BAB V KESIMPULAN. Ramli melalui tiga cara, yakni: Pertama, Pemakaian simbol dan atribut identitas,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I IDENTITAS SEBAGAI INSTRUMEN POLITIK. identitas menjadi alat komoditi bagi kandidat yang maju dalam pemilihan

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan sebuah kegiatan yang pokok dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar

I. PENDAHULUAN. setiap Pemilihan Kepala Daerah. Hal ini dikarenakan etnis bisa saja

BAB I PENDAHULUAN. tujuan Negara sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. dalam satu dasawarsa terakhir ini, telah melahirkan karakteristik tertentu dalam

ISU-ISU PUBLIK DAN PILKADA GUBERNUR DKI JAKARTA 2007

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB 5 KESIMPULAN. Faktor-faktor kemenangan..., Nilam Nirmala Anggraini, FISIP UI, Universitas 2010 Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah setelah runtuhnya Orde Baru, di era reformasi saat ini, media dengan

DEMOKRASI & POLITIK DESENTRALISASI

BAB V PENUTUP. yang melibatkan birokrat masuk dalam arena pertarungan politik yang terjadi dalam

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Pada Bab Penutup ini melihat kesimpulan dari data yang diperoleh di

8 KESIMPULAN DAN REFLEKSI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berjumlah 101 daerah, yang terdiri dari 7 provinsi, 18 kota, dan 76 kabupaten. Banten, Gorontalo, Sulawesi Barat, dan Papua Barat.

I. PENDAHULUAN. sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.

BAB V PENUTUP. 1. Indonesia merupakan sebuah negara multikultural dan plural, yang terdiri dari

KAMPANYE DAN PERILAKU PEMILIH DALAM PILKADA GUBERNUR DKI JAKARTA. Temuan Survei Juli 2007

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. khususnya di Kabupaten Kebumen ketika menjelang Pemilihan Kepala Desa.

BAB I PENGANTAR. keterlibatan masyarakat dalam berpartisipasi aktif untuk menentukan jalannya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB V PENUTUP. ikatan-ikatan sosial. Selain itu keberadaan masyarakat sipil juga berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. suatu sistem, dimana bagian-bagian tugas negara diserahkan

BAB 6 KESIMPULAN, REFLEKSI, DAN REKOMENDASI. Bab ini akan mendiskusikan kesimpulan atas temuan, refleksi, dan juga

Pokok-pokok Pikiran RUU Kebudayaan, Negara dan Rakyat 1 [sebuah catatan awam] 2. Oleh Dadang Juliantara

Publik Ingin Gubernur Jakarta Yang Bisa Atasi Banjir, Sampah dan Macet. Kerjasama dengan Cikom LSI

PERILAKU POLITIK PEMILIH PEMULA PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2015 DI KECAMATAN MOWILA JURNAL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dapat saling bertukar informasi dengan antar sesama, baik di dalam keluarga

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

MEMAKNAI ULANG PARTISIPASI POLITIK WARGA: TAHU, MAMPU, AWASI PUSAT KAJIAN POLITIK FISIP UNIVERSITAS INDONESIA 28 JANUARI 2015

Template for Microsoft PowerPoint

BAB I PENDAHULUAN. politik sangat tergantung pada budaya politik yang berkembang dalam masyarakat

MARAKNYA FENOMENA POLITIK IDENTITAS DI RANA LOKAL A. Latar Belakang Negara Indonesia telah memberikan perhatian yang besar tentang masalah integrasi,

BAB I PENDAHULUAN. dan juga pada pemilu (Pemilu). Pada umumnya partai politik itu dapat dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. perlu diragukan lagi. Bahasa tidak hanya dipergunakan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Reformasi telah memberikan posisi tawar yang jauh lebih dominan kepada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai bangsa yang lekat dengan primordialisme, agama menjadi salah satu

Head to Head Jokowi-JK Versus Prabowo Hatta Dan Kampanye Negatif. Mei 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Presiden dan kepala daerah Pilihan Rakyat. Pilihan ini diambil sebagai. menunjukkan eksistensi sebagai individu yang merdeka.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sosialisasi yang dilaksanakan di Madrasah Aliyah Sukasari Desa Cibeureum Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung,

