FILSAFAT ILMU Karya : Jujun S. Suriasumatri Penerbit : Pustaka Sinar Harapan, Jakarta Tahun : 1984 (Cet. I) Tebal : 384 hlm

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang yang. memiliki unsur-unsur seperti pikiran, perasaan, pengalaman, ide-ide,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Salah satu keterampilan berbahasa yang harus dimengerti adalah kegiatan

FILSAFAT ILMU OLEH SYIHABUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Riqoh Fariqoh, 2013

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. terhadap api dan segala bentuk benda tajam. Seni dan budaya debus kini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1).

Suatu Pengantar Untuk Memahami Filsafat Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. dimengerti dan digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain. Adapun cara-cara

MEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL

KONSEPSI-KONSEPSI FILSAFAT KOMUNIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

URGENSI FILSAFAT PENELITIAN TINDAKAN KELAS DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS BELAJAR SISWA. Dr. Y. Suyitno MPd Dosen Filsafat Pendidikan UPI

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra diciptakan oleh sastrawan. Pikiran, perasaan, kreativitas, serta

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nikke Permata Indah, 2015

PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN TERHADAP PSIKOLOGI PENDIDIKAN HUMANISTIK

IMPLEMENTASI FILSAFAT ILMU DALAM PENDEKATAN ILMIAH

RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU TATARAN AKSIOLOGI. Mustopa Marli Ramli Batubara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesulitan anak dalam berbahasa menjadi suatu masalah yang tidak kalah

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan saat ini adalah lemahnya para pendidik dalam menggali

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika. Disusun oleh: BIVIKA PURNAMI A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar menuntut seseorang untuk berpikir ilmiah dan mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber manusia itu tergantung pada kualitas pendidikan. Peran

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, Jabrohim, dkk. (2003:4) menjelaskan yaitu, Bahasa memang media

Filsafat Pemerintahan (Sebuah Gambaran Umum) Oleh: Erwin Musdah

Filsafat Ilmu dalam Perspektif Studi Islam Oleh: Maman Suratman

2016 RAGAM BAHASA KRITIK PAD A TULISAN SISWA D AN PEMANFAATANNYA D ALAM PEMBELAJARAN TEKS RESENSI

BAB I PENDAHULUAN. karya puisi pasti tidak akan terlepas dari peran sebuah bahasa. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan berkelanjutan merupakan tuntutan mendesak yang diperlukan

Etika dan profesi humas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia pada dasarnya merupakan upaya untuk

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA TEKS ARGUMENTASI DENGAN TEKNIK SQ3R PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 GATAK SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2009/2010

DESKRIPSI BUTIR INSTRUMEN 1 PENILAIAN BUKU TEKS PELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dari luapan emosional. Karya sastra tidak menyuguhkan ilmu pengetahuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan kehidupan di masa datang. Untuk menyukseskan tujuan di atas, maka

BAB I PENDAHULUAN. melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun non-fisik, merupakan

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran karya sastra di tengah-tengah masyarakat pembaca merupakan

Wayang dan Mahabharata. Written by Pitoyo Amrih Saturday, 23 August :57 - Last Updated Saturday, 23 August :16

Teori-teori Kebenaran Ilmu Pengetahuan. # Sesi 9, Kamis 16 April 2015 #1

PENGETAHUAN DAN FILSAFAT ILMU

Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. sekelilingnya. Menurut Oemarjati dalam Milawati (2011: 1) tujuan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

I. PENDAHULUAN. Penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dilakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra tidak lahir dalam kekosongan budaya (Teew, 1991:

MAKALAH RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya siswa menghadapi masalah dalam menggunakan bahasa

INOVASI DI SEKTOR PUBLIK. Yogi Suwarno

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

FILSAFAT ILMU. Irnin Agustina D.A.,M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya.

2015 PENERAPAN METODE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) DENGAN MEDIA KARTU PELENGKAP DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA TEKS CERITA ANAK

PENUMBUHAN BUDAYA LITERASI DENGAN PENERAPAN ILMU KETERAMPILAN BERBAHASA (MEMBACA DAN MENULIS)

BAB I PENDAHULUAN. teks yang isinya berbagai jenis, baik berupa ide, gagasan, pemikiran suatu tokoh

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan oleh manusia pada sebagian besar aktivitasnya. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di dunia memungkinkan manusia untuk terarah pada kebenaran. Usahausaha

STKIP PGRI PACITAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

Pengantar. Jamal Wiwoho Prasetyo Hadi P Sasmini. Pengantar Filsafat Hukum 1

EPISTEMOLOGI MODERN DALAM TRADISI BARAT DAN TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cermin dari sebuah realitas kehidupan sosial masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP. 1. Manusia adalah makhluk yang unik, banal, serta ambigu, ia senantiasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia

FILSAFAT SEJARAH BENEDETTO CROCE ( )

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., M.MA., MA.

