STUDI PEMBANGUNAN PLTU KAMBANG 2x100 MW DAN PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL DI SUMATERA BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
Studi Pembangunan PLTGU Senoro (2 x 120 MW) Dan Pengaruhnya Terhadap Tarif Listrik Regional di Sulawesi Tengah

Studi Pembangunan PLTU Sumbawa Barat 2x7 MW Untuk Memenuhi Kebutuhan Energi Listrik Di Pulau Sumbawa Nusa Tenggara Barat

PEMBANGUNAN PLTU SKALA KECIL TERSEBAR 14 MW PROGRAM PT.PLN UNTUK MENGATASI KRISIS

listrik di beberapa lokasi/wilayah.

STUDI PEMBANGUNAN PLTU TANAH GROGOT 2X7 MW DI KABUPATEN PASER KALIMANTAN TIMUR DAN PENGARUH TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL KALIMANTAN TIMUR

STUDI PEMBANGUNAN PLTU KAMBANG 2x100 MW dan PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL di SUMATERA BARAT

STUDI PEMBANGUNAN PLTA KOLAKA 2 X 1000 KW UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN LISTRIK DI KABUPATEN KOLAKA SULAWESI TENGGARA

ANALISIS PEMBANGUNAN PLTU MADURA KAPASITAS 2 X 200 MW SEBAGAI PROGRAM MW PT. PLN BAGI PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU MADURA

Oleh: Bayu Permana Indra

Studi Pembangunan PLTU 2x60 MW di Kabupaten Pulang Pisau berkaitan dengan Krisis Energi di Kalimantan Tengah

Permasalahan. - Kapasitas terpasang 7,10 MW - Daya mampu 4,92 MW - Beban puncak 31,75 MW - Defisit daya listrik 26,83 MW - BPP sebesar Rp. 1.

Studi Perencanaan Pembangunan PLTU Batubara Asam Asam650 MW 10 Unit DalamRangkaInterkoneksi Kalimantan - Jawa. OLEH : Gilang Velano

BIAYA MODAL/ CAPITAL COST BIAYA TETAP (O & M)

Satria Duta Ninggar

STUDI PERENCANAAN PLTP 2X2,5 MW UNTUK KETENAGALISTRIKAN DI LEMBATA NUSA TENGGARA TIMUR

STUDI PEMBANGUNAN PLTA MUARA JULOI 284 MW KABUPATEN MURUNG RAYA UNTUK MENGATASI KRISIS LISTRIK DI KALIMANTAN TENGAH

OLEH :: INDRA PERMATA KUSUMA

STUDI PEMBANGUNAN PLTU TAKALAR 300 MW DI SULAWESI SELATAN DITINJAU DARI ASPEK TEKNIS, EKONOMI DAN LINGKUNGAN.

Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

STUDI PEMBANGUNAN PLTP GUNUNG TALANG 36 MW SOLOK, SUMATERA BARAT DAN PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL SUMATERA BARAT

KOMPONEN PENENTU HARGA JUAL TENAGA LISTRIK DARI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP BATUBARA SKALA KECIL (PLTU B-SK) Hasan Maksum dan Abdul Rivai

Oleh : Pressa Perdana S.S Dosen Pembimbing Ir. Syarifuddin Mahmudsyah, M.Eng - Ir. Teguh Yuwonoi -

STUDI PEMBANGUNAN PLTP RANTAU DADAP 2X110 MW, SUMATERA SELATAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL SUMATERA SELATAN

STUDI PEMBANGUNAN PLTP GUCI 1 X55MW JAWA TENGAH BERDASARKAN ASPEK TEKNIS, EKONOMI, DAN LINGKUNGAN

penerangan dan juga proses produksi yang melibatkan barang-barang elektronik dan alatalat/mesin

Nur Rosyalinda Hidayati ( ) Ir. Syariffudin Mahmudsyah, M. Eng Ir. Teguh Yuwono

STUDI PEMBANGUNAN PLTA PUMP STORAGE SEMARANG 2x300 MW UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN LISTRIK DI SEMARANG

STUDI PENGEMBANGAN SERTA PENYUSUNAN RENCANA ENERGI DAN KELISTRIKAN DAERAH DENGAN MEMANFAATKAN POTENSI ENERGI DAERAH DI KABUPATEN LAMONGAN JAWA TIMUR

STUDI PENGEMBANGAN PEMBANGKIT LISTRIK PANAS BUMI (PLTP) DI JAILOLO UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN LISTRIK DI MALUKU UTARA

Fira Nafiri ( )

y = a 0 + a 1 x 1 + a 2 x 2 + E ETS t = ERT t + EK t + EP t + EIS t

BAB 4 IMPLEMENTASI SISTEM KOGENERASI

Oleh : Tinton Harjono. Dosen Pembimbing Ir. Syariffuddin Mahmudsyah, M. Eng Ir. Teguh Yuwono

STUDI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI UNTUK GENSET LISTRIK BIOGAS, PENERANGAN DAN MEMASAK MENUJU DESA NONGKOJAJAR (KECAMATAN TUTUR) MANDIRI ENERGI.

