MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang (Kandang) B Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Analisis kimia dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja; Laboratorium Biokimia, Fisiologi dan Mikrobiologi Nutrisi; Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Ternak Perah, Fakultas Peternakan; serta Laboratorium Pusat Antar Universitas (PAU), Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli 2011 sampai Maret 2012. Materi Ternak Percobaan Ternak yang digunakan adalah 12 ekor domba lokal betina lepas sapih berumur sekitar 2-3 bulan dengan bobot badan rata-rata 9,32±2,28 kg. Domba yang digunakan adalah domba milik Laboratorium Lapang B Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, yang merupakan persilangan antara domba lokal asal Unit Pendidikan dan Penelitian Peternakan Jonggol (UP3J), Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor yang berada di daerah Jonggol, Jawa Barat dengan domba garut. Domba UP3J sendiri merupakan persilangan dari domba garut dengan domba ekor tipis. Contoh domba penelitian ditunjukkan pada Gambar 6. Gambar 6. Contoh Domba Penelitian 22
Kandang Kandang yang digunakan dalam penelitian adalah kandang individu sebanyak dua belas buah, berukuran 125 55 110 cm 3 yang dilengkapi dengan tempat pakan dan tempat air minum dari bahan plastik. Alas kandang dibuat dari kayu papan, antar satu kayu papan dengan yang lainnya diberikan jarak ±2 cm. Hal tersebut dimaksudkan agar kotoran yang dikeluarkan oleh ternak dapat jatuh ke tempat penampungan yang berada di bawah bangunan kandang. Suhu dan kelembaban ratarata di dalam kandang pada pagi hari sebesar 21,5 ºC dan 91% serta pada siang hari 33,5 ºC dan 46%. Pada minggu-minggu awal penelitian di beberapa kandang individu, alas kayu papan tersebut ditutupi oleh rerumputan kering untuk mencegah kaki domba yang berukuran kecil tidak terperosok ke dalam alas kayu papan. Pada minggu akhir penelitian, yaitu saat pengambilan sampel feses dan urin, digunakan kandang panggung. Tempat pakan dan minum juga dinaikkan menyesuaikan kondisi ketinggian kandang panggungnya. Kandang yang digunakan pada penelitian ditunjukkan pada Gambar 7. Gambar 7. Kandang Penelitian Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan dalam penelitian antara lain timbangan gantung kapasitas 50 kg untuk menimbang bobot badan domba, serta timbangan digital untuk menimbang pakan dan sisa pakan. Untuk pengambilan sampel urin dan rumen peralatan yang digunakan adalah kandang metabolis yang dimodifikasi, gelas ukur, termos, tabung film dan wadah penampung. Peralatan yang digunakan dalam melakukan analisis di laboratorium antara lain sentrifugasi, tabung reaksi, alat 23
destilasi uap, labu erlenmeyer, cawan Conway, alat-alat titrasi, counting chamber, Vortex, alkohol bath, spektrofotometer, serta labu Kjeldahl. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain HgCl 2 ; H 2 SO 4 7%; H 2 SO 4 15%, NaOH 0,5 N; Phenol Pthalin; HCl 0,5 N; larutan Na2CO3 jenuh; larutan asam borat berindikator; vaselin; H2SO4 0,005 N; Tryphan Blue Formaline Salin (TBFS); NaOH 0,5 M; HCl 0,5 M; Penylhydrazine; HCl pekat; potassium; Selenium mixture; H2SO4 pekat; NaOH 40%; H3BO3 2%; Brom Cresol Green- Methyl Red; HCl 0,1 N; es batu; aquades; serta air. Contoh peralatan yang digunakan di lapang dan di laboratorium ditunjukkan pada Gambar 8. (a) (b) (c) (d) (e) Gambar 8. Perlengkapan Penelitian berupa: (a) timbangan digital, (b) timbangan gantung kapasitas 50 kg, (c) cawan Conway, (d) peralatan destilasi uap, (e) peralatan titrasi. Pakan Pakan yang diberikan sebesar 3% 4% bobot badan dengan rasio hijauan:konsentrat adalah 30%:70%, dengan penyusunan pakan berdasarkan kadar protein kasar (PK) sebesar ±15% dan kadar total digestible nutrient (TDN) ±72%. Air minum diberikan ad libitum. Komposisi bahan pakan yang digunakan dalam 24
