BAB IV PEMBAHASAN A. Faktor Yang Menyebabkan timbulnya Pembiayaan Bermasalah Sebagaimana diketahui bahwa dalam setiap pemberian pembiayaan diperlukan adanya pertimbangan serta kehati-hatian agar kepercayaan yang merupakan unsur utama dalam pembiayaan benar-benar terwujud sehingga pembiayaan yang diberikan dapat mengenai sasarannya dan terjaminnya pengembalian pembiayaan tersebut tepat waktunya sesuai dengan akad perjanjian. Tidak kembalinya pembiayaan yang diberikan oleh suatu BTM berarti secara langsung mengancam kelangsungan hidup bagi BTM itu sendiri. Hal tersebut karena penghasilan BTM yang utama adalah dari bagi hasil ataupun keuntungan (Margin) yang dikenakan terhadap pembiayaan yang diberikan. Jangan dilupakan bahwa dana pembiayaan yang diberikan tersebut sebagian berasal dari simpanan masyarakat baik yang berbentuk giro, tabungan, maupun simpanan berjangka sebagai nasabah yang tertarik menyimpannya karena antara lain diberikan bagi hasil, yang bagi BTM itu sendiri merupakan biaya. Pembiayaan yang disalurkan oleh KJKS BTM Kedungwuni baik yang digunakan untuk modal kerja maupun untuk kebutuhan mendesak ada kalanya terjadi hambatan pengembalian oleh para nasabah sehingga menimbulkan pembiayaan bermasalah. 48
49 Menurut Manager ada beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab timbulnya pembiayaan bermasalah pada KJKS BTM Kedungwuni diantaranya adalah: 1. Faktor intern a. Petugas Dalam hal ini faktor yang dapat disebabkan oleh karakter dan kemampuan petugas (Acount Officer) dalam menganalisa calon nasabah kurang baik atau cermat, dikarenakan kedekatan dengan nasabah. b. Sistem Dalam hal ini, sistem dan prosedur penyaluran pembiayaan yang ada kalanya dilanggar sehingga memotong jalur prosedur yang telah dibuat. Faktor sistem juga berkaitan dengan monitoring yang kurang intensif dari AO (Acount Officer), sehingga pembiayaan yang kurang lancar tidak terdeteksi sejak dini. 1 Dalam hal ini manajemen KJKS BTM Kedungwuni sangat menekankan kepada para petugas untuk mengantisipasi adanya pembiayaan bermasalah, dengan melakukan training setiap bulannya agar dapat lebih akurat dalam menganalisa pembiayaan. 1 Wawancara dengan Diana Eki A,. Manager KJK Syari ah Baitut Tamwil Muhammadiyah KEDUNGWUNI, Pada Tanggal 11 Oktober 2014 Pukul 10.00 WIB.