Tahap II Proyeksi Peningkatan Rasio Elektrifikasi 80%

PEMBANGUNAN PEMBANGKIT PLTU SKALA KECIL TERSEBAR 3 x 7 MW SEBAGAI PROGRAM MW TAHAP KEDUA PT. PLN DI KABUPATEN SINTANG, KALIMANTAN BARAT

I Putu Surya Atmaja. Proceeding Seminar Tugas Akhir

Tabel 3.1 Jumlah Pelanggan, dan Listrik Terjual di Propinsi Jawa Tengah Tahun

STUDI PERENCANAAN PLTP 2X2,5MW UNTUK KETENAGALISTRIKAN DI LEMBATA, NUSA TENGGARA TIMUR. Cherian Adi Purnanta

Dengan dibangunnya PLTU Batubara Minahasa 2 x 55

: PT P T PL P N N (P

STUDI PENGARUH PEMBANGUNAN PLTP PATUHA 3X60 MW KEC.RANCABALI KAB

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2014 meningkat sebesar 5,91% dibandingkan dengan akhir tahun 2013

STUDI PEMANFAATAN TINJA GAJAH UNTUK GENERATOR LISTRIK BIOGAS DI BALI SAFARI & MARINE PARK KABUPATEN GIANYAR - BALI

STUDI PEMBANGUNAN PLTGU SENORO 2 X 120 MW DAN PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL DI SULAWESI TENGAH

STUDI PENGARUH PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (PLTP) 50 MW DI CISOLOK KABUPATEN SUKABUMI TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL JAWA BARAT

STUDI PENGARUH PEMBANGUNAN PLTP RAWA DANO 110 MW TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL BANTEN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

STUDI PENGARUH PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (PLTP) 50 MW DI CISOLOK KABUPATEN SUKABUMI TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Tenaga Uap (PLTU). Salah satu jenis pembangkit PLTU yang menjadi. pemerintah untuk mengatasi defisit energi listrik khususnya di Sumatera Utara.

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Studi Pembangunan PLTU 2x60 MW di Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah Dalam Kaitannya Dengan Krisis Energi Kalimantan Tengah

STUDI PEMBANGUNAN PLTP GUCI 1 X 55 MW JAWA TENGAH BERDASARKAN ASPEK TEKNIS, EKONOMI, DAN LINGKUNGAN.

Dosen Pembimbing Ir. Syariffuddin Mahmudsyah, M. Eng Ir. Teguh Yuwono

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berjalannya waktu, permintaan akan tenaga listrik di Indonesia terus

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

STRUKTUR HARGA PLTMH. Gery Baldi, Hasan Maksum, Charles Lambok, Hari Soekarno

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Arief Hario Prambudi, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Oleh karena itu, berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintah untuk

dan bertempat di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Labuhan Angin Sibolga digunakan adalah laptop, kalkulator, buku panduan perhitungan NPHR dan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan bisnis, industri, dan lain sebagainya. Sehingga diperlukan peramalan

STUDI PERENCANAAN PEMBANGUNAN PLTU BATUBARA ASAM ASAM UNIT DALAM RANGKA INTERKONEKSI KALIMANTAN - JAWA

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini, persaingan bisnis semakin ketat menuntut setiap

BAB 4 INDIKATOR EKONOMI ENERGI

STUDI PERENCANAAN SISTEM KELISTRIKAN SUMATERA BAGIAN UTARA DENGAN OPSI NUKLIR

BAB I PENDAHULUAN. listrik yang pada gilirannnya akan berdampak pada terhambatnya roda

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

Analisis Krisis Energi Listrik di Kalimantan Barat

ANALISIS KEBUTUHAN DAN PENYEDIAAN LISTRIK

STUDI PRAKIRAAN POTENSI PEMBANGKIT LISTRIK PANAS BUMI DI PUSUK BUHIT KELURAHAN SIOGUNG- OGUNG KABUPATEN SAMOSIR

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain :

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan

PERHITUNGAN LAJU KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK DI KABUPATEN SOLOK MENGGUNAKAN PEMOGRAMAN DELPHI

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Dari studi kasus penelitian manajemen terintegrasi, sumber energi di

Pemanfaatan Dukungan Pemerintah terhadap PLN dalam Penyediaan Pasokan Listrik Indonesia

PLN Dari 1973 Sampai 2005

STUDI KELAYAKAN EKONOMIS PLTU BERBAHAN BAKAR FIBER DAN CANGKANG KELAPA SAWIT SEBAGAI DOMESTIC POWER

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya alam tersebut adalah batubara. Selama beberapa dasawarsa terakhir. kini persediaan minyak bumi sudah mulai menipis.