ransum tercantum pada Tabel 3 dan kandungan nutrien zat makanan tercantum pada Tabel 4. Tabel 3. Komposisi Bahan Pakan Bahan Pakan Perlakuan M0 MJ MIL MILT -----------------------------%BK----------------------------- Rumput 30,00 30,00 30,00 30,00 Onggok 17,00 17,00 17,00 17,00 Bungkil Kelapa 50,50 49,00 49,00 49,00 CaCO3 1,50 1,50 1,50 1,50 Garam 0,25 0,25 0,25 0,25 Premix 0,15 0,15 0,15 0,15 Urea 0,60 0,60 0,60 0,60 Minyak Jagung - 1,50 - - Minyak Ikan Lemuru - - 1,50 - Minyak Ikan Terproteksi - - - 1,50 Keterangan: M0 = pakan kontrol (tanpa minyak); MJ = pakan yang mengandung 1,5% minyak jagung; MIL = pakan yang mengandung 1,5% minyak ikan lemuru; MILT = pakan yang mengandung 1,5% minyak ikan lemuru terproteksi. Tabel 4. Kandungan Nutrien Pakan Perlakuan (Konsentrat + Hijauan) Kandungan Nutrien Ransum Penelitian M0 MJ MIL MILT -----------------------------%BK----------------------------- Abu 8,68 7,70 8,08 7,53 Protein Kasar 18,27 16,79 16,33 16,32 Lemak Kasar 3,84 5,21 6,37 9,33 Serat Kasar 14,91 15,50 15,24 15,03 Beta-N 54,30 54,81 53,98 51,80 Total Digestible Nutrien * 72,47 74,82 74,07 74,07 Keterangan: Hasil analisis Laboratorium PAU, IPB (2012). *) Perhitungan TDN menurut Wardeh (1981). M0 = pakan kontrol (tanpa minyak); MJ = pakan yang mengandung 1,5% minyak jagung; MIL = pakan yang mengandung 1,5% minyak ikan lemuru; MILT = pakan yang mengandung 1,5% minyak ikan lemuru terproteksi. 25
Metode Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Pengelompokan pada penelitian ini didasarkan pada bobot badan domba, yakni bobot badan besar (11,80 ± 1,82 kg), bobot badan sedang (9,15 ± 0,53 kg), dan bobot badan kecil (7,00 ± 0,33 kg). Model matematik yang digunakan adalah sebagai berikut (Steel dan Torrie, 1993): Y ij = µ + i + β j + ij Keterangan: Y ij i β j ij = Nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j = Nilai rataan umum = Pengaruh perlakuan ke-i = Pengaruh kelompok ke-j = Pengaruh galat perlakuan ke-i dan ulangan ke-j Prosedur Pemeliharaan Pemeliharaan domba dilakukan selama ±3 bulan. Sebelum digunakan domba ditimbang terlebih dahulu, untuk mendapatkan bobot badan awal sebelum perlakuan. Domba ditimbang setiap dua minggu sekali agar diketahui perubahan bobot badannya. Konsentrat diberikan setiap pagi, sementara hijauan berupa rumput lapang diberikan dua jam setelah pemberian konsentrat dan sore hari. Pakan yang diberikan 3% dari bobot badan, tetapi seiring bertambahnya bobot badan maka konsumsi ransum dinaikkan sampai 4%. Konsumsi dan sisa pakan ditimbang setiap hari. Pengambilan Cairan Rumen Pengambilan sampel cairan rumen dilakukan dengan menggunakan alat bantu selang yang dimodifikasi, dalam waktu empat jam setelah pemberian pakan. Sampel rumen yang disimpan dalam termos lalu diberikan HgCl 2 untuk menghentikan aktivitas mikroba, kemudian ditutup rapat. Sementara sampel yang akan digunakan untuk perhitungan populasi protozoa disimpan dalam tabung film tetapi tidak diberikan merkuri klorida (HgCl 2 ), kemudian ditutup rapat. 26
