BAB IV METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Responden

IV. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data 4.3. Metode Pengambilan Sampel

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Pengumpulan Data

IV. METODE PENELITIAN

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

IV. METODE PENELITIAN

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

BAB IV METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan

BAB IV METODE PENELITIAN

VIII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

BAB IV. METODE PENELITIAN

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

VI ANALISIS EFISIENSI TEKNIS

IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pertanian Bogor (PSP3 IPB) dan PT. Pertani di Propinsi Jawa Timur tahun 2010.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, Kecamatan

IV. METODE PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CAISIM

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga,

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga

IV. METODOLOGI PENELITIAN

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Empiris Ubi Jalar

IV. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN Definisi dan Pengukuran Variabel Definisi dan pengukuran variabel penelitian ini disajikan pada Tabel 3.1.

III. METODE PENELITIAN. dianalisis. Menurut Supardi (2005) penelitian deskripsi secara garis besar

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS EFISIENSI TEKNIS USAHATANI SAWI (Brassica juncea L) DI KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu 4.2 Data dan Instrumentasi

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA

III KERANGKA PEMIKIRAN

VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU. model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan penduga metode Ordinary Least

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. wilayah Kecamatan Karawang Timur dijadikan sebagai kawasan pemukiman dan

METODE PENELITIAN. status suatu gejala yang ada. Data dikumpulkan disusun, dijelaskan dan kemudian

BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS EFISIENSI TEKNIS FAKTOR PRODUKSI PADI (Oryza sativa) ORGANIK DI DESA SUMBER PASIR, KECAMATAN PAKIS, KABUPATEN MALANG

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. untuk menciptakan data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

METODE PENELITIAN. akurat mengenai faktor-faktor, sifat-sifat dan hubungan antar fenomena yang

III. METODE PENELITIAN. Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

I. METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya

menggunakan BLP Organik dan setelah menggunakan BLP Organik.

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 2. No 2 Desember 2008) 1 & 2

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan metode survey melalui pengamatan langsung di

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 1 Maret 2013

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive

ANALISIS EFISIENSI BIAYA DAN KEUNTUNGAN PADA USAHATANI JAGUNG (Zea mays) DI DESA KRAMAT, KECAMATAN BANGKALAN, KABUPATEN BANGKALAN, MADURA

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang

BAB III METODE PENELITIAN. komoditas tembakau merupakan bahan baku utama pada industri rokok. Usahatani

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September 2013

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III METODOLOGIPENELITIAN

III. METODELOGI PENELITIAN. sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat

IV. METODE PENELITIAN

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH

METODE PENELITIAN. Menurut Travers (1978) dalam Umar menjelaskan bahwa metode ini bertujuan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Varietas Bawang Merah

II. TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Lawe Sigala-gala, Kecamatan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jagung di kecamatan Tigabinanga, penulis menggunakan teori yang sederhana sebagai

II. BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. probiotik maupun non probiotik oleh peternak, dimulai dari pembesaran bibit

IV. METODE PENELITIAN

VI. ANALISIS PRODUKSI DAN EFISIENSI TEKNIS USAHATANI JERUK KEPROK SOE DAERAH LAHAN KERING

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar, Definisi Operasional dan Pengukuran. variabel- variabel yang digunakan dalam penelitian ini akan diukur dan

METODE PENELITIAN. deskriptif analisis, pelaksanaan penelitian ini menggunakan studi komparatif,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. kandang dan bibit terhadap penerimaan usaha, dengan subjek penelitian peternak

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI KEDELAI DI KECAMATAN PALIYAN GUNUNGKIDUL

ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBIKAYU

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

IV. METODE PENELITIAN. daerah yang memiliki luas areal yang cukup potensial dalam pengembangan padi

Transkripsi:

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian analisis efisiensi teknis dan pendapatan usahatani caisim ini dilakukan di Desa Ciaruteun Ilir Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut merupakan salah satu sentra produksi sayuran (caisim) di Kabupaten Bogor sehingga tersedia banyak objek-objek dan permasalahan-permasalahan yang dapat diangkat sebagai bahan penelitian. Penelitian dilaksanakan selama satu bulan yakni bulan Maret sampai April 2012. 4.2 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung, pencatatan, dan wawancara langsung dengan petani untuk mengetahui pengunaan input, penerimaan serta faktor-faktor produksi usahatani. Sedangkan data sekunder juga diperoleh dari petani yang meliputi luas lahan yang diusahakan, harga produk, biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi berlangsung, jumlah produksi yang diperoleh selama periode siklus produksi berlangsung serta datadata lainnya yang mendukung sehingga dapat menentukan efisiensi yang diperoleh, Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen Pertanian, Perpustakaan LSI Institut Pertanian Bogor, internet dan literatur yang relevan. 4.3 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari : 1. Identifikasi Langsung Identifikasi dilakukan dengan melakukan proses pengamatan langsung terhadap kondisi yang ada di daerah penelitian. Proses identifikasi dilakukan untuk mengetahui mekanisme, proses, penggunaan dan aktivitas-aktivitas serta kondisi yang terkait dengan usahatani caisim. 31

2. Wawancara Wawancara dilakukan untuk melengkapi informasi yang diperoleh melalui pengamatan. Data dikumpulkan melalui responden yang ditentukan ditentukan berdasarkan tujuan penelitian. 4.4 Metode Pengambilan Sampel Pengambilan sampel pada responden petani dalam penelitian ini dilakukan dengan tiga tahap, yang pertama dengan Cluster Sampling. Melalui Cluster Sampling lokasi penelitian dibagi berdasarkan dusun, dimana dalam desa tersebut terdapat empat dusun. Kemudian setelah itu untuk menentukan jumlah responden dari masing-masing dusun ditentukan dengan metode Proportional Sampling yaitu dilihat dari jumlah penduduk dari masing dusun yang bermata pencaharian sebagai petani. Terakhir, pengambilan sampel dengan cara (Purposive Sampling) yaitu sample dipilih secara sengaja dengan meminta rekomendasi dari kepala dusun. Sample yang ditunjuk merupakan petani yang memiliki kriteria khusus yaitu petani yang secara rutin menanam caisim, selain itu petani tersebut memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Jumlah sampel secara keseluruhan adalah sebanyak 35 orang dari populasi petani caisim. Jumlah tersebut sudah dianggap dapat mempresentasikan keadaan petani caisim di Desa Ciarutuen Ilir dan ukuran yang dapat diterima serta memenuhi syarat dari suatu metode penelitian (minimal 30 orang). 4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh diolah dan dianalisis dengan dua cara yaitu secara kualitatif dan kuantitatif. Data kuantitatif kemudian diolah dan disajikan dalam bentuk tabel sedangkan data kualitatif dipaparkan dalam bentuk uraian guna mendukung data kuantitatif yang telah tersedia sebelumnya. Data yang terkumpul diverifikasi dan validasi terlebih dahulu, selanjutnya diolah dengan bantuan program computer antara lain Microsoft excel. Minitab 13 dan Frontier 4.1. Frontier 4.1 digunakan untuk membantu mengestimasi nilai parameter dari maximum-likelihood untuk model fungsi produksi stochastic frontier. Program Frontier 4.1 terdiri dari tiga tahap yaitu : 32

