STUDI PEMBANGUNAN PLTU KAMBANG 2x100 MW DAN PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL DI SUMATERA BARAT Disusun Oleh : Hamid Paminto Nugroho 2207 100 571 Dosen Pembimbing : 1. Ir. Syariffuddin Mahmudsyah M.Eng 1946 12 11 1974 12 1001 2. Ir. Teguh Yuwono 1950 08 06 1976 12 1002 Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember SURABAYA 2010
LATAR BELAKANG Sumatera Barat termasuk ke dalam salah satu Provinsi besar di Pulau Sumatera, jumlah penduduk 4,7 juta jiwa dengan pertumbuhan penduduk setiap tahunnya yaitu sebesar 1,1 %. Untuk memenuhi kebutuhan akan energi listrik di Sumatera Barat, maka dibangunlah beberapa unit pembangkit. Tetapi dengan berjalannya waktu dan pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat, unit-unit pembangkit tersebut tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan akan energi listrik dari konsumen, dan kebanyakan dari unit pembangkit tersebut tidak mampu lagi beroperasi sebagai mana mestinya, hal ini disebabkan karena umur serta kebanyakan pembangkit di Provinsi Sumatera Barat merupakan PLTA yang memanfaatkan aliran air danau, sehingga sangat tergantung terhadap debit air danau. Pembangunan PLTU Kambang 2x100 MW dapat dijadikan jawaban untuk mengatasi kekurangan pasokan energi listrik di Sumatera Barat dan diharapkan dapat mengurangi pemakaian solar untuk beberapa PLTD di Sumatera Barat. Sehingga berdampak positif pada pengembangan ekonomi daerah setempat.
PERMASALAHAN 1. Bagaimana kondisi eksisting ketenaga listrikan di Sumatera Barat. 2. Kebutuhan energi listrik di Sumatera Barat dan berapa besar kapasitas daya yang diperlukan pembangkit untuk mensuplai kebutuhan energi listrik dan proyeksinya untuk masa mendatang. 3. Seberapa besar peranan pembangunan PLTU Kambang 2x100 MW dalam mensuplai kebutuhan listrik sistem kelistrikan Sumatera, khususnya Sumatera Barat. 4. Dampak dari pembangunan PLTU Kambang 2x100 MW terhadap tarif listrik di Sumatera Barat, ditinjau dari kemampuan daya beli masyarakat.
BATASAN MASALAH Karena ruang lingkup permasalahan yang sangat luas, maka dalam penulisan tugas akhir ini, permasalahan akan dibatasi pada: Peramalan kebutuhan energi listrik di Sumatera Barat dibatasi hanya dalam kurun waktu antara 2009 sampai 2025. Aspek-aspek yang dipertimbangkan dalam pembangunan PLTU ini dibatasi hanya dalam aspek teknik, ekonomi, sosial, dan lingkungan.
TUJUAN Tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah mempelajari dan menganalisa pembangunan PLTU Kambang 2x100 MW di Sumatera Barat dalam usaha pemenuhan kebutuhan tenaga listrik di Sumatera Barat dan pengaruhnya terhadap tarif listrik regional Sumatera Barat.
Metodologi yang ditempuh untuk menyelesaikan tugas akhir ini adalah sebagai berikut: 1. Metode pegumpulan data dengan studi literatur dan data lainnya meliputi analisis data dan sumber internet. 2. Untuk analisis keekonomian pembangkit digunakan metode analisa Net Present Value (NPV) untuk menentukan suku bunga yang layak dipakai serta metode Return of Investment (ROI) untuk tingkat pengembalian modal awal. 3. Untuk peramalan kebutuhan energi listrik hingga sampai tahun 2025 digunakan metode Regresi Linier Berganda dan metode DKL 3.01 4. Untuk menentukan harga energi tenaga listrik digunakan metode Biaya Pokok Penyediaan (BPP) tenaga listrik.
