BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir pada Gambar 3.1.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir pada Gambar 3.1.

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Diagram alir penelitian selama proses penelitian dapat diperlihatkan pada Gambar 3.1 dibawah ini : Mulai

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan bahan dasar piston bekas. Proses pengecoran dengan penambahan Ti-B 0,05%

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PERLAKUAN PANAS TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS MATERIAL MODEL CHASSIS BERBASIS Al-Si-Mg HASIL PENGECORAN HIGH PRESSURE DIE CASTING

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut:

Gambar 3.1 Blok Diagram Metodologi Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2013 sampai dengan selesai.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV PROSES PERLAKUAN PANAS PADA ALUMINIUM

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR TERHADAP KEKERASAN, STRUKTUR MIKRO, DAN LAJU KOROSI PADA ALUMINIUM A 6061 DENGAN METODE UJI JOMINY

Karakterisasi Material Bucket Teeth Excavator 2016

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal ISSN

Karakterisasi Material Sprocket

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober 2014 sampai Juni 2015di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

UNIVERSITAS DIPONEGORO

III. METODOLOGI PENELITIAN

Momentum, Vol. 12, No. 1, April 2016, Hal ISSN , e-issn

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH FRAKSI BERAT AL 2 O 3 DAN AL-SI TERHADAP KEKERASAN DAN STUKTUR MIKRO MATERIAL SEPATU REM HASIL PENGECORAN INJEKSI BERTEKANAN (HPDC)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI. ini dibentuk menjadi spesimen kekerasan, spesimen uji tarik dan struktur mikro.

Pengaruh Temperatur Bahan Terhadap Struktur Mikro

BAB 1. PERLAKUAN PANAS

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH TEMPERATUR PENUANGAN TERHADAP POROSITAS PADA CETAKAN LOGAM DENGAN BAHAN ALUMINIUM BEKAS

Perbandingan Kekerasan dan Kekuatan Tekan Paduan Cu Sn 6% Hasil Proses Metalurgi Serbuk dan Sand Casting

Jurnal Teknik Mesin S-1, Vol. 3, No. 3, Tahun 2015 Online:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PEMBAHASAN MASALAH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. oksidasi yang dilakukan dengan metode OM ( Optic Microscope) dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. masing-masing benda uji, pada pengelasan las listrik dengan variasi arus 80, 90,

UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menunjukan bahwa material rockwool yang berbahan dasar batuan vulkanik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PERLAKUAN PANAS T6 TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS MATERIAL MODEL PROPELLER SHAFT BERBAHAN DASAR ALUMINIUM SERI 6063 HASIL PENGECORAN HPDC

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan. Proses Pengecoran. Hasil Coran. Analisis. Pembahasan Hasil Pengujian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Agustus 2012 di Instalasi Elemen

BAB III PENELITIAN 3.1. DIAGRAM ALIR. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN

Analisa Pengaruh Variasi Temperatur Tuang Pada Pengecoran...

Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal ISSN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Bulan Agustus sampai bulan Oktober 2012.

Gambar 3.1 Diagram alur Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. DIAGRAM ALIR

TUGAS PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK II CETAKAN PERMANEN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN dan dilaksanakan di Laboratorium Fisika Material Departemen Fisika

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian eksperimental nyata (true experimental research). Dalam hal ini

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam menunjang industri di Indonesia. Pada hakekatnya. pembangunan di bidang industri ini adalah untuk mengurangi

PENGARUH TEKANAN INJEKSI PADA PENGECORAN CETAK TEKANAN TINGGI TERHADAP KEKERASAN MATERIAL ADC 12

PENGARUH UKURAN PASIR TERHADAP POROSITAS DAN DENSITAS PADA PENGECORAN ALUMINIUM SILIKON (95% Al- 5% Si) DENGAN METODE PENGECORAN EVAPORATIF

Simposium Nasional RAPI XI FT UMS 2012 ISSN :

EFEK PERLAKUAN PANAS AGING TERHADAP KEKERASAN DAN KETANGGUHAN IMPAK PADUAN ALUMINIUM AA ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH TEMPERATUR CETAKAN LOGAM TERHADAP KEKERASAN PADA BAHAN ALUMINIUM BEKAS

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Pembuatan spesimen dilakukan dengan proses pengecoran metode die

