ABSTRAKSI. Kata Kunci : Pendidikan Kesehatan, Deteksi Dini Penyakit ISPA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batasan anak balita adalah setiap anak yang berada pada kisaran umur

Jurnal Harapan Bangsa, Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut

PENGARUH PERILAKU IBU DALAM MEMBERIKAN MAKANAN PENDAMPING ASI TERHADAP STATUS GIZI BAYI USIA 7-12 BULAN. Kolifah *), Rizka Silvia Listyanti

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

PERBEDAAN FAKTOR PERILAKU PADA KELUARGA BALITA PNEUMONIA DAN NON PNEUMONIA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS MUNJUL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2014

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG ISPA DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. dan batuk baik kering ataupun berdahak. 2 Infeksi saluran pernapasan akut

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam bab ini akan dibahas tentang latar belakang penelitian, masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pneumonia sering ditemukan pada anak balita,tetapi juga pada orang dewasa

PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI DAN ANAK TERHADAP PENGETAHUAN KADER DI WILAYAH PUSKESMAS KLATEN TENGAH KABUPATEN KLATEN

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG PENYAKIT ISPA DI PUSKESMAS PEMBANTU SIDOMULYO WILAYAH KERJA PUSKESMAS DEKET KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

Oleh : Aat Agustini ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

Cucu Saepuloh, Siti Jundiah, Rika Nurhasanah ABSTRAK

DAFTAR PUSTAKA. Arikunto, S Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Saat ini, ISPA merupakan masalah. rongga telinga tengah dan pleura. Anak-anak merupakan kelompok

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN UPAYA PENCEGAHAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS NGORESAN SURAKARTA

PENGGUNAAN BAHAN BAKAR DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN SIKUMANA ABSTRAK

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS PAHANDUT PALANGKA RAYA

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA USIA 0-2 TAHUN DI RUANG PERAWATAN BAJI MINASA RSUD. LABUANG BAJI MAKASSAR VIDIANTI RUKMANA

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG DIARE TERHADAP PERILAKU IBU DALAM PENCEGAHAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS GAMPING 1 SLEMAN YOGYAKARTA

PENGARUH PELATIHAN DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG BALITA (DTKB) TERHADAP MOTIVASI DAN KETRAMPILAN KADER DI DUSUN SORAGAN NGESTIHARJO KASIHAN BANTUL

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, Departemen Kesehatan

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN KADER TENTANG TUGAS KADER POSYANDU

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang. Di Indonesia penyakit diare menjadi beban ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. tingginya angka kematian dan kesakitan karena ISPA. Penyakit infeksi saluran

Oleh : Yuyun Wahyu Indah Indriyani ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DIPUSKESMAS CAWAS

Sri Wahyuni, Endang Wahyuningsih ABSTRAK

Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : e-issn : Vol. 2, No 4 April 2017

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN STATUS IMUNISASI DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA

Elisa Dosen Prodi Keperawatan Poltekkes Kemenkes Semarang ABSTRAK

GAMBARAN PERILAKU IBU YANG MEMILIKI BALITA DENGAN ISPA DI KELURAHAN KALIPANCUR SEMARANG

I. PENDAHULUAN. terkontaminasi akibat akses kebersihan yang buruk. Di dunia, diperkirakan sekitar

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN PENGELOLAAN AWAL INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA ANAK

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWA KELAS V SD TENTANG PERAWATAN GIGI

BAB I PENDAHULUAN. pneumonia masih merupakan penyakit utama penyebab kesakitan dan

Kata kunci: Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), media audio visual, pendidikan kesehatan, perilaku ibu, balita

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pandemik yang terlupakan atau the forgotten pandemic. Tidak

STUDI PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI DESA KOTARAYA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA USIA 1-5 TAHUN DI PUSKESMAS CANDI LAMA KECAMATAN CANDISARI KOTA SEMARANG

I. PENDAHULUAN. bersifat endemis juga sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dan

PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku. yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan;

Nisa khoiriah INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan anak merupakan suatu hal yang penting karena. mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.

