BAB 2 LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

PENJADWALAN PRODUKSI DI LINE B MENGGUNAKAN METODE CAMPBELL-DUDEK-SMITH (CDS)

BAB 3 LANDASAN TEORI

PENJADWALAN PRODUKSI MESIN INJECTION MOULDING PADA PT. DUTA FLOW PLASTIC MACHINERY

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. informasi penjadwalan produksi paving block pada CV. Eko Joyo. Dimana sistem

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. menolong manusia dalam melaksanakan tugas tertentu. Aplikasi software yang. dirancang untuk menjalankan tugas tertentu.

PENERAPAN METODE EARLIEST DUE DATE PADA PENJADWALAN PRODUKSI PAVING PADA CV. EKO JOYO

II. TINJAUAN PUSTAKA A. PENJADWALAN PRODUKSI

PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN METODE BRANCH AND BOUND PADA PT. XYZ

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan turun ke lantai produksi. Sistem penjadwalan yang kurang baik dapat

BAB II LANDASAN TEORI. atau minimum suatu fungsi tujuan. Optimasi produksi diperlukan perusahaan dalam

bahan baku, mesin, tenaga kerja, modal dan informasi, sedangkan output produksi merupakan produk yang dihasilkan berikut adalah hasil sampingannya sep

BAB I PENDAHULUAN. yang dikelolah, maka tidak sedikit instansi maupun badan usaha yang ada

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

PENJADWALAN JANGKA PENDEK YULIATI, SE, MM

PERENCANAAN PENJADWALAN PRODUKSI PADA PT HARAPAN WIDYATAMA PERTIWI UNTUK PRODUK PIPA PVC

PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI TIN 4113

SIDANG TUGAS AKHIR PENERAPAN METODE INTEGER PROGRAMMING PADA PENJADWALAN PRODUKSI MAKE TO ORDER DENGAN MESIN PARALEL

BAB 2 LANDASAN TEORI

Lina Gozali, Lamto Widodo, Wendy Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara Jl. S Parman no.1, Jakarta

TEKNIK Vol. V, No. 1 Januari 2011 Hal 1-12

PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN. Arus globalisasi dalam dunia usaha akhir-akhir ini semakin besar,

JOB SHOP PANDUAN BIG PROJECT

Sistem Penjadwalan di PT. XYZ

USULAN PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN METODE CAMPBELL DUDEK AND SMITH (STUDI KASUS PADA PT PAN PANEL PALEMBANG)

ANALISIS PENJADWALAN KEGIATAN PRODUKSI PADA PT.MULIAGLASS FLOAT DIVISION DENGAN METODE FORWARD DAN BACKWARD SCHEDULING

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PENJADWALAN PRODUKSI PAVING BLOCK PADA CV. EKO JOYO

Indeks Produksi Industri Sedang Besar

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 4 PENGUJUAN MODEL DAN ANALISIS. Untuk keperluan pengujian model dan program komputer yang telah

PERENCANAAN PROSES PRODUKSI

BAB II LANDASAN TEORI. sistem kontrol persediaan dan produksi, dan MRP tipe 3 berhubungan dengan. sistem perencanaan manufaktur (Tersine, 1984).

2.1.1 PERANAN PENJAD WALAN DAN PENGARUHNYA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANDASAN TEORI. ilmu yang terkait dalam penyelesaian dalam kerja praktek.