NO LOKASI DAYA TERPASANG (MW) DAYA MAMPU PASOK KONDISI TERAKHIR (MW) SEKTOR OMBILIN 1 PLTU OMBILIN 1 100,00 86,50 2 PLTU OMBILIN 2 100,00 86,50 SUBTOTAL 200,00 172,00 SEKTOR BUKIT TINGGI 3 PLTA MANINJAU 1 17,00 16,95 4 PLTA MANINJAU 2 17,00 16,95 5 PLTA MANINJAU 3 17,00 16,95 6 PLTA MANINJAU 4 17,00 16,95 7 PLTA BATANG AGAM 1 3,50 3,45 8 PLTA BATANG AGAM 2 3,50 3,45 9 PLTA BATANG AGAM 3 3,50 3,45 10 PLTA SINGKARAK 1 43,75 43,60 11 PLTA SINGKARAK 2 43,75 43,60 12 PLTA SINGKARAK 3 43,75 43,60 13 PLTA SINGKARAK 4 43,75 43,60 SUBTOTAL 253,50 252,55 TOTAL 453,50 424.55 Pada waktu beban puncak (WBP) Provinsi Sumatera Barat kekurangan daya sebesar 97,95 MW. Sedangkan pada saat luar waktu beban puncak (LWBP), Provinsi Sumatera Barat kekurangan daya sebesar 66 MW, hal tersebut dapat dilihat pada Gambar berikut.
ALIRAN DAYA WAKTU BEBAN PUNCAK (WBP) SISTEM SUMBAGTENG DAN SUMBAGSEL ALIRAN DAYA LUAR WAKTU BEBAN PUNCAK (LWBP) - 97,95 MW - 66 MW
KURVA BEBAN
POTENSI BATUBARA SUMATERA BARAT Potensi batubara di Propinsi Sumatera Barat sebesar 200 juta ton, dengan daerah penghasil adalah Kota Sawahlunto (104,8 juta ton), Kabupaten Sawahlunto (91,2 juta to) dan Kabupaten Pesisir Selatan (4 juta ton).
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU) SEA WATER
LAY OUT PLTU Tata letak komponen PLTU Kambang 2 x 100 MW :
Lokasi PLTU Kambang 2 x 100 MW Pembangunan Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batubara ini akan dimulai akhir tahun 2010, diperkirakan menelan biaya mencapai 200 juta dolar. Rencanaya PLTU ini dibangun di tepi Teluk Mentawai.
KEPENDUDUKAN Secara administratif propinsi Sumatera Barat terdiri dari 19 daerah tingkat II, diantaranya 12 kabupaten dan 7 kotamadya dengan jumlah penduduk 4.746.396 jiwa, luas wilayah 42.297,30 km2 pada tahun 2008. Laju pertumbuhan penduduk Sumatera Barat selama periode 10 tahun (1999-2008) tercatat rata-rata sebesar 1% pertahun.
KEPENDUDUKAN Pertumbuhan Penduduk Sumatera Barat Tahun 1999 2009 Sampai 2008 2025
1,03% pertahun
ANALISA PERAMALAN BEBAN DKL 3.01 Metode DKL 3.01 merupakan metode menghitung peramalan kebutuhan listrik tiap pelanggan dengan memperhitungkan rasio elektrifikasi tiap pelanggan. & Model regresi adalah suatu model matematik yang memanfaatkan data masa lalu untuk menganalisa bentuk formulasi suatu variabel terhadap variabel yang lain, yang dapat digunakan dalam memprediksi pola kejadian di masa yang akan datang. Regresi Linier