PENDAHULUAN. hidung sampai alveoli. ISPA terdiri dari bukan pneumonia, pneumonia, dan

Journal of Health Education

PEMBERIAN PENDIDIKAN KESEHATAN MELALUI MEDIA LEAFLET EFEKTIF DALAM PENINGKATAN PENGETAHUAN PERILAKU PENCEGAHAN TUBERKULOSIS PARU DI KABUPATEN PONOROGO

Oleh : Tintin Purnamasari ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. kematian terbesar kedua di dunia setelah Human Immunodeviciency Virus

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang

BAB I PENDAHULUAN. Nigeria masing-masing 6 juta episode (Kemenkes RI, 2011). (15%-30%). Berdasarkan hasil penelitian Khin, dkk tahun 2003 di Myanmar

Eka Fauzia Laila ABSTRAK

MOTIVASI UNTUK MELAKUKAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) SEBELUM DAN SESUDAH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG KANKER PAYUDARA PADA WANITA USIA SUBUR

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar S 1 Keperawatan. Oleh: WAHYUNI J

EFEKTIFITAS PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG KANKER SERVIKS DI WILAYAH UPT PUSKESMAS GAYAMAN MOJOANYAR MOJOKERTO

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DI DESA BUTUH KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

Pengetahuan Tentang Proses Menyusui Pada Ibu Nifas di RS Mardi Rahayu Kudus 20

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TENGAL ANGUS KABUPATEN TANGERANG

Lilis Suryani 1), Carudin 2) Program Studi D III Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Singaperbangsa Karawang emal:

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2008). kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%

HUBUNGAN PENDIDIKAN IBU DAN STATUS EKONOMI KELUARGA DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA

BAB I PENDAHULUAN. mencakup 74% (115,3 juta) dari 156 juta kasus di seluruh dunia. Lebih dari. dan Indonesia (Rudan, 2008). World Health Organization

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG IMUNISASI DI PUSKESMAS PEMBANTU BATUPLAT

Volume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

REPI SEPTIANI RUHENDI MA INTISARI

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG OPERASI SECTIO CAESAR

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TRIMESTER I TENTANG ANTENATAL CARE DIPUSKESMAS JEPON KABUPATEN BLORA. Oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan

Mahasiswa Akademi Kebidanan Abdi Husada Semarang 2

PENGARUH PENYULUHAN MP ASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU DALAM PEMBERIAN MP ASI DI PUSKESMAS SAMIGALUH I

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI PUSKESMAS LAU KABUPATEN MAROS

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan

Ernawati 1 dan Achmad Farich 2 ABSTRAK

Kata Kunci: Pengetahuan, KIPI

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI PADA ANAK USIA 0-11 BULAN

GAMBARAN PENGETAHUAN SIKAP DAN TINDAKAN IBU DALAM PERTOLONGAN PERTAMA PADA BALITA DIARE DI RUMAH DI WILAYAH PUSKESMAS KARANGNONGKO KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. menular maupun tidak menular (Widyaningtyas, 2006). bayi dan menempati posisi pertama angka kesakitan balita.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TERHADAP KEJADIAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS (KEK) Abstrak

MENARA Ilmu Vol. X Jilid 2 No.70 September 2016

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ISPA khususnya pneumonia masih merupakan penyakit utama penyebab

DAFTAR PUSTAKA. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. 2006

Hubungan antara perilaku ibu tentang kebersihan dan frekuensi kejadian Gastroentritis pada balita usia 1 3 tahun di RS Adi Husada Kapasari Surabaya

Transkripsi:

