PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA SISWA SEKOLAH DASAR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tidak sama, oleh karena itu peserta didik harus berpartisipasi aktif secara fisik dan

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai kata kunci untuk menguak kemajuan bangsa. Tujuan Pendidikan Nasional yang tercantum dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Cindy Noor Indah putri, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu sistem pada prinsipnya bukan hanya bertujuan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang amat penting dalam suatu negara

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memiliki peran strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. dengan peserta didik dalam situasi intruksional edukatif. Melalui proses belajar

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. karakter kuat, berpandangan luas ke depan untuk meraih cita-cita yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. guru yang melaksanakan kegiatan pendidikan untuk orang-orang muda

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan dapat melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi untuk:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan

BAB I. Pendahuluan. dari sistem nilai pancasila yang bersumber dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Feni Maelani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah pembelajaran, pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Secara formal, pendidikan diselenggarakan di sekolah. Penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan dari kebudayaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi diperlukan sumber daya manusia yang tangguh. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

BAB I PENDAHULUAN. kurang memperhatikan sektor pendidikannya. Pendidikan memiliki peran dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yang menyatakan bahwa : Proses pembelajaran pada umumnya memiliki komponen-komponen

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang ingin cepat maju dan mampu bersaing dengan negara-negara lain

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Permendikbud No. 67 tahun 2013, kurikulum 2013 dirancang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan keterampilan. Menurut Suharjo (2006: 1), pendidikan memainkan peranan. emosi, pengetahuan dan pengalaman peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Pada hakikatnya pendidikan adalah sarana untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan bangsa, mulai dari pembangunan gedung-gedung,

pengetahuan dan teknologi perlu adanya pembaharuan dalam sistem pendidikan secara terarah dan terencana maka Undang-Undang Republik Indonesia No 20

Berdasarkan pendapat diatas, menegaskan bahwa pendidikan sangat penting bagi setiap insan manusia. Pendidikan sangat erat kaitannya dengan guru dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan sekelompok orang yang di turunkan dari satu generasi ke generasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan tempat untuk mengembangkan dan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu pembangunan,

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sosial budaya dimana dia hidup.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan

BAB I PENDAHULUAN. menempuh pendidikan yang lebih tinggi dari sebelumnya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting karena pendidikan merupakan

I. PENDAHULUAN. menghadapi kehidupan nyata sehari-hari di lingkungan keluarga dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Pendidikan

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jenjang SD sampai SMP. Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan formal

BAB I PENDAHULUAN. manusia, supaya anak didik menjadi manusia yang berkualitas, profesional,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah pilar utama dalam pembentukan mental/karakter seorang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hal yang sangat penting bagi suatu bangsa, dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu usaha yang bertujuan untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dikatakan berjalan baik apabila mampu berperan secara proporsif,

BAB I PENDAHULUAN. terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga negara yang baik

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha sadar dan terencana untuk memanusiakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan. didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu menunjukan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan dan perkembangan suatu negara. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. latihan. Pendidikan memberikan peranan yang sangat besar dalam menciptakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia (SDM), karena sumber daya yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

I. PENDAHULUAN. Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan perkembangan dan pembangunan bangsa dan negara. Kemajuan suatu bangsa bergantung pada bagaimana bangsa tersebut mengenali, menghargai dan memanfaatkan sumber daya manusia. Dalam hal ini berkaitan erat dengan kualitas pendidikan yang diberikan kepada anggota masyarakat terutama kepada peserta didik. Pendidikan merupakan salah satu sektor penting penentu keberhasilan pembangunan nasional, baik dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilakukan dalam mewujudkan cita-cita pembangunan nasional sebagaimana yang tercantum dalam UU Sisdiknas Bab II pasal 3 yang berbunyi: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pembangunan nasional dapat terwujud jika semua elemen yang terdapat didalamnya dapat bekerjasama dengan baik. Maka dari itu pendidikan di sekolah dituntut untuk menciptakan generasi penerus bangsa yang memiliki skill sosial yang sangat berkualitas yang diantaranya adalah bekerjasama dengan orang lain. Di SDN yang berada di jl.sarirasa Sarijadi kota Bandung khususnya di kelas IV keterampilan kerjasama siswa masih kurang baik begitu juga hasil belajar pada mata pelajaran IPS yaitu dibawah KKM atau dibawah 70. Hal tersebut dibuktikan dimana hasil pengamatan selama melakukan kegiatan PPL 1

