Proof of Concept 2016 LAPAN Fire Hotspot: Sistem Peringatan Dini Potensi Kebakaran Hutan Dan Lahan Berbasis Web Dan Android

dokumen-dokumen yang mirip
Proof of Concept 2016 Sistem Data Hub Data Satelit Resolusi Rendah

Sistem Data Hub Data Satelit Resolusi Rendah

Proof of Concept Platform SPBP Sebagai Layanan Penyajian Data Penginderaan Jauh yang Cepat dan Mudah Untuk Seluruh Pemerintahan Provinsi

KARHUTLA Monitoring System

Pengamatan kebakaran dan penyebaran asapnya dari angkasa: Sebuah catatan kejadian kebakaran hutan/lahan di Sumatera Selatan tahun 2014

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Proof of Concept 2015

IDENTIFIKASI AREAL BEKAS KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN (KARHUTLA, KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN)

H.9. [Krismianto, S.Si ; Edy Maryadi, ST ; Ir.Halimurrahman, MT ;

Pengembangan Modul Pengelolaan Data Citra Inderaja dalam Sistem Bank Data Penginderaan Jauh Nasional (BDPJN)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 113 Tahun 2010 memuat aturan

Dokumen Proof of Concept (POC) Tahun Peningkatan Utilitas Sistem Katalog BDPJN berbasis WebGIS untuk data resolusi tinggi

PROOF OF CONCEPT SISTEM INTEGRASI KATALOG DATA CITRA SATELIT LANDSAT STASIUN BUMI LAPAN

EXECUTIVE SUMMARY PROGRAM INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA (IPKPP) TAHUN ANGGARAN 2012

I. PENDAHULUAN. bagi kehidupan manusia. Disamping itu hutan juga memiliki fungsi hidrologi sebagai

PROTOTYPE SISTEM INTEGRASI KATALOG DATA CITRA SATELIT LANDSAT STASIUN BUMI LAPAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Dokumen Proof of Concept (POC) Tahun 2015 Peningkatan Utilitas Sistem Katalog BDPJN berbasis WebGIS untuk data resolusi rendah

SISTEM INFORMASI KEBAKARAN HUTAN DI KALIMANTAN

LAPORAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN (KARHUTLA) KALIMANTAN TANGGAL 14 OKTOBER 2016 PUSAT PENGENDALIAN PEMBANGUNAN EKOREGION (P3E) KALIMANTAN, KLHK

Abstrak PATROLI DALKARHUTLA BERBASIS ANDROID SLAMET WAHYUDI *) Oleh:

Geospasial BNPB. 1 Geospasial BNPB Data Spasial Kebencanaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Informasi Geografis pemetaan titik api (hotspot) pemicu

PROTOTYPE Sistem Akuisisi dan pengolahan data satelit S-NPP

ABSTRAK. Kata Kunci: kebakaran hutan, penginderaan jauh, satelit Landsat, brightness temperature

BAB III KELEMBAGAAN PENCEGAHAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN

MANUAL BOOK OF GEORIMA (Geological Resources of Indonesia Mobile Application)

Dukungan Teknologi Penginderaan Jauh dalam Penilaian Sumberdaya Hutan Tingkat Nasional: Akses Citra Satelit, Penggunaan dan Kepentingannya

2 aplikasinya yaitu Find My Iphone. Aplikasi Find My Iphone ini memliki fitur seperti melihat lokasi keberadaan dari smartphone pemilik maupun sesama

KARAKTERISTIK WAKTU TERJADI HOTSPOT MENGGUNAKAN K-MEANS CLUSTERING DI WILAYAH KALIMANTAN SELATAN. Nur Armina Rahmah

FLEET MANAGEMENT SOFTWARE & GPS TRACKER PELACAK ONLINE

KEKERINGAN TAHUN 2014: NORMAL ATAUKAH EKSTRIM?