PROYEKSI JUMLAH PELANGGAN LISTRIK TOTAL PER KELOMPOK PELANGGAN PROPINSI SUMATERA BARAT MODEL DKL 3.01 Tahun (t) Jumlah Pelanggan Total R.Tangga Komersil Publik Industri (Pelanggan) 2009 823873 52040 51714 369 927996 2010 832402 52579 52250 410 937641 2011 841020 53123 52790 455 947388 2012 849727 53673 53337 506 957243 2013 858525 54229 53889 562 967205 2014 867413 54790 54447 624 977274 2015 876393 55357 55011 693 987454 2016 885467 55930 55580 770 997747 2017 894634 56509 56156 856 1008155 2018 903896 57094 56737 951 1018678 2019 913254 57686 57324 105 1028369 2020 922709 58283 57918 1173 1040083 2021 932262 58887 58518 1304 1050971 2022 941913 59496 59123 1448 1061980 2023 951665 60112 59736 1609 1073122 2024 961518 60734 60354 1787 1084393 2025 971472 61363 60979 1985 1095799
PROYEKSI KONSUMSI ENERGI LISTRIK PER KELOMPOK PELANGGAN (GWH) PROPINSI SUMATERA BARAT MODEL DKL 3.01 Tahun (t) Konsumsi Energi Pelanggan (GWh) R.Tangga Komersil Publik Industri Total (GWh) 2009 942,87 270,18 827,48 190,24 2230,77 2010 968,22 319,24 846,25 211,34 2345,05 2011 994,11 377,21 865,45 234,78 2471,55 2012 1020,56 445,71 885,08 260,82 2612,17 2013 1047,56 526,64 905,16 289,75 2769,11 2014 1075,14 622,27 925,69 321,88 2944,98 2015 1103,3 735,27 946,69 357,58 3142,84 2016 1132,06 868,78 968,17 397,24 3366,25 2017 1161,42 1026,54 990,14 441,30 3619,40 2018 1191,41 1212,94 1012,59 490,25 3907,19 2019 1222,02 1433,2 1035,57 544,62 4235,41 2020 1253,28 1693,44 1059,06 605,02 4610,80 2021 1285,19 2000,95 1083,08 672,13 5041,35 2022 1317,77 2364,29 1107,66 746,67 5536,39 2023 1351,03 2793,61 1132,78 829,49 6106,91 2024 1384,99 3300,89 1158,48 921,49 6765,85 2025 1419,65 3900,29 1184,76 1023,69 7528,39
PERAMALAN BEBAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL REGRESI Peramalan Kebutuhan Parameter Energi Analisa Listrik Regresi Tahun Berganda 2009 Sampai Dengan 2025 Parameter-parameter Dengan yang Metode dijadikan Regresi acuan Linier perhitungan : Pertumbuhan jumlah pelanggan rumah tangga (X1). Pertumbuhan jumlah pelanggan komersil (X2). Pertumbuhan jumlah pelanggan publik (X3). Pertumbuhan jumlah pelanggan industri (X4). Pertumbuhan jumlah penduduk (X5). Peningkatan PDRB suatu wilayah (X6).
PERBANDINGAN KONSUMSI ENERGI TAHUN 2009 SAMPAI DENGAN TAHUN 2025 MENGGUNAKAN METODE DKL 3.01 DAN REGRESI
NERACA DAYA SUMATERA BARAT TAHUN 2009 SAMPAI DENGAN TAHUN 2025 Tahun (t) Beban Puncak (MW) Daya Mampu (MW) Cadangan Sistem (MW) 2009 528,89 586,2 57,31 2010 554,17 586,2 32,03 2011 582,06 586,2 4,14 2012 612,98 586,2-26,78 2013 647,39 586,2-61,20 2014 685,89 586,2-99,69 2015 729,12 586,2-142,91 2016 777,86 586,2-191,66 2017 833,04 586,2-246,84 2018 895,72 586,2-309,52 2019 967,18 586,2-380,98 2020 1048,89 586,2-462,69 2021 1142,61 586,2-556,41 2022 1250,39 586,2-664,19 2023 1374,66 586,2-788,46 2024 1518,26 586,2-932,06 2025 1684,53 586,2-1098,33 Dari data diatas maka dapat diketahui bahwa mulai tahun 2012 sudah diperlukan adanya penambahan daya untuk memenuhi kebutuhan beban listrik di Sumatera Barat, artinya di Sumatera Barat kemungkinan akan mengalami krisis dalam penyediaan tenaga listrik mulai tahun 2012 sebesar 26,78 MW.