2 jika siswa dibagi dalam kelompok mereka selalu mengeluhkan teman kelompok yang mereka dapat, selain itu jika dalam kelompok mereka tidak pernah berinteraksi dengan baik mereka akan saling mengejek, saling membentak, duduk berjauh-jauhan, tidak saling berkomunikasi, mengerjakan LK sendiri tanpa bantuan dari teman sekelompoknya, bahkan beberapa anak tidak mau sama sekali mengerjakan LK jika soal LK telah disentuh oleh teman kelompok yang tidak dia sukai dan. Selain itu dari nilai ulangan harian I semester I Tahun pelajaran 2014/2015 bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS memperoleh rata-rata ulangan harian adalah 63 dengan target KKM 70 dan hanya 33% siswa yang mendapatkan perolehan nilai di atas KKM. Hal ini disebabkan karena dalam proses pembelajaran sepenuhnya di atur oleh guru. Interaksi guru dan siswa hanya terbatas pada model pembacaan atau hafalan. Guru mengorganisasikan siswa secara individual dimana disetiap proses pembelajaran guru akan menanyakan apa saja yang telah dipelajari meminta salah seorang siswa menjawab pertanyaan tersebut. Hal tersebut menjadikan kelas sebagai ruang kompetensi antara satu siswa dengan siswa lainnya. Dari hasil angket yang didapat menyebutkan bahwa mereka tidak senang belajar dikelas karena guru dalam pembelajaran di kelas lebih banyak menggunakan sumber belajar hanya buku paket dan metode yang digunakan oleh guru adalah metode ceramah, siswa hanya sebagai pendengar saja. Proses pembelajaran dilaksanakan dengan cara siswa membaca buku, kemudian guru menjelaskan materi yang dibahas, sehingga aktivitas siswa tampak kurang aktif. Proses pembelajaran di dominasi oleh guru, sedangkan guru mengorganisasikan siswa secara klasikal sehingga suasana pembelajaran kurang menarik perhatian siswa, siswa terlihat jenuh dan bosan. Dalam membahas materi tidak terlihat adanya upaya guru untuk mengembangkan kegiatan diskusi kelompok maupun kegiatan kelas, target keberhasilan pengajaran yang diterapkan guru cenderung lebih mengarahkan agar siswa terampil mengerjakan soal-soal ujian akibatnya pemahaman konsep siswa rendah dan keterampilan sosial pun kurang baik.