50 Selain itu, KJKS BTM Kedungwuni sangat menekankan pada petugas untuk tidak menerima imbalan apapun dari nasabah yang dapat menciptakan kedekatan hubungan antara petugas dan nasabah sehingga nasabah merasa tidak ada tekanan dalam membayar angsuran. 2. Faktor ekstern a. Kondisi usaha nasabah pembiayaan yang sedang menurun. b. Adanya I tikad yang kurang baik dari nasabah dalam hal pembayaran kembali pinjamannya walapun kemungkinan usahanya baik dan berkembang, sehingga kewajiban diabaikan. c. Nasabah kurang mampu mengelola usahanya. Pada saat mengajukan pembiayaan calon nasabah selalu optimis akan kemajuan usahanya dan selalu menjelaskan prospek usahanya, tetapi setelah dana itu direalisasikan yang terjadi adalah ketidaksesuaian antara kerja yang diberikan dengan realitas di lapangan bahkan nasabah tidak mau memberikan perkembangan hasil usahanya. d. Kebijakan pemerintah. Ada kalanya kebijakan pemerintah yang tidak memihak kepada perkembangan usaha kecil dan menengah sehingga menyulitkan berkembangnya usaha masyarakat tersebut, misalnya kebijakan tentang persaingan usaha yang selalu mengedepankan kepentingan konglomerat,
51 kebijakan tentang perizinan usaha, kebijkan tentang harga BBM yang mempengaruhi stabilitas usaha, dan sebagainya. e. Bencana alam. Pembiayaan bemasalah timbul dikarenakan oleh bencana alam yang menerjang usaha nasabah seperti banjir, angin ribut, dan sebagainya. Sehingga usaha nasabah menjadi terganggu dan tidak dapat lagi melanjutkan usahanya yang berimplikasi terhadap ketidakmampuan nasabah mengembalikan dana yang telah diberikan oleh KJKS BTM Kedungwuni. 2 B. Prosedur Penyelesaian Pembiayaan Murabahah Bermasalah di KJKS BTM Kedungwuni Kab. Pekalongan. Penyelamatan pembiayaan bermasalah adalah istilah teknis yang biasa dipergunakan perbankan terhadap upaya dan langkah-langkah yang dilakukan di BTM dalam usaha menangani permasalahan pembiayaan yang dihadapi nasabah yang masih memiliki prospek usaha yang baik, namun mengalami kesulitan pembayaran pokok dan/atau kewajibankewajiban lainnya, agar nasabah dapat memenuhi kembali kewajibannya. 1. Langkah 3 R (Rescheduling Reconditioning Restructuring) Pembiayaan bermasalah tidak pernah diinginkan oleh pihak manapun, baik BTM Kedungwuni maupun nasabah itu sendiri, Tetapi jika pada akhirnya pembiayaan bermasalah itu terjadi maka 2 Wawancara dengan Diana Eki A,. Manager KJK Syari ah Baitut Tamwil Muhammadiyah KEDUNGWUNI, Pada Tanggal 11 Oktober 2014 Pukul 10.00 WIB.
52 BTM Kedungwuni akan melakukan upaya penyelamatan pembiayaan, usaha ini dilakukan pihak BTM apabila mereka melihat masih ada kemungkinan memperbaiki kondisi operasi usaha dan keuangan nasabah serta masih menguasai harta jaminan yang berharga. Dalam penyelesaian pembiayaan bermasalah, BTM berpedoman kepada prinsip penyelesaian dalam hukum Islam dan ketentuan-ketentuan fatwa DSN-MUI berkaitan dengan penyelesaian piutang, bahwa Restrukturisasi merupakan suatu cara penyelesaian yang sejalan dengan prinsip syari ah dalam penyelesaian kewajiban dari pembiayaan bermasalah. Upaya untuk membantu nasabah yang mengalami pembiayaan macet, antara lain melalui: a. Rescheduling (penjadwalan kembali) Yaitu penjadwalan kembali jangka waktu pembayaran serta memperkecil jumlah pembayaran atau akad dan marjin baru. Kebijakan ini berkaitan dengan jangka waktu kredit sehingga keringanan yang dapat diberikan adalah: 1) Memperpanjang jangka waktu pembayaran 2) Memperpanjang jarak waktu angsuran, misalnya semula angsuran ditetapkan setiap 3 bulan, kemudian menjadi 6 bulan 3) Penurunan jumlah untuk setiap angsuran yang mengakibatkan perpanjang jangka waktu pembayaran.