BAB I PENDAHULUAN. Android merupakan sebuah sistem operasi yang sedang. populer, pada tanggal 3 September 2013 telah mencapai 1 miliar

Studi Akurasi Citra Landsat 8 dan Citra MODIS untuk Pemetaan Area Terbakar (Studi Kasus: Provinsi Riau)

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

IDENTIFIKASI SEBARAN ASAP MELALUI METODE RGB CITRA SATELIT HIMAWARI 8 (KASUS: KEBAKARAN HUTAN DI SUMATERA DAN KALIMANTAN 15 SEPTEMBER 2015)

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan informasi memberikan pengaruh terhadap

LAPORAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN (KARHUTLA) KALIMANTAN TANGGAL 13 OKTOBER 2016 PUSAT PENGENDALIAN PEMBANGUNAN EKOREGION (P3E) KALIMANTAN, KLHK

LAPORAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN (KARHUTLA) KALIMANTAN TANGGAL 20 OKTOBER 2016 PUSAT PENGENDALIAN PEMBANGUNAN EKOREGION (P3E) KALIMANTAN, KLHK

BAB III PEMODELAN BISNIS, DATA, DAN PROSES

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

INFORMASI TITIK PANAS (HOTSPOT) KEBAKARAN HUTAN/LAHAN PANDUAN TEKNIS (V.01)

1.1. Latar Belakang Masalah

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA TERHADAP PENCEMARAN UDARA DI PROVINSI RIAU. Analisis Kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. melakukan browsing di internet untuk melakukan pencarian informasi kuliner.

Ir. Rubini Jusuf, MSi. Sukentyas Estuti Siwi, MSi. Pusat Teknologi dan Data Penginderaan Jauh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)

DAFTAR ISI. A. Memperkenalkan Kentongan... 1

LAPORAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN (KARHUTLA) KALIMANTAN

Rencana Strategis BMKG Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan iklim merupakan perubahan jangka panjang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini kemajuan teknologi semakin pesat terutama pada kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi mobile sudah semakin maju. Hal. ini disebabkan ukurannya yang cukup kecil sehingga mudah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Maret hingga Agustus. Kondisi ini didukung oleh suhu rata-rata 21 0 C 36 0 C dan

BAB I PENDAHULUAN. satunya yang sedang marak saat ini adalah teknologi smartphone atau. telepon seluler. Pemanfaatan smartphone dikarenakan mampu

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena ini terjadi akibat loncatan elektron dalam jumlah yang sangat besar. Peristiwa petir

LAPORAN PELATIHAN PENGUATAN KAPASITAS DAERAH DAN SINERGI PEMANFAATAN INFORMASI KEBAKARAN HUTAN/LAHAN PERKEBUNAN DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAPORAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN (KARHUTLA) KALIMANTAN TANGGAL 15 OKTOBER 2016 PUSAT PENGENDALIAN PEMBANGUNAN EKOREGION (P3E) KALIMANTAN, KLHK

Rancang Bangun Sistem Otomatisasi Penerimaan Data Satelit Landsat 8 di Stasiun Bumi Rumpin


Dedi Irawadi Kepala Pusat Teknologi dan Data Penginderaan Jauh. KLHK, Jakarta, 25 April 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SISTEM REAKSI CEPAT SATGAS DESA DALAM PELAPORAN KEBAKARAN LAHAN DAN HUTAN BERBASIS ANDROID

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 12/Menhut-II/2009 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. Jumlah update laporan hotspot tanggal 26 September 2016 adalah sebagai berikut :

DESIGN SISTEM ANTENA X-BAND UNTUK STASIUN BUMI RUMPIN T.A. 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RETRIBUSI PERSAMPAHAN. Uraikan situasi yang ada sebelum inovasi pelayanan publik ini dimulai

LAPORAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN (KARHUTLA) KALIMANTAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI PENDETEKSI KEBERADAAN TELEPON SELULAR BERBASIS GPS (GLOBAL POSITIONING SYSTEM)

DAFTAR ISI. WebSIGIT - Web Sistem Informasi Geografis Infrastruktur Terpadu

NEAR REAL TIME SEBAGAI BAGIAN DARI SISTEM PEMANTAU CUACA ANTARIKSA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

Informasi Kanal Sadewa 3.0. Didi Satiadi Bidang Pemodelan Atmosfer Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer

LAPORAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN (KARHUTLA) KALIMANTAN TANGGAL 03 NOVEMBER 2016 PUSAT PENGENDALIAN PEMBANGUNAN EKOREGION (P3E) KALIMANTAN, KLHK

Sistem Pengolahan Data NOAA dan METOP

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PELAYANAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA

LAPORAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN (KARHUTLA) KALIMANTAN TANGGAL 13 DESEMBER 2016 PUSAT PENGENDALIAN PEMBANGUNAN EKOREGION (P3E) KALIMANTAN, KLHK

WebGIS-PT Website Geographic Information System - Pariwisata Terpadu 1

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN (KARHUTLA) KALIMANTAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