3 Pada hakikatnya mata pelajaran IPS di SD bertujuan agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan nilai, dan sikap serta keterampilan sosial yang berguna bagi dirinya, mengembangkan pemahaman tentang pertumbuhan masyarakat Indonesia masa lampau hingga kini sehingga siswa bangga sebagai bangsa Indonesia. Keterampilan sosial merupakan salah satu keterampilan dasar yang dibutuhkan oleh siswa untuk menerapkan secara aplikatif pemahaman mereka terhadap konsep-konsep dasar sosial. Keterampilan sosial tidak datang dengan sendirinya, ia harus diajarkan dan dilatih antara lain melalui pendidikan khususnya IPS. Pendidikan IPS di SD sebenarnya memberikan peluang untuk tumbuhnya dasar-dasar keterampilan sosial dengan mulai mengenalkan lingkungan sosial yang dekat dengan kehidupannya, mengenalkan status dan perannya sebagai manusia sosial dan juga keterampilan berkerja sama dan bergotong-royong. Dengan memiliki keterampilan sosial akan membuatnya mudah diterima oleh anak lain karena mampu berperilaku sesuai harapan lingkungannya secara tepat. Begitu pula anak-anak diberi banyak kesempatan untuk bermain dan bergaul cenderung akan memiliki keterampilan sosial yang tinggi ketimbang anak yang sehari-harinya di rumah saja. Kegiatan pembelajaran bagi anak usia sekolah dasar memiliki makna dan tujuan tersendiri. Hal ini berkaitan dengan ciri-ciri atau karakteristik anak yang bersangkutan. Oleh karena itu proses pembelajaran harus diciptakan atas dasar pemahaman dan bagaimana anak tumbuh dan berkembang. Dengan kata lain, kegiatan belajar mengajar yang secara praktis dikembangkan guru sekolah dasar dituntut untuk berorientasi pada perkembangan anak secara tepat. Dengan memahami karakteristik siswa yang suka bermain dan memiliki rasa ingin tahu yang besar, mereka mudah terpengaruh oleh lingkungan dan gemar membentuk kelompok sebaya. Oleh karena itu pembelajaran diusahakan dalam suasana yang kondusif dan menyenangkan. Guru harus memperhatikan beberapa prinsip motivasi, prinsip latar belakang, prinsip

4 pemusatan perhatian, prinsip keterpaduan, prinsip pemecahan masalah, prinsip menemukan, prinsip belajar sambil bekerja, prinsip belajar sambil bermain, prinsip perbedaan individu dan prinsip hubungan sosial. Model pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekadar belajar dalam kelompok. Ada unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan pembelajaran kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prinsip dasar pokok sistem pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengola kelas dengan lebih efektif. Dalam pembelajaran kooperatif proses pembelajaran tidak harus belajar dari guru kepada siswa. Siswa dapat saling membelajarkan sesama siswa lainnya. Pembelajaran oleh rekan sebaya lebih efektif daripada pembelajaran oleh guru. Seperti pendapat para ahli sebuah usaha yang dilakukan bersama pada dasarnya dapat meningkatkan kualitas kehidupan, mendatangkan kebahagiaan dan semangat serta supel dan mencegah adanya konflik sosial yang dekonstruktif. Selain itu, usaha yang dilakukan bersama-sama tidak hanya mendorong peningkatan aspek sosial, namun juga mendongkrak aspek intelektual. Oleh karena itu, beberapa tugas akademik yang dikerjakan dengan mengandalkan interaksi sosial biasa disiasati sedemikian rupa untuk meningkatkan hasil pembelajaran. Dengan meningkatkan satu formula ini, perkembangan tingkah laku sosial yang produktif, skill akademik, serta pengetahuan akan sama-sama dicapai. Model pembelajaran kooperatif bukanlah sesuatu yang baru. Sebagian guru dan mungkin siswa mungkin pernah menggunakannya atau mengalaminya sebagai contoh saat bekerja dalam laboratorium. Artz & Newman (dalam Trianto, 2009, hlm 56) menyatakan bahwa dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Jadi, setiap anggota