1 Universitas Indonesia

A Modal investasi Jumlah (Rp) 1 Tanah Bangunan Peralatan Produksi Biaya Praoperasi*

MANFAAT DEMAND SIDE MANAGEMENT DI SISTEM KELISTRIKAN JAWA-BALI

PEMILIHAN ALTERNATIF POTENSI SUMBER DAYA AIR DI WILAYAH DAS BRANTAS UNTUK DIKEMBANGKAN MENJADI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR (PLTA)

TESIS JOHAN JOHANNES PROGRAM PASCA SARJANA PROGRAM STUDI TEKNIK TRANSPORTASI KELAUTAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010

BAB III METODE STUDI SEKURITI SISTEM KETERSEDIAAN DAYA DKI JAKARTA & TANGERANG

PROYEKSI KEBUTUHAN DAYA LISTRIK DI PROPINSI SULAWESI TENGAH TAHUN

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

ABSTRAK. Kata Kunci: Capital Budgeting, Payback Period, Net Present Value, dan Internal Rate of Return. Universitas Kristen Maranatha

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK

SEMINAR ELEKTRIFIKASI MASA DEPAN DI INDONESIA. Dr. Setiyono Depok, 26 Januari 2015

STUDI PEMANFAATAN CAPTIVE POWER SEBAGAI DISTRIBUTED GENERATION PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA X UNIT USAHA PG. NGADIREJO KEDIRI TUGAS AKHIR RE 1599

STUDI PERENCANAAN PEMBANGUNAN PLTP IJEN BAERKAITAN DENGAN TARIF LISTRIK REGIONAL JAWA TIMUR

BAB V HASIL ANALISA. dan keekonomian. Analisis ini dilakukan untuk 10 (sepuluh) tahun. batubara merupakan faktor lain yang juga menunjang.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

Sigit Khurniawan ( )

Transkripsi:

STUDI PEMBANGUNAN PLTU KAMBANG 2x100 MW DAN PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL DI SUMATERA BARAT Disusun Oleh : Hamid Paminto Nugroho 2207 100 571 Dosen Pembimbing : 1. Ir. Syariffuddin Mahmudsyah M.Eng 1946 12 11 1974 12 1001 2. Ir. Teguh Yuwono 1950 08 06 1976 12 1002 Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember SURABAYA 2010

LATAR BELAKANG Sumatera Barat termasuk ke dalam salah satu Provinsi besar di Pulau Sumatera, jumlah penduduk 4,7 juta jiwa dengan pertumbuhan penduduk setiap tahunnya yaitu sebesar 1,1 %. Untuk memenuhi kebutuhan akan energi listrik di Sumatera Barat, maka dibangunlah beberapa unit pembangkit. Tetapi dengan berjalannya waktu dan pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat, unit-unit pembangkit tersebut tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan akan energi listrik dari konsumen, dan kebanyakan dari unit pembangkit tersebut tidak mampu lagi beroperasi sebagai mana mestinya, hal ini disebabkan karena umur serta kebanyakan pembangkit di Provinsi Sumatera Barat merupakan PLTA yang memanfaatkan aliran air danau, sehingga sangat tergantung terhadap debit air danau. Pembangunan PLTU Kambang 2x100 MW dapat dijadikan jawaban untuk mengatasi kekurangan pasokan energi listrik di Sumatera Barat dan diharapkan dapat mengurangi pemakaian solar untuk beberapa PLTD di Sumatera Barat. Sehingga berdampak positif pada pengembangan ekonomi daerah setempat.

PERMASALAHAN 1. Bagaimana kondisi eksisting ketenaga listrikan di Sumatera Barat. 2. Kebutuhan energi listrik di Sumatera Barat dan berapa besar kapasitas daya yang diperlukan pembangkit untuk mensuplai kebutuhan energi listrik dan proyeksinya untuk masa mendatang. 3. Seberapa besar peranan pembangunan PLTU Kambang 2x100 MW dalam mensuplai kebutuhan listrik sistem kelistrikan Sumatera, khususnya Sumatera Barat. 4. Dampak dari pembangunan PLTU Kambang 2x100 MW terhadap tarif listrik di Sumatera Barat, ditinjau dari kemampuan daya beli masyarakat.

BATASAN MASALAH Karena ruang lingkup permasalahan yang sangat luas, maka dalam penulisan tugas akhir ini, permasalahan akan dibatasi pada: Peramalan kebutuhan energi listrik di Sumatera Barat dibatasi hanya dalam kurun waktu antara 2009 sampai 2025. Aspek-aspek yang dipertimbangkan dalam pembangunan PLTU ini dibatasi hanya dalam aspek teknik, ekonomi, sosial, dan lingkungan.

TUJUAN Tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah mempelajari dan menganalisa pembangunan PLTU Kambang 2x100 MW di Sumatera Barat dalam usaha pemenuhan kebutuhan tenaga listrik di Sumatera Barat dan pengaruhnya terhadap tarif listrik regional Sumatera Barat.