1. Mengkalkulasi nilai estimasi dari β dan ζs 2 menggunakan OLS (Ordinary Least Square) semua nilai estimasi β kecuali β 0 unbias. 2. Dua frase grid search dari fungsi likelihood digunakan untuk mengevaluasi nilai dari γ yang nilainya berkisar antar 0 dan 1. 3. Nilai diseleksi melalui tahap kedua digunaka sebagai nilai awal dalam prosedur iteratif untuk mengestimasi nilai akhir maximum-likelihood. 4.5.1 Analisis Fungsi Produksi Stochastic Frontier (SF) Data yang dikumpulkan kemudian ditabulasi dan dianalisis. Data dianalisis menggunakan alat analisis fungsi produksi stochastic frontier. Analisis fungsi produksi stochastic frontier digunakan untuk mengukur efisiensi teknis dari usahatani caisim dari sisi output dan faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi teknis. Dalam penelitian ini, fungsi produksi yang digunakan adalah fungsi produksi stochastic frontier Cobb-Douglas. Pilihan terhadap bentuk fungsi produksi ini diambil berdasarkan alasan sebagai berikut: (1) bersifat homogen sehingga dapat digunakan menurunkan fungsi biaya dual dari fungsi produksi, (2) lebih sederhana, dan (3) jarang menimbulkan masalah. Selain itu, menurut Binici dalam Kurniawan(2008), fungsi produksi stochastic frontier Cobb-Douglas telah digunakan secara luas dan teruji untuk mengkaji efisiensi produksi di negaranegara maju dan berkembang. Meski demikian, ada beberapa kelemahan fungsi Cobb-Douglas, menurut Kurniawan (2008) diantaranya adalah: (1) tidak ada produksi (y) maksimum, artinya sepanjang kombinasi input (x) dinaikkan maka produksi (y) akan terus naik sepanjang expansion path-nya, dan (2) elastisitas produksi tetap. Kelemahan ini membuat fungsi produksi Cobb-Douglas tidak bisa menggambarkan fungsi produksi neo-klasik. Model matematis fungsi produksi Cobb-Douglas untuk usahatani caisim dalam penelitian ini dapat ditulis sebagai berikut: Ln Y = Ln β 0 + β 1 Ln X 1 + β 2 Ln X 2 + β 3 Ln X 3 + β 4 Ln X 4 + β 5 Ln X 5 +β 5 Ln X 5 +β 6 Ln X 6 + β 7 Ln X 7 + β 8 Ln X 8 + ( v i u i ) Dimana : Y = Produksi total caisim (Kg) β 0 = Intersep β i = Koefisien parameter penduga, dimanai = 1,2,3,.8 X 1 = Luas lahan (Ha) 33

X 2 = Benih (gr) X 3 = Unsur N (Kg) X 4 = Unsur P (Kg) X 5 = Unsur K (Kg) X 6 = Pupuk kandang (Kg) X 7 = Obat (ml) X 8 = Tenaga kerja (HOK) ( v i u i ) = Error Term (ui = efek inefisiensi teknis dalam model) 0 <β i < 1 (Diminishing Return) Variabel sisa (random shock) vi merupakan variabel acak yang bebas dan secara identik terdistribusi normal (independent-identically distributed/i.i.d) dengan rataan (mathematical expectation/ui) bernilai nol dan ragamnya konstan, ζy 2 (N(0,ζy 2 )), serta bebas dari ui. Variabel kesalahan (residual solow) ui adalah variabel yang menggambarkan efek inefisiensi di dalam produksi, diasumsikan terdistribusi secara bebas diantara setiap observasi dan nilai vi. Variabel acak ui tidak boleh bernilai negatif dan distribusinya normal dengan nilai distribusi N(μi,ζu 2 ) (Coelli et al, 1998). Adapun hipotesis awal dari koefisien (β i ) dari masing-masing variabel independen antara lain : 1. Koefisien lahan (β 1 ) lebih besar dari nol (β 1 > 0), semakin luas lahan yang digunakan maka akan semakin meningkatkan produksi caisim karena lahan dilokasi penelitian merupakan lahan yang relatif subur untuk mengusahakan caisim. 2. Koefisien benih (β 2 ) lebih besar dari nol (β 2 > 0), semakin banyak benih yang digunakan oleh petani maka akan semakin meningkatkan produksi karena semakin banyaknya benih akan meningkatkan populasi caisim yang dibudidayakan. 3. Koefisien unsur N (β 3 ) lebih besar dari nol (β 3 > 0), semakin banyak pupuk yang digunakan maka akan semakin meningkatkan produksi. Hal ini diduga karena pupuk unsur N baik untuk pertumbuhan caisim sehingga akan meningkatkan produksi. 4. Koefisien unsur P (β 4 ) lebih besar dari nol (β 4 > 0), sama halnya dengan unsur N, semakin banyak unsur P yang digunakan semakin banyak produksi yang 34

