BAB I PENDAHULUAN. adalah untuk dapat membentuk keluarga yang bahagia dan kekal, untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. seorang pria dan seorang wanita yang dikaruniai sebuah naluri. Naluri

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan yang ada di negara kita menganut asas monogami. Seorang pria

P E N E T A P A N Nomor: 0010/Pdt.P/2010/PA.Bn BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

P U T U S A N Nomor : 0353/Pdt.G/2011/PA.Bn BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANYANG MAHA ESA

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari hidup

BAB I PENDAHULUAN. pula harta warisan beralih kepada ahli waris/para ahli waris menjadi. Peristiwa pewarisan ini dapat terjadi ketika :

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, suami istri memikul suatu tanggung jawab dan kewajiban.

BAB I PENDAHULUAN. alamiah. Anak merupakan titipan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Perkataan

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah

BAB I PENDAHULUAN. (selanjutnya ditulis dengan UUP) menjelaskan, Perkawinan ialah ikatan lahir bathin

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri. Ikatan lahir ialah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Esa secara berpasangpasangan. yaitu laki-laki dan perempuan. Sebagai makhluk sosial, manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. dan perempuan dari kedua jenis tersebut Allah menjadikan mereka saling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling ketergantungan antara manusia yang satu dengan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Demikian menurut pasal 1 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang. manusia dalam kehidupannya di dunia ini. 1

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perkawinan ini menjadi sebuah ikatan antara seorang laki-laki dan seorang

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1989, dan telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006,

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang memiliki harapan untuk membentuk sebuah keluarga dan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga merupakan lembaga sosial bersifat universal, terdapat di semua

BAB I PENDAHULUAN. hukum adat maupun hukum Islam. Dalam hukum adat, harta bersama. masing-masing pihak baik suami maupun istri adalah merupakan harta

BAB I PENDAHULUAN. bentuknya yang terkecil, hidup bersama itu dimulai dengan adanya sebuah keluarga.

BAB III KONSEP MAQASID ASY-SYARI AH DAN PENCEGAHAN TERHADAP NIKAH DI BAWAH TANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Aristoteles manusia adalah zoon politicon atau makhluk sosial.

AKIBAT PERCERAIAN DISEBABKAN TINDAK KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Studi Kasus Putusan Nomor : 1098/Pdt.G/2008/PA.Dmk Di Pengadilan Agama Demak

AKIBAT HUKUM PERCERAIAN TERHADAP HARTA. BERSAMA di PENGADILAN AGAMA BALIKPAPAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu manusia wajib berdoa dan berusaha, salah satunya dengan jalan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dinyatakan pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk Tuhan adalah makhluk pribadi sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. (ekonomis) hingga ratusan juta rupiah menjadi semakin marak. Undian-undian

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya salah satu kebutuhan manusia adalah perkawinan. Berdasarkan Pasal 28B ayat (1) Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. kepada Pengadilan Agama Malang yang Penggugat dan Tergugat sama-sama

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT. menciptakan manusia berpasang-pasangan. Dalam Al Qur an, Allah SWT. berfirman :

ialah sebagai Negara yang berdasarkan pancasila, sila pertamanya ialah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Perkawinan Tahun 1974, melakukan perkawinan adalah untuk menjalankan kehidupannya dan

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Islam mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT dan hubungan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak mungkin hidup sendiri.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagaimana diketahui bahwa setiap perkawinan masing-masing pihak dari suami

ASPEK YURIDIS HARTA BERSAMA DALAM PERKAWINAN POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN NURFIANTI / D

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan patrilinial yang menyebabkan sistem pertalian kewangsaan

BAB I PENDAHULUAN. mutlak diperlukan dan sebagai syarat terbentuknya suatu keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. bahu-membahu untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. suatu kelompok dan kemampuan manusia dalam hidup berkelompok ini dinamakan zoon

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangga. Melalui perkawinan dua insan yang berbeda disatukan, dengan

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. wanita telah sepakat untuk melangsungkan perkawinan, itu berarti mereka

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan yang bernilai ibadah adalah perkawinan. Shahihah, dari Anas bin Malik RA, Ia berkata bahwa Rasulullah SAW