Metodologi yang ditempuh untuk menyelesaikan tugas akhir ini adalah sebagai berikut: 1. Metode pegumpulan data dengan studi literatur dan data lainnya meliputi analisis data dan sumber internet. 2. Untuk analisis keekonomian pembangkit digunakan metode analisa Net Present Value (NPV) untuk menentukan suku bunga yang layak dipakai serta metode Return of Investment (ROI) untuk tingkat pengembalian modal awal. 3. Untuk peramalan kebutuhan energi listrik hingga sampai tahun 2025 digunakan metode Regresi Linier Berganda dan metode DKL 3.01 4. Untuk menentukan harga energi tenaga listrik digunakan metode Biaya Pokok Penyediaan (BPP) tenaga listrik.

NO LOKASI DAYA TERPASANG (MW) DAYA MAMPU PASOK KONDISI TERAKHIR (MW) SEKTOR OMBILIN 1 PLTU OMBILIN 1 100,00 86,50 2 PLTU OMBILIN 2 100,00 86,50 SUBTOTAL 200,00 172,00 SEKTOR BUKIT TINGGI 3 PLTA MANINJAU 1 17,00 16,95 4 PLTA MANINJAU 2 17,00 16,95 5 PLTA MANINJAU 3 17,00 16,95 6 PLTA MANINJAU 4 17,00 16,95 7 PLTA BATANG AGAM 1 3,50 3,45 8 PLTA BATANG AGAM 2 3,50 3,45 9 PLTA BATANG AGAM 3 3,50 3,45 10 PLTA SINGKARAK 1 43,75 43,60 11 PLTA SINGKARAK 2 43,75 43,60 12 PLTA SINGKARAK 3 43,75 43,60 13 PLTA SINGKARAK 4 43,75 43,60 SUBTOTAL 253,50 252,55 TOTAL 453,50 424.55 Pada waktu beban puncak (WBP) Provinsi Sumatera Barat kekurangan daya sebesar 97,95 MW. Sedangkan pada saat luar waktu beban puncak (LWBP), Provinsi Sumatera Barat kekurangan daya sebesar 66 MW, hal tersebut dapat dilihat pada Gambar berikut.

ALIRAN DAYA WAKTU BEBAN PUNCAK (WBP) SISTEM SUMBAGTENG DAN SUMBAGSEL ALIRAN DAYA LUAR WAKTU BEBAN PUNCAK (LWBP) - 97,95 MW - 66 MW

KURVA BEBAN

POTENSI BATUBARA SUMATERA BARAT Potensi batubara di Propinsi Sumatera Barat sebesar 200 juta ton, dengan daerah penghasil adalah Kota Sawahlunto (104,8 juta ton), Kabupaten Sawahlunto (91,2 juta to) dan Kabupaten Pesisir Selatan (4 juta ton).

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU) SEA WATER

LAY OUT PLTU Tata letak komponen PLTU Kambang 2 x 100 MW :

Lokasi PLTU Kambang 2 x 100 MW Pembangunan Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batubara ini akan dimulai akhir tahun 2010, diperkirakan menelan biaya mencapai 200 juta dolar. Rencanaya PLTU ini dibangun di tepi Teluk Mentawai.

KEPENDUDUKAN Secara administratif propinsi Sumatera Barat terdiri dari 19 daerah tingkat II, diantaranya 12 kabupaten dan 7 kotamadya dengan jumlah penduduk 4.746.396 jiwa, luas wilayah 42.297,30 km2 pada tahun 2008. Laju pertumbuhan penduduk Sumatera Barat selama periode 10 tahun (1999-2008) tercatat rata-rata sebesar 1% pertahun.

KEPENDUDUKAN Pertumbuhan Penduduk Sumatera Barat Tahun 1999 2009 Sampai 2008 2025

1,03% pertahun

ANALISA PERAMALAN BEBAN DKL 3.01 Metode DKL 3.01 merupakan metode menghitung peramalan kebutuhan listrik tiap pelanggan dengan memperhitungkan rasio elektrifikasi tiap pelanggan. & Model regresi adalah suatu model matematik yang memanfaatkan data masa lalu untuk menganalisa bentuk formulasi suatu variabel terhadap variabel yang lain, yang dapat digunakan dalam memprediksi pola kejadian di masa yang akan datang. Regresi Linier

PROYEKSI JUMLAH PELANGGAN LISTRIK TOTAL PER KELOMPOK PELANGGAN PROPINSI SUMATERA BARAT MODEL DKL 3.01 Tahun (t) Jumlah Pelanggan Total R.Tangga Komersil Publik Industri (Pelanggan) 2009 823873 52040 51714 369 927996 2010 832402 52579 52250 410 937641 2011 841020 53123 52790 455 947388 2012 849727 53673 53337 506 957243 2013 858525 54229 53889 562 967205 2014 867413 54790 54447 624 977274 2015 876393 55357 55011 693 987454 2016 885467 55930 55580 770 997747 2017 894634 56509 56156 856 1008155 2018 903896 57094 56737 951 1018678 2019 913254 57686 57324 105 1028369 2020 922709 58283 57918 1173 1040083 2021 932262 58887 58518 1304 1050971 2022 941913 59496 59123 1448 1061980 2023 951665 60112 59736 1609 1073122 2024 961518 60734 60354 1787 1084393 2025 971472 61363 60979 1985 1095799