ISSN : 2477 0604 Vol. 2 No. 1 Januari - Maret 2016 60-68 PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG ISPA TERHADAP KEMAMPUAN IBU DALAM DETEKSI DINI PENYAKIT ISPA PADA BALITA DI DESA RADE WILAYAH KERJA PUSKESMAS MADAPANGGA KABUPATEN BIMA 1 Baiq Nova Aprilia Azamti, 1 Sri Murniati, 1 Rohani 1 Staf Pengajar Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mataram ABSTRAKSI Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. WHO memperkirakan insidens ISPA atau pneumonia anak-balita di negara berkembang adalah 0,29 episode per anak-tahun atau 151,8 juta kasus pneumonia per tahun, 8,7% (13, 1 juta) Berdasarkan data dari Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP&PL) pada tahun 2012 NTB menduduki urutan pertama kasus ISPA yaitu sebanyak 72,76%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tentang ISPA terhadap kemampuan ibu dalam deteksi dini penyakit ISPA pada balita di Desa Rade wilayah kerja Puskesmas Madapangga Kabupaten Bima. Penelitian ini menggunakan rancanagan penelitian Pre Eksperimental dengan menggunakan pendekatan One Group Pre Test-Post Test. Tehnik pengambilan sampling dalam penelitian ini adalah menggunakan purposive sampling yaitu tehnik penentuan sampel dengan kriteria-kriteria tertentu. Berdasarkan hasil uji statistic didapatkan ada pengaruh tentang ISPA terhadap kemampuan ibu dalam deteksi dini penyakit ISPA pada balita dengan nilai T table (59) lebih besar dari T hitung (16). Dalam penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang ISPA terhadap kemampuan ibu dalam deteksi dini penyakit ISPA pada balita, oleh karena itu disarankan bagi tenaga kesehatan untuk pentingnya memberikan Pendidikan kesehatan kepada masyarakat terkai engan bahaya penyakit ISPA, serta cara mengenali tanda gejala penyakit ISPA> Kata Kunci : Pendidikan Kesehatan, Deteksi Dini Penyakit ISPA PENDAHULUAN Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Hampir empat juta orang meninggal akibat ISPA setiap tahun, 98%-nya disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan bawah. Tingkat mortalitas sangat tinggi pada bayi, anak-anak, dan orang lanjut usia, terutama di negara-negara dengan pendapatan per kapita rendah dan menengah. Begitu pula, ISPA merupakan salah satu penyebab utama konsultasi atau rawat inap di fasilitas pelayanan kesehatan terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2007).

WHO memperkirakan insidens ISPA atau pneumonia anak-balita di negara berkembang adalah 0,29 episode per anak-tahun atau 151,8 juta kasus pneumonia per tahun, 8,7% (13, 1 juta) di antaranya merupakan pneumonia berat dan perlu rawat-inap. Di seluruh dunia terjadi 1,6 sampai 2,2 juta kematian anak balita karena ISPA khususnya pneomonia setiap tahun. Di negara maju terdapat 4 juta kasus setiap tahun hingga total di seluruh dunia ada 156 juta kasus pneumonia anakbalita setiap tahun (Said, 2010). Menurut UNICEF dan WHO (2006), pneumonia merupakan pembunuh anak paling utama yang terlupakan (major forgotten killer of children ). Pneumonia merupakan penyebab kematian yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan total kematian akibat AIDS, malaria dan campak (Kartasasmita, 2010). Indonesia menduduki peringkat ke- 6 di dunia untuk kasus pneumonia pada balita tahun 2006 dengan jumlah penderita mencapai enam juta jiwa. ISPA selalu menempati urutan pertama penyebab kematian pada balita, selain itu ISPA juga sering berada pada daftar 10 penyakit tebanyak. Laporan Direktorat Jendral Pencegahan Penyakit Menular Dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman (Ditjen P2M-PLP) Depkes RI tahun 2007 menyebutkan dari 31 provinsi ditemukan 477.429 balita dengan pneumonia atau 61 21,52% dari jumlah seluruh balita di Indonesia (Djelantik, 2008). ISPA di indonesia masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi (Tribun, 2013) Berdasarkan data dari Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP&PL) pada tahun 2011 diperkirakan kasus ISPA pada balita dengan pneumonia ringan hingga berat ditemukan kasus 480.033 (20,59%), sedangkan di NTB tahun 2011 ditemukan kasus 32.669 dengan prevalensi (72,76%), DKI Jakarta 42,36%, Jawa Barat 39,11%, Kalimantan Selatan 35,98%, Lampung 32,91%. Jadi NTB merupakan kasus yang paling tinggi penyakit ISPA pada balita (Kemenkes, 2012). Dari data Puskesmas Madapangga angka kejadian ISPA dari bulan Maret sampai Agustus 2012 mencapai 1067 balita dari 10 desa wilayah kerja Puskesmas Madapangga yang paling tinggi angka kejadian ISPA adalah desa Rade dengan jumlah 302 balita penderita ISPA dari jumlah balita sebanyak 612 balita Peranan dan keterlibatan ibu sangat berpengaruh terhadap penurunan angka kematian ISPA pada balita. Namun, terkadang ibu belum mengenali gejala ISPA yang dialami oleh anaknya, serta tidak mengetahui tindakan perawatan awal