ANALISIS STRUKTUR MIKRO CORAN PENGENCANG MEMBRAN PADA ALAT MUSIK DRUM PADUAN ALUMINIUM DENGAN CETAKAN LOGAM

Jl. Prof. Sudharto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp * Abstrak. Abstract

BAB I PENDAHULUAN. Luasnya pemakaian logam ferrous baik baja maupun besi cor dengan. karakteristik dan sifat yang berbeda membutuhkan adanya suatu

Dosen Pembimbing : Sutarsis, S.T, M.Sc.Eng

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

STUDI PEMBUATAN BESI COR MAMPU TEMPA UNTUK PRODUK SAMBUNGAN PIPA

PENELITIAN SIFAT FISIS DAN MEKANIS BAJA KARBON RENDAH AKIBAT PENGARUH PROSES PENGARBONAN DARI ARANG KAYU JATI

EKSPERIMEN 1 FISIKA SIFAT TERMAL ZAT OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2006 Waktu 1,5 jam

ANALISA PENGARUH PENGECORAN ULANG TERHADAP SIFAT MEKANIK PADUAN ALUMUNIUM ADC 12

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir pada Gambar 3.1. Mulai Mempersiapkan Alat dan Bahan Proses Peleburan Proses Penuangan ke Cetakan (HPDC) Temperatur Tuang 700 o C Temperatur Tuang 750 o C Temperatur Tuang 800 o C Pemeriksaan Hasil Coran: Bentuk Hasil Coran Sesuai Cetakan Tidak Ya Heat Treatment dengan Perlakuan Age Hardening Pengujian Laboratorium: Uji Porositas Uji Kekerasan Uji Struktur Mikro A 23

24 A Data Uji Porositas, Uji Kekerasan, dan Struktur Mikro Pengolahan Data, Analisis dan Pembahasan dalam Penulisan Laporan Kesimpulan dan Saran Selesai Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian. Keterangan diagram alir pada Gambar 3.1: 1. Mempersiapkan Alat dan Bahan Persiapan yang diperlukan antara lain, memotong ADC12 batangan supaya dapat masuk ke dalam kowi, menimbang potongan ADC12 sesuai dengan massa yang dibutuhkan, menyambung tungku, tabung gas LPG dan selang krusibel, menyiapkan alat HPDC, kowi, pengaduk, thermocouple dan display. 2. Proses Peleburan Proses pengecoran dilakukan di kampus Teknik Mesin UNDIP menggunakan tungku krusibel dengan bahan bakar LPG. 3. Proses Penuangan ke Cetakan (HPDC) Proses penuangan dilakukan pada 3 variasi temperatur yang berbeda yaitu 700 0 C, 750 0 C, dan 800 0 C. 4. Pemeriksaan Hasil Coran Spesimen hasil pengecoran diteliti apakah layak untuk diuji atau tidak. Kelayakan hasil coran ini dilihat dari kesempurnaan produk hasil coran sesuai dengan bentuk cetakan.

25 5. Heat Treatment dengan Perlakuan Age Hardening Spesimen diberi perlakuan panas dengan solution treatment dengan temperatur 490 o C selama 15 menit kemudian dilakukan quenching menggunakan air. Setelah itu spesimen diberi perlakuan artificial aging dengan temperatur 150 o C selama 4 jam [14]. 6. Pengujian Laboratorium Pengujian Laboratorium dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat dari spesimen uji. Pengujian Laboratorium ini meliputi: a. Uji porositas dilakukan dengan menggunakan timbangan digital. Hal ini bertujuan untuk mengetahui massa spesimen uji pada keadaan kering dan keadaan basah di dalam air sehingga dapat dihitung massa jenis spesimen uji dan juga besarnya porositas yang terjadi pada spesimen uji tersebut. b. Uji kekerasan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui nilai kekerasan dari masing-masing spesimen uji dengan menggunakan Rockwell Hardness Tester (Skala HRB). c. Uji struktur mikro dilakukan dengan menggunakan mikroskop optik. Hal ini bertujuan untuk melihat struktur mikro pada spesimen uji. 7. Pengolahan Data, Analisis, dan Pembahasan Mengolah data-data yang sudah didapatkan dengan mengacu pada materi yang terdapat pada referensi, dan menampilkan data-data tersebut dalam bentuk grafik, dan tabel yang dibuat dalam penulisan laporan. 8. Kesimpulan dan Saran Menarik kesimpulan dari hasil pengolahan data dan analisis dan memberi saran untuk lanjutan dari penelitian ini. 3.2 Peralatan yang Digunakan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: 1. Gergaji Mesin Gergaji mesin digunakan untuk memotong ADC12 batangan menjadi bentuk yang lebih kecil sehingga ADC12 dapat dimasukkan ke dalam kowi. Bentuk gergaji mesin dapat dilihat pada Gambar 3.2.