REVISI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

PORTOFOLIO RANCANGAN SISTEM PENDATAAN SARANA DAN PRASARANA JENJANG PENDIDIKAN MENENGAH DINAS PENDIDIKAN KOTA CILEGON BIDANG PENDIDIKAN MENENGAH

RENCANA STRATEGIS. LAPAN TAHUN (revisi)

BAB I PENDAHULUAN. Chrismalis Artha telah bekerjasama dengan beberapa bank terkemuka di

METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. Jumlah update laporan hotspot tanggal 27 Agustus 2016 adalah sebagai berikut : Nama Kabupaten -AQUA. Lamandau 1 1. Pulang Pisau 1 1.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dunia teknologi informasi dewasa ini mengalami perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA TENTANG PENGOPERASIAN SISTEM PENGOLAHAN DATABASE BMKGSOFT.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

Proof of Concept 2016 LAPAN Fire Hotspot: Sistem Peringatan Dini Potensi Kebakaran Hutan Dan Lahan Berbasis Web Dan Android I. Pengantar Kapustekdata Kegiatan ini merupakan penjabaran dari tujuan dan sasaran strategis dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi Pusat Teknologi dan Data Penginderaan Jauh dan penjabaran dari Rencana Strategis (Renstra) Pusat Teknologi dan Data Penginderaan Jauh 2015 2019. LAPAN sebagai lembaga yang diamanatkan oleh Undang Undang sebagai lembaga yang berhak mengoperasikan stasiun bumi penginderaan jauh memiliki kewajiban untuk memperoleh data penginderaan jauh untuk kemudian mengolah data penginderaan jauh, menyimpan data penginderaan jauh, mendistibusikan data penginderaan jauh dan memanfaatkan data penginderaan jauh. Berdasarkan Undang Undang No.21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan pada pasal 16 Ayat 2 yang berbunyi Lembaga dalam memperoleh data penginderaan jauh melalui pengoperasian satelit dan pengoperasian stasiun bumi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b wajib membuat perencanaan, membangun, serta mengoperasikan satelit dan stasiun bumi. Sehubungan keperluan pemantauan kondisi lingkungan hutan Indonesia tersebut UKP4 memerlukan data untuk pemantauan indek kehijauan hutan dan informasi hotspot indikasi adanya kebakaran hutan. Untuk memenuhi kebutuhan informasi tersebut LAPAN akan menyediakan informasi near realtime indek vegetasi bulanan dan hotspot yang diperoleh dari Data Satelit Lingkungan Terra dan Aqua MODIS. II. Abstrak Sistem Pemantauan Titik Panas (Hotspot) Indonesia ini di buat dengan memasukkan informasi yang diturunkan dari tiga data satelit penginderaan jauh. Sistem ini dikembangkan oleh LAPAN untuk memberikan informasi peringatan dini bahaya kebakaran hutan yang sering berulang setiap tahunnya. Sistem ini mampu mengolah data dari rawdata sampai dengan produk informasi hotspot dan menampilkannya di website LAPAN. Data satelit penginderaan jauh didapat dari Stasiun bumi di Pare pare dan Rumpin milik LAPAN. Sistem ini dibagi menjadi 3 subsistem yaitu sub sistem pengolahan data standar, pengolahan informasi hotspot dan sistem informasi yang menggabungkan produk informasi dari 3 satelit dan menampilkannya ke website. Subsistem pertama mengolah masing masing rawdata satelit menjadi produk standar Level 1B, sensor yang digunakan yaitu MODIS untuk satelit Terra dan Aqua, dan sensor VIIRS untuk satelit S NPP. Subsistem yang kedua yaitu mengolah data standar tersebut menjadi informasi hotspot dengan algoritma standar yang dikembangkan NASA yaitu mod14 untuk MODIS dan Active Fire untuk VIIRS. Subsistem ketiga menampilkan produk informasi tersebut kedatam Website. Ketiga subsistem ini bekerja secara otomatis dimulai sejak data diterima oleh Stasiun Bumi LAPAN. Sistem ini mampu menghasilkan informasi Hotspot dalam waktu kurang dari 1 jam setelah akuisisi data satelit di stasiun bumi.