METODOLOGI PENELITIAN GEOGRAFI; Ragam Perspektif dan Prosedur Penelitian, oleh Momon Sudarma Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A

BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Filsafat dan Filsafat Ketuhanan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh Penerapan Media Komik Terhadap Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Tematik Terpadu

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai

A Leading and Outstanding University

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra lahir dari hasil kreatifitas dan imajinasi manusia, serta pemikiran dan

ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI DAN AXIOLOGI ADMINISTRASI PENDIDIKAN Oleh: Pipin Piniman (Program Pasca Sarjana Universitas Galuh)

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi

BAB I PENDAHULUAN. Anak pada zaman sekarang umumnya lebih banyak menghabiskan waktu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ema Rosalita, 2013

Nikke Permata Indah Pendidikan Bahasa Indonesia Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. berjalan dengan baik. Sarana itu berupa bahasa. Dengan bahasa. (Keraf, 2004: 19). Bahasa dan penggunaannya mencakup aktivitas

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu aspek penting bagi kehidupan. Auliya

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. Dalam karya sastra terdapat nilai-nilai kehidupan masyarakat yang dituangkan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa Indonesia, baik sebagai bahasa nasional maupun sebagai Bahasa

INTISARI BAB I PENDAHULUAN

Transkripsi:

Contoh Book Review FILSAFAT ILMU Karya : Jujun S. Suriasumatri Penerbit : Pustaka Sinar Harapan, Jakarta Tahun : 1984 (Cet. I) Tebal : 384 hlm Oleh: Dr. Halid, M.Ag. (Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) 1

Pengantar Pembahasan ini akan menyajikan sebuah buku berjudul Filsafat Ilmu karya Jujun S. Suriasumantri. Buku yang dalam pembahasannya lebih bercorak filosofis-populer ini, banyak menyajikan beragam contoh, lustrasi, dan gambar yang berhubungan dengan beragam kehidupan: agama, sastra, budaya, matematika (ilmu deret hitung), dan lainnya. Disebut lebih bercorak filosofis-populer karena Filsafat Ilmu karya Suriasumantri ini, lebih banyak menampilkan aspek aplikatif dari sebuah ilmu, bukan memfokuskan pada nalar teoretis sebuah ilmu. Hal mungkin mungkin karena latar belakang sang penulis yang bukan berasal dari konsentrasi disiplin ilmu filsafat sehingga uraiannya lebih banyak mengarah pada refleksi dan bukan pada kontemplasi sebagai ciri khas sebuah filsafat. Book review (mungkin bisa juga disebut critical review) ini akan menampilkan aspek kekuatan dan kelemahan yang terkandung di dalamnya. Hal ini penting karena sebagai sebuah karya akademis, kritik merupakan bagian dari dinamika ilmiah yang merupakan syarat utama bangunan keilmuan. Di samping itu, book review ini tentu juga akan menyajikan aspek luar yang ditampilkan (perform) oleh buku tersebut. Mudah-mudahan apa yang disajikan dalam tulisan berikut meskipun ringkas dan tentu saja bersifat subyektif dari penulis akan memberikan perspektif baru tentang apa dan bagaimana yang seharusnya disajikan dalam book review itu. Semoga!!! Performa Buku Filsafat Ilmu karya Suriasumantri ini termasuk salah satu buku terbitan Pustaka Sinar Harapan yang masuk dalam kategori karya-karya akademik. Buku ini boleh dibilang sukses, terutama dari segi penjualan, karena sudah mengalami lebih dari 8 kali cetak ulang dalam kurun waktu 10 tahun. Ini berarti dalam sekitar satu tahun, buku ini selalu mengalami cetak ulang. Buku setebal 383 halaman ini menampilkan banyak pembahasan atau topik yang terbagi ke dalam beberapa bab. Masing-masing bab terdiri dari sub-bab 2