Pengumpulan Sampel Urine Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan penampungan urin yang dipasang pada bagian bawah tiap kandang panggung ternak. Sampel urin ditampung dengan menggunakan wadah yang telah ditetesi H 2 SO 4 7% sekitar 10 ml untuk mencegah terjadinya penguapan nitrogen (N). Koleksi urin dilakukan selama tiga hari. Urin yang telah terkumpul lalu dikompositkan dan diambil sampel untuk kemudian disimpan dalam freezer dan dapat digunakan sebagai contoh dan dianalisis kandungan N dan alantoinnya. Pengukuran Populasi Protozoa Rumen (Ogimoto dan Imai, 1981) Populasi protozoa dihitung berdasarkan pewarnaan dengan larutan Tryphan Blue Formaline Salin (TBFS). Tahapan perhitungan adalah cairan rumen dicampur dengan larutan TBFS dengan perbandingan 1:1. Dua tetes campuran tersebut ditempatkan pada counting chamber setebal 0,2 mm, luas kotak terkecil 0,0625 mm 2. Perhitungan jumlah protozoa dilakukan dengan mikroskop pada pembesaran 100 kali. Protozoa per ml cairan rumen dihitung dengan rumus: Protozoa/ml cairan rumen = Keterangan: 1 1000 C FP 0,2 0,00625 16 5 C = jumlah protozoa terhitung dalam counting chamber FP = faktor pengenceran Pengukuran Konsentrasi VFA (Steam Destilation Methode) Pengukuran konsentrasi volatile fatty acid (VFA) dalam rumen dilakukan menurut metode destilasi uap (Department of Dairy Science, 1966). Sampel supernatan yang akan dianalisis diambil sebanyak 5 ml, kemudian dimasukan ke dalam tabung destilasi. Labu erlenmeyer yang berisi 5 ml NaOH 0,5 N ditempatkan di bawah selang tampungan. Sebanyak 1 ml H 2 SO 4 15% ditambahkan ke tabung destilasi yang di dalamnya telah berisi larutan sampel, kemudian penutup kacanya segera ditutup, dan dibilas dengan aquadest secukupnya. VFA akan didesak oleh uap air dan akan terkondensasi dalam pendingin. Air yang terbentuk kemudian ditampung oleh labu erlenmeyer yang telah berisi 5 ml NaOH 0,5 N sampai volumenya mencapai 300 ml. Indikator PP (Phenol Pthalin) ditambahkan sebanyak 2-3 tetes pada air yang ditampung tersebut. Air tampungan tersebut lalu dititrasi 27
dengan HCl 0,5 N sampai warna titrat berubah dari merah menjadi merah muda seulas. Konsentrasi VFA total yang dihasilkan dihitung dengan menggunakan rumus: mm VFA total = (a b) N HCl Keterangan: a = volume titran blangko b = volume titran contoh Pengukuran Konsentrasi NH 3 (Conway Micro Diffusion Methode) Pengukuran konsentrasi amonia (NH 3 ) dilakukan menurut metode mikro difusi Conway (Department of Dairy Science, 1966). Sebelum sampel diletakkan dalam cawan Conway, terlebih dahulu bibir cawan diolesi dengan vaselin. Sampel supernatan diambil sebanyak 1 ml, kemudian ditempatkan pada salah satu ujung cawan Conway. Sebanyak 1 ml larutan Na 2 CO 3 jenuh ditempatkan pada ujung lain dari cawan Conway yang berseberangan dengan supernatan. Sebanyak 1 ml larutan asam borat berindikator ditempatkan dalam bagian yang terletak di tengah cawan Conway. Cawan Conway yang telah diolesi vaselin ditutup rapat hingga tidak ada udara yang masuk. Larutan Na 2 CO 3 dicampurkan dengan supernatan hingga merata, yakni dengan cara cawan tersebut digoyang goyangkan dan dimiringkan. Setelah itu dibiarkan selama 24 jam dalam suhu kamar. Setelah 24 jam cawan tersebut dibuka. Asam borat berindikator dititrasi dengan H 2 SO 4 0,005 N hingga terjadi perubahan warna dari biru menjadi merah. Hasil titrasi dicatat dan konsentrasi amonia (NH 3 ) dihitung dengan mengggunakan rumus:. N NH 3 (mm) = ml H2SO 4 N H 2 SO 4 1000 Pengukuran Alantoin Urin (Chen dan Gomes, 1995) Pengukuran konsentrasi amonia (NH 3 ) dilakukan menurut metode kolorimeter (Colorimetric Methode). Sebanyak 1 ml sampel, standar, dan blanko dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan 5 ml aquades dan 1 ml NaOH 0,5 M. Larutan diaduk dengan menggunakan Vortex, lalu disimpan di tabung reaksi dalam air mendidih selama tujuh menit. Tabung diangkat kemudian dinginkan dalam air es. Setiap tabung ditambahkan dengan 1 ml HCl 0,5 M sampai ph mendekati 2 3. Ditambahkan pula 1 ml Penylhydrazine, diaduk kembali menggunakan Vortex, kemudian dimasukkan kembali ke dalam air mendidih selama 7 menit. Tabung diangkat dari air mendidih kemudian dimasukkan ke dalam alkohol bath beberapa 28