BAB I PENDAHULUAN. (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ke-Tuhanan Yang. atau hala-hal yang tidak diinginkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pasal 1917 BW dijelaskan bahwa pada dasarnya suatu putusan itu

BAB I PENDAHULUAN. rohani. Dalam kehidupannya manusia itu di berikan akal serta pikiran oleh Allah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah SWT telah menghiasi alam semesta ini dengan rasa cinta dan kasih

AKIBAT HUKUM PERKAWINAN SIRI DALAM UNDANG-UNDANG PERKAWINAN. Oleh Sukhebi Mofea*) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami isteri memikul amanah dan

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PENOLAKAN MAJELIS HAKIM ATAS PENCABUTAN AKTA KESEPAKATAN DI BAWAH TANGAN YANG DIBUAT

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA. Perkawinan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB IV ANALISIS UNDANG-UNDANG NO. 7 TAHUN 1989 TERHADAP PENENTUAN PATOKAN ASAS PERSONALITAS KEISLAMAN DI PENGADILAN AGAMA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, masyarakat, dan lingkungan sekitarnya, selain itu kematian tersebut

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya dengan surat wasiat maupun tanpa surat wasiat. 2. Pewaris meninggalkan harta kekayaannya yang akan diterima oleh ahli

BAB I PENDAHULUAN. meneruskan kehidupan manusia dalam rangka menuju hidup sejahtera.

BAB I PENDAHULUAN. Sunnatullah yang berlaku pada semua makhluk-nya, baik pada manusia, Allah SWT sebagai jalan bagi makhluk-nya untuk berkembang, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk Tuhan adalah makhuk pribadi sekaligus makhluk

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. manusia, yang diharapkan akan mampu menjalin sebuah ikatan lahir-batin antara

BAB I PENDAHULUAN. 1 Peunoh Daly, Hukum Perkawinan Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1988, hlm. 104

BAB5 PERKAWINAN MENURUT UNDANG-UNDANG PERKAWINAN NOMOR 1 TAHUN 1974.

Oleh RIAN PRIMA AKHDIAWAN

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

menyendiri, namun manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat dipisahkan dari

BAB IV. A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam menetapkan harta bersama tanpa ada. dasar pertimbangan hakim dalam menetapkan harta bersama tanpa ada

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PERMOHONAN IZIN POLIGAMI TERHADAP WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI PENGADILAN AGAMA MALANG

RESUME. HAK ISTRI BERBEDA AGAMA ATAS WASIAT WAJIBAH HARTA WARISAN SUAMINYA BERAGAMA ISLAM (Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 16 K/AG/2010)

PUTUSAN Nomor : 0331/Pdt.G/2012/PA.Pkp DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah merupakan makhluk sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berhubungan dengan manusia lain. Timbulnya hubungan ini didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN. Hak dan kewajiban tersebut harus dipenuhi oleh pasangan suami istri yang terikat

BAB I PENDAHULUAN. yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhan Yang Maha Esa. 5 Dalam perspektif

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Allah SWT dari kaum laki-laki dan perempuan

BAB III PUTUSNYA PERKAWINAN KARENA MURTAD MENURUT HUKUM POSITIF. A. Putusnya Perkawinan karena Murtad dalam Hukum Positif di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Apabila mereka melangsungkan perkawinan maka timbullah hak dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kebijakan dan saling menyantuni, keadaan seperti ini lazim disebut sakinah.

BAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA MOJOKERTO TENTANG DASAR HAKIM MEMUTUS PERKARA ITSBAT NIKAH POLIGAMI NOMOR 0370/Pdt.G/2012/PA.Mr.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sarana untuk bergaul dan hidup bersama adalah keluarga. Bermula dari keluarga

BAB 1 PENDAHULUAN. menyangkut urusan keluarga dan urusan masyarakat. 1. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ke-tuhanan Yang Maha Esa.

ANALISIS TERHADAP ISTBAT NIKAH OLEH ISTRI YANG DI POLIGAMI SECARA SIRRI (Studi Putusan Mahkamah Syar iah Nomor: 206/Pdt.G/2013/MS.