53 Contoh Kasus Rescheduling (Penjadwalan Kembali) Salah satu contoh kasus Pembiayaan bermasalah dan Solusinya di BTM KEDUNGWUNI yang melibatkan keluarga besar nasabah untuk menyelesaikan Pembiayaan Bermasalah bukanlah hal mudah, alternatif itu bisa dicoba. Ada seorang nasabah pengusaha angkutan jasa yang meminjam di BTM KEDUNGWUNI sebesar Rp 10 juta, dengan jangka waktu 2 tahun atau 24 bulan dengan Margin 1,8 % per bulan. Awalnya semua kewajiban dibayar sesuai kewajiban. Tetapi pada angsuran ke 12 pembayaran angsuran mulai terlambat dari jadwal yang telah ditentukan, nasabah juga mulai sulit ditemui. Ketika dapat ditemui ia mengaku kena tipu cukup besar sehingga tidak mampu lagi memenuhi kewajibannya.. Solusi Agar Nasabah pembiayaan itu tidak semakin berlarutlarut BTM melakukan pembinaan rutin. BTM juga menyampaikan Surat peringatan dan panggilan kepada nasabah serta melakukan pendekatan pada keluarga dan orang tuanya. Upaya BTM belum membuahkan hasil yang menggembirakan, BTM bahkan menghadapi masalah yang lebih besar karena Nasabah pergi keluar kota, barang yang diagunakan telah dipindah tangankan, dan keberadaannya tidak diketahui.
54 Kondisi itu tidak membuat BTM putus asa, Maka BTM melakukan pendekatan kepada Saudara-saudaranya. BTM meyakinkan mereka bahwa sebagai saudara mereka wajib saling membantu jika ada salah seorang saudara yang sedang menghadapi kemalangan / kesusahan. Rupanya pendekatan BTM tidak sia-sia berkat niat baik saudara-saudara Nasabah dan kesadaran mereka untuk membantu mereka membayar kewajiban Nasabah kepada BTM. dan pembayaran itu terjadi setelah BTM melakukan upaya-upaya penyelesaian memakan waktu 1 tahun dan Pembiayaan bermasalah tersebut diselesaikan dengan cara Rescheduling. 3 b. Reconditioning (persyaratan ulang) Yaitu perubahan sebagian atau seluruh perubahan pembiayaan, antara lain perubahan jadwal pembayaran, jumlah angsuran, jangka waktu dan/atau pemberian potongan sepanjang tidak menambah sisa kewajiban nasabah yang harus dibayarkan kepada BMT serta memperkecil Margin keuntungan atau bagi hasil usaha yang sudah ditetapkan oleh kedua belah pihak. 3 Wawancara dengan Surono,. Acount Officer KJK Syari ah Baitut Tamwil Muhammadiyah KEDUNGWUNI, Pada Tanggal 25 september 2014 Pukul 10.00 WIB.
55 Contoh Kasus Reconditioning Contoh kasus Pembiayaan Murabahah bermasalah dan Solusinya di BTM KEDUNGWUNI yang melibatkan seorang nasabah karyawan disalah satu pabrik tekstil di Kedungwuni yang meminjam di BTM KEDUNGWUNI sebesar Rp 10 juta, dengan jangka waktu 3 tahun atau 36 bulan dengan margin 1,8 % per bulan atau dengan angsuran Rp. 457.777,-. Awalnya semua kewajiban dibayar sesuai kewajiban. Tetapi pada angsuran ke 19 pembayaran angsuran mulai terlambat dari jadwal yang telah ditentukan, nasabah juga mulai sulit ditemui. Ketika dapat ditemui ia mengaku kena pemutusan hubungan kerja dan sekarang masih kerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya sehingga tidak mampu lagi memenuhi kewajibannya. Solusi BTM melakukan pembinaan rutin, serta melakukan pendekatan pada keluarga. Diperoleh keterangan bahwa nasabah yang bersangkutan sekarang sudah tidak bekerja di Pabrik Tekstil lagi karena Pabrik tempatnya bekerja melakukan PHK masal, sekarang nasabah yang tersebut bekerja serabutan dengan pendapatan yang tidak menentu, BTM setelah melakukan silaturahmi kepada nasabah serta keluarganya, di maksudkan untuk megetahui kondisi nasabah terkini kemudian
56 BTM bermusyawarah kepada nasabah, sambil menanyakan dengan kondisi yang sekarang kira-kira berapa kemampuan nasabah tersebut untuk bisa mengangsur kembali. Sehingga BTM bisa mengambil langkah yang tepat untuk memberikan solusi kepada nasabah, dan yang lebih penting lagi untuk melakukan penyelamatan pembiayaan supaya nasabah tersebut tidak masuk dalam kategori nasabah macet. Setelah dilakukan musyawarah, nasabah tersebut menyangupi untuk kembali mengangsur dengan kemampuan Rp. 250.000,- perbulan, sehingga BTM Kedungwuni melakukan Reconditioning terhadap kasus yang dialami oleh nasabah tersebut. 4 c. Restructuring (penataan kembali) Yaitu perubahan persyaratan tidak terbatas pada Rescheduling dan Reconditioning, antara lain meliputi: 1) Penambahan dana fasilitas pembiayaan BTM 2) Konversi akad pembiayaan 3) Konversi pembiayaan menjadi surat berharga syari ah berjangka waktu menengah 4) Konversi pembiayaan menjadi penyertaan modal sementara perusahaan nasabah. 4 Wawancara dengan Surono,. Acount Officer KJK Syari ah Baitut Tamwil Muhammadiyah KEDUNGWUNI, Pada Tanggal 25 september 2014 Pukul 10.00 WIB.