dihasilkan karena pupuk unsur N yang baik untuk caisim sehingga mampu terus meningkatkan produksi. 5. Koefisien unsur K (β 5 ) lebih besar dari nol (β 5 > 0), semakin banyak pupuk unsu K yang digunakan semakin meningkatkan produksi karena tanaman caisim membutuhkan banyak pupuk untuk tumbuh baik dan unsur K bersifat baik untuk caisim. 6. Koefisien pupuk kandang (β 6 ) lebih besar dari nol (β 6 > 0), semakin tingginya pupuk kandang yang digunakan diduga akan meningkatkan produksi, hal ini dikarenakan oleh pupuk kandang yang bersifat baik untuk tanaman maupun untuk unsur hara dan mikroba dalam tanah. 7. Koefisien obat-obatan (β 7 ) lebih besar dari nol (β 7 > 0), semakin banyak obatobatan digununakan diduga akan semakin meningkatkan produksi. Hal ini sesuai hasil wawancara dengan petani setempat bahwa saat dilakukannya penelitian banyak serangan hama di lokasi penelitian. 8. Koefisien tenaga kerja (β 8 ) lebih besar dari nol (β 8 > 0), semakin banyaknya tenaga kerja diduga akan semakin meningkatkan prouksi. Hal ini dikarenakan oleh semakin banyak aktivitas atau kegiatan dalam proses usahatani yang dapat dilakukkan gna meningkatkan produksi caisim. 4.5.2 Analisis Efisiensi Teknis dan Inefisiensi Teknis Efek efisiensi teknis yang digunakan dalam penelitian ini diacu dari model efek inefisiensi yang dikembangkan oleh Battese dan Coelli (1998). Dalam model ini, variabel ui yang digunakan diasumsikan bebas dan distribusinya terpotong normal dengan N(μi,ζ 2 ). Berikut adalah faktor-faktor yang yang diperkiran mempengaruhi tingkat inefisiensi teknis petani caisim dan hipotesis yang digunakan untuk model inefisiensi dalam model. 1. Umur petani (Z 1 ), semakin tua umur petani diduga menyebabkan semakin tinggi tingkat inefisiensi sebab semakin tua petani maka semakin lemah kondisi fisiknya. 2. Umur bibit (Z 2 ), Semakin tua umur bibit diduga akan meningkatkan inefisiensi (tidak sesuai rekomendasi). 35

3. Pendidikan (Z 3 ), semakin tinggi tingkat pendidikan petani diduga akan memperkecil tingkat inefisiensi petani karena tingginya tingkat pendidikan bisa menunjukkan tingginya pengetahuan petani dalam mengelola usahataninya. 4. Pengalaman (Z 4 ), semakin lama pengalaman petani dalam usahatani caisim diduga akan memperkecil tingkat inefisiensi teknis karena pengalaman yang didapatkan petani dari pengalaman usahatani sebelumnya akan menjadi pelajaran untuk petani caisim. 5. Pendapatan diluar usahatani (Z 5 ), semakin besar pendapatan diluar usahatani diduga akan memperkecil tingkat inefisiensi karena tambahan pendapatan tersebut digunakan untuk modala tambahan modal usahatani. 6. Dummy Varietas (Z 6 ), dengan dengan menggunakan varietas hibrida diduga akan memperkecil tingkat inefisiensi karena dengan pengggunaan bibit hibrida usahatani akan lebih produktif. 7. Dummy status lahan (Z 7 ), status kepemilikan diduga mempengaruhi keseriusan dalam mengelola usahatani. Petani penyewa cendrung lebih baik (efisien) dari petani yang yang tidak menyewa. Parameter distribusi dari efek inefisiensi teknis tersebut dapat ditulis : μ i = δ 0 + δ 1 Z 1 + δ 1 Z 1 + δ 2 Z 2 + δ 3 Z 3 + δ 4 Z 4 + δ 5 Z 5 + δ 6 Z 6 + δ 7 Z 7 + W it Efek inefisiensi dan fungsi stochastic frontier dapat diperoleh dari program Frontier 4.1. Kemudian, efek inefisiensi dilakukan dengan metode statistik. Hasil dari Frontier 4.1 akan memberikan nilai perkiraan varians dari parameter dalam bentuk : ζ 2 s = ζ 2 v +ζ 2 u dan γ = ζ 2 2 u / ζ s Nilai γ berada antara nol dan satu. Nilai kritis akan menentukan untuk penerimaan hipotesa. Efisiensi teknis petani ke-i adalah adalah nilai harapan dari (-ui) yang dinyatakan dalam persamaan di bawah ini : 36