HAK JANDA/DUDA ATAS PEMBAGIAN HARTA BERSAMA AKIBAT PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA LUBUK-LINGGAU SKRIPSI

HUKUM WARIS ISLAM DAN PERMASALAHANNYA

BAB I PENDAHULUAN. 1 Kompilasi Hukum Islam, CV. Nuansa Aulia, 2013, hlm. 2. 2

TINJAUAN YURIDIS DAMPAK PERKAWINAN BAWAH TANGAN BAGI PEREMPUAN OLEH RIKA LESTARI, SH., M.HUM 1. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. tangga dan keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami istri memikul

BAB I PENDAHULUAN. selalu hidup bahagia, damai dan sejahtera yang merupakan tujuan dari perkawinan yaitu

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN. perkawinan, tujuan hak dan kewajiban dalam perkawinan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan dalam agama Islam disebut Nikah yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. yang dinamakan kematian. Peristiwa hukum tersebut menimbulkan akibat

TINJAUAN HUKUM TERHADAP HAK DAN KEWAJIBAN ANAK DAN ORANG TUA DILIHAT DARI UNDANG UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DAN HUKUM ISLAM

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan hubungan cinta, kasih sayang dan kesenangan. Sarana bagi terciptanya kerukunan dan kebahagiaan. Tujuan ikatan perkawinan adalah untuk dapat membentuk keluarga yang bahagia dan kekal, untuk menciptakan keluarga yang bahagia dan menjadi sendi dasar dari susunan masyarakat, suami istri memikul suatu tanggung jawab dan kewajiban. Dalam perkawinan pasangan suami istri mengikat dirinya pada persetujuan umum yang diakui, untuk mentaati peraturan dan ketentuanketentuan dalam masyarakat mereka secara timbal balik, terhadap anak-anaknya, sanak keluarganya dan terhadap orang lain dalam masyarakat. Pada asasnya dalam suatu perkawinan seorang pria hanya boleh mempunyai seorang istri, begitu juga dengan seorang wanita, namun dalam keadaan tertentu lembaga perkawinan yang berasaskan monogami sulit dipertahankan. Dalam keadaan tertentu dimungkinkan seorang laki-laki memiliki istri lebih dari seorang berdasarkan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh Undang-Undang Perkawinan (yang selanjutnya disebut UUP) yaitu Pasal 4 ayat 2 Pengadilan dimaksud dalam ayat 1 hanya memberikan izin kepada seorang suami yang akan beristri lebih dari seorang apabila: a. istri tidak dapat

2 menjalankan kewajibannya sebagai istri; b. istri mendapat cacat badan/atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan; c. istri tidak dapat melahirkan keturunan. Perkawinan lebih dari satu kali ini sering mengundang reaksi dari berbagai pihak terutama keluarga. Dalam hal perkawinan lebih dari satu kali ini konflik yang paling sering terjadi adalah mengenai harta bersama dan harta waris ketika salah satu dari suami atau istri meninggal dunia. Pembagian harta bersama dalam hal suami beristri lebih dari satu orang, telah diatur dalam Pasal 94 Kompilasi Hukum Islam (yang selanjutnya disebut KHI) (1).Harta bersama dari perkawinan seorang suami yang mempunyai isteri lebih dari seorang, masing-masing terpisah dan berdiri sendiri. (2). Pemilikan harta bersama perkawinan seorang suami yang mempunyai istri lebih dari seorang sebagaimana tersebut ayat (1), dihitung pada saat berlangsungnya akad perkawinan kedua, ketiga, atau yang keempat. Harta yang diperoleh oleh suami selama dalam ikatan perkawinan dengan isteri pertama, merupakan harta bersama milik suami dan isteri pertama. Harta yang yang diperoleh suami selama dalam ikatan perkawinan dengan isteri kedua dan selama itu pula suami masih terikat perkawinan dengan istri pertama, maka harta tersebut merupakan harta bersama milik suami isteri, isteri pertama dan isteri kedua. Ketentuan mengenai pembagian harta waris pada perkawianan lebih dari satu kali disebutkan dalam Pasal 190 KHI, bahwa bagi pewaris yang beristri