57 Contoh Kasus Seorang petani memiliki pembiayaan bermasalah dengan kolektabilitas 3, dengan pembiayaan 3juta dengan jangka waktu 12 bulan dengan angsuran Rp.304.000/bulan, awalnya semua kewajiban dapat di bayarkan, pada bulan ke 5 sampai bulan ke 8 nasabah mengalami kesulitan untuk membayar, Ketika dapat ditemui ia mengaku kena musibah karena anaknya masuk rumah sakit sehingga tidak mampu lagi memenuhi kewajibannya. Bahkan modalnya untuk bertani pun habis untuk biaya berobat anaknya. Solusi Setelah di musyawarahkan dengan manajemen pembiayaan, Acount Officer serta Manager BTM memberi kebijakan untuk menambah jumlah pembiayaan serta memperpanjang jangka waktu sehingga nasabah tersebut bisa untuk melanjutkan usahanya bertani. sehingga BTM Kedungwuni melakukan Restructuring terhadap kasus yang dialami oleh nasabah tersebut. 5 5 Wawancara dengan Surono,. Acount Officer KJK Syari ah Baitut Tamwil Muhammadiyah KEDUNGWUNI, Pada Tanggal 25 september 2014 Pukul 10.00 WIB.
58 C. Analisa Penyelesaian Pembiayaan Murabahah Bermasalah Di BTM Kedungwuni Kasus pembiayaan bermasalah tidak pernah diinginkan oleh pihak manapun, baik KJKS BTM Kedungwuni maupun nasabah itu sendiri. Tetapi jika pada akhirnya pembiayaan bermasalah itu terjadi maka BTM Kedungwuni melakukan upaya penyelamatan pembiayaan dilakukan oleh pihak BTM apabila mereka melihat masih ada kemungkinan memperbaiki kondisi operasi usaha dan keuangan nasabah serta masih menguasai harta jaminan yang berharga. Adapun strategi yang diterapkan di BTM Kedungwuni sangat berhasil dan efektif dalam menekan jumlah pembiayaan bermasalah, walaupun BTM Kedungwuni tetap berpedoman pada nilai-nilai Islam, sehingga diharapkan bahwa usaha pembiayaan yang di jalankannya tidak menyalahi ketentuan hukum Islam. Strategi yang dilakukan tersebut tidak membebani nasabah dan tidak emosional dalam menangani pembiayaan bermasalah, selama nasabah tersebut masih bisa diajak untuk kerjasama, seperti tidak pernah menghindar dari permasalahan dan sebagainya. Hal ini dapat dilihat dari hasil olah data Tabel 4.1 yang diperoleh setelah melakukan wawancara dengan manager BTM Kedungwuni.