Optimasi Penjadwalan Mesin Produksi Flowshop dengan Metode Campbell Dudek and Smith (CDS) dan Nawaz Enscore Ham (NEH) pada Departemen Produksi Massal


pekerjaan pada mesin dan penugasan tenaga kerja pada mesin. Sangat penting bagi perusahaan untuk melakukan perencanaan yang tepat pada saat menerima

PERBAIKAN JADWAL PRODUKSI MENGGUNAKAN CDS DI PT. TAESUNG ABADI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Perencanaan Short-Term Scheduling dan Production Scheduling Model

ABSTRAK. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang di segala bidang, hal

ANALISA PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE AMPBELL DUDECK SMITH, PALMER, DAN DANNENBRING DI PT.LOKA REFRAKTORIS SURABAYA

Penjadwalan Produksi Dengan Metode Non Delay (Studi Kasus Bengkel Bubut Chevi Sintong Palembang)

OPTIMASI PENJADWALAN MESIN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMPBELL DUDEK SMITH (CDS) PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR

Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University 1

PENJADWALAN PRODUKSI CETAK LETTER PRESS DAN OFFSET DI PT ART

BAB II LANDASAN TEORI. perekonomian, karena ia memproduksi dan mendistribusikan produk (barang dan/atau

PENJADWALAN PRODUKSI DI LINE B MENGGUNAKAN METODE CAMPBELL-DUDEK-SMITH (CDS)

BAB II BAHAN RUJUKAN

PENJADWALAN PRODUKSI MENGGUNAKAN ALGORITMA JADWAL NON DELAY UNTUK MEMINIMALKAN MAKESPAN STUDI KASUS DI CV. BIMA MEBEL

PENJADWALAN PRODUKSI JOB SHOP MENGGUNAKAN ALGORITMA GIFFLER THOMPSON

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. penyelesaian masalah yang memiliki peranan penting dalam industri. yang terbatas terhadap pekerjaan yang berlebihan (Pinedo, 1992).

BAB I PENDAHULUAN. Setelah Perang Dunia II, dunia mengalami ledakan populasi, yang dikenal

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Metode Penugasan. Penugasan & Pengurutan Job. Metode Penugasan. Supl 15. Langkah-langkah Metode Penugasan 31/10/2015

BAB I PENDAHULUAN. Sistem manufaktur adalah kumpulan dari equipment yang terintegrasi dan

OPTIMALISASI PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA DI PT. PROGRESS DIECAST

BAB I PENDAHULUAN Perusahaan yang beralamatkan Jl Petemon II A No A Surabaya ini

BAB 2 LANDASAN TEORI. perencanaan dan pengendalian produksi dan juga merupakan rencana

Pemodelan Simulasi untuk Analisis Performansi Penjadwalan pada Sistem Manufaktur Make to Order dengan Mesin Paralel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V ANALISA DAN HASIL

PERBAIKAN PENJADWALAN AKTIVASI STARTER PACK UNTUK MEMINIMASI KETERLAMBATAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE EARLIEST DUE DATE PADA PT XYZ

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

ABSTRAK Giffler dan Thompson

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. antara perusahaan yang satu dengan yang lainnya. Perusahaan yang dapat. jumlah konsumennya. Salah satu usahanya adalah dengan

PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN MEMPERTIMBANGKAN UKURAN LOT TRANSFER BATCH UNTUK MINIMASI MAKESPAN KOMPONEN ISOLATING COCK DI PT PINDAD

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi pada saat ini, pertumbuhan perdagangan secara

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan IPTEK sekarang ini telah maju dengan sangat pesat,

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan. perusahaan percetakan yang mampu memenuhi permintaan pelanggan dengan

BAB I PENDAHULUAN. produksi yang umumnya ditemukan adalah sistem flow shop dan job shop. Dalam

PENGEMBANGAN MODEL PENJADWALAN MENGGUNAKAN TEKNIK SISIPAN (INSERTION TECHNIQUE)

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Lina Gozali, Lamto Widodo, Wendy. Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri Universitas Tarumanagara Jakarta. Abstrak

PENJADWALAN DENGAN TEKNIK SISIPAN (INSERTION TECHNIQUE) IR. DINI WAHYUNI, MT. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Sumatera Utara

Seminar Nasional IENACO ISSN:

P E N J A D W A L A N. Pertemuan 10

Penentuan Penjadwalan Mesin yang Optimal pada Bagian Produksi di UD. Budi Deli Serdang