PROYEKSI KONSUMSI ENERGI LISTRIK PER KELOMPOK PELANGGAN (GWH) PROPINSI SUMATERA BARAT MODEL DKL 3.01 Tahun (t) Konsumsi Energi Pelanggan (GWh) R.Tangga Komersil Publik Industri Total (GWh) 2009 942,87 270,18 827,48 190,24 2230,77 2010 968,22 319,24 846,25 211,34 2345,05 2011 994,11 377,21 865,45 234,78 2471,55 2012 1020,56 445,71 885,08 260,82 2612,17 2013 1047,56 526,64 905,16 289,75 2769,11 2014 1075,14 622,27 925,69 321,88 2944,98 2015 1103,3 735,27 946,69 357,58 3142,84 2016 1132,06 868,78 968,17 397,24 3366,25 2017 1161,42 1026,54 990,14 441,30 3619,40 2018 1191,41 1212,94 1012,59 490,25 3907,19 2019 1222,02 1433,2 1035,57 544,62 4235,41 2020 1253,28 1693,44 1059,06 605,02 4610,80 2021 1285,19 2000,95 1083,08 672,13 5041,35 2022 1317,77 2364,29 1107,66 746,67 5536,39 2023 1351,03 2793,61 1132,78 829,49 6106,91 2024 1384,99 3300,89 1158,48 921,49 6765,85 2025 1419,65 3900,29 1184,76 1023,69 7528,39

PERAMALAN BEBAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL REGRESI Peramalan Kebutuhan Parameter Energi Analisa Listrik Regresi Tahun Berganda 2009 Sampai Dengan 2025 Parameter-parameter Dengan yang Metode dijadikan Regresi acuan Linier perhitungan : Pertumbuhan jumlah pelanggan rumah tangga (X1). Pertumbuhan jumlah pelanggan komersil (X2). Pertumbuhan jumlah pelanggan publik (X3). Pertumbuhan jumlah pelanggan industri (X4). Pertumbuhan jumlah penduduk (X5). Peningkatan PDRB suatu wilayah (X6).

PERBANDINGAN KONSUMSI ENERGI TAHUN 2009 SAMPAI DENGAN TAHUN 2025 MENGGUNAKAN METODE DKL 3.01 DAN REGRESI

NERACA DAYA SUMATERA BARAT TAHUN 2009 SAMPAI DENGAN TAHUN 2025 Tahun (t) Beban Puncak (MW) Daya Mampu (MW) Cadangan Sistem (MW) 2009 528,89 586,2 57,31 2010 554,17 586,2 32,03 2011 582,06 586,2 4,14 2012 612,98 586,2-26,78 2013 647,39 586,2-61,20 2014 685,89 586,2-99,69 2015 729,12 586,2-142,91 2016 777,86 586,2-191,66 2017 833,04 586,2-246,84 2018 895,72 586,2-309,52 2019 967,18 586,2-380,98 2020 1048,89 586,2-462,69 2021 1142,61 586,2-556,41 2022 1250,39 586,2-664,19 2023 1374,66 586,2-788,46 2024 1518,26 586,2-932,06 2025 1684,53 586,2-1098,33 Dari data diatas maka dapat diketahui bahwa mulai tahun 2012 sudah diperlukan adanya penambahan daya untuk memenuhi kebutuhan beban listrik di Sumatera Barat, artinya di Sumatera Barat kemungkinan akan mengalami krisis dalam penyediaan tenaga listrik mulai tahun 2012 sebesar 26,78 MW.

NERACA DAYA SUMATERA BARAT SAMPAI TAHUN 2025 DENGAN PENAMBAHAN PLTU KAMBANG 2X100 MW Tahun (t) Beban Puncak (MW) Daya Mampu (MW) Cadangan Sistem (MW) 2009 528,89 586,2 57,31 2010 554,17 786,2 232,03 2011 582,06 786,2 204,14 2012 612,98 786,2 173,22 2013 647,39 786,2 138,80 2014 685,89 786,2 100,31 2015 729,12 786,2 57,08 2016 777,86 786,2 8,34 2017 833,04 786,2-46,83 2018 895,72 786,2-109,51 2019 967,18 786,2-180,97 2020 1048,89 786,2-262,68 2021 1142,61 786,2-356,41 2022 1250,39 786,2-464,19 2023 1374,66 786,2-588,46 2024 1518,26 786,2-732,05 2025 1684,53 786,2-898,33 Dengan beroperasinya PLTU Kambang 2x100 MW pada tahun 2012, maka kekurangan daya yang terjadi pada tahun 2012 dapat teratasi. PLTU ini dapat menopang kekurangan daya listrik Sumatera Barat sampai tahun 2016, kemudian pada tahun 2017 diperlukan pembangunan pembangkit yang baru agar permintaan akan daya listrik Sumatera Barat dapat terpenuhi.