BAB I PENDAHULUAN. Era Reformasi yang lahir pasca runtuhnya Orde Baru mengemban. tugas yang tidak mudah, salah satunya untuk mencari solusi alternatif

BAB I PENDAHULUAN. Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PREDIKSI PEROLEHAN SUARA PEMILIH PADA PILKADA DKI JAKARTA 2007

BAB I PENDAHULUAN. politik yang dimediasikan media telah masuk keberbagai tempat dan kalangan

PERANAN KPU DAERAH DALAM MENCIPTAKAN PEMILU YANG DEMOKRATIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perpolitikan di Indonesia mengalami perkembangan pesat bila ditinjau dari segi

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa orde baru, kepala pemerintahan di daerah baik tingkat satu dan dua, para

BAB 1 PENDAHULUAN. Derasnya arus globalisasi, memudahkan setiap orang mendapat beragam

I. PENDAHULUAN. Media massa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pemilihan kepala daerah selalu menjadi peristiwa menarik terutama bagi masyarakat di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, setiap individu terkait

I. PENDAHULUAN. memiliki berbagai keanekaragaman budaya, bahasa, adat istiadat, agama serta

Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa) Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB 1

BAB I PENDAHULUAN. demokrasi, desentralisasi dan globalisasi. Jawaban yang tepat untuk menjawab

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, termasuk dalam proses pemilihan kepala daerah. Pada Undang-

BAB V KESIMPULAN Identitas Nasional dalam Imajinasi Kurikulum kurikulum Konstruksi tersebut melakukan the making process dalam

BAB I PENDAHULUAN. perlu diragukan lagi. Bahasa tidak hanya dipergunakan dalam kehidupan

BAB 5 KESIMPULAN. kebutuhan untuk menghasilkan rekomendasi yang lebih spesifik bagi para aktor

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perjalanan politik di Indonesia selama ini telah menorehkan sejarah panjang

BAB VI KESIMPULAN. masyarakat hidup bersama biasanya akan terjadi relasi yang tidak seimbang. Hal

RASIONALITAS PILKADA DAN CALON INDEPENDEN UNTUK PILKADA DKI JAKARTA

Kata kunci: Strategi Pemasaran Politik, Profit Kontestan, Profit pemilih

BAB VI KESIMPULAN. instrumentnya meraih legitimasi-legitimasi, namun juga menelisik kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) saat ini sudah menjadi elemen

BAB I PENDAHULUAN. jumlah suara yang sebanyak-banyaknya, memikat hati kalangan pemilih maupun

BAB I PENDAHULUAN. praktek politik masa lalu yang kotor. Terlepas dari trauma masa lalu itu, praktek

BAB V. Penutup. Transformasi institusi yang terjadi di Papua merupakan konsekuensi dari

I. PENDAHULUAN. melalui lembaga legislatif atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi berlangsung. Pada Pemilu kali ini terdapat 38 Partai Politik untuk tingkat

Politisasi Agama Menodai Demokrasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Otonomi daerah yang berlaku di Indonesia memuat perubahan. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

I. PENDAHULUAN. Politik merupakan proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan baru. Memilihan umum (pemilu) dalam era reformasi dan

I. PENDAHULUAN. sistem dan mekanisme pemerintahan serta norma sosial masing-masing. Inilah

Bab VI: Kesimpulan dan Rekomendasi

BAB I PENDAHULUAN. partai politik untuk mengajukan calon presiden dan calon wakil presiden.

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. teknologi baru untuk memuaskan kebutuhan. Untuk dapat beradaptasi dengan perubahan yang

PERANAN MEDIA MASSA TERHADAP KESADARAN POLITIK MASYARAKAT DI DUSUN WIJILAN WIJIMULYO NANGGULAN KULON PROGO DALAM PEMILIHAN UMUM 9 APRIL 2014 ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN. Menjelang pemilihan presiden yang digelar pada 9 Juli 2014, para kandidat

BAB 1 PENGANTAR Latar Belakang. demokrasi sangat tergantung pada hidup dan berkembangnya partai politik. Partai politik

BAB I PENDAHULUAN. warga tertentu. Strategi komunikasi politik juga merupakan

BAB V PENUTUP. ekonomi, kultural, sosial, dan modal simbolik. mampu untuk mengamankan kursi Sumenep-1 kembali.

