BAB I PENDAHULUAN. Nilai-nilai keagamaan yang diajarkan, di pesantren bertujuan membentuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. terselenggara apabila dipengaruhi oleh suasana kondusif yang diciptakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Maraknya kasus-kasus kekerasan yang terjadi pada anak-anak usia sekolah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. masalah penyesuaian diri lainnya Damon dkk (dalam Santrock, 2003). Menurut

dijahili, diejek, atau ketika mendapat kekerasan dari temannya (Coloroso, 2007). Berkaitan dengan hal tersebut dapat dilihat pada kasus-kasus yang ter

PERILAKU ASERTIF DAN KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN BULLYING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menyajikan hal-hal yang menjadi latar belakang penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki konsep diri dan perilaku asertif agar terhindar dari perilaku. menyimpang atau kenakalan remaja (Sarwono, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tempat yang terdekat dari remaja untuk bersosialisasi sehingga remaja banyak

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan, pendidikan dan mengasihi serta menghargai anak-anaknya (Cowie

I. PENDAHULUAN. berkembang melalui masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa hingga. Hubungan sosial pada tingkat perkembangan remaja sangat tinggi

I. PENDAHULUAN. Kata kekerasan sebenarnya sudah sangat sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari,

H, 2016 HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DAN KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU BULLYING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. ini dibuktikan oleh pernyataan Amrullah, Child Protection Program

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan terutama dalam bidang pendidikan. Terselenggaranya layanan

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan mereka telah dilukai dengan senjata. Guru-guru banyak mengatakan

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

INTENSITAS TERKENA BULLYING DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakangMasalah. dalam mengantarkan peserta didik sehingga dapat tercapai tujuan yang

BAB I. Pendahuluan. I.A Latar Belakang. Remaja seringkali diartikan sebagai masa perubahan. dari masa anak-anak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan Kontrol..., Agam, Fakultas Psikologi 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. peserta didik. Banyak yang beranggapan bahwa masa-masa sekolah adalah masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. serta kebutuhan memungkinkan terjadinya konflik dan tekanan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) Terhadap Perilaku Bullying Siswa Di Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan mampu melanjutkan estafet pembangunan bangsa ini. Namun,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan periode baru didalam kehidupan seseorang, yang

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku dan segala sifat yang membedakan antara individu satu dengan individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 2010). Hal tersebut sejalan dengan Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berupa ejekan atau cemoohan, persaingan tidak sehat, perebutan barang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada dasarnya setiap manusia memiliki kecemasan masing-masing

STUDI FENOMENOLOGI : DINAMIKA PSIKOLOGIS KORBAN BULLYING PADA REMAJA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. Individu sebagai makhluk sosial membutuhkan interaksi dengan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh antara pendidik dengan yang di didik (Sukmadinata, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, banyak siswa yang melakukan bullying kepada siswa lainnya

BAB I PENDAHULUAN. ukuran fisik, tapi bisa kuat secara mental (Anonim, 2008). Bullying di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerical

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan tolong menolong. Memberikan pertolongan atau menolong sesama termasuk

Nama : Wienda Tridimita Ayu NPM : Fakultas : Psikologi Jurusan : Psikologi Pembimbing : Prof. Hera Lestari Mikarsa, Ph.D

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa manusia menemukan jati diri. Pencarian. memiliki kecenderungan untuk melakukan hal-hal diluar dugaan yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 3 METODE PENELITIAN. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel kecemasan trait dan variabel

BAB III METODE PENELITIAN. hipotesis yang telah disusun. Dalam penelitian yang bersifat kuantitatif ini, maka

KAITAN ANTARA POLA ASUH PERMISIF DENGAN PERILAKU ASERTIF

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini.