di rumah sampai memanfaatkan pelayanan kesehatan secara optimal sehingga penyakit ISPA menjadi penyebab kematian utama pada balita. Hal ini dapat didasari oleh tingkat pengetahuan ibu dalam melindungi balita dari suatu penyakit yang mengancam hidup baik yang menular maupun tidak menular (Widyaningtyas, 2006). Berdasarkan wawancara pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 29 september - 10 Oktober 2012, beberapa ibu balita tidak mengetahui penyakit ISPA, tidak mengetahui gejala awal dari penyakit ISPA, mereka mengira hanya batuk pilek biasa, serta tidak mengetahui tindakan perawatan awal dirumah sehingga balita yang datang berobat ke Puskesmas Madapangga sudah terkena pneumonia maupun pneumonia berat. Berdasarkan fenomena di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang ISPA Terhadap Kemampuan Ibu Dalam Deteksi Dini Penyakit ISPA Pada Balita Di Desa Rade Wilayah Kerja Puskesmas Madapangga Kabupaten Bima. A. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan umum Untuk mengetahui pengaruh tentang ISPA terhadap kemampuan ibu dalam 62 deteksi dini penyakit ISPA pada balita di Desa Rade wilayah kerja Puskesmas Madapangga Kabupaten Bima. 2. Tujuan khusus a. Mengidentifikasi kemampuan ibu dalam deteksi dini penyakit ISPA pada balita sebelum diberikan tentang ISPA di Desa Rade wilayah kerja Puskesmas Madapangga Kabupaten Bima b. Mengidentifikasi kemampuan ibu dalam deteksi dini penyakit ISPA pada balita setelah diberikan tentang ISPA di Desa Rade wilayah kerja Puskesmas Madapangga Kabupaten BimA c. Menganalisa pengaruh pendidikan kesehatan tentang ISPA terhadap kemampuan dalam deteksi dini penyakit ISPA pada balita di Desa Rade wilayah kerja Puskesmas Madapangga Kabupaten Bima METODE PENELITIAN Populasi Populasi adalah keseluruhan dari suatu variabel yang menyangkut masalah yang diteliti. (Nursalam,2002). Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki balita yang pernah