3 lebih dari seorang, maka masing-masing mendapatkan bagian atas harta gono gini dari rumah tangga dengan suaminya sedangkan keseluruhan bagian pewaris menjadi hak dari ahli waris. Meski telah ada aturan yang mengatur tentang pembagian harta tersebut, tetapi dalam penerapannya, ketentuan-ketentuan tersebut jarang dilaksanakan secara murni. Perkembangan hukum kewarisan di masyarakat telah banyak yang mengalami perubahan karena kecenderungan sistem sosial dan perilaku masyarakat yang selalu berkembang melebihi perkembangan hukum yang berlaku, serta sifat dari manusia itu sendiri. Sengketa mengenai pembagian harta warisan pada perkawinan lebih dari satu kali sering muncul ketika masing-masing ahli waris merasa paling berhak memiliki harta warisan, baik itu istri maupun anak-anak yang ditinggalkan. Hal ini juga terjadi seperti pada kasus Nomor: 0353/Pdt.G/2011/PA.Bn yang terjadi di Bengkulu. Pada kasus tersebut, Kosasih bin Ali Syahbana (almarhum) terlebih dahulu telah menikah dengan Noviar Husniah binti Muhammad Husen (istri pertama almarhum). Dalam pernikahannya dengan Noviar Husniah binti Muhammad Husen, pewaris dikaruniai 3 orang anak masing-masing bernama Misti Aquita binti Kosasih, Reni Susianti binti Kosasih dan Pegia Herianto bin Kosasih. Selain menikah dengan Noviar Husniah binti Muhammad Husen, Kosasih bin Ali Syahbana (almarhum) juga melakukan pernikahan kedua dengan

4 Zaleha binti Jemusir (isteri kedua almarhum) dan dikaruniai 2 (dua) orang anak yang masing-masing bernama Rina Saginah binti Kosasih, dan Aksara Afni binti Kosasih. Semasa hidupnya baik itu bersama istri pertama maupun istri kedua Kosasih bin Alisyahbana (pewaris), mempunyai harta. Semeninggalnya Kosasih bin Alisyahbana (pewaris), meninggalkan harta warisan berupa tanah perkebunan dan rumah yang harus dibagikan kepada seluruh ahli waris yang ditinggalkan. Majelis Hakim Pengadilan Agama Kelas IA Bengkulu, memutuskan yang berhak menjadi ahli waris adalah 2 (dua) orang istri dan 5 (lima) orang anak. Majelis hakim menentukan bagian harta waris almarhum Kosasih bin Alisyahbana adalah Noviar Husniah (Penggugat I) dan Zaleha (Tergugat I) selaku isteri-isteri mendapat 1/8 (seperdelapan) bagian. Misti (Penggugat II), Reni Susianti (Penggugat III), Pegia Herianto (Penggugat IV), Rina Saginah (Tergugat II) dan Aksara Afni (Tergugat III) selaku anak mendapat bagian sisa (ashobah) yaitu 7/8 (tujuh perdelapan) dengan ketentuan Penggugat IV selaku anak lelaki mendapat dua kali lipat dari bagian Penggugat II, Penggugat III, Tergugat II dan Tergugat III sebagai anak perempuan. Setelah adanya putusan hakim yang berkekuatan hukum tetap, maka para pihak yang berperkara semestinya dapat melakukan kewajibannya masing-masing, namun apabila tidak dilaksanakan secara sukarela maka dapat dilakukan upaya eksekusi. Pada kenyataannya sejak diputuskan oleh Majelis hakim pada tanggal 18 Juni 2012 para pihak tidak melakukan kewajibannya secara sukarela dan tidak pula

5 menuntut haknya, semestinya dapat dilakukan eksekusi tetapi tidak ada tindakan yang dilakukan. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis melakukan penelitian sesuai dengan latar belakang tersebut, untuk mengkaji dasar-dasar hukum tentang pembagian harta warisan bagi istri pertama dan istri kedua beserta anak-anak mereka dalam putusan Majelis Hakim Pengadilan Agama Kelas IA Bengkulu dengan judul penelitian: Analisa Yuridis terhadap Pembagian Waris Suami yang Menikah dengan Lebih dari Satu Istri (Studi Kasus Putusan Nomor: 0353/Pdt.G/2011/PA.Bn). B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah dasar pertimbangan hakim menentukan harta waris dalam perkawinan suami dengan lebih dari satu istri pada Putusan Pengadilan Agama Bengkulu Nomor: 0353/Pdt.G/2011/PA.Bn? 2. Apakah dasar pertimbangan hakim menentukan ahli waris dan bagian ahli waris dalam perkawinan suami dengan lebih dari satu istri pada Putusan Pengadilan Agama Bengkulu Nomor: 0353/Pdt.G/2011/PA.Bn?

