasil analisis sidik ragam pada selang kepercayaan 95% menunjukkan perlakuan metode pemingsanan (A), perlakuan lama penyimpanan (B) dan interaksi antara kedua perlakuan tersebut memberikan pengaruh yang nyata terhadap tingkat mortalitas ikan mas (F hit > F tab 0,05). Berdasarkan hasil tersebut dilakukan Uji BNT (Beda Nyata Terkecil). Hasil uji lanjut tersebut menunjukkan bahwa perlakuan metode pemingsanan (A) dan perlakuan lama penyimpanan (B) memberikan pengaruh yang nyata begitupun juga dengan interaksi antarkedua perlakuan terhadap tingkat mortalitas ikan mas. Hasil uji lanjut BNT menunjukkan untuk metode pemingsanan (A) menunjukkan bahwa tingkat mortalitas ikan mas sampai 6 jam penyimpanan dengan metode pemingsanan menggunakan suhu 8 C (A1) sebesar 45,85%, lebih rendah dibandingkan dengan tingkat mortalitas ikan mas menggunakan suhu 8 C + minyak cengkeh 0,02% (A2) sebesar 75%. Hal ini menunjukkan bahwa menggunakan suhu 8 C sebagai metode pemingsanan lebih baik dibandingkan menggunakan suhu 8 C + minyak cengkeh 0,02%. Tingkat mortalitas ikan mas dengan menggunakan suhu 8 C (A1) lebih baik dibandingkan menggunakan suhu 8 C + minyak cengkeh 0,02% (A2) karena menghasilkan tingkat mortalitas yang lebih rendah. Hal ini antara lain disebabkan karena penambahan minyak cengkeh kedalam air yang bersuhu dingin semakin menambah tingkat stress pada ikan akibatnya ikan mengalami shock berat yang ditandai dengan tercapainya waktu pingsan dalam waktu yang relatif lebih cepat dibandingkan tanpa menggunakan minyak cengkeh. Pada kondisi shock ikan banyak melakukan gerakan yang berlebihan pada saat proses pemingsanan. Kondisi shock tersebut menyebabkan ikan cepat mengalami kematian karena pada ikan yang stres akan terjadi peningkatan asam laktat dalam darah. Jika asam laktat terakumulasi dalam darah cukup tinggi akan mempercepat terjadinya proses kematian (Afrianto dan Liviawaty, 1989 dalam Utomo 2001). Semakin lama penyimpanan semakin tinggi tingkat mortalitas, dengan kata lain semakin lama penyimpanan semakin meningkat tingkat kematian pada ikan. Ikan hanya mampu bertahan sampai dengan 6 jam penyimpanan. Sampai pada 8 jam penyimpanan, tingkat mortalitas ikan mas 100%. Menurut Suryaningrum dkk (2005)), aktivitas metabolisme ikan yang semakin tinggi menuntut ketersediaan oksigen yang tinggi pula sedangkan ketersediaan oksigen dalam kemasan sangat terbatas sehingga ikan dapat mengalami kekurangan oksigen yang berakibat pada kematian. 72

Dari data tingkat mortalitas seperti yang terlihat pada gambar 3 diatas terlihat bahwa metode pemingsanan dengan menggunakan suhu 8 C merupakan metode yang efektif untuk memingsankan ikan dengan resiko kematian yang lebih rendah dibandingkan dengan metode pemingsanan menggunakan suhu 8 C + minyak cengkeh 0,02% dengan lama penyimpanan sampai 6 jam. KESIMPULAN Berdasarkan metode pemingsanan, penyimpanan dan penyadaran kembali diperoleh tingkat mortalitas terendah yaitu 45,85% dengan menggunakan metode pemingsanan suhu 8 C dengan pen`yimpanan terlama 6 jam. DAFTAR PUSTAKA Hart, H. 1990. Kimia Organik. Terjemahan Suminar. Erlangga. Jakarta. Pratisari, D. 2010. Transportasi Ikan Nila (Oreochremis niloticus) Hidup System Kering Dengan Menggunkan Pembiusan Suhu Rendah Secara Langsung. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Ravael. F. J. 1996. Obat Bius Ikan, Pengaruh dan Pemakaiannya. Techner Media Informasi Perikanan No. 25 Tahun 1996. Jakarta. Rinto. 2012. Transportasi Ikan Hidup. http://teknologipascapanen.blogspot.co.id/2012/02/ transportasi-ikan-hidup.html. Diakses 6 November 2015. Suryaningrum TD, E. Setiabudi, I. Muljanah dan AM. Anggawati. 1994. Kajian Penggunaan Metode Pembiusan Secara Langsung Pada Suhu Rendah Dalam Transportasi Lobster Hijau Pasir (Panulirus homarus) Dalam Media Kering. Jurnal Penelitian Pasca Panen Perikanan 79: 56-72. Suryaningrum ThD, Utomo BSB, Wibowo S. 2005. Teknologi Penanganan dan Transportasi Krustasea Hidup. Jakarta: Pusat Riset Pengolahan Produk dan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan. Suwetja, I.K., J. Pongoh dan I. G. Prabawa. 2015. Pemanfaatan Serbuk Gergaji Untuk Transportasi Ikan Mas Hidup Dalam Wadah Styrofoam Tanpa Air. [laporan akhir]. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi Manado. 73

Utomo SP. 2001. Penerapan Teknik Pemingsanan Menggunakan Bahan Anestetik Alga Laut Caulerpa sp. dalam Pengemasan Ikan Kerapu (Epinephelus suillus) Hidup Tanpa Media Air. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Wahyuni, S dan Supriyanto. 2014. Budidaya Ikan Mas Cepat Panen. Infrapustaka. Jakarta. 74