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan sepatu, sandal berbahan dasar karet dan bahan baku dasar untuk

Transkripsi:

26 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penjadwalan 2.1.1 Definisi Penjadwalan Penjadwalan dapat didefinisikan sebagai penugasan dan penentuan waktu dari kegunaan sumber daya seperti tenaga kerja, peralatan, dan fasilitas untuk aktivitas atau pekerjaan produksi. (Joseph S. Martinich, 1997, p798) Penjadwalan merupakan suatu penetapan saat memulai dan saat penyelesaian tugas-tugas termasuk kapan saat tugas-tugas tersebut masuk dan meninggalkan setiap departemen. (Donald W. Fogarty, John H. Blackstone, Jr. and Thomas R. Hoffmann, 1991, p451) Penjadwalan adalah pengaturan waktu dari suatu kegiatan operasi. Penjadwalan mencakup kegiatan mengalokasikan fasilitas, peralatan ataupun tenaga kerja bagi suatu kegiatan operasi dan menentukan urutan pelaksanaan kegiatan operasi. (Eddy Herjanto, 1999, p287) Penjadwalan merupakan suatu proses pengambilan keputusan yang memegang peranan penting di bidang pabrikasi dan industri yang digunakan dalam pengadaan dan produksi, transportasi dan distribusi, dan dalam

27 proses informasi dan komunikasi. (Michael Pinedo and Xiuli Chao, 1999, p2) 2.1.2 Tujuan Penjadwalan Tujuan dari aktivitas penjadwalan antara lain : - Meningkatkan penggunaan sumber daya atau mengurangi waktu tunggunya, sehingga total waktu proses dapat berkurang, dan produktivitas dapat meningkat. - Mengurangi persediaan barang setengah jadi atau mengurangi sejumlah pekerjaan yang menunggu dalam antrian ketika sumber daya yang ada masih mengerjakan tugas yang lain. Teori Baker mengatakan, jika aliran kerja suatu jadwal konstan, maka antrian yang mengurangi rata-rata waktu alir akan mengurangi rata-rata persediaan barang setengah jadi. - Mengurangi beberapa kelambatan pada pekerjaan yang mempunyai batas waktu penyelesaiaan sehingga akan meminimasi penalti cost (biaya kelambatan). - Membantu pengambilan keputusan mengenai perencanaan kapasitas pabrik dan jenis kapasitas yang dibutuhkan sehingga penambahan biaya yang mahal dapat dihindarkan. (David D. Bedworth and James E. Bailey, 1987, p247)

28 2.1.3 Jenis-Jenis Sistem Produksi Dilihat dari tujuan perusahaan melakukan operasinya dalam hubungannya dengan pemenuhan kebutuhan konsumen, maka sistem produksi dibedakan menjadi empat jenis, yaitu: Engineering To Order (ETO), yaitu bila pemesan meminta produsen untuk membuat produk yang dimulai dari proses perancangannya (rekayasa). Assembly To Order (ATO), yaitu bila produsen membuat desain standar, modul-modul opsinya standar yang sebelumnya dan merakit suatu kombinasi tertentu dari modul-modul tersebut sesuai dengan pesanan konsumen. Modul-modul standar tersebut bisa dirakit untuk berbagai tipe produk. Contohnya adalah pabrik mobil, dimana mereka menyediakan pilihan transmisi secara manual atau otomatis, AC, Audio, opsi-opsi interior, dan opsi-opsi mesin khusus sebagaimana juga model bodi dan warna bodi yang khusus. Komponen-komponen tersebut telah disiapkan terlebih dahulu dan akan mulai diproduksi begitu pesanan dari agen datang. Make To Order (MTO), yaitu bila produsen menyelesaikan item akhirnya jika dan hanya jika telah menerima pesanan konsumen untuk item tersebut. Bila item tersebut bersifat unik dan mempunyai desain yang dibuat menurut pesanan, maka konsumen