(topik) yang berkelanjutan atau berurutan di antara bab-bab tersebut. Berikut gambaran umum tentang buku tersebut : Kata Pengantar oleh: Andi Hakim Nasution Bab I : Ke Arah Pemikiran Filsafat yang membahas tentang 1) ilmu dan filsafat. Bab II : Dasar-dasar Pengetahuan yang terdiri dari pembahasan tentang: 2) penalaran; 3) logika; 4) sumber pengetahuan; dan 5) kriteria kebenaran. Bab III : Ontologi: Hakikat Apa yang Dikaji yang terdiri dari: 6) metafisika; 7) asumsi; 8) peluang; 9) beberapa asumsi dalam ilmu; dan 10) batas-batas penjelajahan ilmu. Bab IV : Epistemologi: Cara Mendapatkan Pengetahuan yang Benar yang terdiri dari: 11) jarum sejarah pengetahuan; 12) pengetahuan; 13) metode ilmiah; dan 14) struktur pengetahuan ilmiah. Bab V : Sarana Berpikir Ilmiah yang terdiri dari: 15) sarana berpikir ilmiah; 16) bahasa; 17) matematika; dan 18) statistika. Bab VI : Aksiologi: Nilai Kegunaan Ilmu yang terdiri dari: 19) ilmu dan moral; 20) tanggung jawab sosial ilmuwan; 21) nuklir dan pilihan moral; dan 22) revolusi genetika. Bab VII : Ilmu dan Kebudayaan yang terdiri dari: 23) manusia dan kebudayaan; 24) ilmu dan pengembangan kebudayaan nasional; dan 25) dua pola kebudayaan. Bab VIII : Ilmu dan Bahasa yang terdiri dari: 26) tentang terminologi: ilmu, ilmu pengetahuan atau sains?; 27) quo vadis? dan 28) politik bahasa nasional. Bab IX : Penelitian dan Penulisan Ilmiah yang terdiri dari: 29) struktur penelitian dan penulisan ilmiah; 30) teknik penulisan ilmiah; dan 31) teknik notasi ilmiah. Bab X : Penutup yang membahas tentang 32) hakikat dan kegunaan ilmu. 3

Daftar Pustaka Indeks Buku itu bersampul gambar dewa ganesha (dewa berkepala gajah) yang didesain oleh Natasa T dengan tekstur ber-emboss. Keseluruhan sampul buku itu berwarna dasar biru tua dengan teks berwarna putih. Jika dilihat dari paduan warnanya, buku ini sebenarnya menampilkan display yang sederhana dan tidak kaya ilustrasi. Hal ini memang menjadi salah satu ciri khas buku-buku yang bercorak akademis murni, berbeda dengan buku-buku non-akademis seperti komik, fiksi, cerita anak, dan lainnya yang memang lebih banyak menampilkan kekayaan imajinasi dan ilustrasi di sampul depannya. Model Penulisan Seperti telah disebutkan dalam pengantar tulisan ini, Filsafat Ilmu yang ditulis oleh Suriasumantri menggunakan pola atau model penulisan populer. Ada beberapa kemungkinan mengapa sang penulis menggunakan model seperti ini: pertama, pembahasan filsafat dengan menggunakan pola atau model tulisan populer lebih mudah dicerna oleh pembaca yang berbeda tingkat pendidikan dan latar belakang keilmuannya. Kedua, tulisan populer yang banyak menyisipkan contoh, ilustrasi, dan gambar, akan lebih menarik untuk dibaca, setidaknya menghindari kesan jenuh bagi para pembaca. Seperti diketahui, sebagian besar buku-buku akademis di tahun pertama Filsafat Ilmu ini diterbitkan (1984) memfokuskan pada tampilan teks-teks saja, sehingga mengesankan bahwa buku-buku itu hanya khusus ditujukan pada kalangan akademisi dengan sedikit-banyak mengernyitkan keningnya karena harus serius dalam membacanya. Ketiga, penyampaian filsafat dengan bahasa populer mengesankan adanya upaya mempermudah maksud dan tujuan dari setiap topik yang dibahas. Upaya mempermudah ini, bisa berdampak positif dan bisa juga berdampak negatif. Dampak positifnya bisa dilihat misalnya dari adanya upaya memediasi pemikiran filsafat ilmu dalam komunikasi yang mudah dicerna sehingga maksud dan 4

