BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diinginkan oleh semua perusahaan. Semakin banyak pegawai yang memiliki

dokumen-dokumen yang mirip
Ariesta Marsitho Nugrahawan F

HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah membuat sebagian besar wanita ikut

HUBUNGAN ANTARA KOMPETISI KERJA DENGAN PRESTASI KERJA PADA KARYAWAN. Skripsi

dapat memuaskan baik bagi perusahaan maupun bagi individu itu sendiri. Kekhawatiran individu akan hasil yang ada akan sangat mempengaruhi performansi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan diperhatikan. Akhir-akhir ini masalah tersebut menjadi hangat lagi setelah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia merupakan aset paling penting dalam suatu

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Singkat Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan dari berbagai sektor salah satunya adalah pajak.

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PEMBERIAN TUNJANGAN KESEJAHTERAAN DAN KEDISIPLINAN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA

BAB I PENDAHULUAN. Selain tekanan yang berasal dari lingkungan kerja, lingkungan keluarga dan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II URAIAN TEORITIS. Imatama (2006) yang berjudul Pengaruh Stress Kerja Terhadap kinerja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. perusahaan untuk mencapai tujuannya, sehingga perusahaan melakukan berbagai

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia (karyawan) merupakan aset yang paling penting

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 168/PMK.01/2012 TENTANG

HUBUNGAN ANTARA CITRA DIRI (SELF IMAGE) DENGAN ASPIRASI KERJA PADA SALESMAN ABSTRAKSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sedang membangun, khususnya di bidang industri. Oleh karena itu, banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DENGAN PRESTASI KERJA PADA KARYAWAN

BAB I PENDAHULUAN. Pegawai sebagai sumber daya manusia dalam organisasi memiliki peran

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perbankan memiliki pesaing yang banyak di era globalisasi saat ini.

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 206.3/PMK.01/2014 TENTANG

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PENGAWASAN DAN PELAYANAN BEA DAN CUKAI TIPE MADYA PABEAN B PEKANBARU. A.Sejarah KPPBC Tipe Madya Pabean B Pekanbaru

BAB I PENDAHULUAN. karya yang dapat dinikmati oleh manusia yang bersangkutan. Faktor pendorong

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 3.1 Gambaran Umum Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KEPEMIMPINAN VISIONER DENGAN KOMITMEN ORGANISASI S K R I P S I

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 74/PMK.01/2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

M. FARID IRFAN MAHFUDZ

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi ini menuntut sikap profesionalisme dalam segala

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. berkompetisi menghasilkan, mengeluarkan sebanyak-banyaknya berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan saat ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. ketidakpuasaan dalam bekerja dan menurunkan kinerja. Menurut Selye (1976) dalam Gibson et al (1996: 341) dalam hal ini pelopor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kondisi perekonomian saat ini menunjukkan bahwa perusahaan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI KPPBC TIPE MADYA PABEAN

BAB II KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SUMATERA UTARA

PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA. Sumberdaya manusia merupakan investasi yang. sangat penting dalam suatu organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) Jenderal Bea dan Cukai sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN

PENGARUH MOTIVASI, POLA KEPEMIMPINAN, KONFLIK PERAN, DAN STRES KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjalankan tugas dan pekerjaanya. SDM merupakan modal dasar pembangunan

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP- 37/BC/1997 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang menarik dibanyak negara, termasuk negara-negara berkembang seperti

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

NURDIYANTO F

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat

BAB II LANDASAN TEORITIS. job performance atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada saat ini sumber daya manusia adalah kunci sukses suatu organisasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan akan memenuhi suatu bentuk persaingan yang semakin kompleks dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebuah organisasi atau perusahaan yang maju tentunya tidak lain didukung

BAB I PENDAHULUAN. karyawan. Wujud nyata perusahaan yang secara langsung berpengaruh. terhadap keberadaan karyawan yaitu masalah stress karyawan.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang ekonomi saat ini menunjukkan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. tertentu yang ingin dicapai. Begitu juga dengan organisasi bisnis/jasa, dimana

BAB III METODE PENULISAN. Cukai Tipe Madya Pabean B Bandar Lampung berlokasi di jalan Yos Sudarso

II. LANDASAN TEORI. mencapai keberhasilan. Tanpa aspek manusia sulit kiranya tujuan organisasi dapat

BAB I PENDAHULIAN. di bidang pendistribusian BBM atau SPBU, dimana pekerjaan serta lingkungan

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN

STANDAR PROSEDUR OPERASI PENERBITAN IJIN PEMBONGKARAN BARANG IMPOR DI LUAR KAWASAN PABEAN. Nomor : SOP/WBC.14/KPP.MP.02/1

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan-tujuan organisasi serta memiliki

BAB I PENDAHULUAN. utama yang tidak dapat digantikan oleh unsur apapun.