menderita ISPA di Desa Rade Wilayah Kerja Puskesmas Madapangga Kabupaten Bima. Sampel Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoadmodjo,2003). Adapun Sampel peneltian ini adalah ibu yang memilki balita yang pernah menderita ISPA di desa Rade Wilayah Kerja Puskesmas Madapangga. Tehnik pengambilan sampling dalam penelitian ini adalah menggunakan purposive sampling yaitu tehnik penentuan sampel dengan kriteria-kriteria tertentu (Sugiono, 2003) Tehnik Sampling Tehnik pengambilan sampling dalam penelitian ini adalah menggunakan purposive sampling yaitu tehnik penentuan sampel dengan kriteria-kriteria tertentu. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian atau desain penelitian adalah suatu rancangan yang bisa dipergunakan oleh peneliti sebagai petunjuk dalam merencanakan dan melaksanakan penelitian untuk mencapai tujuan atau menjawab pertanyaan penelitian (Nursalam, 2008). Dalam penelitian ini menggunakan Pre Eksperimental dengan menggunakan pendekatan One Group Pre Test-Post Test yaitu penelitian dilakukan dengan cara memberikan pre test (pengamatan awal) terlebih dahulu sebelum diberikan intervensi. Setelah diberikan intervensi, kemudian dilakukan kembali post test (pengamatan akhir)(alimul,2007). Analisa Data Analisa data pada penelitian ini menggunakan uji Statistik Wilcoxon Match Pars Test dengan taraf kesalahan 5%. Hasil dari perhitungan tersebut untuk memperoleh nilai signifikan dapat dikonsultasikan ke tabel t. Jika t hitung < t tabel, maka H0 harus ditolak. Sebaliknya jika t hitung > t tabel, maka H0 diterima (Reksoatmodjo,2007). HASIL PENELITIAN a. Kemampuan ibu dalam deteksi dini penyakit ISPA sebelum diberikan Tabel 1.1 Kemampuan ibu dalam deteksi dini penyakit ISPA sebelum diberikan sebelum diberikan No Kategori kemampuan n % deteksi dini ibu 1 Baik 0 0 2 Cukup 10 47.62 3 Kurang 11 52.38 Data Primer,2013 63 Total 21 100

a. Kemampuan ibu dalam deteksi dini penyakit ISPA setelah diberikan Tabel 1.2 Distribusi frekuensi kemampuan ibu dalam deteksi dini penyakit ISPA setelah diberikan. No Kategori kemampuan n % deteksi dini ibu 1 Baik 6 28,57 2 Cukup 15 71,43 3 Kurang 0 0 Total 21 100 Data Primer, 2013 PEMBAHASAN 1. Kemampuan ibu dalam deteksi dini penyakit ISPA sebelum diberikan Kemampuan ibu dibedakan menjadi 3 kategori yaitu Baik dengan skor (51-75), Cukup dengan skor (26-50) dan Kurang dengan skor (0-25). Berdasarkan hasil analisa data pada tabel 3.1 terlihat bahwa sebagian besar responden sebelum diberikan tentang deteksi dini penyakit ISPA memiliki kemampuan yang kurang yaitu sebanyak 11 responden (47,62%) sedangkan cukup sebanyak 10 64 responden (52,38%) dan baik tidak ada. Hal ini menunjukan bahwa kemampuan ibu dalam deteksi dini penyakit ISPA masih banyak yang kurang. Kurangnya informasi sehingga ibu belum mengenali gejala ISPA yang dialami oleh anaknya, serta tidak mengetahui tindakan perawatan awal di rumah sampai memanfaatkan pelayanan kesehatan secara optimal sehingga penyakit ISPA menjadi penyebab kematian utama pada balita(widyaningtyas, 2006). Pendidikan seseorang juga dapat mempengaruhi kemampuan, terkait dengan pendapat (Notoadmodjo,2007), bahwa pengetahuan, merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objyek tertentu, penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Selain itu pendidikan juga dapat mempengaruhi sikap dan keterampilan seseorang. 2. Kemampuan ibu dalam deteksi dini penyakit ISPA setelah diberikan Berdasarkan tabel 3.2 dapat diketahui bahwa setelah diberikan tentang deteksi dini penyakit ISPA kepada 21