III. Pendahuluan Meskipun kebakaran hutan efeknya sangat terasa, namun untuk mendeteksi sumber atau wilayah hutan yang terbakar tidaklah mudah. Luasnya hutan di Indonesia menjadi salah satu kendala. Salah satu metode yang telah lama digunakan untuk mendeteksi sumber kebakaran hutan adalah dengan memanfaatkan data citra satelit. Data tersebut dapat berupa titik panas maupun titik sumber asap. Dengan memanfaatkan data satelit, dapat diketahui secara dini adanya potensi kebakaran hutan pada suatu wilayah, sehingga pemantauan menjadi lebih efisien. Keuntungan lainnya adalah pemantauan yang lebih sering. Hal ini dikarenakan adanya beberapa data satelit yang digunakan, untuk suatu wilayah di Indonesia paling sedikit 2 kali dalam satu hari akan terpantau dari satelit. Namun demikian, diseminasi data titik panas (hotspot) yang berasal dari stasiun penerima data satelit hingga personel di lapangan belumlah efisien. Hal ini disebabkan masih menggunakan metode pesan berantai, yaitu dengan cara hanya beberapa orang saja yang mendapatkan informasi titik panas secara langsung kemudian menyebarkannya pada daerah daerah secara bertahap dan berjenjang. Dengan berkembang pesatnya teknologi informasi saat ini, dimungkinkan untuk melakukan diseminasi informasi dengan lebih cepat dan efisien. Salah satu bentuk penyebaran informasi yang saat ini sedang populer adalah dengan memanfaatkan smartphone yang menggunakan sistem operasi Android. Dikarenakan sudah banyak orang yang menggunakan smartphone, dimungkinkan informasi titik panas yang diterima di stasiun bumi dapat langsung diterima personel di lapangan dalam waktu yang mendekati real time. Selain lambatnya informasi hotspot sampai ke pelaksana di lapangan, Informasi hotspot yang kurang lengkap juga menjadi kendala bagi para pelaksana di lapangan. Hal ini dikarenakan informasi yang mereka terima hanyalah berupa titik koordinat lintang bujur hotspot saja. Sehingga mereka masih harus meraba raba di daerah mana lokasi hotspot itu berada. Hal ini akan berimplikasi pula terhadap kurangnya pemahaman terhadap lokasi sekitar hotspot itu berada, terutama sumber air terdekat yang dapat dimanfaatkan untuk memadamkan api apabila terjadi kebakaran. IV. Metodologi Suatu sistem yang efisien, akurat, informatif, dan handal diperlukan untuk membangun sistem penyebaran informasi hotspot kepada para stakeholder terkait. Efisien, berarti sistem yang dibangun haruslah bersifat cepat mencapai sasaran dengan sumber daya yang minimal. Artinya, para pelaksana pemadaman di lapangan dapat mengetahui informasi hotspot dengan cepat dan mudah. Hal ini dapat dicapai dengan memanfaatkan teknologi informasi terkini yang bersifat mobile, terutama dengan memanfaatkan aplikasi web dan aplikasi mobile berbasis Android. Selain itu untuk semakin memudahkan pengguna, terdapat sistem notifikasi baik melalui email maupun pada sistem Android bagi para pengguna apabila terdeteksi hotspot baru. Akurat, berarti informasi hotspot yang disampaikan haruslah seakurat mungkin. Hal ini dicapai dengan terus menggunakan sistem terbaru berdasarkan penelitian penelitian yang telah dilakukan dalam memproduksi informasi hotspot dari data satelit penginderaan jauh. Informasi hotspot juga disertai dengan tingkat kepercayaan dan akurasi radius hotspot. Dengan informasi yang akurat diharapkan dapat meminimalisir terjadinya kebakaran hutan atau lahan.