BAB III. Deskripsi Instansi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tekanan (Stress) merupakan suatu tanggapan adaptif, diperantarai oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang dapat memberikan kepuasan dan tantangan, sebaliknya dapat pula

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penandasan kembali terhadap falsafah Man behind the gun. Roda organisasi sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut merupakan proses yang diarahkan pada pencapaian tujuan organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat, baik saat seseorang tersebut masih dalam proses pendidikan

BAB 3 OBJEK PENELITIAN. pokok dan fungsi DJBC yang mempunyai peran strategis dalam memberikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat kita bahas melalui topik tersebut. Pada kesempatan ini, penulis ingin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bisnis yang bergerak di bidang jasa adalah perbankan. Di era

BAB I. Masalah pengembangan sumber daya manusia telah menjadi perhatian penting

BAB I PENDAHULUAN. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai merupakan instansi di bawah Kementrian

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. unit Eselon 1 yang berada dibawah Kementrian Keuangan Indonesia, sebagaimana Juga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM. tersebut bediri pada pemerintahan Kabupaten Bengkalis. Kota selatpanjang dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai individu niscaya hidup dalam suatu masyarakat. Hal ini. merupakan kodrat selama manusia hidup di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia. Demi terciptanya suatu good governance, pada tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN NASKAH PUBLIKASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbulnya tuntutan efisiensi dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (POLRI) sangatlah penting. Kehadiran POLRI dirasakan

II. TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Sumber Daya Manusia

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi persaingan tersebut. Perusahaan harus bisa mengikuti berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemajuan sebuah organisasi tidak akan lepas dari keberadaan serta

BAB I PENDAHULUAN. optimalkan sesuai dengan fungsi masing. Hal ini akan dapat di lakukan apabila

PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA BANDUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. efektivitas dan keberhasilan organisasi (Yulk, 2005: 4). Kepemimpinan didefinisikan

HUBUNGAN ANTARA HUMAN RELATIONS DENGAN MOTIVASI KERJA PADA KARYAWAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya suatu koordinasi yang baik antara fungsi-fungsi yang ada di dalam

BAB I LATAR BELAKANG. trading diartikan sistem perdagangan secara online yaitu lewat perangkat teknologi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kinerja yang tinggi dari setiap pegawai merupakan hal yang sangat diinginkan oleh semua perusahaan. Semakin banyak pegawai yang memiliki kinerja tinggi, maka produktivitas perusahaan secara keseluruhan akan semakin meningkat dan organisasi dapat bertahan dalam persaingan bisnisnya. Kinerja pegawai merupakan istilah yang berasal dari kata Job Performance atau actual perfomance (prestasi karya atau prestasi sesungguhnya yang dicapai seseorang). Definisi kinerja pegawai yang dikemukakan oleh Robbins (2008) adalah perbandingan hasil yang dicapai dengan peran dan serta tenaga kerja persatuan waktu. Sementara menurut Mangkunegara (2005) bahwa kinerja pegawai adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Maka dapat dikatakan juga bahwa kinerja adalah suatu hasil kerja seseorang berdasarkan standar kinerja yang telah ditentukan oleh perusahaan tersebut. Salah satu faktor keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan produktivitas kerja yang tinggi adalah mempunyai tenaga kerja yang berkualitas dan mempunyai kinerja tinggi. Tetapi pada kenyataannya Sumber Daya Manusia Indonesia tergolong rendah. Secara umum kondisi produktifitas Sumber Daya Insani (SDI) Indonesia dibanding SDI mancanegara masih tergolong rendah yaitu 1

2 peringkat ke 98. Sementara itu peringkat SDI, Filipina 84, Thailand 66, Malaysia 52, Brunai 42, Singapura 37, Hongkong 25, Australia 9, Belanda 8, dan Jepang menduduki peringkat pertama. Hal lain yang memberikan indikasi rendahnya produktifitas kerja Indonesia adalah besarnya kesenjangan pendapatan, besarnya pengangguran dan rendahnya pendidikan rata-rata tenaga kerja (Pranata, 2004). Adapun pada lokasi yang akan dijadikan sebagai tempat penelitian yaitu Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Type Madya Pabean Surakarta ada masalah dengan kinerja pegawainya. Pada dasarnya Kantor Pengawasan dan Pelayanan mempunyai tugas melaksanakan pengawasan dan pelayanan kepabeanan dan cukai dalam daerah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kantor Pengawasan dan Pelayanan antara lain menyelenggarakan fungsi : pelaksanaan intelijen, patroli, penindakan, dan penyidikan di bidang kepabeanan dan cukai; pengelolaan dan pemeliharaan sarana operasi, sarana komunikasi, dan senjata api; pelaksanaan pelayanan teknis di bidang kepabeanan dan cukai; pelaksanaan pemberian perijinan dan fasilitas di bidang kepabeanan dan cukai; pelaksanaan pemungutan dan pengadministrasian bea masuk, bea keluar, cukai, dan pungutan negara lainnya yang dipungut oleh Direktorat Jenderal; penerimaan, penyimpanan, pemeliharaan, dan pendistribusian dokumen kepabeanan dan cukai; pelaksanaan pengolahan data, penyajian informasi, dan laporan kepabeanan dan cukai; pengawasan pelaksanaan tugas dan evaluasi kinerja; pelaksanaan administrasi Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai.