59 Tabel 4.1 Perkembangan Non Performing Financing (NPF) Pembiayaan Murabahah KJKS BTM Kedungwuni Tahun 2010 No Keterangan Jml Nasabah Juni % Tahun 2010 Jml Nasabah Desember % 1 Pembiayaan Murabahah 154 1.197.685.431 132 952.857.813 2 Lancar 121 972.003.647 81,16 106 785.505.342 82,44 3 Kurang Lancar 13 103.543.789 8,65 9 72.211.019 7,58 4 Diragukan 7 45.548.963 3,80 5 31.521.591 3,31 5 Macet 17 76.589.032 6,39 12 63.619.861 6,68 6 Total Prosentase 18,84 17,56 Pembiayaan lancar = Rp 785.505.342 Baki debet = Pembiayaan lancar + Total NPF = RP 785.505.342 + Rp 167.352.471 = Rp. 952.857.813 Non Performing Fiinancing (NPF) 2010 = Total NPF x 100 Baki debet = Rp. 167.352.471 x 100 Rp. 952.857.813 = 17,56%
60 Pada tahun 2010 total Non Performing Fiinancing (NPF) Pembiayaan murabahah di BTM Kedungwuni sebesar 17,56 % atau Rp. 167.352.471 dari total baki debet pembiayaan sebesar Rp. 952.857.813 dengan total nasabah 132, jika dibandingklan dengan bulan juli 2010 terjadi bayak sekali penurunan yang semula baki debet pembiayaan murabahah sebesar Rp. 1.197.685.431 dengan total nasabah 154 dikarenakan banyak nasabah melakukan pelunasan pembiayaan sehinga prosentase Non Performing Fiinancing (NPF) antara bulan Juli ke Desember memang sedikit mengalami penurunan yaitu 1,28 % saja namun dari nominal mengalami banyak penurunan yaitu sebesar Rp. 61.329.313. Tabel 4.2 Perkembangan Non Performing Financing (NPF) Pembiayaan Murabahah KJKS BTM Kedungwuni Tahun 2011 No Keterangan Jml Nasabah Juni % Tahun 2011 Jml Nasabah Desember % 1 Pembiayaan Murabahah 129 946.785.390 125 876.221.872 2 Lancar 89 649.387.219 68,59 100 622.650.413 71,06 3 Kurang Lancar 16 107.378.936 11,34 14 97.431.241 11,12 4 Diragukan 11 91.954.362 9,71 8 71.521.597 8,16 5 Macet 13 98.064.873 10,36 3 84.618.621 9,66 Total 6 Prosentase 31,41 28,94
61 Pembiayaan lancar = Rp 622.650.413 Baki debet = Pembiayaan lancar + Total NPF = RP 622.650.413+ Rp 253.571.459 = Rp. 876.221.872 Non Performing Fiinancing (NPF) 2010 = Total NPF x 100 Baki debet = Rp. 253.571.459x 100 Rp. 876.221.872 = 28,94 % Pada tahun 2011 total Non Performing Fiinancing (NPF) Pembiayaan murabahah di BTM Kedungwuni sebesar 28,94 % atau Rp. 253.571.459 dari total baki debet pembiayaan sebesar Rp. 876.221.872 dengan total nasabah 125, jika dibandingklan dengan bulan juli 2011 terjadi penurunan yang semula baki debet pembiayaan murabahah sebesar Rp. 946.785.390 dengan total nasanah 129 dikarenakan BTM kedungwuni melakukan penurunan omset pembiayaan murabahah dan lebih banyak akad musyarakah yang digunakan. Sedangkan prosentase Non Performing Fiinancing (NPF) antara bulan Juli ke Desember memang sedikit mengalami penurunan yaitu 2,47 %, khusus pembiayaan yang macet dibandingkan dengan bulan juni 2011 pada jumlah nasabah mengalami banyak penurunan dari 13 turun menjadi 3 nasabah, namun pada jumlah