Informatif, berarti memudahkan para pelaksana maupun pengguna dalam membaca dan menerjemahkan informasi hotspot sehingga cepat diambil tindakan. Hal ini dicapai dengan menampilkan informasi hotspot diatas peta berbasis citra satelit, sehingga pelaksana pemadaman di lapangan bisa langsung mengetahui lokasi hotspot berada. Selain itu dengan menggunakan peta berbasis citra satelit memungkinkan para pelaksana di lapangan memahami lingkungan sekitar hotspot. Terutama apabila terdapat sumber air, atau bahkan terdapat pemukiman dekat dengan lokasi hotspot sehingga dapat membahayakan orang orang yang tinggal di tempat tersebut. Infromasi yang juga disajikan pada setiap titik hotspot juga lokasi daerah hotspot tersebut berada hingga tingkat kabupaten dan kecamatan. Dengan demikian memudahkan koordinasi para pelaksana di lapangan untuk mengambil tindakan. Handal, berarti sistem tersebut haruslah bisa berjalan 24/7, 24 jam 7 hari tanpa henti. Hal ini dicapai dengan cara membangun sistem redundan. Mulai dari penerimaan data satelit oleh antena. Digunakan 2 site antena di Bogor dan Parepare untuk penerimaan data satelit. Kemudian sistem pengolahan juga dibuatkan sistem cadangan, demikian pula sistem web dan aplikasi android di desain agar menjadi sistem yang handal. Dengan filosofi sistem tersebut, diharapkan informasi hotspot yang dihasilkan dapat membantu para stakeholder terkait untuk meminimalkan kebakaran hutan dan lahan dengan cepat melalui sistem yang mudah digunakan serta tersedia terus menerus. Sistem LAPAN: Fire Hotspot menggunakan segala media yang memanfaatkan teknologi informasi untuk penyebaran informasi hotspot. Yang terdiri dari sistem pasif dan sistem aktif. Sistem pasif memanfaatkan aplikasi web dan aplikasi Android, sedangkan sistem aktif menggunakan notifikasi pada sistem Android dan email kepada para pengguna. Dengan cara cara yang telah ditempuh dalam memanfaatkan teknologi dengan filosofi efisien, akurat, informatif dan handal memastikan para pelaksana pemadaman langsung di lapangan bisa bekerja dengan efektif dan efisien untuk mengurangi kebakaran hutan dan lahan. V. Hasil dan Uji coba Sistem ini disambut dengan antusias oleh para stakeholder terkait terlihat dari jumlah akses terhadap website, dan pengguna aplikasi Android yang mencapai sekitar 5000 orang. Selama proses perbaikan dan pengembangan sistem hotspot harian dibutuhkan sinergi dengan stakeholder untuk mendapatkan saran dan bantuan berupa data dukung. Secara umum tahapan pembuatan invasi sistem hotspot harian terdiri dari tahapan brainstorming dengan pengguna, tahapan perbaikan dan tahapan pengembangan. Pada tahapan brainstorming, Pusat Teknologi dan Data Penginderaan Jauh (Pustekdata) LAPAN mengundang perwakilan dari beberapa stakeholder untuk menyampaikan keluhan dan keinginannya terhadap sistem informasi hotspot. Dari brainstorming tersebut terdapat harapan mengenai sistem informasi hotpsot yang real time, mudah diakses dan akurat. Selain brainstorming dengan stakeholder luar, Pustekdata juga mengumpulkan para peneliti dan perekayasa untuk mendapatkan jawaban terhadap keluhan dan harapan pengguna. Setelah harapan atau keluhan