NERACA DAYA SUMATERA BARAT SAMPAI TAHUN 2025 DENGAN PENAMBAHAN PLTU KAMBANG 2X100 MW Tahun (t) Beban Puncak (MW) Daya Mampu (MW) Cadangan Sistem (MW) 2009 528,89 586,2 57,31 2010 554,17 786,2 232,03 2011 582,06 786,2 204,14 2012 612,98 786,2 173,22 2013 647,39 786,2 138,80 2014 685,89 786,2 100,31 2015 729,12 786,2 57,08 2016 777,86 786,2 8,34 2017 833,04 786,2-46,83 2018 895,72 786,2-109,51 2019 967,18 786,2-180,97 2020 1048,89 786,2-262,68 2021 1142,61 786,2-356,41 2022 1250,39 786,2-464,19 2023 1374,66 786,2-588,46 2024 1518,26 786,2-732,05 2025 1684,53 786,2-898,33 Dengan beroperasinya PLTU Kambang 2x100 MW pada tahun 2012, maka kekurangan daya yang terjadi pada tahun 2012 dapat teratasi. PLTU ini dapat menopang kekurangan daya listrik Sumatera Barat sampai tahun 2016, kemudian pada tahun 2017 diperlukan pembangunan pembangkit yang baru agar permintaan akan daya listrik Sumatera Barat dapat terpenuhi.
PERHITUNGAN KEBUTUHAN BATUBARA KB = P x CF x SFC x 8760 Nilai kalor batubara lignit 4200 kkal/kg, CF = 85% dan kebutuhan batubara tiap kwh sebesar 0.514 kg/kwh, maka nilai estimasi banyaknya batubara dimana yang ; dibutuhkan adalah sebagai berikut : KB KB = Kebutuhan = 200 Batubara x 0.85 x 0.514 per tahun x 8760 (kg / tahun) P = Daya= Pembangkit 765.448,8 (kwh) ton per tahun CF Kebutuhan = Capacity batu Factor bara ( selama % ) beroperasi : SFC KB = Kebutuhan = 765.448,8 batubara x 25tiap kwh (kg/kwh) = 19.136.220 ton Dengan banyaknya batubara yang dibutuhkan yaitu sebesar 19.136.220 ton selama beroperasi, dengan asumsi semua cadangan batubara lignit di Sumatera Barat yaitu sebesar 200 juta ton, maka kebutuhan batubara untuk PLTU ini sebesar 9,568 % cadangan batubara Sumatera Barat.
ESTIMASI BIAYA INVESTASI MODAL (CAPITAL COST) CRF merupakan faktor pengembalian modal, yang berarti nilai investasi yang ditanam untuk saat ini, yang dihitung sampai dengan masa tahun pemanfaatan barang yang dibeli. Besarnya CRF tergantung kepada masa pemanfaatan barang serta besarnya suku bunga yang berlaku. Perhitungan CRF, dengan masa pengoperasian pembangkit (n) = 25 tahun
ESTIMASI BIAYA INVESTASI MODAL (CAPITAL COST) m = faktor manfaat yaitu sebesar 85% (65% hingga 85%) To = jumlah jam per tahun (24 jam x 365 hari = 8760 jam) Ps = biaya pembangkitan (US$/kWh) Maka :
BIAYA BAHAN BAKAR (FUEL COST) Untuk perhitungan biaya bahan bakar (fuel cost), sangat dipengaruhi oleh harga bahan bakar yang digunakan yakni batubara. Untuk harga batubara dengan 4200 kcal yaitu sebesar 48.83 US$/ton atau 0,04883 US$/kg = Rp 537,13/kg dengan asumsi 1US$ = Rp 10.000. 860.Ui Biaya bahan bakar (Fc) = / kwh η Harga batu bara = 48.83 US$ /ton Nilai kalori bahan bakar = 4200 kkal/kg Didapat Ui = 1,16 x 10-5 US$ η = Effisiensi Pembangkit = 37.5%