tujuannya bisa dicapai. Namun dampak negatifnya justru bisa menimbulkan salah tafsir dan kekeliruan dari topik kefilsafatan yang dimaksud. Keempat, ada kemungkinan pembacaan dan penguasaan teori-teori filsafat dari sang penulis yang tidak mencukupi, atau adanya kesulitan dari pihak sang penulis untuk menyampaikan topik-topik kefilsafatan yang bercorak konseptual dan kontemplatif. Hal ini bisa dibandingkan misalnya dengan karya Louis O Kattsoff (guru besar North Carolina University, Amerika) berjudul Elements of Philosophy (diterjemah Soejono Soemargono dengan judul Pengantar Filsafat, terbitan Tiara Wacana, Yogyakarta, 1986 [cet. I]). Jika pembaca pernah membaca karya Kattsoff, terlihat jelas adanya perbedaan yang cukup mencolok dengan karya Suriasumantri tersebut (perbedaan antara keduanya akan dijelaskan secara khusus dalam bahasan Analisa Banding ). Analisa Banding Pada bagian ini, ada satu karya yang juga bersifat pengantar yang akan dibandingkan dengan karya Suriasumantri, yaitu Pengantar Filsafat karya Louis O Kattsoff. Keduanya (Filsafat Ilmu dan Pengantar Filsafat) sama-sama membahas problem umum yang berkaitan dengan dunia kefilsafatan, juga pertanyaanpertanyaan mendasar seputar filsafat. Oleh karena itu, kedua karya yang samasama mengalami lebih dari 8 kali cetak ulang ini, menarik untuk diperbandingkan. Seperti telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya bahwa Suriasumantri lebih banyak menggunakan pendekatan penulisan ilmiah-populer dalam membahas persoalan filsafat ilmu yang ditulisnya. Suriasumantri berusaha menampilkan filsafat ilmu dalam nuansa yang lebih ringan, menghibur, dan populis. Oleh karena itu, apa yang dibahasnya banyak menampilkan contoh, ilustrasi, dan gambar untuk memberikan nuansa yang lebih rileks. Hal tersebut berbeda dengan karya Kattsoff yang lebih banyak menampilkan pola penulisan ilmiah-murni. Meskipun Kattsoff juga menampilkan banyak contoh (minus gambar, diagam, dan ilustrai) dalam kehidupan sehari-hari (misalnya tentang hujan, cuaca, lukisan, dan lainnya), tetapi dia tetap terfokus 5

pada analisa konseptual-teoretis atau kontemplatif-teoretis. Sementara Suriasumantri lebih terfokus pada analisa populer-reflektif atau populer-filosofis. Dari sisi bahan atau isi pembahasan yang ditampilkan, kedua penulis buku tersebut juga berbeda. Misalnya ketika membahas tentang ontologi (tentang hakikat apa atau hakikat apa yang ada). Dalam pembahasan tentang ontologi, Suriasumantri membahas tentang: metafisika, asumsi, peluang, beberapa asumsi dalam ilmu, dan batas-batas penjelajahan ilmu). Sedangkan Kattsoff (dalam mambahas topik ontologi), membahas hal-hal berikut: yang ada (being), yang tiada (non-being), kenyataan (reality), dan eksistensi (existence). Misalnya bahasan tentang metafisika, Suriasumantri memasukkannya sebagai bagian dari ontologi. Sedangkan Kattsoff memasukkannya ke dalam bagian dari pembahasan tentang kosmologi (paham mengenai alam semesta). Perbedaan dalam memasukkan satu topik yang sama ke dalam bidang pembahassan yang berbeda, disebabkan adanya perbedaan cara pandang (perspektif) di antara keduanya. Suriasumantri berusaha mengeksplorasi metafisika sebagai bagian dari hakikat sesuatu yang ada (ontologi) secara reflektiffilosofis. Hal ini karena metafisika pada dasarnya merupakan bagian dari sesuatu yang ada (being) yang keberadaannya berbeda dengan sesuatu yang ada pada dimensi fisik. Namun Suriasumantri tidak melakukan analisa kontrastif (perbedaan, perlawanan) dengan sesuatu yang tidak ada, realita, dan eksistensi. Dia justru memasukkan bahasan tentang batasan tentang penjelajahan ilmu ke dalam pembahasan tentang ontologi. Hal itu berbeda dengan Kattsoff yang lebih memfokuskan pada hal-hal mendasar seputar ontologi (terutama dari aspek teminologi dan konsepsi-konsepsi teoretisnya. Kattsoff memasukkan topik-topik seperti: sesuatu yang ada, tidak ada, kenyataan, dan eksistensi, ke dalam bagian dari bidang ontologi. Kattsoff berusaha menyajikan topik-topik ke-ontologi-an secara lebih sistematis dan konsisten. Sementara Suriasumantri memasukkan bidang kajian yang lain (seperti ilmu ) yang sebenarnya menjadi topik bahasan tersendiri, atau misalnya memasukkan topik asumsi sebagai bagian dari bidang ontologi. Padahal, asumsi mestinya 6