bertemu dengan saran atau ide, kemudian dilakukan berbagai persiapan salah satunya adalah dengan membetuk tim. Tim tersebut terbagi menjadi dua yaitu tim yang melakukan perbaikan dan tim yang melakukan pengembangan. Pada tahapan perbaikan, tim yang telah ditunjuk melakukan proses identifikasi fitur fitur yang harus diubah atau ditambah untuk kemudahan akses pengguna. Tim kemudian memperbaiki masalah perolehan informasi titik panas yang masih manual dikerjakan operator dengan membuat sistem otomatisasi transfer data. Program otomatis tersebut dapat menghindari adanya human error. Untuk lebih mempersingkat waktu pengolahan informasi hotspot, tim juga melakukan pemotongan proses. Selanjutnya tim membuat otomatisasi generate informasi hotspot harian ke file csv yang nantinya dikirimkan ke stakeholder terkait melaui email dan ftp. Tim melakukan perbaikan dengan menambahkan informasi lokasi dari kecamatan, kabupaten sampai provinsi pada setiap koordinat titik api yang dihasilkan. Informasi tersebut berasal dari shape file yang diperoleh dari BMKG. Untuk menghindari adanya duplikasi dua stasiun bumi, maka dibuat program pengecekan setiap koordinatnya. Untuk perbaikan tampilan website, setiap titik panas hasil generate dari data satelit resolusi rendah, dioverlay dengan menggunakan peta google earth. Setiap titik titik panas yang dioverlay, terdapat informasi berupa koordinat, tingkat kepercayaan dan lokasi. Tingkat kepercayaan dilakukan pengklasifikasian untuk memudahkan pengguna menentukan tindakan pencegahan. Tingkat kepercayaan dibagi menjadi tiga dan diberi warna sesuai klasifikasi tersebut. Tingkat kepercayaan tinggi diatas 80 % bewarna merah, tingkat kepercayaan sedang antara 30 % sampai 80 % berwarna kuning dan selain itu dibawah 30 % titik hotspot bewarna hijau. Pada tahapan pengembangan, tim pengembangan dituntut untuk menjawab tantangan informasi hotspot secara mobile. Tim pengembang kemudian memutuskan untuk membuat informasi hotspot mobile menggunakan platform android. Dengan tidak menghilangkan semua fitur yang ada di website, aplikasi informasi hotspot berbasis android ini dapat diunduh secara gratis oleh semua pengguna yang terkait. Bencana kebakaran hutan menjadi tanggung jawab beberapa kementrian lembaga dan stakeholder. Oleh karena itu beberapa pihak ikut turut andil dalam membantu penyelesaian sistem informasi hotspot harian ini. (a) Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), merupakan stakeholder yang paling banyak memberikan masukan terhadap perkembangan aplikasi ini dari mulai perbaikan hingga validasi data. KLHK mempunyai website informasi hotspot juga yang meberikan informasi titik hotspot namun dengan tingkat kepercayaan yang tinggi diatas 80% bernama sipongi, dimana informasi hotspot tersebut langsung diambil dari sistem informasi hotspot LAPAN. KLHK juga mendapat akses langsung FTP ke server informasi hotspot dan mendapat email harian dari sistem informasi hotspot setiap selesai pengolahan. (b) Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) juga salah satu stakeholder yang terdaftar untuk mendapat email harian setiap selesai proses pengolahan. BMKG juga mendapatkan hak akses langsung ke FTP server informasi hotspot. Informasi lokasi yang ada pada sistem informasi hotspot harian didukung oleh shape file wilayah Indonesia dari BMKG. (c) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB),Kantor Staf Presiden (KSP) dan beberapa Pemerintah Daerah juga terdaftar aktif mendapatkan email harian secara langsung setiap selesai

proses pengolahan. BNPB juga turut membantu melakukan validasi data informasi hotspot di lapangan (d) Pusat Pemanfaatan Data Penginderaan Jauh (Pusfatja) dari internal LAPAN memberikan kontribusi dalam melakukan penelitian mengenai pengolahan data resolusi rendah menjadi suatu informasi hotspot. Pusfataja juga memberikan validasi informasi hotspot dengan menggunakan data citra resolusi menengah maupun resolusi tinggi. (e) Tim perekayasa bidang program dan fasilitas Pustekdata LAPAN yang turut berkontribusi dalam pembuatan aplikasi android dan mengembangkan aplikasi web secara mandiri tanpa menggunakan konsultan atau pengembang dari luar. Sistem LAPAN: Fire Hotspot dikembangkan murni dan seluruhnya dikembangkan secara mandiri oleh para perekayasa dan peneliti di Pusat Teknologi dan Data Penginderaan Jauh LAPAN. Dengan menggunakan server yang telah ada dan hemat sumber daya. Sedangkan monitoring sistem terus menerus dilakukan apabila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Untuk sosialisi sistem dilakukan oleh para pejabat pejabat di LAPAN dengan teknik dari mulut ke mulut, yang lebih efektif untuk sampai pada para pemangku jabatan pada stakeholder terkait. Hal ini menjadikan sistem ini merupakan sistem yang hemat namun tidak mengurangi sisi fungsi dari sistem itu sendiri. Keluaran konkret yang didapatkan dari inovasi sistem informasi hotspot harian ini diharapkan dapat membantu menjadi langkah antisipasi kebakaran hutan dan lahan. Keluaran konkret tersebut diantaranya adalah sebagai berikut: (a) Tersedianya informasi hotspot baik harian, bulanan maupun tahunan. Informasi tersebut dapat diperoleh dengan membuka sistem informasi hotspot yang tersedia baik melalui aplikasi web maupun aplikasi android dengan memasukkan tanggal yang diinginkan. (b) Tersedianya informasi hotspot harian dalam bentuk csv yang bisa diunduh via web maupun melalui akses langsung via ftp. Dalam file csv tersebut tertera titik titik koordinat, tanggal, jam, nama satelit, tingkat kepercayaan, dan lokasi yang terdiri dari kecamatan, kapupaten dan provinsi. (c) Tersedia Informasi hotspot harian dalam bentuk mobile menggunakan aplikasi android. Aplikasi android merupakan replikasi dari aplikasi web, namun dengan ditambah beberapa fitur. Salah satu fitur adalah mengetahui jalur pengguna ke koordinat titik panas yang ingin dituju. Fitur tersebut tentu akan sangat membantu petugas dilapangan melakukan antisipasi kebakaran hutan dan lahan dengan cepat. (d) Tersedianya notifikasi email ke beberapa stakeholder yang terkait. Notifikasi email tersebut berisi file hotspot dalam bentuk csv. Notifikasi email hotspot akan secara otomatis dikirimkan kepada pengguna setiap selesai proses pengolahan. Dalam pelaksanaan inovasi sistem hotspot harian ini perlu untuk selalu dipantau dan di evaluasi demi memberikan layanan yang optimal kepada pengguna. Dengan sistem informasi hotspot harian yang selalu powerfull tentu akan memberikan dampak yang signifikan terhadap langkah antisipasi kebakaran hutan dan lahan. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi dibagi menjadi 2 jenis, yaitu pemantauan dan evaluasi dari internal dan eksternal. Pemantauan yang dilakukan di kalangan internal dilakukan dengan memantau kestabilan jaringan sebagai sistem komunikasi yang penting dalam sistem infromasi hotspot harian.sistem informasi