26 Gambar 3.2. Gergaji Mesin. Gergaji mesin seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.2 adalah milik Laboratorium Metalurgi Fisik Teknik Mesin UNDIP. 2. Tungku Krusibel dan Burner Tungku yang digunakan untuk melebur aluminium serbuk besi adalah dapur krusibel dengan tipe dapur tetap dengan skala Laboratorium dengan menggunakan bahan bakar LPG. Kontruksi dapur pada dasarnya terdiri atas krusibel sebagai tempat peleburan logam yang terletak di tengah-tengah dapur, sedangkan untuk dapur terbuat dari bahan tahan api yang sekaligus sebagai penyekat panas (isolator panas). Tungku ini mempunyai kapasitas maksimal 2kg dan burner dipasang pada tungku sebagai penghubung tungku ke tabung gas. Bentuk tungku krusibel dapat dilihat pada Gambar 3.3 (a) sedangkan bentuk burner dapat dilihat pada Gambar 3.3 (b). (a) (b) Gambar 3.3. (a) Tungku Krusibel dan (b) Burner.

27 Tungku krusibel seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.3 (a) dan burner pada Gambar 3.3 (b) adalah milik Laboratorium Metalurgi Fisik Teknik Mesin UNDIP. 3. Kowi Kowi digunakan sebagai tempat untuk melebur, mencampur, dan menuang coran. Kowi terbuat dari baja dan diberi tangkai untuk memudahkan proses penuangan ke dalam cetakan. Kowi seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.4 adalah milik Laboratorium Metalurgi Fisik Teknik Mesin UNDIP. Gambar 3.4. Kowi. 4. Blower Blower digunakan untuk menyuplai udara masuk ke dalam burner sehingga nyala api dari LPG menjadi lebih panas. Blower seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.5 adalah milik Laboratorium Metalurgi Fisik Teknik Mesin UNDIP. Gambar 3.5. Blower.

28 5. Mesin HPDC Mesin HPDC digunakan untuk mengepres ADC12 masuk ke dalam cetakan. Alat pres ini menggunakan sistem dongkrak hidrolis dengan kemampuan penekanan hingga 9 MPa. Mesin HPDC seperti yang ditunkukkan pada Gambar 3.6 adalah milik Laboratorium Metalurgi Fisik Teknik Mesin UNDIP. Gambar 3.6. Mesin HPDC. 6. Permanent Mold/Cetakan Coran Cetakan coran yang digunakan adalah jenis permanent mold yang terbuat dari baja ST 37. Permanent mold dibuat berdasarkan jenis pola cetakan logam yaitu bentuk sepatu rem seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.7. Gambar 3.7. Cetakan Sepatu Rem.

29 Permanent mold pada Gambar 3.7 dibuat melalui proses CNC di Laboratorium Proses Produksi Politeknik Negeri Semarang. Permanent mold terdiri dari dua buah plat besi tuang yang kemudian akan disatukan untuk setiap jenis pola cetakan logamnya. 7. Furnace Chamber Furnace chamber digunakan untuk heat treatment pada spesimen hasil HPDC. Furnace chamber yang digunakan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.8 yaitu dengan merek Hofmann Type K dengan temperatur pemanasan maksimum 900 0 C. Furnace Chamber yang digunakan adalah milik Laboratorium Metalurgi Fisik Teknik Mesin UNDIP. Gambar 3.8. Furnace Chamber. 8. Timbangan Digital Timbangan yang digunakan adalah timbangan digital. Timbangan ini digunakan untuk mengukur massa dari ADC12 sebelum digunakan dalam proses pengecoran dan mengukur massa kering dan massa basah spesimen uji. Timbangan digital seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.9 adalah milik Laboratorium Metalurgi Fisik Teknik Mesin UNDIP.