Dimana TE i adalah efisiensi teknis petani ke-i dan y i adalah fungsi output deterministic (tanpa error term). Nilai efisiensi tersebut berbanding terbalik dengan efek inefisiensi yang juga bernilai antara nol dan satu. Nilai efisien tersebut hanya digunakan untuk fungsi yang memiliki jumlah output dan input tertentu (cross section data) dan tidak untuk input yang bersifat logaritmik (panel data) (Battese dan Coelli 1998). 4.5.3 Uji Hipotesis Hasil output efek efisiensi teknis frontierakan dilakukan melalui pengujian hipotesis. Untuk mengidentifikasi apakah terdapat efek inefisiensi di dalam model menggunakan nilai LR test galat satu sisi, sedangkan untuk masing-masing variabel penduga apakah koefisien dari masing-masing parameter bebas (δi) yang digunakan secara terpisah berpengaruh nyata atau tidak terhadap parameter tidak bebas (μi) dengan menggunakan t-hitung. Berikut Hipotesis Pertama : H 0 : γ = δ 0 = δ 1 = δ 2 = δ 3 = δ 4 = δ 7 = 0 H 1 : γ = δ 0 = δ 1 = δ 2 = δ 3 = δ 4 = δ 7 > 0 Sumber : Coelli et al, 2005 Hipotesis nol berarti bahwa efek inefisiensi teknis tidak ada dalam model. Jika hipotesis tersebut diterima maka model fungsi produksi rata-rata sudah cukup mewakili data empiris sehingga uji statistik yang digunakan adalah uji chi-square. LR = -2{ln[L(H 0 )/L(H 1 )]} Dimana L(H 0 ) dan L(H 1 ) adalah nilai dari fungsi likelihood di bawah hipotesa H 0 dan H 1. Kriteria uji : LR galat satu sisi >χ 2 restriksi (Tabel Kodde dan Palm) maka tolak H 0 LR galat satu sisi < χ 2 restriksi (Tabel Kodde dan Palm) maka terima H 0 Tabel chi-square Kodde dan Palm adalah table upper and lower bound dari nilai kritis untuk uji bersama persamaan dan pertidaksamaan restriksi. 37

Hipotesis Kedua : H 0 : δ 1 = 0 H 1 : δ 1 0 Sumber : Coelli et al, 2005 Pada hipotesis kedua, hipotesis nol berarti koefisien dari masing-masing variabel didalam model efek inefisiensi sama dengan nol. Jika hipotesis tersebut diterima, maka masing-masing variabel penjelas dalam model efek inefisiensi tidak memiliki pengaruh terhadap tingkat inefisiensi di dalam proses produksi. Maka untuk itu, uji statistik yang dgunakan yaitu : Kriteria uji : t-hitung > t-tabel t(,n-k-1) : Tolak H0 t-hitung < t-tabel t(,n-k-1) : Terima H0 Dimana : k = jumlah variabel bebas n = Jumlah responden S (δ1) = Simpang baku koefisien efek inefisiensi 4.5.4 Analisis Pendapatan Usahatani Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan biaya yangtelah dikeluarkan. Pendapatan usahatani dibedakan menjadi dua yaitu pendapatanatas biaya tunai yang disebut sebagai pendapatan tunai dan pendapatanatas biaya total atau disebut juga sebagai pendapatan total.tingkat penerimaan total, biaya dan pendapatan dapat dirumuskan sebagai berikut : TR = P y x Y TC = TFC+TVC π tunai = TR total TC tunai π tunai = TR total ( TC tunai + Bd ) 38

Keterangan : TR total = Total penerimaan tunai usahatani (Rp) TC tunai = Total biaya tunai usahatani (Rp) π = Pendapatan (Rp) P y = Harga output (Rp) Y = Jumlah output (unit) TFC = Total biaya tetap (Rp) TVC = Total biaya variabel (Rp) Bd = Biaya yang diperhitungkan (Rp) Penerimaan juga dibagi menjadi dua, yaitu penerimaan tunai dan penerimaan total. Penerimaan tunai merupakan nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani, yaitu jumlah produk yang dijual kemudian dikalikan dengan harga jual produk tersebut. Berbeda halnya dengan penerimaan total yang merupakan keseluruhan produksi usahatani baik yang dijual, dikonsumsi, maupun yang dijadikan persediaan. Selanjutnya, dalam pendapatan usahatani dikenal komponen biaya. Biaya juga terbagi menjadi dua yakni biaya tunai dan biaya total. Biaya tunai mengandung arti sejumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa untuk kepentingan usahatani. Biaya total merupakan seluruh nilai yang dikeluarkan untuk usahatani, baik yang bersifat tunai maupun tidak tunai. Imbangan penerimaan biaya atau return cost ratio adalah perbandingan antara total penerimaan dengan biaya total yang dikeluarkan dalam suatu proses produksi usahatani. Analisis R/C ratio digunakan untuk mengetahui seberapa besar penerimaan yang dihasilkan dari setiap rupiah yang dikeluarkan untuk usahatani tersebut. Usahatani dapat dikatakan menguntungkan apabila nilai R/C ratio lebih besar dari satu, hal ini menunjukkan bahwa kegiatan usahatani memberikan penerimaan yang lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Semakin besar nilai R/C rasio, semakin menguntungkan usahatani tersebut. Perhitungan R/C ratio secara matematika dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : 39