hotspot harian ini berbasis web dan android dan memanfaatkan teknologi email dan ftp sehingga kestabilan jaringan harus selalu dipantau dan dijaga. Pemantauan dan evaluasi dilakukan oleh kalangan eksternal dilakukan dalam bentuk feedback. Para pengguna yang menggunakan sistem informasi hotspot harian ini melakukan validasi kebenaran informasi titik hotspot di lapangan. Para pengguna akan membandingkan kondisi lapangan dengan informasi yang tersedia di sistem informasi hotspot harian. Dalam pelaksanaan inovasi sistem hotspot harian terdapat beberapa kendala dalam penggunaannya. Kendala kendala tersebut diantaranya adalah: (a) Sistem otomatisasi yang ada dalam sistem informasi hotspot harian yang tidak berjalan sebagaimana mestinya. Jika sistem otomatisasi mengalami masalah sehingga tidak bisa berjalan, maka petugas operasional harus siap untuk menjalankan semua prsedur secara manual. Prosedur manual tetap dibutuhkan supaya informasi hotspot tetap tersampaikan kepada pengguna selama tim pengembang melakukan perbaikan. Dalam sistem informasi hotspot harian peran petugas operasional tetap dibutuhkan dalam melakukan monitoring sistem. (b) Adanya perbedaan nama daerah dari sistem informasi hotspot dengan kondisi sebenarnya. Untuk itu diperlukan validasi petugas lapangan yang mengetahui langsung daerah koordinat titik hotspot. Jika terdapat perbedaan, maka tim pengembang akan melakukan updating pada shape file (shp) wilayah. Inovasi sistem informasi hotspot harian ini turut berperan dalam mengurangi tingkat kebakaran hutan dan lahan di Indoensia pada tahun 2016. Meskipun turunnya angka kebakaran hutan dan lahan gambut tersebut tidak lepas dari kerja keras dan konsistensi kementrian, lembaga dan pemerintah daerah dalam melakukan antisipasi kebakaran hutan dan lahan. Dengan sistem informasi hotspot harian sebagai early warning system yang real time maka akan memudahkan pengguna yang untuk melakukan tindakan antisipasi. Menteri KLHK Siti Nurbaya memaparkan, pada 2015, total lahan gambut yang terbakar mencapai 891.275 hektar. Pada 2016, lahan gambut yang terbakar, 97.787 hektar sampai pada akhir Desember. Sistem informasi hotspot harian ini selain dapat dimanfaatkan oleh kementrian/lembaga terkait juga sudah bisa diakses dan dimanfaatkan oleh masyarakat luas. Dengan hadirnya sistem informasi hotspot berbasis android membuat masyarakat bisa mengunduh secara gratis dan memanfaatkannya sebagai langkah antisipasi diri akan terjadinya kebakaran hutan dan lahan, khususnya masyarakat yang tinggal di daerah rawan terbakar. Telah terdata hampir 5000 masyarakat Indonesia mengunduh aplikasi android informasi hotspot melalui google play dan memberikan rating 4.5 terhadap aplikasi tersebut. Sistem informasi hotspot harian juga digunakan oleh pengguna untuk membuat statistik tingkat kebakaran hutan dari tahun ke tahun. Informasi hotspot dari pertama kali LAPAN melakukan akuisisi data citra resolusi rendah 2011 disimpan ke dalam sistem. Statistik tersebut berguna dalam kegiatan monitoring dan perencanaan. Beberapa perbedaan sebelum dan sesudah adanya inovasi sistem informasi hotspot ini. (a) Sebelum adanya inovasi sistem informasi hotspot harian, perolehan koordinat titik panas dilakukan secara manual sehingga membutuhkan waktu yang lama. Setelah adanya inovasi sistem