30 Gambar 3.9. Timbangan Digital. 9. Gergaji Tangan Digunakan untuk memotong spesimen hasil HPDC dalam beberapa bagian sesuai dengan yang dibutuhkan agar dapat dilakukan pengujian. Gergaji tangan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.10 adalah milik Laboratorium Metalurgi Fisik Teknik Mesin UNDIP. Gambar 3.10. Gergaji Tangan. 10. Thermocouple dan Display Thermocouple digunakan untuk mengukur temperatur lebur dan temperatur tuang dari ADC12. Thermocouple yang digunakan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.11 (a) adalah tipe K dengan temperatur pengukuran maksimal 1200 o C. Display digunakan untuk menampilkan nilai pengukuran temperatur. Thermocouple pada Gambar 3.11 (a) dan display pada Gambar 3.11 (b) adalah milik Laboratorium Metalurgi Fisik Teknik Mesin UNDIP.

31 (a) (b) Gambar 3.11. (a) Thermocouple dan (b) Display. 11.Mesin Amplas dan Poles Mesin amplas dan poles digunakan untuk proses pembuatan spesimen untuk pengujian kekerasan dan struktur mikro. Proses pengamplasan menggunakan kertas amplas dengan kekasaran 200, 400, 600, 800, 1000, 1200, 1500, dan 2000. Spesimen yang telah rata pada kedua permukaannya kemudian dilakukan pemolesan menggunakan kain beludru yang diberi autosol agar pada proses etsa permukaan spesimen sudah rata dan mengkilap. Mesin amplas pada Gambar 3.12 (a) dan mesin poles pada Gambar 3.12 (b) adalah milik Laboratorium Metalurgi Fisik Teknik Mesin UNDIP. (a) (b) Gambar 3.12. (a) Mesin Amplas dan (b) Mesin Poles.

32 12. Rockwell Hardness Tester Rockwell Hardness Tester digunakan untuk melakukan uji kekerasan menggunakan metode Rockwell pada spesimen uji. Rockwell Hardness Tester seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.13 adalah milik Laboratorium Metalurgi Fisik Teknik Mesin UNDIP. Gambar 3.13. Rockwell Hardness Tester. 13. Mikroskop Optik dan Kamera Mikroskop optik digunakan untuk mengamati struktur mikro dari spesimen. Kamera digunakan untuk mengambil foto setelah mendapatkan gambar yang diinginkan menggunakan kamera. Mikroskop set yang digunakan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.14 dengan merek Olympus BX41M adalah milik Laboratorium Metalurgi Fisik Teknik Mesin UNDIP. (a) (b) Gambar 3.14. (a) Mikroskop Optik dan (b) Kamera.

33 14.Vernier Caliper Vernier caliper digunakan sebagai alat bantu untuk mengetahui kerataan spesimen uji kekerasan dan struktur mikro. Vernier caliper yang digunakan ditunjukkan pada Gambar 3.15 yaitu merek Mitutoyo dengan ketelitian 0,05 mm. Vernier caliper pada Gambar 3.15 adalah milik Laboratorium Metalurgi Fisik Teknik Mesin UNDIP. Gambar 3.15. Vernier Caliper. 3.3 Persiapan Bahan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah material ADC12 batangan. Pada Gambar 3.16 terlihat bahwa ADC12 batangan telah dipotong agar mempercepat proses peleburan dan mempermudah untuk menimbang sesuai dengan massa yang diinginkan. ADC12 batangan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.16 dibeli dari PT. Pinjaya Logam, Mojokerto, Jawa Timur. Gambar 3.16. ADC12 Batangan.

34 3.4 Proses Pembuatan Spesimen Langkah-langkah dilakukan selama proses pengecoran yaitu: 1. Proses Pemotongan Sebelum dilakukan pengecoran aluminium dipotong kurang lebih 5 cm, kemudian ditimbang sesuai kebutuhan pengecoran kurang lebih sebesar 300 gram. Proses pemotongan ADC12 batangan ditunjukkan pada Gambar 3.17, sedangkan proses penimbangan ADC12 yang telah dipotong ditunjukkan pada Gambar 3.18. Gambar 3.17. Proses Pemotongan ADC12 Batangan. Gambar 3.18. Penimbangan Potongan ADC12. 2. Proses Peleburan Pada proses peleburan ADC12 hal yang dilakukan yaitu mempersiapkan aluminium yang sudah ditimbang sesuai massa yang dibutuhkan kemudian