3 Menurut keterangan salah satu staff Umum Bea dan Cukai Surakarta, beberapa permasalahan berkaitan dengan kinerja antara lain yaitu: (a) tanggungjawab pekerjaan, permasalahan yang muncul misalnya: pekerjaan tidak tepat waktu, kualitas di bawah standar, kurang teliti dan kurang rapih dalam bekerja; (b) Kerja sama dalam melaksanakan tugas permasalahan yang sering muncul: tidak ada kerja sama antar lini bagian atau devisi, pendelegasian tugas tidak terlaksana dengan baik (c) Prakarsa / inisiatif dalam bekerja; permasalahan yang ada yaitu: tidak memiliki gagasan, inisiatif, dan terobosan terhadap pekerjaan. (d) Integritas, permasalahan yang sering muncul misalnya melanggar teguh kode etik. Penilaian kinerja adalah salah satu tugas penting untuk dilakukan oleh seorang manajer atau pimpinan. Walaupun demikian, pelaksanaan kinerja yang obyektif bukanlah tugas yang sederhana. Penilaian harus dihindarkan adanya like and dislike dari penilai, agar obyektifitas penilaian dapat terjaga. Kegiatan penilaian ini penting karena dapat digunakan untuk memperbaiki keputusankeputusan personalia dan memberikan umpan balik kepada para pegawai tentang kinerja yang telah dihasilkan. Notoadmojo (2002) berpendapat bahwa penilaian yang baik harus dapat memberikan gambaran yang akurat tentang yang diukur. Artinya penilain tersebut benar-benar menilai performansi pekerjaan pegawai yang dinilai. Agar penilaian dapat mencapai tujuan ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu :

4 a. Penilaian harus mempunyai hubungan dengan pekerjaan. Artinya sistem penilaian tersebut benar-benar menilai perilaku atau kerja yang mendukung kegiatan organisasi dimana pegawai itu bekerja. b. Adanya standar pelaksanaan kerja (performance standards). Standar pelaksanaan adalah ukuran yang dipakai untuk menilai prestasi kerja tersebut. Agar penilaian efektif maka standar penilaian hendaknya berhubungan dengan hasil yang diinginkan setiap pekerjaan. Standar pelaksanaan kerja ini semacam alat ukur untuk performansi kerja, yang harus memenuhi sekurang-kurangnya dua kriteria, yakni validitas dan reliabilitas. Menurunnya kinerja pegawai dapat disebabkan beberapa faktor, diantaranya yaitu stres kerja. Cox (dalam Baskoro, 2003) menjelaskan bahwa stres merupakan bentuk sikap seseorang terhadap suatu peristiwa kehidupan yang menimbulkan dampak tidak mengenakkan bagi kehidupan fisik dan mental seseorang. Beban kerja yang berlebihan, keterdesakan waktu, bekerja lebih lama untuk memenuhi order, kondisi lingkungan fisik yang kurang mendukung, pekerjaan yang monoton, berulang-ulang dan tidak variatif, hal ini memungkinkan pegawai mengalami stres kerja, dan ditakutkan berdampak buruk bukan berdampak positif terhadap kinerja sehingga usaha pencapaian kinerja pegawai bisa terganggu. Stres yang dialami pegawai di tempat kerja dapat berpengaruh negatif terhadap kinerja pegawai. Stres di tempat kerja setidaknya berasal dari dua sumber. Pertama, dari sifat pekerjaan itu sendiri yang cenderung rentan terhadap stres seperti tugas customer service yang bertugas menangani complaint dari