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang secara berulang-ulang dan dari

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan individu untuk berinteraksi dengan individu lainnya membuat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sekolah merupakan lembaga formal yang dirancang untuk

ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANGTUA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. kognitif, dan sosio-emosional (Santrock, 2007). Masa remaja (adolescence)

BAB I PENDAHULUAN. yang kompleks yang merupakan hasil interaksi berbagai penyebab dari keadaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA ASERTIFITAS DENGAN KECENDERUNGAN MENGALAMI KEKERASAN EMOSIONAL PADA PEREMPUAN YANG BERPACARAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku asertif, disadari atau tidak remaja akan kehilangan hak-hak pribadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Peneliti menggunakan dua variabel dalam penelitian ini, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Salah satu tugas perkembangan siswa yaitu mencapai hubungan baru dan yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan sebutan aksi bullying. Definisi kata kerja to bully dalam Oxford

PENGARUH BULLYING TERHADAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 05 KEDIRI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alrefi, 2014 Penerapan Solution-Focused Counseling Untuk Peningkatan Perilaku Asertif

BAB I PENDAHULUAN. meneruskan perjuangan dan cita-cita suatu negara (Mukhlis R, 2013). Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, biasaya. perubahan penampilan pada orang muda dan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk berpikir, kemampuan afektif merupakan respon syaraf simpatetik atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Menurut World Health Organization (2010) remaja. merupakan suatu tahap perkembangan dari masa anak-anak menuju masa

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Cara Pemilihan Contoh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

ARTIKEL EFEKTIVITAS PENGGUNAAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK DALAM MENGATASI PERILAKU BULLYING TEMAN KELAS

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial kita tidak akan mampu mengenal dan dikenal tanpa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Bullying. ketidaknyamanan fisik maupun psikologis terhadap orang lain. Olweus

UKDW. Bab 1 Pendahuluan. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. tidak dekat dengan ustadzah. Dengan kriteria sebagai berikut dari 100

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB III METODE PENELITIAN

SELF ESTEEM KORBAN BULLYING (Survey Kepada Siswa-siswi Kelas VII SMP Negeri 270 Jakarta Utara)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi

DAMPAK PSIKOLOGIS BULLYING

BULLYING. I. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beranjak dewasa. Selain tugas-tugas akademis yang dikerjakan, mahasiswa juga

BAB I PENDAHULUAN. kanak-kanak dan masa dewasa (Wong dkk, 2001). Menurut Erik Erikson (Feist &

PENGARUH INTENSITAS KOMUNIKASI ANAK DENGAN ORANG TUA TERHADAP REGULASI DIRI SISWI KELAS VIII MTS RAUDLATUL ULUM PUTRI GONDANGLEGI MALANG

BAB III METODOLOGI. satu dari beberapa alternatif keputusan atau tindakan dimana tidak semua

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemahaman tentang pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua yang erat dalam proses sejarah kehidupan Indonesia sejak ratusan tahun yang silam. Ia adalah lembaga pendidikan yang dapat dikategorikan sebagai lembaga unik dan punya ciri khas tersendiri, sehingga saat ini menunjukkan kapabilitasnya yang bagus dalam melewati berbagai periode zaman dengan keanekaragaman masalah yang terjadi. Nilai-nilai keagamaan yang diajarkan, di pesantren bertujuan membentuk kepribadian santri yang sesuai dengan standar moral yang berlaku di masyarakat. Ternyata hal itu tidak mempengaruhi dan menekan perilaku bullying di kalangan santri. Ini disebabkan adanya kegagalan dalam pembentukan kode moral benar atau salah, dan kegagalan dalam merubah konsep moral khusus ke umum. Pada tahapan perkembangan psikososial tugas utama yang dihadapi remaja adalah membentuk identitas personal yang stabil, kesadaran yang meliputi perubahan dalam pengalaman, dan peran yang mereka miliki, serta memungkinkan mereka untuk menjembatani masa kanak-kanak yang telah mereka lewati dan masa dewasa yang akan mereka masuki (Santrock, 1995). Pada dasarnya untuk menjadikan remaja mampu berperan serta dan melaksanakan tugasnya, baik sebagai individu maupun sebagai anggota 1