BIAYA OPERASI DAN PERAWATAN (O&M) Untuk biaya O&M tetap ialah : B O&P = 10.6 x 200.000 = 2.120.000 US$/Tahun. Untuk biaya tidak tetap ; B O&P = 0.6 x 765.448,8 x 4200 x 4883 = 9,42. 10 12 US$/Joule = 2.616.380,5 US$/kWh B O&P = 2.120.000 US$/tahun + 2.616.380,5 US$/kWh = 4.736380,5 US$/tahun Maka besarnya operasi dan perawatan :
ANALISA BIAYA PEMBANGKITAN TOTAL Biaya pembangkitan total merupakan penjumlahan Suku dari Bunga biaya modal (capital cost), biaya bahan Perhitungan bakar (fuel cost), biaya12% operasi dan6% perawatan (O&M), sesuai dengan persamaan berikut : TC = CC + FC Biaya + GsPembangkitan (US$/kWh) 1000 1000 Umur Operasi (tahun) 25 25 Untuk suku Kapasitas bunga 6 %(kw) 200.000 200.000 TC = 0,010515US$/kWh+0,02666 Biaya Bahan Bakar (US$/kWh) +0,00318 0,02666US$/kWh = 0,0403 US$/kWh Biaya O&M (US$/kWh) 0,00318 0,00318 = Rp 403 /kwh Biaya Modal (US$/kWh) 0,011986 0,00736 Untuk suku Biaya bunga Total 12 %(US$/kWh) 0,0469 0,0403 TC TC Investasi = 0,017123US$/kWh+0,02666US$/kWh (million US$) 200 + 0,00318 200 US$/kWh = 0,046963 US$/kWh = Rp 469 /kwh
Daya Beli Masyarakat Pemakaian listrik sendiri adalah 4 10% dari pengeluaran riil/kapita, dengan asumsi satu keluarga beranggotakan 4 orang dan diambil pemakaian listrik terbesar, sehingga : Diasumsikan dengan daya yang terpasang rata-rata di Sumatera Barat sebesar 900 VA, dengan biaya beban Rp. / KVA / bulan sebesar Rp.11.000 untuk daya 900 VA, maka besar daya aktif yang diserap adalah : Pemakaian Listrik dalam 1 bulan adalah :
Dengan Tarif Dasar Listrik pada sektor rumah tangga sebesar Rp. 587,60/kWh maka: Perbandingan antara daya beli Listrik dengan pendapan perkapita yang digunakan untuk keperluan listrik : Jadi daya beli masyarakat adalah Rp. 499/KWh
NET PRESENT VALUE (NPV) Net Present Value Dengan Suku Bunga 12% Net Present Value Dengan Suku Bunga 6% Metode ini menggunakan pertimbangan bahwa nilai uang sekarang lebih tinggi bila dibandingkan dengan nilai uang pada waktu mendatang, karena adanya faktor bunga. NPV = COF + n CIF t t= 1 (1 + k) Dimana : COF CIF k t = Cash Out Flow = Cash In Flow = suku bunga = tahun ke-
RETURN ON INVESTMENT (ROI) Return On Investment adalah kemampuan pembangkit untuk mengembalikan dana investasi dalam menghasilan tingkat keuntungan yang digunakan untuk menutup investasi yang dikeluarkan ROI = n t Bennefit t Investment Cost Investment Cost dimana ; n t Bennefit = Jumlah Keuntungan sampai tahun ke t t t t Investment Cost = Biaya Investasi CIF = pemasukan tahun ke t COF = pengeluaran tahun ke t
BENNEFIT COST RATIO (BCR) Bennefit Cost Ratio adalah persentase pertumbuhan keuntungan selama setahun, yang dapat dicari berdasarkan keuntungan pada tahun tersebut (Bennefitt) berbanding Investment Cost
PAYBACK PERIODE (PP) Payback Periode adalah lama waktu yang dibutuhkan agar nilai investasi yang diinvestasikan dapat kembali dengan utuh. Investasi awal PLTU yaitu sebesar 200.000.000 US$, karena nilai investasi terlalu mahal, maka di subsidi oleh pemerintah sebesar 80%. Sehingga investasi pembangunan PLTU menjadi 40.000.000 US$.