62 pembiayaan penurunannya tidak begitu besar hanya Rp. 13.446.252 dikarenakan dari 3 nasabah macet tersebut yang 2 adalah nasabah pembiayaan tempo yang belum melunasi pembiayaan padahal sudah masuk jatuh tempo. Tabel 4.3 Perkembangan Non Performing Fiinancing (NPF) Pembiayaan Murabahah KJKS BTM Kedungwuni Tahun 2012 No Keterangan Jml Nasabah Juni % Tahun 2012 Jml Nasabah Desember % 1 Pembiayaan Murabahah 124 1.035.627.819 169 1.209.764.401 2 Lancar 79 761.403.161 73,52 128 951.192.391 78,63 3 Kurang Lancar 15 97.524.132 9,42 11 81.541.382 6,74 4 Diragukan 21 89.017.615 8,60 18 79.681.763 6,59 5 Macet 9 87.682.911 8,47 12 97.348.865 8,05 Total 6 Prosentase 26,48 21,37 Pembiayaan lancar = Rp 951.192.391 Baki debet = Pembiayaan lancar + Total NPF = RP 951.192.391+ Rp 258.572.010 = Rp 1.209.764.401
63 Non Performing Fiinancing (NPF) 2010 = Total NPF x 100 Baki debet = Rp. 258.572.010 x 100 Rp. 1.209.764.401 = 21,37 % Pada tahun 2012 total Non Performing Financing (NPF) Pembiayaan murabahah di BTM Kedungwuni sebesar 21,37 % atau Rp. 258.572.010 dari total baki debet pembiayaan sebesar Rp. 1.209.764.401 dengan total nasabah 169, jika dibandingklan dengan bulan juli 2012 terjadi peningkatan dari baki debet pembiayaan murabahah sebesar Rp. 1.035.627.819 dan total nasanah 124 dikarenakan BTM kedungwuni melakukan peningkatan target pembiayaan khususnya murabahah. Sedangkan prosentase Non Performing Fiinancing (NPF) antara bulan Juli ke Desember mengalami penurunan yaitu 5,11 %, pada jumlah pembiayaan bermasalah jika dibandingkan dengan bulan juni 2012 mengalami penurunan sejumlah Rp 15.652.648 dan jumlah nasabah mengalami banyak kenaikan dari sebanyak 45. Dari data pembiayaan diatas (persentase) dapat diuraikan untuk pembiayaan bermasalah dan pembiayaan lancar. Dan dapat disimpulkan bahwa strategi penyelesaian pembiayaan bermasalah di BTM Kedungwuni Pekalongan dapat berjalan dengan efektif. Efektivitas strategi penanganan pembiayaan bermasalah ini dapat dilihat dari prosentase pembiayaan lancar dari tahun ke tahun sebagai berikut :
64 Tabel 4.4 Rekapitulasi Perkembangan Non Performing Fiinancing (NPF) Pembiayaan Murabahah dan Jumlah Nasabah BTM Kedungwuni Tahun 2010-2012 No Keterangan 1 Prosentase Lancar Prosentase pembiayaan 2 Bermasalah Tahun 2010 2011 2012 Juni Desember Juni Desember Juni Desember 81,16% 82,44 % 68,59% 71,06 % 73,52 % 78,63 % 18,84 % 17,56 % 31,41% 28,94 % 26,48 % 21,37 % 3 Jumlah Nasabah 154 132 129 125 124 169 Jumlah Nasabah 4 Bermasalah 37 26 40 32 45 41 Jadi dapat disimpulkan bahwa penerapan analisa penyelesaian pembiayaan bermasalah yang dilakukan BTM Kedungwuni Pekalongan tesebut juga berdampak positif bagi nasabah itu sendiri. Pendekatan persuasif BTM Kedungwuni telah membuat nasabah merasa dihormati. Dan nasabah merasa lebih percaya pada BTM Kedungwuni karena BTM Kedungwuni selalu berpedoman pada syari at Islam itu sendiri. Nasabah juga merasa tidak sekedar diperlakukan sebagai pihak yang membutuhkan dana untuk memenuhi kebutuhannya, melainkan juga dianggap sebagai mitra yang berperan penting dalam proses pengembangan BTM Kedungwuni Pekalongan.