2 masyarakat tidaklah mudah, karena masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, ada suatu perilaku yang sering digunakan oleh santri dalam hal ini adalah santri untuk menindas temannya yang lebih lemah. Perilaku ini dikenal dengan istilah bullying. Bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan secara sengaja terjadi berulang-ulang untuk menyerang seorang target atau korban yang lemah, mudah dihina dan tidak bisa membela diri sendiri (Sejiwa, 2008). Santri yang tertindas umumnya tidak mempunyai keberanian untuk melawan temannya yang lebih kuat sehingga mereka lebih banyak diam ketika Tapi dengan masih adanya santri pada tingkat konvensional, maka tidaklah heran apabila diantara santri masih banyak yang melakukan perilaku bullying. Bullying adalah tindakan negatif, yang bersifat agresif atau manipulatif dalam rangkaian tindakan yang dilakukan oleh satu orang atau lebih terhadap orang lain selama periode waktu tertentu yang didasarkan pada ketidakseimbangan kekuatan. Bullying merupakan suatu permasalahan penting yang sering terjadi di sekolah maupun asrama. Hal ini terjadi antara kakak kelas dengan adik kelas, atau yang lebih kuat terhadap yang lebih lemah. Setidaknya berdasarkan data yang dikumpulkan Komnas Perlindungan Anak (KPA) angka kekerasan di sekolah pada tahun 2012 meningkat hinga 20% dibanding pada tahun 2011. Menurut Sekjen KPA, Sirait (2011) telah terjadi aksi bullying atau kekerasan di sekolah sebanyak 472 kasus. Angka ini

3 meningkat dari tahun 2011, yang jumlahnya sebanyak 362 kasus. (www.detiknews.com) Di Indonesia belum ada data memadai karena penelitian tentang fenomena bullying masih baru. Akan tetapi dari hasil studi yang dilakukan ahli intervensi bullying asal Amerika, Huneck (2006) mengungkapkan bahwa 10-16 persen siswa Indonesia melaporkan mendapat ejekan, cemoohan, pengucilan, pemukulan, tendangan ataupun didorong, sedikitnya sekali dalam seminggu. (http://run18.multiply.com) Tindakan bullying sudah lama terjadi di Indonesia dan itu terjadi hingga kini, terbukti dengan makin maraknya kasus bullying yang terungkap di media massa, seperti kasus di SMA 90 Jakarta yang menimpa pada siswa kelas 1 yang dipaksa buka baju, push up, lari dan ditampar, kasus seorang siswa kelas I yang menjadi korban kekerasan dari siswa kelas III SMA 82 Jakarta hingga siswa tersebut harus dilarikan ke rumah sakit (Widhi, 2012) Menurut penelitian dari Yayasan Sejiwa sebuah lembaga swadaya masyarakat yang peduli dengan masalah kekerasan di sekolah, melakukan survey pada workshop antibullying pada 28 April 2006. hasil survey yang di hadiri oleh 250 peserta tersebut, 94,9 % peserta yang hadir menyatakan bahwa bullying memang terjadi di sekolah-sekolah Indonesia. Namun jenis-jenis tindakan bullying yang mereka laporkan dalam workshop tersebut amat beragam (SEJIWA,2008). Dengan banyaknya fenomena perilaku remaja melakukan tindak kekerasan dan penindasan atau bisa disebut dengan perilaku bullying, menimbulkan