responden terdapat sebanyak 6 orang (28,57%) dengan kemampuan baik, 15 orang (71,43) dengan kemampuan cukup dan 0 orang (0%) dengan kemampuan kurang. Hasil analisa data menunjukan adanya perubahan kemampuan ibu dalam deteksi dini setelah diberikan tentang penyakit ISPA. Kemampuan ibu ada yang semakian membaik dan ada juga yang kemampuannya cukup, ini hanya terjadi perubahan skor saja. Menurut Lawrence Green dalam Notoatmojo (2007) faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan seseorang antara lain: a) faktor predisposisi melitputi pendidikan, b) faktor pendukung meliputi lingkungan fisik, fasilitas kesehatan, c) faktor penguat meliputi petugas kesehatan. Pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang dalam pendidikan tinggi akan memberi respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan akan berpikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari pendidikan kesehatan. Selanjutnya pada hubungan sosial, manusia akan saling berinteraksi antara satu dengan yang lain, sebuah keluarga yang berinteraksi 65 secara langsung dengan masyarakat sosial akan lebih besar terpapar informasi (Notoatmodjo, 2005). Faktor pendukung mencakup ketersediaan sumber-sumber dan fasilitas yang memadai misalnya fasilitas fisik yaitu puskesmas, fasilitas umum yaitu TV, radio, majalah. Fasilitas-fasilitas tersebut sangat mendukung untuk merelisasikan tentang deteksi dini penyakit ISPA kepada masyarakat (Notoatmojo, 2007). Faktor penguat meliputi perilaku petugas kesehatan. Semua petugas kesehatan dilihat dari jenis dan tingkat pada dasarnya adalah. Jadi petugas kesehatan harus memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai kesehatan dengan memberikan contoh kepada masyarakat (Notoatmojo, 2007). 3. Analisa perubahan Kemampuan ibu dalam deteksi dini ISPA sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit ISPA Pada Balita. Dalam penentuan adanya pengaruh tentang ISPA terhadap kemampuan ibu dalam deteksi dini penyakit ispa pada balita menggunakan uji statistic Wilcoxon

66 secara manual. Adapaun hasilnya sebagai berikut : Hasil dari penelitian didapatkan hasil post test lebih baik daripada hasil pre test hal ini disebabkan karena adanya suatu perlakuan yaitu sebelum post test para ibu diberikan. Hal ini sesuai dengan teori bahwa setelah seseorang mengalami stimulus atau obyek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutkan diharapkan dapat melaksanakan atau mempraktikkan apa yang diketahui dan disikapinya (Notoatmodjo, 2003). Pendidikan kesehatan merupakan proses perubahan, yang bertujuan untuk mengubah individu, kelompok dan masyarakat menuju hal-hal yang positif secara terencana melalui proses belajar. Perubahan tersebut mencangkup pengetahuan,sikap dan keterampilan melalui proses pendidikan kesehatan. Pada hakikatnya dapat berupa emosi, pengetahuan,pikiran, keinginan, tindakan nyata dari individu,kelompok dan masyarakat. Berdasarkan hasil analisa di atas dapat diketahui bahwa kemampuan deteksi dini ibu setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit ISPA pada balita lebih baik dibandingkan sebelum diberikan tentang deteksi dini penyakit ISPA pada balita. KESIMPULAN 1. Sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang ISPA sebagian besar ibu mempunyai kemampuan dalam deteksi dini ISPA yaitu kurang sebanyak 11 responden (47,62%) sedangkan cukup sebanyak 10 responden (52,38%) dan baik tidak ada. 2. Setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang ISPA terjadi perubahan kemampuan ibu dalam deteksi dini ISPA yaitu cukup sebanyak 15 responden (71,43%) sedangkan baik sebanyak 6 responden (28,57%) dan kurang tidak ada. 3. Berdasarkan hasil analisis t hitung sebesar 16, yang dibandingkan dengan t tabel wilcoxon dengan taraf kemaknaan 5% = 59 dari perhitungan tersebut dapat disimpukan H0 ditolak, artinya ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang ISPA terhadap kemampuan ibu dalam deteksi dini penyakit ISPA pada balita di desa Rade wilayah kerja puskesmas Madapangga Kabupaten Bima. DAFTAR PUSTAKA Alimul, Aziz, (2007). Riset Keperawatan dan Tehnik Penulisan Ilmiah.Jakarta :Salemba Medika. Arikunto, Suharsimi, 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :Rineka Cipta.