(setidaknya menurut penulis) menjadi bagian dari sumber-sumber pengetahuan atau sumber memperoleh pengetahuan, dan bukan wilayah ontologi. Dalam hal menjelaskan kriteria atau paham kebenaran (koherensi, korespondensi, empiris, dan pragmatisme), Suriasumantri hanya membahasnya secara ringkas, hanya 5 halaman minus gambar menjadi 4 halaman yaitu: 55 59. Sementara Kattsoff membahasnya hingga 13 halaman (172-184). Namun meskipun ringkas, Suriasumantri menyajikannya dengan bahasa yang lebih komunikatif dan sederhana sehingga lebh mudah dicerna oleh kalangan akademisi, khususnya mahasiswa strata-1 (S1). Sedangkan Kattsoff terkesan lebih rumit dan kompleks sehingga agar sulit ditangkap maksud dan tujuannya (kecuali oleh kalangan yang memang sudah terbiasa dengan bidang filsafat). Dengan demikian, secara simplistik bisa dinyatakan bahwa masing-masing memiliki keuatan dan kelemahan. Suriasumantri memiliki keunggulan dalam hal menyampaikan maksud dan tujuan dari kriteria kebenaran, dan hal ini lebih mudah ditangkap nalar rata-rata masyarakat umum (khususnya mahasiswa). Meskipun demikian, analisa yang dipakai kurang luas dan tidak mendalam, misalnya tidak memasukkan kriteria empirisme sebagai bagian dari kebenaran. Kattsoff memiliki keunggulan dalam hal pembahasannya yang lebih mendalam dan meluas. Misalnya dia memasukkan empiris sebagai bagian dari kriteria-kriteria kebenaran (yang oleh Suriasumantri tidak dimasukkan). Tentu saja hal ini merupakan data baru yang tidak didapat dalam tulisan Suriasumantri. Namun kelemahan Kattsoff terletak pada analisanya yang terlalu kontemplatif dan rumit, terutama ketika membahas tema empiris (atau empirisme) dan pragmatisme. Bagi kalangan yang tidak terbiasa mendalami filsafat, perbedaan antara keduanya tidak terlihat jelas, misalnya apakah empiris itu bagian dari pragmatisme, atau pragmatisme menjadi bagian dari empiris atau empirisme? Kattsoff juga tidak memberikan ilustrasi atau contoh yang lebih jelas antara keduanya (empiris dan pragmatisme), seperti yang dilakukannya pada dua kriteria sebelumnya (koherensi dan korespondensi). 7

Demikianlah analisa banding antara karya Suriasumantri (sebagai bahan book review) dan Kattsoff (sebagai karya banding). Analisa ini bertujuan untuk memperkaya cara pandang (perspektif) dan pembahasan dalam book review ini, sehingga nuansa yang disajikan dalam tulisan ini juga memasukkan unsur-unsur critical review di dalamnya. Penutup (kesimpulan) Filsafat Ilmu yang ditulis Jujun S Suriasumantri termasuk salah satu karya filsafat populer yang memiliki kreativitas cukup baik. Pada tahun buku itu diterbitkan (1984), Filsafat Ilmu termasuk karya di bidang filsafat yang cukup kaya feature: ilustratif dan imajinatif. Hal ini termasuk salah satu terobosan baru yang berbeda dari kebanyakan karya-karya filsafat di masa itu, di mana kebanyakan lebih menampilkan ulasan-ulasan yang bertekstur deretan teks semata, tidak dengan ilustrasi dan imajinasi. Terlepas dari plus-minus yang ada, Filsafat Ilmu karya Suriasumantri ini layak untuk dibaca, setidaknya sebagai pijakan awal bagi kalangan yang akan memahami masalah-masalah dasar kefilsafatan. Dengan adanya book review ini, diharapkan akan memotivasi kalangan pelajar (mahasiswa) agar mampu berpikir ilmiah, kreatif, dan inovatif, sehingga mereka akan mampu meneruskan para panulis sebelumnya. Kalangan muda adalah penerus kalangan tua. Jika mereka tidak memiliki semangat membaca buku, bagaimana mungkin akan mampu menulis sebuah buku yang berkualitas? Kehadiran book review ini juga dimaksudkan untuk menggairahkan kalangan muda agar jangan terlalu gandrung (adiktif) dengan dunia maya (internet) dan mengabaikan serta menumpulkan kreativitas dalam hal tulismenulis. Bagaimana pun juga, karya tulis cetak tetap menjadi salah satu sarana alternatif yang efektif dalam memberikan kontribusi bagi kemajuan bangsa di masa yang akan datang. Semoga!!! 8