4 pertanyaan mengenai permasalahan yang terjadi dalam diri santriwati sehingga muncul perilaku tersebut, karena pada umumnya santri yang mengalami tindakan bullying adalah santri yang memiliki tingkat asertivitas yang rendah (Soendjojo, 2009). Individu yang memiliki sikap asertif yang rendah memiliki banyak ketakutan yang irasional yang meliputi sikap menampilkan perilaku cemas dan tidak mempunyai kemampuan untuk mempertahankan hak-hak pribadinya. Begitupun korban bullying mereka kurang mampu menunjukkan perasaan untuk melawan bullying yang santri terima karena santri korban bullying takut pelaku bullying makin mengintensikan tindakan bullying. Salah satu faktor yang mengidentifikasi kecenderungan menjadi korban bullying Dalam hal ini perlu ditanamkan perilaku asertif pada setiap santri sehingga mereka dapat mengekspresikan dirinya tanpa menyinggung orang lain. Termasuk dalam menolak secara halus untuk dijadikan bulan-bulanan oleh pelaku bullying. Perilaku asertif adalah perilaku dimana seseorang mengekspresikan secara langsung apa yang ada di pikiran dan perasaannya, secara jujur dan terbuka menyatakan kebutuhan dan hak-hak pribadinya, membela diri dengan berani dan tanpa kecemasan yang beralasan, menolak permintaan yang tidak masuk akal, namun tetap disampaikan dengan menghargai dan tidak menyangkal hak orang lain (Kukulu:2006).

5 Praktik bullying dapat terjadi apabila ada pihak yang lebih lemah dari sisi tingkatan kelas ataupun dalam ketegasan bersikap dan menyampaikan pendapat. Berdasarkan dari hasil observasi dan wawancara di sebuah asrama di Peterongan Jombang, namapak terlihat kalau santriwati yang berada di tingkatan kelas lebih rendah atau junior akan mengalami tindakan bullying dari kakak kelas yang lebih senior. Hal ini akan terus terjadi berkelanjutan. Apabila pada tahun ajaran ini dia menjadi korban bullying maka kemungkinan besar pada tahun ajaran berikutnya dia akan menjadi pelaku bullying kepada adik tingkatnya nanti. Praktik bullying akan terhenti apabila korban mampu untuk melawan dan mengkomunikasikan apa yang telah dialaminya kepada pihak yang lebih berwenang. Lalu oleh pihak yang lebih berwenang akan menindaklanjuti tentang pelaku dari bullying ini agar tidak terus terjadi. Berdasarkan uraian fenomena diatas peneliti tertarik untuk meneliti tentang hubungan bullying dengan perilaku asertif pada santriwati Pondok Pesantren Darul Ulum Jombang. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah diurai diatas peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan antara bullying dengan perilaku asertif pada santriwati Asrama IV i Pondok Pesantren Darul Ulum Jombang. C. Keaslian Penelitian Untuk mendukung penelitian ini peneliti telah menemukan beberapa kajian riset terdahulu tentang variabel perilaku asertif yang dijadikan acuan

6 dalam penelitian ini. Kebanyakan penelitian tentang perilaku asertif dilakukan pada proses sosial remaja dan lingkungannya. Penelitian tentang perilaku asertif misalnya yang dilakukan oleh Novalia dan Tri Dayakisni yang dimuat di Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, Vol. 01, No. 01 Januari 2013: hal 169 175 dengan judul Perilaku Asertif dengan Kecenderungan Menjadi Korban Bullying. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional yang lebih menekankan proses analisa dan pengolahan data data yang berbentuk angka atau numerical. Pengambilan sampel yang digunakan adalah sampling populasi. Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah skala perilaku asertif dan skala kecenderungan menjadi korban bullying. Sedangkan untuk analisis data menggunakan korelasi product moment. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara perilaku asertif dengan kecenderungan menjadi korban bullying pada siswa MA NU Lekok Pasuruan. Nilai koefisien dengan (r) = (-0,430). Hal ini berarti menunjukkan semakin tinggi perilaku asertif siswa maka semakin rendah kecenderungan menjadi korban bullying, demikian juga sebaliknya, semakin rendah perilaku asertif maka semakin tinggi kecenderungan menjadi korban bullying. Penelitian tentang perilaku asertif berikutnya adalah ditulis oleh Yulita Mandasari yang merupakan mahasiswa Jurusan Psikologi, Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma dengan judul Hubungan Health Locus of Control dengan Perilaku Asertif Pada Remaja yang Merokok. Dilakukan pendekatan kuantitatif dengan metode kuesioner dari skala health locus of control dan perilaku asertif. Pengujian hipotesis menggunakan uji korelasi product