4.5.5 Definis Operasional Dalam mempermudah mendefinisakan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini, berikut konsep dari variabel-variabel yang digunakan beserta satuan pengukurannya. 1. Produksi caisim (Y) adalah sejumlah caisim (satuan dalam Kg) yang dihasilkan dalam satu musim tanam. 2. Luas lahan (X 1 ) adalah jumlah luasan lahan yang digunakan untuk usahatani caisim dengan satuan pengukuran hektar (Ha). 3. Benih caisim (X 2 ) adalah benih caisim yang digunakan petani untuk satu kali musim tanam dengan satuan pengukurannya ialah gram (gr). 4. Unsur N (X 3 ) adalah jumlah kandungan unsur N pada pupuk yang digunakan petani untuk memupuk caisim selama satu kali musim tanam. Meliputi pupuk Urea, Phonska, dan NPK. Satuan pengukurannya adalah kilogram (kg). 5. Unsur P (X 4 ) adalah jumlah kandungan unsur P pada pupuk yang digunakan petani untuk memupuk caisim selama satu kali musim tanam. Meliputi pupuk Phonska, dan TSP. Satuan pengukurannya adalah kilogram (kg). 6. Unsur K (X 5 ) adalah jumlah K pada pupuk yang digunakan petani untuk memupuk caisim selama satu kali musim tanam. Meliputi pupuk Phonska. Satuan pengukurannya adalah kilogram (kg). 7. Pupuk kandang (X 6 ) adalah jumlah pupuk yang digunakan petani untuk memupuk caisim selama satu kali musim tanam. Satuan pengukurannya adalah kilogram (kg). 8. Obat-obatan (X 7 ) adalah jumlah pestisida yang digunakan petani caisim selama satu kali musim tanam. Satuan pengukurannya ialah mililiter (ml). 9. Tenaga Kerja (X 8 ) adalah jumlah tenaga kerja total yang digunakan dalam usahatani caisim selama satu musim tanam. Pengukuran tenaga kerja dalam satuan HOK (Hari Orang Kerja) dengan mengabaikn apakah tenaga kerja berasal dari dalam keluarga maupun luar keluarga. 10. Umur petani (Z 1 ) adalah umur petani saat musim tanam caisim. Satuan pengukurannya adalah tahun. 11. Umur bibit (Z 2 ) adalah umur dari bibit yang akan di tanam di lahan produksi. Satuan pengukurannya adalah hari. 40

12. Pendidikan (Z 3 ) adalah lamanya pendidikan formal yang pernah diperoleh petani. Pendidikan petani dalam penelitian ini menggunakan skala ordinal yaitu satu untuk petani yang tidak sekolah, dua untuk petani yang bersekolah hingga SD (Sekolah Dasar), tiga untuk petani yang bersekolah hingga SMP (Sekolah Menengah Pertama) dan empat untuk petani yang bersekolah hingga SMA (Sekolah Menengah Atas). 13. Pengalaman berusahatani (Z 4 ) merupakan lamanya petani dalam mengusahakan usahatani caisim, Stuan pengukuran yang digunakan adalah tahun. 14. Pendapatan di luar usahatani (Z 5 ) adalah pendapatan yang diterima petani diluar dari usahatani dalam satu kali musim tanam. Diukur dalam satuan rupiah (Rp). 15. Varietas (Z 6 ) adalah jenis varietas benih yang digunakan petani caisim. Varietas benih dalam bentuk dummy. Satu untuk petani yang menggunakan benih hibrida dan nol untuk petani yang menggunakan benih lokal. 16. Status kepemilikan lahan (Z 7 ) adalah status atas kepemilikan lahan yang dugunakan (dalam bentuk dummy). Nol untuk petani yang memiliki lahan garap sendiri dan satu untuk petani dengan lahan sewa. 41