informasi hotspot yang real time dengan hanya 1.5 jam dari waktu akuisisi data, maka pengguna akan dapat dengan cepat melakukan antisipasi pencegahan bahaya kebakaran hutan dan lahan. (b) Sebelum adanya inovasi perbaikan sistem informasi hotspot, pengguna mengalami kesulitan dalam mengintepretasikan koordinat koordinat titik panas karena tidak adanya keterangan lokasi dan pengelompokan tingkat kepercayaan. Setelah adanya perbaikan tampilan dan penambahan fitur fitur pada sistem informasi hotspot harian, pengguna di lapangan dapat dengan mudah memahami informasi setiap koordinat titik panas tersebut untuk kemudian dapat mengambil tindakan. (c) Sebelum adanya inovasi sistem informasi hotspot, pengguna hanya dapat memantau perkembangan titiktitik panas melalui layar komputer dengan mengakses aplikasi web. Sesudah adanya inovasi, pengguna dapat memantau perkembangan titik titik panas secara mobile kapanpun dimanapun dengan menggunduh aplikasi hotspot di android. Banyak pembelajaran yang didapatkan dengan adanya inovasi sistem informasi hotspot harian ini, baik untuk kalangan internal LAPAN maupun kalangan eksternal. Pembelajaran tersebut diantaranya adalah sebagai berikut: (a) Dikalangan internal, adanya pembelajaran untuk tim pengembang dalam membuat sistem dengan platform android secara mandiri. Selain itu adanya pembelajaran untuk mengidentifikasi permasalahan dan keinginan pengguna dan mewujudkannya dalam perbaikan yang sistematis pada sistem informasi hotspot harian berbasis web. (b) Dikalangan eksternal, adanya pembelajaran untuk pengguna dalam mengintepretasikan informasi hotspot di lapangan. Pembelajaran mengetahui kriteria kriteria hotspot yang perlu mendapatkan tindakan khusus. Selain itu ada juga pembelajaran memvalidasi titi titik hotspot dengan kondisi di lapangan. Rekomendasi untuk inovasi sistem hotspot harian adalah sebagai berikut: (a) Adanya sosialisasi yang lebih luas untuk pemanfaatan sistem informasi hotspot harian ini, sehingga semua wilayah hutan di indonesia sudah memanfaatkan sistem ini. Hal ini juga akan berpengaruh untuk kegiatan update sistem selanjutnya dimungkinkan akan adanya permasalahanpermasalahan baru yang muncul. (b) Diharapkannya di dalam sistem informasi hotspot ini juga memanfaatkan sinergi semua data citra satelit yang diakuisisi secara langsung oleh LAPAN. (c) Aplikasi mobile untuk sistem informasi hotspot harian ini diharapkan juga dikembangan menggunakan platform ios, sehingga pengguna ios dapat juga mengunduh dan memanfaatkan aplikasi ini. Sistem informasi hotspot yang berbasis web telah direplikasi di server stasiun bumi Parepare.Replikasi tersebut dapat membantu sebagai backup, jika sistem web di server Jakarta mengalami gangguan. Sistem informasi hotspot ini dapat direplikasi oleh semua instansi yang terkait. Replikasi tersebut dengan menjadikan informasi koordinat koordinat titik panas sebagai inputan untuk sistem sistem informasi hotspot lain yang dikembangkan di luar LAPAN contohnya adalah sistem SIPONGI milik KLHK.

VI. Kesimpulan Sistem informasi hotspot berbasis android juga telah didiseminasikan keseluruh pemerintahan terkait, supaya dapat disosialisasikan kepada petugas di lapangan untuk mengunduh aplikasi informasi hotspot tersebut. Kedepannya sistem ini akan dikembangkan dengan yang berbasis IOS dan juga akan diperbaiki dalam hal waktu pengolahan dan kestabilan sistem.