7 moment Karl Pearson. Hasil penelitian adalah koefisien korelasi 0.260 dan signifikansi 0.037 (p 0.05) untuk PHLC, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara powerful others health locus of control dan perilaku asertif pada remaja yang merokok, dimana semakin tinggi powerful others health locus of control maka semakin rendah perilaku asertif pada remaja yang merokok. Penelitian selanjutnya yaitu ditulis oleh Ajeng Fiste Fiftina mahasiswi Jurusan Psikologi, Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma dengan judul Hubungan Kepercayaan Diri dengan Perilaku Asertif pada Siswa SMA Korban Bullying. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah kuesioner dari kepercayaan diri dan perilaku asertif yang berbentuk skala likert. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan teknik analisis korelasi bivariate. Uji korelasi menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara kepercayaan diri dengan perilaku asertif pada uji korelasi Bivariate sebesar 0,506. Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara kepercayaan diri dengan perilaku asertif pada siswa SMA korban bullying. Dilihat pada penelitian penelitian sebelumnya ada yang meneliti tentang variabel perilaku asertif dihubungkan dengan korban bullying di kalangan siswa SMA. Sedangkan untuk penelitian ini, peneliti mencoba menghubungkan antara perilaku asertif sebagai variabel terikat dihubungkan dengan variabel bebas yaitu bullying secara umum yang bisa mencakup untuk

8 korban maupun pelaku bullying. Subjek penelitian adalah para santriwati Asrama IV Ainusyam PP Darul Ulum Jombang. Oleh karena itu penelitian ini akan menghasilkan suatu penelitian survey tentang hubungan bullying dengan perilaku asertif pada santriwati Asrama IV Ainusyam PP Darul Ulum Jombang. Perilaku bullying merupakan suatu perilaku negatif yang memiliki dampak berbahaya apabila tidak segera dilakukan tindakan penanggulangan. Pentingnya penelitian ini dilakukan agar dapat mengetahui apakah ada hubungan perilaku asertif dengan bullying pada santriwati Asrama IV Ainusyam PP Darul Ulum Jombang. Diharapkan nantinya apabila telah diketahui adanya hubungan dari dua variabel tersebut diatas maka dapat segera dilakukan tindakan untuk menekan perilaku bullying. D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada hubungan antara bullying dengan perilaku asertif pada santriwati Asrama IV Ainusyam PP Darul Ulum Jombang E. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan akan menghasilkan manfaat, baik secara teoritis maupun secara praktis. a. Manfaat secara teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah informasi dan hasil penelitian dalam bidang psikologi, khususnya psikologi perkembangan.

9 b. Manfaat secara praktis 1. Memberikan informasi tambahan tentang hubungan bullying dengan perilaku asertif pada santriwati 2. Membuka peluang penelitian lanjutan untuk topik yang sejenis, khususnya di lingkup pesantren maupun lingkup yang lebih luas yaitu masyarakat Indonesia. 3. Mampu memberikan suatu pengetahuan baru pada pesantren atau lembaga pendidikan lainnya maupun pada masyarakat luas bahwa perilaku bullying merupakan suatu perilaku negatif yang dapat dihindari dengan berperilaku asertif. 4. Mampu mengurangi dampak buruk dari bullying di kalangan santriwati dengan cara berperilaku asertif. F. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan dalam penelitian ini ada lima bab. Pada bab I membahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan. Pada bab II merupakan bahan rujukan (kajian pustaka) yang menjelaskan tentang perilaku asertif, perilaku Bullying, pengertian pondok pesantren dan hubungan antara Bullying dengan perilaku asertif. Pada bab III membahas tentang metodologi penelitian yang menjelaskan tentang rancangan penelitian, identifikasi variabel penelitian, definisi

10 operasional, populasi, sample dan teknik sampling, instrumen penelitian dan analisis data. Pada bab IV membahas tentang hasil penelitian, pengujian hipotesis dan pembahasan. saran. Pada bab V membahas tentang penutup yang terdiri dari kesimpulan dan