5 customer. Kedua, dari lingkungan kerjanya seperti hubungan yang tidak harmonis atau konflik antar pegawai, atau adanya gangguan dari warga sekitar lokasi kerja, dll. Akibat yang timbul dari kondisi diatas adalah munculnya stres kerja yang dialami oleh pegawai. Hal ini mempengaruhi kinerja pegawai (Gibson, 2008). Menurut Robbins (2008), sisi negatif stres yang berkepanjangan dapat menyebabkan timbulnya gejala-gejala merugikan seperti sulit tidur, sakit kepala, mual, lelah, dan lekas marah. Jika dibiarkan terus-menerus akan membuat sakit dan kerusakan-kerusakan pada fungsi fisik dan psikologis. Hal tersebut tentu saja sangat merugikan baik itu bagi karyawan maupun bagi manajemen perusahaan secara keseluruhan. Stres yang bersifat positif disebut eustress. Eustress mendorong manusia untuk lebih berprestasi, lebih tertantang untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya, meningkatkan produktivitas kerja, dan lainlain. Stres yang berlebihan dan bersifat merugikan disebut distress. Distres menimbulkan berbagai macam gejala yang umumnya merugikan kinerja seseorang. Gejala-gejala distress melibatkan baik kesehatan fisik maupun psikis. Beberapa contoh distress antara lain adalah: gairah kerja menurun, sering membolos atau tidak masuk kerja, tekanan darah tinggi, gangguan pada alat pencernaan, dan lain sebagainya Kinerja dapat pengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya yaitu stres kerja. Higgins (Umar, 1998) berpendapat bahwa terdapat hubungan langsung antara stres dan kinerja, sejumlah besar riset telah menyelidiki hubungan stres kerja dengan kinerja disajikan dalam model stres kinerja (hubungan U terbalik) Pola U terbalik tersebut menunjukkan hubungan tingkat stres (rendah-tinggi) dan

6 kinerja (rendah-tinggi). Bila tidak ada stres, tantangan kerja juga tidak ada dan kinerja cenderung menurun. Sejalan dengan meningkatnya stres, kinerja cenderung naik, karena stres membantu pegawai untuk mengarahkan segala sumber daya dalam memenuhi kebutuhan kerja, adalah suatu rangsangan sehat yang mendorong para pegawai untuk menanggapi tantangan pekerjaan. Akhirnya stres mencapai titik stabil yang kira-kira sesuai dengan kemampuan prestasi pegawai. Selanjutnya, bila stres menjadi terlalu besar, kinerja akan mulai menurun karena stres mengganggu pelaksanaan pekerjaan. Pegawai kehilangan kemampuan untuk mengendalikannya. Akibat yang paling ekstrem adalah kinerja menjadi nol, pegawai, menjadi tidak kuat lagi bekerja, putus asa, keluar atau menolak bekerja untuk menghindari stres Pada dasarnya harapan semua individu atau pegawai yang berada dalam organisasi atau perusahaan adalah dapat menghasilkan kinerja yang tinggi dan optimal sehingga mampu memperlancar jalannya roda organisasi atau perusahaan serta memberikan kepuasan kerja bagi pegawai tersebut. Salah satu yang dilakukan adalah dengan cara mampu mengendalikan stres dan tekanan kerja yang ada, serta mampu memanfaatkan stres kerja tersebut sebagai sarana dan motivasi untuk memperbaiki setiap kegagalan yang dialami, meningkatkan kompetisi kerja dan kualitas serta kuantitas kerja yang dihasilkan. Namun kenyataan yang ada banyak pegawai yang belum mampu menghasilkan kinerja secara optimal karena tidak mampu mengendalikan tingkat stres yang dialami. Berdasarkan uraian di atas maka muncul rumusan masalah, Apakah ada hubungan antara stres kerja dengan kinerja pegawai di Kantor Pengawasan dan

7 Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) Type Madya Pabean Surakarta? Mengacu dari rumusan masalah tersebut penulis tertarik meneliti lebih lanjut dengan melakukan penelitian berjudul Hubungan stres kerja dengan kinerja pada Pegawai B. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian untuk mengetahui: 1. Hubungan stres kerja dengan kinerja pegawai Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Type Madya Pabean Surakarta 2. Sumbangan atau peran stres kerja terhadap kinerja pegawai Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Type Madya Pabean Surakarta 3. Tingkat atau kondisi stres kerja dan kinerja pada pegawai Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Type Madya Pabean Surakarta 4. Tingkat atau kondisi kinerja pada pegawai Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Type Madya Pabean Surakarta 1.Bagi perusahaan yang diteliti C. Manfaat Penelitian Penelitian ini memberikan informasi empiris mengenai hubungan stres kerja dengan kinerja pegawai sehingga diharapkan sebagai bahan masukan didalam pengelolaan sumber daya manusia khususnya dalam pengendalian tingkat stres dan meningkatkan kinerja pegawainya.

8 2. Bagi pegawai (KPPBC) Type Madya Pabean Surakarta Memberikan masukan pada subjek penelitian dalam usaha untuk meningkatkan kinerja pegawai yang diwujudkan dengan upaya pencegahan timbulnya kondisi sumber-sumber stres kerja yang mengganggu pegawai dalam bekerja. 3. Bagi peneliti lain Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan perbandingan peneliti lain agar dapat mengambil informasi dan sebagai referensi untuk penelitian tentang objek yang sama di masa mendatang maupun sebagai tambahan ilmu pengetahuan.