menit. Sebanyak 3 ml HCl pekat dan 1 ml potassium ditambahkan. Absorbansi dibaca pada 522 nm setelah 20 menit. Analisis Konsentrasi Nitrogen (AOAC, 1980) Sampel kering sebanyak 0,25 g ditempatkan dalam labu Kjeldahl dan ditambahkan 0,25 g Selenium mixture dan 20 ml H 2 SO 4 pekat. Selanjutnya dilakukan destruksi (pemanasan dalam keadaan mendidih) selama 1 jam hingga larutan jernih. Setelah dingin, larutan tersebut ditambahkan aquadest hingga 120 ml. Sebanyak 5 ml sampel diambil dan 10 ml NaOH 40%, lalu didestilasi. Hasil destilasi tersebut ditampung dalam labu erlenmeyer yang berisi campuran antara 10 ml H 3 BO 3 2% dan 2 tetes indicator Brom Cresol Green-Methyl Red yang berwarna merah muda. Setelah volume hasil destilat mencapai 40 ml dan berwarna hijau kebiruan, destilasi dihentikan. Hasil destilasi dititrasi dengan HCl 0,1 N hingga berwarna merah muda. Perlakuan yang sama juga dilakukan terhadap blanko. Kadar nitrogen total dihitung dengan rumus: % Kadar N = 100% Keterangan: S = volume titran sampel (ml); B = volume titran blanko (ml); w = bobot sampel kering (mg). Pengukuran Konsumsi Nitrogen Konsumsi Bahan Kering % Protein Kasar Pakan Konsumsi Nitrogen (g/e/h) = 6,25 Konsumsi Nitrogen Konsumsi Nitrogen (g/kg BB 0,75 /h) = Bobot Badan 0,75 Pengukuran Nitrogen Feses Feses yang Keluar % Protein Kasar Feses Nitrogen Feses (g/e/h) = 6,25 Nitrogen Feses Nitrogen Feses (g/kg BB 0,75 /h) = Bobot Badan 0,75 29
Pengukuran Nitrogen Urin Nitrogen Urin (g/e/h) = % N Urin Volume Urin Berat Jenis Urin Nitrogen Urin (g/kg BB 0,75 /h) = Nitrogen Urin Bobot Badan 0,75 Pengukuran Nitrogen Tercerna Nitrogen Tercerna (g/e/h) = Konsumsi Nitrogen Nitrogen Feses Nitrogen Tercerna (g/kg BB 0,75 /h) = Nitrogen Tercerna Bobot Badan 0,75 Pengukuran Kecernaan Nitrogen Nitrogen Tercerna Kecernaan Nitrogen (%) = Konsumsi Nitrogen Pengukuran Retensi Nitrogen Retensi Nitrogen (g/e/h) = Konsumsi Nitrogen Nitrogen Feses Nitrogen Urin Retensi Nitrogen (g/kg BB 0,75 /h) = Retensi Nitrogen Bobot Badan 0,75 Perhitungan Ekskresi Derivat Purin (Chen dan Gomest, 1995) Ekskresi Derivat Purin (mmol/l) = Ekskresi Alantoin 0,85 Perhitungan Efisiensi Pemanfaatan Nitrogen (Sun dan Zhao, 2009) Retensi Nitrogen Efisiensi Pemanfaatan Nitrogen (%) = 100% Konsumsi Nitrogen Perlakuan Perlakuan yang diberikan pada domba yaitu pemberian berbagai macam minyak sebagai sumber asam lemak tak jenuh. Perlakuan yang diberikan antara lain: M0 MJ MIL = Pakan kontrol (tanpa minyak) = Pakan yang mengandung 1,5% minyak jagung = Pakan yang mengandung 1,5% minyak ikan lemuru 30
MILT = Pakan yang mengandung 1,5% minyak ikan lemuru terproteksi Peubah yang diamati 1. Populasi Protozoa Rumen 2. Pengukuran Konsentrasi VFA 3. Pengukuran Konsentrasi NH 3 4. Pengukuran Alantoin Urin 5. Analisis Konsentrasi Nitrogen 6. Pengukuran Konsumsi Nitrogen 7. Pengukuran Nitrogen Feses 8. Pengukuran Nitrogen Tercerna 9. Pengukuran Kecernaan Nitrogen 10. Pengukuran Nitrogen Urin 11. Pengukuran Retensi Nitrogen: 12. Perhitungan Ekskresi Derivat Purin 13. Efisiensi Pemanfaatan Nitrogen Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis dengan Analysis of Variance. Jika perlakuan berpengaruh nyata terhadap peubah yang diukur maka dilanjutkan dengan uji lanjut kontras orthogonal (Steel dan Torrie, 1993). 31