Bastable B, Susan, (2002). Perawat Sebagai Pendidik : Prinsip Pengajaran dan Pembelajaran. Jakarta : EGC Choirunisa, (2009). Panduan Terpenting Merawat Bayi dan Balita. Moncer Publisher. Yogyakarta Daulay, R. M, (1992). Kendala Penanganan Infeksi Saluran Pernapsan Akut (ISPA). Cermin Dunia Kedokteran. Edisi khusus No. 80 DepKes RI, (2004). Kajian Riset Operasional Intensifikasi Pemberantasan Penyakit Menular Tahun 1998/1999-2003. Depkes RI : Jakrta. Depkes RI, (2008). Keputusan Mentri Kesehatan RI No. 828/Menkes/SK/IX.Depkes : Jakarta. Dermawan, A.C, Setiawati, S, (2008). Prose Pembelajaran Dalam Pendidikan Kesehatan. Jakarta : TIM. Enthusiast, Healthy, (2012). Ispa Pada Anak. http://healthyenthusiast.com/ispapada-anak.html.diakses pada tanggal 16 Desember 2012. Fitriani, Sinta, (2010). Promosi Kesehatan. Jakarta : Graha Ilmu. Kartasasmita, C.B, September (2010). Pneumonia Pembunuh Balita. Buletin Jendela Epdemiologi, Vol. 3. Kemenkes RI, (2012). Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011. Kementerian Kesehatan RI : Jakarta. Kemenkes RI. (2010). Pedoman Kader Seri Kesehatan Anak. Kemenkes RI : Jakarta. Machfoedz, I, Suryani, E, (2006). Pendidikan Kesehatan Bagian Dari Promosi Kesehatan. Yogyakarta : Fitramaya. 67 Maryunani, Anik, (2010). Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. TIM : Jakarta Maulana, H.D.J (2009). Promosi Kesehatan. EGC : Jakarta. Misnadiarly, (2008). Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia pada Anak, Orang Dewasa, Usia Lanjut, Pneumonia Atipik & Pneumonia Atypik Mycobacterium. Jakarta : Pustaka Obor Populer. Notoatmodjo, Soekidjo (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Notoatmodjo, (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta :RinekaCipta. Notoatmodjo, Soekidjo (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Notoatmodjo, Soekidjo, (2003). Prinsip- Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta. Nursalam, (2011). Konsep dan Penerpan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Nursalam M.N, Susilaningrum R, Utami S, (2005). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (Untuk Perawat dan Bidan). Jakarta : Salemba Medika. Pugud, (2008). Patofisiologi ISPA. http://pugud.blogspot.com/patofisiologiispa.html. Diakses pada tanggal 15 Desember 2012. Reksoatmodjo, (2007). Statistik Untuk Psikologi dan Pendidikan. Bandung : PT Retika Aditama. Said, Marjadanis, (2010). Pengendalian Pneumonia Anak-Balita dalam Rangka Pencapaian MDG4. Buletin Jendela Epidemiologi. Vol,3. Soetjiningsih, (2001). Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta.

68 Suliha, Herawati, Sumiati, (2002). Pendidikan Kesehatan dalam Keperawatan. Jakarta : EGC. Supartini Y, (2004). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. EGC. Jakarta Tribun, (2013). ISPA Banyak Diderita Anak-anak. Tribunnews.com/2013/02/26/ispa-banyakdiderita-anak-anak. Diakses pada tanggal 01 April 2013. WHO, (2007). Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang Cenderung Menjadi dan Pandemi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. WHO : Jenewa. WHO, (2003). Penanganan ISPA Pada Anak di Rumah Sakit Kecil Negara Berkembang. Jakarta : EGC.