I. PENDAHULUAN. demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam

BAB VI KESIMPULAN. berasal dari dana mereka masing-masing. Di samping itu bantuan finansial dalam

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi. Komunikasi dilakukan dengan tujuan untuk berinteraksi dengan

BAB VI PENUTUP. Analisis Percakapan Online atas Diskusi Politik Online tentang pembentukan

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN Politisasi identitas Betawi dilakukan oleh Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli melalui tiga cara, yakni: Pertama, Pemakaian simbol dan atribut identitas, yaitu dengan penggunaan pakaian yang dibarengi dengan bahasa Betawi. Pemakaian simbol identitas yang dilakukan oleh pasangan bukan tanpa maksud dan tujuan. Mereka menghipnotis pemilih dengan cara yang kasat mata agar mereka mendapat citra sebagai orang asli Jakarta, bukan pendatang seperti pasangan-pasangan lain yang menjadi rival mereka. Selain itu, mereka juga ingin mendekatkan dengan pemilih mereka secara fisik yang tujuannya agar terjalin kedekatan hubungan psikologis antara kandidat ke pemilih yang terlebih dahulu dipetakan berdasarkan basis identitas personal. Kedua, Penggunaan isu-isu putra daerah dan asli Jakarta maupun Betawi ke publik, dengan mengumbar isu sebagai orang asli Jakarta dan Betawi dengan menyinggung kandidat lain yang merupakan pendatang. Mereka ingin mendapatkan simpatik dari warga Jakarta dengan mengumbar isu bahwa yang pantas untuk mendapatkan jabatan gubernur Jakarta merupakan orang asli Jakarta yang notebene mengetahui persis seluk-beluk Jakarta. Hal ini pula yang membuat kandidat menunjukkan border dirinya dengan pasangan lain yang merupakan pendatang. 89

Ketiga, Memobilisasi organisasi etnis yaitu melalui Bamus Betawi. Hal inilah yang menjadi temuan yang penting bagi penelitian. Mereka tidak hanya sebatas pemakaian simbol dan atribut identitas, tetapi telah memasuki tahap penggalangan massa Betawi secara real. Kandidat bersama Bamus Betawi membuat organ taktis selama kampanye, yaitu FBNR. Secara khusus, mereka merekrut massa Betawi dengan cara yang smooth agar massa Betawi merasakan kedekatan dengan pasangan dan timbul solidaritas untuk memilih pasangan sesama Betawi. Mereka secara underground merekrut massa Betawi melalui ormas-ormas Betawi yang berada dibawah koordinasi Bamus Betawi dengan melakukan pelatihan relawan-relawan yang berasal dari setiap ormas Betawi. Pada nyatanya, kandidat pun ikut terjun langsung dalam proses pembuatan hingga pelaksanaan FBNR ini. Adapun alasan mereka menggunakan identitas dalam proses kampanye karena mereka merasa bahwa mereka lah orang asli Jakarta dan Betawi sehingga mereka pantas untuk memakai hal tersebut sehingga menunjukkannya kepada publik. Ditambah dengan keadaan yang membuat mereka bersatu dan dicap sebagai pasangan asli Betawi membuat mereka semakin lekat dengan identitas Betawi. Foke-Nara memang tidak memusatkan sasaran pemilih mereka pada masyarakat Betawi saja, tetapi mereka tidak mau kehilangan suara Betawi. Tidak bisa dipungkiri mereka juga mengharapkan dukungan Betawi karena faktor satu etnis. Hal ini yang membuat mereka memperhitungkan suara Betawi dan sekaligus menjadi alasan mengapa mereka menonjolkan ragam identitas Betawi ke permukaan selama kampanye. 90