5 kelompok memiliki tanggung jawab yang sama untuk keberhasilan kelompoknya. Namun dalam konteks yang berbeda model pembelajaran kooperatif ini masih sangat jarang digunakan untuk meningkatkan kemampuan kerjasama siswa serta meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS pada siswa kelas IV SD. Berdasarkan fenomena yang terjadi di kelas, peneliti mencoba untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Make a match untuk meningkatkan keterampilan sosial yaitu kemampuan kerjasama siswa dalam proses pembelajaran IPS yang diharapkan dapat memotivasi siswa dalam belajar sehingga dapat meningkatkan hasil belajar dan skill sosialnya. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah penelitian, maka rumusan umum masalah penelitian ini adalah mengetahui bagaimana bentuk penerapan model pembelajaran Make a match untuk meningkatkan kemampuan kerjasama siswa? Kemudian, untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan tersebut, maka secara khusus dibuat tiga pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana bentuk perencanaan pembelajaran ilmu pengetahuan sosial dengan menerapkan model pembelajaran Make a match untuk meningkatkan kemampuan kerjasama dan hasil belajar siswa kelas IV SD Sarijadi 5 di Bandung? 2. Bagaimana proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Make a match pada mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial untuk meningkatkan kemampuan kerjasama dan hasil belajar siswa kelas IV SD Sarijadi 5 di Bandung? 3. Bagaimana peningkatan kemampuan kerjasama dan hasil belajar siswa SD kelas IV pada mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial yang menerapkan model pembelajaran Make a match pada proses

6 pembelajarannya serta apakah peningkatan kemampuan kerjasama memiliki hubungan peningkatan hasil belajar? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah penelitian, secara umum tujuan penelitian ini adalah mengetahui bentuk penerapan model pembelajaran Make a match untuk meningkatkan kemapuan kerjasama siswa kelas IV SD. Kemudian, tujuan khusus penelitian ini terdiri dari tiga pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Memperoleh bentuk perencanaan pembelajaran ilmu pengetahuan sosial dengan menerapkan model pembelajaran Make a match untuk meningkatkan kemampuan kerjasama dan hasil belajar siswa kelas IV SD Sarijadi 5 di Bandung. 2. Mengetahui proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajarn Make a match pada mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial untuk meningkatkan kemampuan kerjasama dan hasil belajar siswa kelas IV SD Sarijadi 5 di Bandung. 3. Mengetahui peningkatan kemampuan kerjasama dan hasil belajar siswa kelas IV SD pada mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial yang menerapkan model pembelajarn Make a match pada proses pembelajarannya serta mengetahui hubungan yang dimiliki anatara peningkatan kemampuan kerjasamsa dengan peningkatan hasil belajar. D. Manfaat Penelitian Dengan melakukan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap perbaikan kualitas pendidikan dan pembelajaran. Adapun beberapa manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritik

7 Secara teoritis, hasil dari penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat mengembangkan model pembelajaran Make a match dalam meningkatkan kemampuan kerjasama siswa kelas IV SD. 2. Manfaat Praktis a. Siswa 1) Dengan model pembelajaran Make a match, dapat meningkatkan perasaan positif terhadap satu sama lain, menghilangkan persaingan dan penyendirian, membangun sebuah hubungan dan memberikan sebuah pandangan positif mengenai orang lain. 2) Dengan model pembelajaran Make a match, dapat meningkatkankan penghargaan diri, melalui perasaan dihormati dan dihargai oleh orang lain dalam sebuah lingkungan. 3) Dengan model pembelajaran Make a match, dapat meningkatkan kapasitas untuk berkerjasama secara produktif dan meningkatkan skill sosial secara umum. 4) Dengan model pembelajaran Make a match, dapat menggali pemahaman baru dan menghasilkan hasil belajar yang maksimal mengenai materi yang dipelajarinya. b. Guru 1) Memberikan wawasan tentang penggunaan model pembelajaran Make a match yang dapat menciptakan hasil belajar siswa melalui kerjasama antar siswa. 2) Memberikan aspirasi untuk melakukan proses belajar pembelajaran dengan menggunakan berbagai macam metode pembelajaran sehingga tercipta pembelajaran yang menyenangkan. 3) Memberikan aspirasi untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan serta membangkitkan rasa percaya diri

8 sehingga akan selalu bergairah dan bersemangat untuk memperbaiki pembelajarannya secara terus menerus. c. Sekolah 1) Sebagai masukan dalam penyediaan dan pengelolaan sumber belajar di sekolah. 2) Sebagai masukan dalam memberi kontribusi untuk meningkatkan kualitas sekolah khususnya pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.