BPP Setelah Pembangunan PLTU Kambang 2x100 MW BPP Tenaga Listrik Sebelum Pembangunan PLTU Kambang 2x100 MW dan Masih Mendapatkan Subsidi Berdasarkan UU No. 5 Tahun 1985 adalah sebesar Rp. 592,14,- BPP Tenaga Listrik Setelah Pembangunan PLTU Kambang 2x100 MW dan tanpa subsidi dari pemerintah Berdasarkan UU No. 30 Th. 2009 dengan harga jual yang baru adalah sebesar Rp. 372,83,-
Indek Pembangunan Manusia (IPM) IPM merupakan indeks yang digunakan untuk mengukur pencapaian rata-rata suatu negara dalam tiga hal mendasar pembangunan manusia, yaitu: lama hidup, yang diukur dengan angka harapan hidup ketika lahir; pendidikan yang diukur berdasarkan rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf penduduk usia 15 tahun ke atas; dan standar hidupyang diukur dengan pengeluaran per kapita yang telah disesuaikan menjadi paritas daya beli.
ANALISA LINGKUNGAN Prakiraan analisa dampak lingkungan dalam pembangunan PLTU Kambang akan ditinjau dalam 4 (empat) tahapan: 1. Tahap Pra Konstruksi Dampak keresahan sosial dan juga persepsi positif dan negatif pada masyarakat setempatakibat dari pembangunan PLTU. 2. Tahap Konstruksi Dampak pembangunan bangunan dan pengolahan limbah oli serta dampak dari sisa material pembangunan. 3. Tahap Operasional Dampak kebisingan dari operasional peralatan pembangkit, kualitas udara, serta kuantitas air tanah 4. Tahap Pasca Operasi Dampak bekas lokasi PLTU.
CLEAN DEVELOPMENT INDEKS (CDM) Apabila nilai persamaan terhadap bahan bakar fosil (base line faktor) yaitu 0,79 maka : CO 2 Emission Reduction = Produksi Energi x 0,79 = 1.489.200.000 x 0,79 = 1.176.468.000 CO 2 /tahun Dengan harga rata-rata jual emisi CO 2 yaitu sebesar US$ 12/ton, maka pengeluaran yang dihasilkan akibat dari CO 2 ; Pengeluaran dari CO 2 = O 2 Emission Reduction x US$ 12/ton = 1.176.468.000 x 12 = 1,6 cents US$/kWh
KESIMPULAN 1. Seiring dengan berjalannya waktu dan pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat yaitu sebesar 1,03%, sejumlah unit pembangkit di Sumatera Barat tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan akan energi listrik dari konsumen. Kekurangan akan energi listrik tersebut dapat kita perhatikan pada aliran daya pada Waktu Beban Puncak (WBP) sistem Sumbagteng dan Sumbagsel, yang mana Propinsi Sumatera Barat kekurangan daya sebesar 97,95 MW dan pada Luar Waktu Beban Puncak (LWBP) kekurangan daya sebesar 66 MW. 2. Pemakaian total batu bara untuk PLTU berkisar 9,568 % dari cadangan batubara Propinsi Sumatera Barat, maka dapat dipastikan realisasi pembangunan PLTU Kambang 2x100 MW tidak akan mengalami kesulitan dalam hal penyediaan batu bara selama 25 tahun operasinya. Biaya total pembangkitan PLTU Kambang 2x100 MW tanpa subsidi berkisar Rp 372,83 /kwh.
KESIMPULAN 3. Sumatera Barat kemungkinan akan mengalami krisis dalam penyediaan tenaga listrik mulai tahun 2012 sebesar 26,78 MW. Dengan adanya pembangunan PLTU Kambang 2x100 MW ini, maka kekurangan daya tersebut dapat teratasi. PLTU ini dapat menopang kekurangan daya listrik Sumatera Barat sampai tahun 2016 dan pada tahun 2017, kemudian untuk tahun berikutnya diperlukan pembangunan pembangkit baru agar permintaan akan daya listrik Sumatera Barat dapat terpenuhi. 4. Pembangunan PLTU Kambang diharapkan mampu mendongkrak perekonomian wilayah Sumatera Barat, sehingga setelah pembangunan PLTU diharapkan IPM propinsi Sumatera Barat akan semakinmeningkat.