6 3. Bagaimana seharusnya pelaksanaan pembagian waris setelah Putusan Pengadilan Agama Bengkulu Nomor: 0353/Pdt.G/2011/PA.Bn memiliki kekuatan hukum tetap? C. Keaslian Penelitian Penelitian dan penulisan yang berkaitan dengan penerapan Hukum Waris Islam sebelumnya telah banyak penulis temui, salah satu tesis yang mempunyai tema yang hampir sama dengan penelitian yang sedang penulis angkat diantaranya adalah karya dari: 1. Dina Mary, pada tahun 2008 Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, dengan judul Tinjauan Hukum Terhadap Perlindungan Istri dan Pembagian Harta Waris Dalam Perkawinan Poligami Menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam (Studi Kasus Dusun Dampit, Mertoyudan, Magelang). 1 Mengangkat permasalahan: a. Bagaimanakah Undang Undang Nomor 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam (KHI) dapat memberikan perlindungan terhadap hak-hak para istri dalam perkawinan poligami di dusun Dampit? 1 Dina Mary, 2008, Tinjauan Hukum Terhadap Perlindungan Istri dan Pembagian Harta Waris Dalam Perkawinan Poligami Menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam (Studi Kasus Dusun Dampit, Mertoyudan, Magelang), Tesis Magister Kenotariatan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, hlm 6.

7 b. Bagaimanakah pembagian harta warisannya dalam perkawinan poligami dengan putusnya perkawinan karena kematian suami? Penelitian dalam thesis ini menitikberatkan pada perlindungan terhadap hak hak para istri dalam perkawinan poligami menurut Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam, sedangkan pada penelitian yang penulis lakukan membahas mengenai pertimbangan hakim dalam pembagian harta waris dan pelaksaan putusan dalam perkawinan poligami. 2. Yeni Gusnita, pada tahun 2010, Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, dengan judul Tinjauan Terhadap Putusan Pengadilan Agama Tentang Perkawinan Poligami (Studi Kasus di Pengadilan Agama Kota Padang). 2 Mengangkat permasalahan : a. Apa saja faktor penyebab poligami pada Pengadilan Agama Kota Padang? b. Bagaimana perlindungan hukum terhadap istri dalam perkawinan poligami? Dalam penelitian ini memang memiliki kesamaan yaitu membahas mengenai perkawinan lebih dari satu kali, tapi dalam penelitain saudari Yeni lebih menitikberatkan pada faktor penyebab terjadinya poligami dan 2 Yeni Gusnita, 2010, Tinjauan Terhadap Putusan Pengadilan Agama Tentang Perkawinan Poligami (Studi Kasus di Pengadilan Agama Kota Padang), Tesis Magister Kenotariatan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, hlm 8.

8 bagaimana perlindungan terhadap para istri. Sedangkan peneliatian yang penulis buat akan menitikberatkan permasalahan pada dasar pertimbangan hakim dalam membahas mengenai pertimbangan hakim dalam pembagian harta waris dan pelaksaan putusan dalam perkawinan lebih dari satu kali. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dengan adanya penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Secara teoritis, sebagai bahan masukan dan kontribusi pemikiran di bidang hukum, khususnya pengembangan hukum waris, terutama waris Islam. 2. Secara praktis, diharapkan dapat memberikan informasi para pihak seperti para ahli waris dalam menyelesaikan pembagian harta peninggalan, lembaga Peradilan Agama, para praktisi hukum dan masyarakat luas yang ingin melakukan pembagian harta warisan secara Islam. E. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui dasar pertimbangan hakim dalam menentukan harta waris pada perkawinan suami dengan lebih dari satu istri pada Putusan Pengadilan Agama Bengkulu Nomor: 0353/Pdt.G/2011/PA.Bn.

9 2. Untuk mengetahui dasar pertimbangan hakim dalam menentukan bagian ahli waris pada perkawinan suami dengan lebih dari satu istri pada Putusan Pengadilan Agama Bengkulu Nomor: 0353/Pdt.G/2011/PA.Bn. 3. Untuk mengetahui pelaksaan pembagian waris setalah Putusan Pengadilan Agama Bengkulu Nomor: 0353/Pdt.G/2011/PA.Bn memiliki kekuatan hukum tetap.