29 mungkin bersedia menunggu hingga produsen dapat menyelesaikannya. Make To Stock (MTS), yaitu bila produsen membuat item-item yang diselesaikan dan ditempatkan sebagai persediaan sebelum pesanan konsumen diterima. Item akhir tersebut baru akan dikirim dari sistem persediaannya setelah pesanan konsumen diterima. (Arman Hakim Nasution, 2003, p9) 2.1.4 Klasifikasi Penjadwalan Masalah penjadwalan dapat dibedakan berdasarkan karakteristik sistem produksinya, yaitu : 1. Berdasarkan mesin yang digunakan dalam proses produksi, penjadwalan produksi dapat diklasifikasikan menjadi : a. Single-Machine Models (penjadwalan pada mesin tunggal). b. Parallel-Machine Models (penjadwalan pada mesin jamak). (Michael Pinedo and Xiuli Chao, 1999, p15) 2. Berdasarkan pola aliran proses, penjadwalan produksi dapat diklasifikasikan menjadi : a. Flow Shop Models, yaitu proses produksi dengan pola aliran identik dari satu mesin ke mesin yang lain.

30 Gambar 2.1 Lintasan Proses Flow Shop b. Job Shop Models, yaitu penjadwalan dimana setiap pekerjaan mempunyai aliran atau rute proses pada setiap mesin yang spesifik, dan mungkin berbeda untuk tiap job. (Michael Pinedo and Xiuli Chao, 1999, p16; Andrew Kusiak, 1990, p359) Gambar 2.2 Lintasan Proses Job Shop 3. Berdasarkan pola kedatangan job, penjadwalan produksi dapat diklasifikasikan menjadi : a. Statik, yaitu job yang datang bersamaan tidak ada job yang dating ditengah-tengah pada saat jadwal dilaksanakan. b. Dinamik, yaitu kedatangan job tidak menentu. (Elsayed A. Elsayed and Thomas O. Boucher., 1985, p291-292)

31 2.1.5 Masukan (input) untuk Penjadwalan Pekerjaan Terdapat beberapa hal yang perlu diketahui sebelum pekerjaan dapat dijadwalkan, yaitu : Jumlah dan jenis pekerjaan yang harus diselesaikan selama periode tertentu. Jumlah dan jenis pekerjaan ini sangat tergantung pada rencana produksi yang disusun serta negosiasi antara perusahaan dengan pelanggan. Perkiraan waktu penyelesaian suatu pekerjaan (processing time). Perkiraan waktu penyelesaian pekerjaan ini merupakan masukan yang sangat penting dalam proses penjadwalan suatu pekerjaan. Perkiraan waktu penyelesaian suatu pekerjaan seringkali digunakan untuk menentukan prioritas pekerjaan yang akan dikerjakan terlebih dahulu. Sumber perkiraan dapat berupa data waktu yang dimiliki perusahaan atau estimasi supervisor berdasarkan pengalaman. Batas waktu (due date) penyelesaian pekerjaan. Batas waktu selesainya suatu pekerjaan penting diketahui untuk memperkirakan kelambatan yang mungkin akan terjadi. Besaran ini menjadi penting terutama untuk mengantisipasi denda / penalti yang mungkin timbul akibat keterlambatan pengiriman.