35 dimasukkan ke dalam kowi. Burner pada tungku dinyalakan dengan cara membuka katup pada selang burner yang sudah terhubung dengan tabung gas LPG kemudian menggunakan korek api untuk menyalakan burner. Kemudian menyalakan blower dan mengarahkan selang blower agar hembusan udara dari blower masuk ke dalam burner. Setelah api pada burner menyala dengan baik, kowi diletakkan di atas burner dan kowi ditutup dengan potongan keramik lantai untuk meminimalisir kalor keluar dari burner sehingga waktu peleburan menjadi lebih singkat. Proses peleburan ADC12 ditunjukkan pada Gambar 3.19. Gambar 3.19. Proses Peleburan Menggunakan Tungku Krusibel. 3. Proses Penuangan ke Cetakan Sebelum penuangan, memeriksa temperatur aluminium yang telah meleleh dengan menggunakan thermocouple yang dicelupkan ke dalam kowi. Temperatur penuangan dibuat 3 (tiga) variasi yaitu 700 0 C, 750 0 C, dan 800 0 C. Proses penuangan dilakukan dengan cepat dan berhati-hati untuk menghindari terjadi pembekuan setelah kowi diangkat dari tungku. Kemudian mendorong tuas penekan pada mesin HPDC ke depan untuk memberikan penekanan pada aluminium cair sehingga aluminium cair masuk ke seluruh bagian cetakan. Kendala pada saat proses penuangan yaitu aluminium cepat sekali membeku. Pengukuran temperatur aluminium cair ditunjukkan pada Gambar 3.20 sedangkan proses penuangan aluminium cair ke dalam mesin HPDC ditunjukkan pada Gambar 3.21.

36 Gambar 3.20. Pengukuran Temperatur Penuangan. Gambar 3.21. Proses Penuangan ke Cetakan HPDC. 4. Proses Pendinginan Setelah dituang di dalam cetakan tunggu sampai 5 menit baru setelah itu cetakan dibuka, biarkan hasil coran dingin secara sendirinya. Kemudian mengeluarkan hasil pengecoran dari cetakan. Hasil pengecoran ADC12 berbentuk sepatu rem ditunjukkan pada gambar 3.22. Gambar 3.22. Spesimen Hasil Pengecoran.

37 5. Proses Pemotongan Spesimen Pemotongan spesimen dilakukan menggunakan gergaji tangan. Spesimen dipotong menjadi bagian-bagian yang lebih kecil agar spesimen dapat dikarakterisasikan. Proses pemotongan spesimen ditunjukkan pada Gambar 3.23. Gambar 3.23. Proses Pemotongan Spesimen. 6. Proses Heat Treatment pada Spesimen Spesimen hasil HPDC diberi perlakuan panas (heat treatment) dengan metode age hardening. Pertama, spesimen dipanaskan menggunakan Furnace Chamber dengan temperatur 490 o C dengan waktu penahanan selama 15 menit seperti ditunjukkan pada Gambar 3.24 (a). Kemudian spesimen dikeluarkan dari Furnace Chamber lalu dilakukan quenching menggunakan air seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.24 (b). Spesimen dipanaskan kembali menggunakan Furnace Chamber dengan temperatur 150 o C dengan suhu penahanan selama 4 jam seperti yang ditunjukan pada Gambar 3.24 (c) kemudian spesimen didinginkan pada suhu kamar seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.24 (d).

38 (a) (b) (d) (c) Gambar 3.24. (a) Proses Solution Heat Treatment, (b) Proses Quenching, (c) Proses Age Hardening, dan (d) Proses Pendinginan. 3.5 Pengujian Spesimen 3.5.1 Pengujian Porositas Untuk mengetahui nilai porositas, maka pertama kali dilakukan pengujian densitas. Alat uji densitas yang digunakan adalah timbangan digital. Langkahlangkah yang dilakukan dalam pengujian densitas adalah sebagai berikut: 1. Memotong aluminium pada sisi bagian atas, tengah, dan bawah. 2. Mengkalibrasi timbangan digital supaya tepat dititik nol. 3. Memasukkan sampel kering meliputi bagian atas, tengah, dan bawah. 4. Mengulangi penimbangan sampai tiga kali setiap bagian untuk diambil massa rata-rata. 5. Mencatat angka yang ditunjukkan timbangan digital. 6. Memasukkan sampel kering ke dalam air meliputi bagian atas, tengah, bawah. 7. Mengulangi penimbangan di dalam air sampai tiga kali setiap bagian untuk diambil massa rata-rata.