SARAN 1.Pembangunan PLTU Kambang 2x100 MW perlu segera dilakukan sebagai penyangga beban dasar di Sumatera Barat, sehingga kebutuhan energi listrik di Sumatera Barat untuk tahun-tahun mendatang dapat terpenuhi dengan baik. 2. Analisa perkiraan kebutuhan energi listrik Sumatera Barat 2009 2025 ini dapat dijadikan pertimbangan dalam melaksanakan realitasnya di lapangan.
TERIMAKASIH
PERTANYAAN SEMINAR 1. Pembangkit apa yang di gunakan di Sumatera Barat? Daftar Pembangkit di Sumatera Barat NO LOKASI DAYA TERPASANG (MW) DAYA MAMPU PASOK KONDISI TERAKHIR (MW) SEKTOR OMBILIN 1 PLTU OMBILIN 1 100,00 86,50 2 PLTU OMBILIN 2 100,00 86,50 SUBTOTAL 200,00 172,00 SEKTOR BUKIT TINGGI 3 PLTA MANINJAU 1 17,00 16,95 4 PLTA MANINJAU 2 17,00 16,95 5 PLTA MANINJAU 3 17,00 16,95 6 PLTA MANINJAU 4 17,00 16,95 7 PLTA BATANG AGAM 1 3,50 3,45 8 PLTA BATANG AGAM 2 3,50 3,45 9 PLTA BATANG AGAM 3 3,50 3,45 10 PLTA SINGKARAK 1 43,75 43,60 11 PLTA SINGKARAK 2 43,75 43,60 12 PLTA SINGKARAK 3 43,75 43,60 13 PLTA SINGKARAK 4 43,75 43,60 SUBTOTAL 253,50 252,55 TOTAL 453,50 424.55 Sumber : PT. PLN (Persero) P3B Sumatera Jika ditambah dengan captive power, maka daya mampu di Sumatera Barat menjadi : 424,55 MW + 161.729 MW = 586,279 MW
2. Bila sebuah PLTU dibangun dengan kapasitas yang sama tetapi berbeda tempat, apakah biaya investasinya sama? Faktor pokok yang membedakan biaya investasi disetiap tempat adalah harga lahan/tanah yang akan dipakai untuk proyek PLTU dan biaya tambahan seperti : biaya pengangkutan peralatan, biaya pembangunan sarana pelabuhan untuk bongkar muat batubara, pembangunan jaringan transmisi, pembangunan jalan akses, dsb. Biaya tambahan pada tiap daerah akan berbeda, karena kondisi lokasi pembangunan PLTU pada tiap-tiap daerah juga berbeda. Sedangkan biaya peralatan, seperti : boiler, turbin, generator,dll. jika dilain tempat dibangun PLTU dengan kapasitas yang sama, maka besarnya biaya investasi akan sama, karena dengan kapasitas yang sama harga peralatannya relatif sama (harga pabrik).
3. Kenapa direncanakan hanya dapat mencukupi pasokan energi listrik sampai tahun 2016 saja dan hanya 2x100 MW, padahal batubara yang terpakai baru 10% dari potensi yang ada? Pembangunan suatu pembangkit harus memperhatikan pertumbuhan beban dan kapasitas jaringan yang ada, karena pembangunan suatu pembangkit selain untuk memenuhi kebutuhan daya listrik juga harus memperhatikan biaya produksinya. Sehingga bila PLTU Kambang langsung dibangun dengan kapasitas yang besar sedangkan jaringan listrik yang ada tidak mampu menyalurkan energi listrik yang diproduksi pembangkit, maka akan mengakibatkan kerugian pada pembangkit tersebut. Sehingga pembangunan pembangkit tersebut dilakukan secara bertahap dan pada jangka waktu tertentu.