PERHITUNGAN KEBUTUHAN BATUBARA KB = P x CF x SFC x 8760 Nilai kalor batubara lignit 4200 kkal/kg, CF = 85% dan kebutuhan batubara tiap kwh sebesar 0.514 kg/kwh, maka nilai estimasi banyaknya batubara dimana yang ; dibutuhkan adalah sebagai berikut : KB KB = Kebutuhan = 200 Batubara x 0.85 x 0.514 per tahun x 8760 (kg / tahun) P = Daya= Pembangkit 765.448,8 (kwh) ton per tahun CF Kebutuhan = Capacity batu Factor bara ( selama % ) beroperasi : SFC KB = Kebutuhan = 765.448,8 batubara x 25tiap kwh (kg/kwh) = 19.136.220 ton Dengan banyaknya batubara yang dibutuhkan yaitu sebesar 19.136.220 ton selama beroperasi, dengan asumsi semua cadangan batubara lignit di Sumatera Barat yaitu sebesar 200 juta ton, maka kebutuhan batubara untuk PLTU ini sebesar 9,568 % cadangan batubara Sumatera Barat.

ESTIMASI BIAYA INVESTASI MODAL (CAPITAL COST) CRF merupakan faktor pengembalian modal, yang berarti nilai investasi yang ditanam untuk saat ini, yang dihitung sampai dengan masa tahun pemanfaatan barang yang dibeli. Besarnya CRF tergantung kepada masa pemanfaatan barang serta besarnya suku bunga yang berlaku. Perhitungan CRF, dengan masa pengoperasian pembangkit (n) = 25 tahun

ESTIMASI BIAYA INVESTASI MODAL (CAPITAL COST) m = faktor manfaat yaitu sebesar 85% (65% hingga 85%) To = jumlah jam per tahun (24 jam x 365 hari = 8760 jam) Ps = biaya pembangkitan (US$/kWh) Maka :

BIAYA BAHAN BAKAR (FUEL COST) Untuk perhitungan biaya bahan bakar (fuel cost), sangat dipengaruhi oleh harga bahan bakar yang digunakan yakni batubara. Untuk harga batubara dengan 4200 kcal yaitu sebesar 48.83 US$/ton atau 0,04883 US$/kg = Rp 537,13/kg dengan asumsi 1US$ = Rp 10.000. 860.Ui Biaya bahan bakar (Fc) = / kwh η Harga batu bara = 48.83 US$ /ton Nilai kalori bahan bakar = 4200 kkal/kg Didapat Ui = 1,16 x 10-5 US$ η = Effisiensi Pembangkit = 37.5%

BIAYA OPERASI DAN PERAWATAN (O&M) Untuk biaya O&M tetap ialah : B O&P = 10.6 x 200.000 = 2.120.000 US$/Tahun. Untuk biaya tidak tetap ; B O&P = 0.6 x 765.448,8 x 4200 x 4883 = 9,42. 10 12 US$/Joule = 2.616.380,5 US$/kWh B O&P = 2.120.000 US$/tahun + 2.616.380,5 US$/kWh = 4.736380,5 US$/tahun Maka besarnya operasi dan perawatan :

ANALISA BIAYA PEMBANGKITAN TOTAL Biaya pembangkitan total merupakan penjumlahan Suku dari Bunga biaya modal (capital cost), biaya bahan Perhitungan bakar (fuel cost), biaya12% operasi dan6% perawatan (O&M), sesuai dengan persamaan berikut : TC = CC + FC Biaya + GsPembangkitan (US$/kWh) 1000 1000 Umur Operasi (tahun) 25 25 Untuk suku Kapasitas bunga 6 %(kw) 200.000 200.000 TC = 0,010515US$/kWh+0,02666 Biaya Bahan Bakar (US$/kWh) +0,00318 0,02666US$/kWh = 0,0403 US$/kWh Biaya O&M (US$/kWh) 0,00318 0,00318 = Rp 403 /kwh Biaya Modal (US$/kWh) 0,011986 0,00736 Untuk suku Biaya bunga Total 12 %(US$/kWh) 0,0469 0,0403 TC TC Investasi = 0,017123US$/kWh+0,02666US$/kWh (million US$) 200 + 0,00318 200 US$/kWh = 0,046963 US$/kWh = Rp 469 /kwh

Daya Beli Masyarakat Pemakaian listrik sendiri adalah 4 10% dari pengeluaran riil/kapita, dengan asumsi satu keluarga beranggotakan 4 orang dan diambil pemakaian listrik terbesar, sehingga : Diasumsikan dengan daya yang terpasang rata-rata di Sumatera Barat sebesar 900 VA, dengan biaya beban Rp. / KVA / bulan sebesar Rp.11.000 untuk daya 900 VA, maka besar daya aktif yang diserap adalah : Pemakaian Listrik dalam 1 bulan adalah :