32 Tujuan penjadwalan. Tujuan penjadwalan perlu diketahui terlebih dahulu agar pemilihan teknik penjadwalan dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya. Terdapat berbagai macam tujuan penjadwalan yang pada garis besarnya dapat dikelompokkan ke dalam tiga bagian, yaitu : - Peningkatan utilisasi peralatan / sumber daya dengan cara menekan waktu menganggur sumber daya tersebut. - Sasaran lain yang mungkin dicapai ialah minimasi jumlah persediaan barang dalam proses. Tujuan ini dicapai dengan cara meminimasi jumlah pekerjaan yang menunggu dalam antrian untuk diproses. Indikator jumlah antrian pekerjaan ini dinyatakan dengan besaran waktu alir rata-rata. - Tujuan penjadwalan lainnya ialah menekan kelambatan. Dalam banyak hal sejumlah pekerjaan memiliki batas waktu penyelesaian pekerjaan (due date), dan apabila pekerjaan selesai setelah due date maka perusahaan dikenai penalti. Terdapat beberapa tujuan penjadwalan berkenaan dengan kelambatan ini. Tujuan penjadwalan dapat berupa minimasi kelambatan / keterlambatan maksimum, atau minimasi jumlah pekerjaan yang terlambat, atau minimasi kelambatan / keterlambatan rata-rata.

33 Situasi pekerjaan yang dihadapi. Dapat berupa penjadwalan di satu prosesor, penjadwalan pekerjaan di beberapa prosesor seri, penjadwalan pekerjaan di beberapa prosesor paralel, atau penjadwalan pekerjaan di fasilitas produksi job shop. (Hendra Kusuma., 2002, p186-187) 2.1.6 Keluaran (output) untuk Penjadwalan Pekerjaan Untuk memastikan bahwa suatu aliran kerja yang lancar akan melalui tahapan produksi, maka sistem penjadwalan harus membentuk aktivitas-aktivitas output sebagai berikut : Pembebanan (loading) Pembebanan melibatkan penyesuaian kebutuhan kapasitas untuk order-order yang diterima / diperkirakan dengan kapasitas yang tersedia. Pembebanan dilakukan dengan menugaskan order-order pada fasilitas-fasilitas, operator-operator, dan peralatan tertentu. Pengurutan (sequencing) Pengurutan ini merupakan penugasan tentang order-order mana yang diprioritaskan untuk diproses dahulu bila suatu fasilitas harus memproses banyak job.

34 Prioritas Job (dispaching) Dispaching merupakan prioritas kerja tentang job-job mana yang diseleksi dan diprioritaskan untuk diproses. Pengendalian kinerja penjadwalan, dilakukan dengan : - Meninjau kembali status order-order pada saat melalui sistem tertentu. - Mengatur kembali urutan-urutan, misalnya : expediting order-order yang jauh dibelakang atau mempunyai prioritas utama. Up-dating jadwal, dilakukan sebagai refleksi kondisi operasi yang terjadi dengan merevisi prioritas-prioritas. (Arman Hakim Nasution, 2003, p174-175) 2.1.7 Lingkungan Penjadwalan Penjadwalan tersusun atas lingkungan sebagai berikut : Job Merupakan aktivitas yang dilakukan seperti order yang dipesan oleh customer. Sebuah job bisa tergantung pada job lain. Ketergantungan ini ada 2 (dua) jenis yaitu ketergantungan pada saat sebuah job baru dapat dikerjakan jika job sebelumnya sudah dikerjakan dan ketergantungan waktu proses sebuah job pada job sebelumnya yang sedang dikerjakan

35 di mesin yang sama. Jenis ketergantungan yang kedua ini biasanya disebut sequence dependent set-up time atau waktu setup yang tergantung pada urutan job. Mesin Mesin memproses jobs. Untuk single machine (mesin tunggal), hanya ada 1 mesin dan semua job harus diproses olehnya. Mesin tersebut hanya dapat memproses paling banyak 1 job dalam satu waktu. Sedangkan mesin dikatakan paralel (parallel machine) jika beberapa mesin dapat melakukan proses yang sama pada jobs. Pengukuran (measures) Sebuah penjadwalan yang baik mengimplikasikan ukuran performansi. Memaksimalkan profit dan meminimalkan biaya merupakan ukuran yang jelas, namun merupakan tugas yang sulit untuk mengestimasi parameter finansial yang berkaitan dengan penjadwalan. Performansi dari sebuah penjadwalan bisa diukur berdasarkan total flowtime, total tardiness, maksimum completion time, maksimum tardiness atau jumlah job tardy. Algoritma Penjadwalan Algoritma merupakan resep untuk memperoleh solusi bagi sebuah model. Algoritma ada 2 macam yaitu algoritma eksak dan algoritma heuristik. Algoritma eksak memberikan solusi yang optimal bagi