Penelitian ini dibingkai oleh teori politisasi identitas. Mengapa demikian? Karena politisasi identitas dapat diartikan sebagai tindakan politis untuk mengedepankan kepentingan-kepentingan dari anggota-anggota suatu kelompok karena memiliki kesamaan identitas atau karakteristik, dalam hal ini berbasiskan etnis. Pemakaian simbol dan jaringan identitas yang dipakai oleh Foke-Nara menjelaskan bahwa identitas merupakan sesuatu yang dikonstruksikan untuk kepentingan elit yang menekankan pada aspek kekuasaan, yaitu perebutan predikat gubernur Jakarta. Jadi, terdapat penguatan dan pengentalan identitas dalam suatu wilayah hanya untuk kepentingan elit memperoleh kekuasaan. Cuplikan ini menggambarkan bahwa identitas bergeser ke ranah politik karena telah mengalami perubahan kepentingan dan tujuan. Identitas yang mereka miliki dipakai demi pencitraan. Pencitraan kerap kaitannya dengan simbol-simbol dan wacana politik dari elit yang berkuasa. Wacana yang dimaksudkan disini sebagai rangkaian bahasa, teks, citra, maupun gambar. Konstruksi yang dibangun jika direproduksi terus-menerus maka akan membawa implikasi positif sehingga menimbulkan simpati bahkan empati dari masyarakat (Sy, 2010: 3). Konstruksi inilah yang kerap dimanfaatkan oleh Foke-Nara sebagai strategi kampanye mereka. Penelitian ini menjelaskan bahwa identitas menjadi alat komoditi baru bagi elite politik. Arah politik identitas menjadi lebih jelas setelah perubahan sistem dari sentralisasi ke desentralisasi. Daerah yang mempunyai otoritas penuh dapat memilih kepala daerahnya sendiri. Dari sini, arena dan aktor yang bermain kian berubah ke ranah yang lebih lokal sehingga identitas menjadi topik yang 91

paling digemari. Hal ini dapat dilihat dari track record politisasi identitas Betawi di Jakarta. Sebelumnya, pada masa Orde Baru, politisasi identitas Betawi kerap dipolitisir oleh elite-elite pemerintah dan elite Betawi itu sendiri. Arena dan aktor yang bermain berada di level atas. Beranjak ke era Reformasi, politisasi identitas bermain di ranah yang lebih bawah. Dapat dilhat terdapat perubahan pola politisasi identitas yang terjadi seiring perubahan sistem pemerintahan. Refleksi dari penelitian ini bahwa pemakaian identitas tidak hanya dilakukan di daerah-daerah yang primordialismenya masih kuat tetapi ternyata justru di Jakarta yang demografi penduduknya lebih heterogen. Hal ini terkait dalam pemetaan massa yang dilakukan oleh kandidat berdasarkan perilaku politik pemilih. Mayoritas masyarakat Indonesia termasuk Jakarta partisipasi politiknya masih dipengaruhi oleh etnis dan agama (via jurnas.com). Didalam penelitian LSI menyebutkan bahwa perilaku politik di Jakarta belum sekular karena adanya kekuatan etnik yang berimbang, yaitu Betawi dan Jawa. Hal ini juga menghambat munculnya perilaku politik berdasarkan gagasan dan program. Keseimbangan etnik menjadi kekuatan sosial yang mempengaruhi perilaku politik pemilih, terutama ketika elite partai gagal mengawinkan dalam satu pasang calon yang mewakili dua etnik ini (LSI, 2012). Pada akhirnya, penelitian ini berusaha untuk membaca adanya praktekpraktek politik dari pemakaian atribut maupun simbol identitas di pilkada. Biasanya kajian mengenai identitas berkaitan dengan pengaruh terhadap perilaku pemilih dan juga bagaimana sebuah identitas dibangun dan dipertahankan. Tetapi kajian ini melihat bahwasanya identitas sebagai salah satu strategi untuk menarik 92

massa. Peneliti berharap kajian ini dapat menjadi lokus baru dalam melihat sisi identitas. Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan dalam segala hal penulisan, baik dari alur cerita, hingga paragraf yang tersusun. Tetapi penulis berharap penelitian ini dapat membuka wawasan bagi pembaca mengenai politik identitas sehingga dapat menjadi referensi mengenai studi politik identitas. 93