Dengan Tarif Dasar Listrik pada sektor rumah tangga sebesar Rp. 587,60/kWh maka: Perbandingan antara daya beli Listrik dengan pendapan perkapita yang digunakan untuk keperluan listrik : Jadi daya beli masyarakat adalah Rp. 499/KWh

NET PRESENT VALUE (NPV) Net Present Value Dengan Suku Bunga 12% Net Present Value Dengan Suku Bunga 6% Metode ini menggunakan pertimbangan bahwa nilai uang sekarang lebih tinggi bila dibandingkan dengan nilai uang pada waktu mendatang, karena adanya faktor bunga. NPV = COF + n CIF t t= 1 (1 + k) Dimana : COF CIF k t = Cash Out Flow = Cash In Flow = suku bunga = tahun ke-

RETURN ON INVESTMENT (ROI) Return On Investment adalah kemampuan pembangkit untuk mengembalikan dana investasi dalam menghasilan tingkat keuntungan yang digunakan untuk menutup investasi yang dikeluarkan ROI = n t Bennefit t Investment Cost Investment Cost dimana ; n t Bennefit = Jumlah Keuntungan sampai tahun ke t t t t Investment Cost = Biaya Investasi CIF = pemasukan tahun ke t COF = pengeluaran tahun ke t

BENNEFIT COST RATIO (BCR) Bennefit Cost Ratio adalah persentase pertumbuhan keuntungan selama setahun, yang dapat dicari berdasarkan keuntungan pada tahun tersebut (Bennefitt) berbanding Investment Cost

PAYBACK PERIODE (PP) Payback Periode adalah lama waktu yang dibutuhkan agar nilai investasi yang diinvestasikan dapat kembali dengan utuh. Investasi awal PLTU yaitu sebesar 200.000.000 US$, karena nilai investasi terlalu mahal, maka di subsidi oleh pemerintah sebesar 80%. Sehingga investasi pembangunan PLTU menjadi 40.000.000 US$.

BPP Setelah Pembangunan PLTU Kambang 2x100 MW BPP Tenaga Listrik Sebelum Pembangunan PLTU Kambang 2x100 MW dan Masih Mendapatkan Subsidi Berdasarkan UU No. 5 Tahun 1985 adalah sebesar Rp. 592,14,- BPP Tenaga Listrik Setelah Pembangunan PLTU Kambang 2x100 MW dan tanpa subsidi dari pemerintah Berdasarkan UU No. 30 Th. 2009 dengan harga jual yang baru adalah sebesar Rp. 372,83,-

Indek Pembangunan Manusia (IPM) IPM merupakan indeks yang digunakan untuk mengukur pencapaian rata-rata suatu negara dalam tiga hal mendasar pembangunan manusia, yaitu: lama hidup, yang diukur dengan angka harapan hidup ketika lahir; pendidikan yang diukur berdasarkan rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf penduduk usia 15 tahun ke atas; dan standar hidupyang diukur dengan pengeluaran per kapita yang telah disesuaikan menjadi paritas daya beli.

ANALISA LINGKUNGAN Prakiraan analisa dampak lingkungan dalam pembangunan PLTU Kambang akan ditinjau dalam 4 (empat) tahapan: 1. Tahap Pra Konstruksi Dampak keresahan sosial dan juga persepsi positif dan negatif pada masyarakat setempatakibat dari pembangunan PLTU. 2. Tahap Konstruksi Dampak pembangunan bangunan dan pengolahan limbah oli serta dampak dari sisa material pembangunan. 3. Tahap Operasional Dampak kebisingan dari operasional peralatan pembangkit, kualitas udara, serta kuantitas air tanah 4. Tahap Pasca Operasi Dampak bekas lokasi PLTU.

CLEAN DEVELOPMENT INDEKS (CDM) Apabila nilai persamaan terhadap bahan bakar fosil (base line faktor) yaitu 0,79 maka : CO 2 Emission Reduction = Produksi Energi x 0,79 = 1.489.200.000 x 0,79 = 1.176.468.000 CO 2 /tahun Dengan harga rata-rata jual emisi CO 2 yaitu sebesar US$ 12/ton, maka pengeluaran yang dihasilkan akibat dari CO 2 ; Pengeluaran dari CO 2 = O 2 Emission Reduction x US$ 12/ton = 1.176.468.000 x 12 = 1,6 cents US$/kWh

KESIMPULAN 1. Seiring dengan berjalannya waktu dan pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat yaitu sebesar 1,03%, sejumlah unit pembangkit di Sumatera Barat tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan akan energi listrik dari konsumen. Kekurangan akan energi listrik tersebut dapat kita perhatikan pada aliran daya pada Waktu Beban Puncak (WBP) sistem Sumbagteng dan Sumbagsel, yang mana Propinsi Sumatera Barat kekurangan daya sebesar 97,95 MW dan pada Luar Waktu Beban Puncak (LWBP) kekurangan daya sebesar 66 MW. 2. Pemakaian total batu bara untuk PLTU berkisar 9,568 % dari cadangan batubara Propinsi Sumatera Barat, maka dapat dipastikan realisasi pembangunan PLTU Kambang 2x100 MW tidak akan mengalami kesulitan dalam hal penyediaan batu bara selama 25 tahun operasinya. Biaya total pembangkitan PLTU Kambang 2x100 MW tanpa subsidi berkisar Rp 372,83 /kwh.