36 masalah yang ada, sedangkan algoritma heuristik memberikan solusi yang diharapkan optimal atau mendekati optimal. Algoritma eksak tidak selalu digunakan karena algoritma ini harus didasarkan atas perhitungan seperti algoritma branch and bound atau dynamic programming. Pada kenyataannya, kombinasi natural dari permasalahan penjadwalan tidak memungkinkan proses komputasional seperti itu. Gantt Chart Gantt Chart diperkenalkan oleh Henry Gantt pada tahun 1911 yang mempresentasikan sebuah penjadwalan. Tujuan dari Gantt Chart adalah untuk menggambarkan penggunaan sumber daya (mesin) secara keseluruhan. Sumbu x mempresentasikan waktu dan sumbu y mempresentasikan mesin. (Daniel Sipper and Robert L. Bulfin, Jr., 1997, p385-388) 2.1.8 Aturan Prioritas Penjadwalan Beberapa aturan-aturan prioritas sequencing yang umum dalam penjadwalan antara lain sebagai berikut : Service in Random Order (SIRO) rule memilih pekerjaan yang menunggu untuk diproses secara random/ acak. Tetapi aturan prioritas ini tidak membantu untuk mengoptimalkan obyek pekerjaan yang ada.

37 Earliest Release Date First (ERD) rule Aturan ini sama dengan aturan First Come First Served, yaitu memilih pekerjaan berdasarkan pekerjaan yang pertama kali diterima untuk diproses lebih lanjut. Aturan ini digunakan untuk membantu mengurangi variasi waktu menunggu pekerjaan pada mesin. Earliest Due Date First (EDD) rule Memilih pekerjaan dengan due date (waktu jatuh tempo) yang paling cepat untuk diproses lebih lanjut. Berguna untuk mengurangi maksimum lateness. Minimum Slack First (MS) rule Memilih pekerjaan dengan slack yang paling minimum. Aturan ini berguna untuk meminimasi dua date dari obyek yang terlibat. Shortest Processing time (SPT) rule Job dengan waktu proses terpendek akan diproses terlebih dahulu, demikian berlanjut untuk job yang waktu prosesnya terpendek kedua. Aturan SPT ini tidak memperdulikan due date maupun kedatangan order baru. (Michael Pinedo and Xiuli Chao, 1999, p30; Arman Hakim Nasution, 2003, p183)

38 2.1.9 Istilah Dalam Penjadwalan Istilah dalam penjadwalan antara lain sebagai berikut : Processing Time (Pij) Yaitu waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan job j pada mesin i. Release Date (Rij) Yaitu waktu job j mulai dapat diproses pada mesin i. Due Date (Dj) Yaitu batas akhir job j harus diselesaikan. Weight (Wj) Yaitu bobot job j yang menunjukkan pentingnya job j relatif terhadap job lainnya dalam sistem. Completion Time (Cj) Yaitu waktu penyelesaian operasi paling akhir suatu job j. (Michael Pinedo and Xiuli Chao, 1999, p14) 2.1.10 Algoritma Penjadwalan 2.1.10.1 Algoritma Johnson Aturan dari algoritma Johnson (Johnson s rule) adalah sebagai berikut :