39 8. Mencatat angka yang ditunjukkan timbangan digital. Setelah mendapatkan data massa sampel kering dan massa sampel basah, sehingga dapat menghitung densitas spesimen uji. Densitas merupakan besaran fisis yaitu perbandingan massa (m) dengan volume benda (V). Pengukuran densitas yang materialnya berbentuk padatan atau bulk digunakan metode Archimedes. Untuk menghitung nilai densitas aktual digunakan Persamaan (3.1) sedangkan untuk menghitung nilai densitas teoritis digunakan Persamaan (3.2) [15]. 1. Densitas aktual:...(3.1) 2. Densitas teoritis (total):...(3.2) dimana: m = densitas aktual (gram/cm 3 ) m s m g = massa sampel kering (gram) = massa sampel yang digantung di dalam air (gram) H 2 O = massa jenis air = 1 gram/cm 3 th = densitas teoritis (gram/cm 3 ) Al = densitas Al (gram/cm 3 ) Fe = densitas Fe (gram/cm 3 ) V Al V Si = fraksi volume Al = fraksi volume Si Setelah didapatkan densitas spesimen uji, maka dapat dihitung porositas dari spesimen uji. Porositas dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah massa ruang kosong (rongga pori) yang dimiliki oleh zat padat terhadap jumlah dari massa total zat padat itu sendiri dan dapat dinyatakan dengan Persamaan (3.3) [15].

40 Porosity m m u th...(3.3) dimana: m u m m m th m th m th m 1 m m m th thl m m. V 1 V = massa rongga pori (gram) = massa aktual (gram) = massa teoritis (gram) V m = volume aktual (cm 3 ) V th = volume teoritis (cm 3 ) m th Karena tidak terjadi perubahan volume, maka V m = V th Sehingga persamaannya menjadi: Porosity dimana: m 1...(3.4) m = densitas aktual (gram/cm 3 ) th = densitas teoritis (total) (gram/cm 3 ) th Dengan diketahuinya densitas aktual dan densitas teoritis menggunakan Persamaan (3.2), maka porositas spesimen uji dapat ditentukan dengan Persamaan (3.4). 3.5.2 Pengujian Kekerasan Pengujian kekerasan dilakukan di Laboratorium Metalurgi Fisik Teknik Mesin UNDIP. Pengujian kekerasan dilakukan menggunakan metode Rockwell dengan skala B (HRB). Indentor yang digunakan yaitu steel ball 1/16.

41 Pengujian dilakukan dengan menguji kekerasan spesimen uji pada 6 titik seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.25. Pengujian kekerasan pada spesimen uji ditunjukkan pada Gambar 3.26. Gambar 3.25. Titik Pengujian Kekerasan. Gambar 3.26. Pengujian Kekerasan. 3.5.3 Pengujian Struktur Mikro Pengujian struktur mikro dilakukan di Laboratorium Metalurgi Fisik Teknik Mesin UNDIP dengan menggunakan alat Mikroskop OLYMPUS BX41M. Pengujian struktur mikro dilakukan setelah spesimen uji mengalami proses polishing dengan menggunakan kain beludru dan autosol hingga permukaan spesimen uji mengkilap tanpa ada goresan. Proses polishing ditunjukkan pada Gambar 3.27. Setelah dilakukan polishing, kemudian dilakukan etching untuk memberi pewarnaan pada permukaan spesimen uji sehingga batas butir dari spesimen uji akan terlihat lebih jelas. Etching dilakukan dengan menggunakan larutan Keller s yaitu 2,5 ml HNO 3 + 1 ml HF + 1,5 ml HCl + 95 ml aquades. Spesimen uji dicelupkan ke dalam larutan Keller s selama 1 menit, kemudian dibilas menggunakan air hangat dan dibiarkan selama 12 jam. Proses etching

42 ditunjukkan pada Gambar 3.28. Setelah proses etching dilakukan pemotretan menggunakan kamera yang terhubung dengan mikroskop optik dengan perbesaran 1000X. Proses pemotretan ditunjukkan pada Gambar 3.29. Gambar 3.27. Proses Polishing. Gambar 3.28. Pemberian Etsa pada Spesimen Uji. Gambar 3.29. Pengujian Struktur Mikro.