KESIMPULAN 3. Sumatera Barat kemungkinan akan mengalami krisis dalam penyediaan tenaga listrik mulai tahun 2012 sebesar 26,78 MW. Dengan adanya pembangunan PLTU Kambang 2x100 MW ini, maka kekurangan daya tersebut dapat teratasi. PLTU ini dapat menopang kekurangan daya listrik Sumatera Barat sampai tahun 2016 dan pada tahun 2017, kemudian untuk tahun berikutnya diperlukan pembangunan pembangkit baru agar permintaan akan daya listrik Sumatera Barat dapat terpenuhi. 4. Pembangunan PLTU Kambang diharapkan mampu mendongkrak perekonomian wilayah Sumatera Barat, sehingga setelah pembangunan PLTU diharapkan IPM propinsi Sumatera Barat akan semakinmeningkat.

SARAN 1.Pembangunan PLTU Kambang 2x100 MW perlu segera dilakukan sebagai penyangga beban dasar di Sumatera Barat, sehingga kebutuhan energi listrik di Sumatera Barat untuk tahun-tahun mendatang dapat terpenuhi dengan baik. 2. Analisa perkiraan kebutuhan energi listrik Sumatera Barat 2009 2025 ini dapat dijadikan pertimbangan dalam melaksanakan realitasnya di lapangan.

TERIMAKASIH

PERTANYAAN SEMINAR 1. Pembangkit apa yang di gunakan di Sumatera Barat? Daftar Pembangkit di Sumatera Barat NO LOKASI DAYA TERPASANG (MW) DAYA MAMPU PASOK KONDISI TERAKHIR (MW) SEKTOR OMBILIN 1 PLTU OMBILIN 1 100,00 86,50 2 PLTU OMBILIN 2 100,00 86,50 SUBTOTAL 200,00 172,00 SEKTOR BUKIT TINGGI 3 PLTA MANINJAU 1 17,00 16,95 4 PLTA MANINJAU 2 17,00 16,95 5 PLTA MANINJAU 3 17,00 16,95 6 PLTA MANINJAU 4 17,00 16,95 7 PLTA BATANG AGAM 1 3,50 3,45 8 PLTA BATANG AGAM 2 3,50 3,45 9 PLTA BATANG AGAM 3 3,50 3,45 10 PLTA SINGKARAK 1 43,75 43,60 11 PLTA SINGKARAK 2 43,75 43,60 12 PLTA SINGKARAK 3 43,75 43,60 13 PLTA SINGKARAK 4 43,75 43,60 SUBTOTAL 253,50 252,55 TOTAL 453,50 424.55 Sumber : PT. PLN (Persero) P3B Sumatera Jika ditambah dengan captive power, maka daya mampu di Sumatera Barat menjadi : 424,55 MW + 161.729 MW = 586,279 MW

2. Bila sebuah PLTU dibangun dengan kapasitas yang sama tetapi berbeda tempat, apakah biaya investasinya sama? Faktor pokok yang membedakan biaya investasi disetiap tempat adalah harga lahan/tanah yang akan dipakai untuk proyek PLTU dan biaya tambahan seperti : biaya pengangkutan peralatan, biaya pembangunan sarana pelabuhan untuk bongkar muat batubara, pembangunan jaringan transmisi, pembangunan jalan akses, dsb. Biaya tambahan pada tiap daerah akan berbeda, karena kondisi lokasi pembangunan PLTU pada tiap-tiap daerah juga berbeda. Sedangkan biaya peralatan, seperti : boiler, turbin, generator,dll. jika dilain tempat dibangun PLTU dengan kapasitas yang sama, maka besarnya biaya investasi akan sama, karena dengan kapasitas yang sama harga peralatannya relatif sama (harga pabrik).

3. Kenapa direncanakan hanya dapat mencukupi pasokan energi listrik sampai tahun 2016 saja dan hanya 2x100 MW, padahal batubara yang terpakai baru 10% dari potensi yang ada? Pembangunan suatu pembangkit harus memperhatikan pertumbuhan beban dan kapasitas jaringan yang ada, karena pembangunan suatu pembangkit selain untuk memenuhi kebutuhan daya listrik juga harus memperhatikan biaya produksinya. Sehingga bila PLTU Kambang langsung dibangun dengan kapasitas yang besar sedangkan jaringan listrik yang ada tidak mampu menyalurkan energi listrik yang diproduksi pembangkit, maka akan mengakibatkan kerugian pada pembangkit tersebut. Sehingga pembangunan pembangkit tersebut dilakukan secara bertahap dan pada jangka waktu tertentu.