39 Langkah 1 Untuk semua pekerjaan i temukan nilai minimum dari ti,1 dan ti,2 pada waktu awal dan akhir prosesor. Dimana : ti,1 = waktu penyelesaian pekerjaan pada prosesor pertama ti,2 = waktu penyelesaian pekerjaan pada prosesor terakhir Langkah 2 Jika waktu minimum terdapat pada prosesor 1 (i.e., ti,1), lalu jadwalkan pekerjaan ke posisi pada awal baris yang tersedia dari rangkaian yang ada. Lanjutkan pada langkah 3. Jika waktu minimum terdapat pada prosesor 2 (i.e., ti,2), lalu jadwalkan pekerjaan ke posisi akhir dari rangkaian yang tersedia. Langkah 3 Hapus susunan pekerjaan dari daftar. Jika masih ada pekerjaan, kembali ke langkah 1; sampai semuanya selesai. (David D. Bedworth and James E. Bailey, 1987, p277)

40 2.1.10.2 Algoritma Campbell, Dudek, and Smith Algoritma Campbell, Dudek, dan Smith adalah sebuah algoritma penjadwalan dengan n job dan m mesin seri. Algoritma ini menggunakan pendekatan aturan dari Johnson (Johnson s rule) yang memungkinkan untuk menghasilkan penjadwalan sebanyak jumlah mesin - 1 (K = m - 1) dan memilih yang terbaik untuk diimplementasikan. Algoritma Campbell, Dudek, dan Smith untuk jadwal pertama (K = 1) : t*i,1 = ti,1 t*i,2 = ti,m Algoritma Campbell, Dudek, dan Smith untuk jadwal kedua (K = 2) : t*i,1 = ti,1 + ti,2 t*i,2 = ti,m + ti,m-1 Algoritma Campbell, Dudek, dan Smith untuk jadwal ke-k: t*i,1 = t*i,2 = K t i, k k = 1 K t i k = 1, m k + 1

41 Aturan dari algoritma Campbell, Dudek, dan Smith adalah sebagai berikut : Langkah 1 Langkah 2 Lakukan K = 1. Hitung t*i,1 dan t*i,2. Jadwalkan pekerjaan n dengan menggunakan pendekatan aturan Johnson. Simpan susunan penjawalan dan tentukan nilai idle. Jika nilai idle yang ditemukan lebih baik, simpan susunan tersebut. Langkah 3 Jika K = (m - 1), berhenti, susunan jadwal yang disimpan saat ini adalah satu-satunya yang diimplementasikan. Jika K (m -1), tambahkan K sebelumnya dengan 1 dan kembali ke langkah 1. (David D. Bedworth and James E. Bailey, 1987, p278-279) 2.2 Peta Proses Operasi 2.2.1 Definisi Peta Proses Operasi Peta Proses Operasi (Operation Process Chart) merupakan suatu diagram yang menggambarkan langkah-langkah proses yang akan dialami bahan (bahan-bahan) baku mengenai urutan-urutan operasi dan pemeriksaan. Sejak dari awal sampai menjadi produk jadi utuh maupun

42 sebagai komponen, dan juga memuat informasi-informasi yang diperlukan untuk analisa lebih lanjut, seperti : waktu yang dihabiskan, material yang digunakan, dan tempat atau alat atau mesin yang dipakai. (Iftikar Z. Sutalaksana, Ruhana Anggawisastra dan John H. Tjakraatmadja, 1979, p21) 2.2.2 Kegunaan Peta Proses Operasi Dengan adanya informasi-informasi yang bisa dicatat melalui Peta Proses Operasi (Operation Process Chart), kita bisa memperoleh banyak manfaat diantaranya : - Bisa mengetahui kebutuhan akan mesin dan penganggarannya. - Bisa memperkirakan kebutuhan akan bahan baku (dengan memperhitungkan efisiensi ditiap operasi / pemeriksaaan). - Sebagai alat untuk menentukan tata letak pabrik. - Sebagai alat untuk melakukan perbaikan cara kerja yang sedang dipakai. - Sebagai alat untuk latihan kerja. (Iftikar Z. Sutalaksana, Ruhana Anggawisastra dan John H. Tjakraatmadja, 1979, p21)