BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang dilakukan seseorang untuk memperolah perubahan tingkah laku

dokumen-dokumen yang mirip
15. Metode Discovery

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran discovery (penemuan) adalah model mengajar yang

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. 2.1 Hakekat Hasil Belajar Siswa Pada Materi Perubahan Penampakan Benda Langit

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruggiero (Johnson, 2007:187) mengartikan berfikir sebagai segala aktivitas mental

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode discovery adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. kosong dari sebagian besar pendidikan, terutama pada akhir abad ke-19

BAB.II. KAJIAN PUSTAKA. seseorang, sehinga menyebabkan munculnya perubahan prilaku (Wina Sanjaya,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan oleh sebagian besar guru. Apakah hal tesebut dikarenakan guru kurang

Belajar adalah perubahan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Tentang. pengertian belajar itu sendiri sudah banyak dikemukaan oleh para ahli

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II.KAJIAN PUSTAKA. Menurut teori ini yang terpenting adalah masukan atau input yang berupa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Metode Penemuan (Discovery) Penemuan (Discovery) adalah suatu metode / strategi yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkungan tersebut mengalami perubahan, sehingga fungsi intelektual semakin

TINJAUAN PUSTAKA. Banyak orang belum mengetahui apa itu leaflet dan apa perbedaannya dengan

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. berikutnya. Dengan meningkatnya perkembangan tubuh, baik ukuran berat dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dipelajari oleh pembelajar. Jika siswa mempelajari pengetahuan tentang konsep,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,

II. KAJIAN PUSTAKA. atau bentuk fisik dan suatu arti/pengertian yang dijelaskan. Bentuk fisik

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian efektivitas pembelajaran

BAB II KAJIAN TEORI. usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

PROFIL KETUNTASAN BELAJAR DITINJAU DARI PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) DAN DISCOVERY

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara

I. PENDAHULUAN. pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

MODEL & PENDEKATAN PEMBELARAN. (A. Suherman)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas belajar merupakan hal yang sangat penting bagi siswa, karena

I. PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

DEVELOPING INSTRUKCTIONAL MEDIA FOR STUDENT AT ELEMENTARY SCHOOLS. By; Sri Lestari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arsyad (2007:3) memaparkan pengertian media sebagai berikut:

TUJUAN PENDIDIKAN: LINGKUNGAN BELAJAR: kognitif psikomotorik afektif TUJUAN PEMBELAJARAN : BAHAN PEMBELAJARAN :

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Seiring dengan terus berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. rentang usia dini pada usia tersebut seluruh aspek perkembangan kecerdasan

II. KAJIAN PUSTAKA. Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang

PENGARUH METODE DISCOVERY INQUIRY DENGAN KONVENSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI KEMIRI 04 KEBAKKRAMAT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:7), belajar merupakan tindakan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam arti belajar. Perubahan yang terjadi dalam aspek-aspek kematangan, pertumbuhan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belajar sebagai suatu kebutuhan yang telah dikenal dan bahkan sadar atau

NASKAH PUBLIKASI. Derajat Sarjana S-I Program Studi Pendidikan. Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB II LANDASAN TEORI. Secara umum pengertian pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran didefinisikan oleh Heinich (dalam Daryanto, 2010: 4) kata

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam mengaplikasikan metode ceramah adalah sebagai berikut:

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata belajar sudah sangat familiar dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan

Meningkatkan Motivasi Belajar Pembelajaran Untuk Siswa Kelas V SD Negeri 04 Pasar Pandan Air (PPA) Mati Solok Melalui Metode Inquiry

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan tujuan dan cita-cita

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dimana seseorang memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. secara terus menerus sesuai dengan level kognitif siswa. Dalam proses belajar

I. PENDAHULUAN. rendah hingga makhluk hidup tingkat tinggi. Biologi tidak hanya terdiri atas

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sains berasal dari natural science atau science saja yang sering disebut

MEDIA SENI RUPA PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN. Tim Dosen Media

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dasar matematika yang telah diterima siswa. konsep dengan soal untuk aspek penilaian yang lain. Indikator-indikator

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

TAPI. BUKAN LAGI BAGAIMANA DOSEN MENGAJAR DENGAN BAIK ( TEACHER CENTER ),

Bab II Landasan Teori

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metakognisi adalah keterampilan untuk mengontrol ranah atau aspek kognitif.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2/22/2012 METODE PEMBELAJARAN

BAB II KAJIAN TEORI. Hisyam Zaeni menyebutkan bahwa pembelajaran aktif adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan. memanfaatkan semua komponen yang ada secara optimal.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional di Indonesia telah ditetapkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SDN Lariang Melalui Metode Demonstrasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengetahuan dan pengalaman dari masing-masing yang berkepentingan. Ada yang

PENERAPAN METODE DISCOVERY DENGAN PEMANFAATAN ALAT PERAGA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 TAMBANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengetahuan dan kecakapan. Menurut Wina Sanjaya (2006:113) belajar. di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah.

Farida Nurhasanah. Pertemuan 2

`BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran karena dalam model pembelajaran terdapat langkah-langkah

PENERAPAN METODE OUTDOOR STUDY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 TAJI TAHUN AJARAN 2014/2015

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda

TEORI BELAJAR KOGNITIF

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA

II. KAJIAN PUSTAKA. anak-anak diberikan bermacam-macam pelajaran untuk menambah pengetahuan. yang dimilikinya, terutama dengan jalan menghafal.

Transkripsi:

6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep belajar Menurut Daryanto (2010: 2), belajar adalah suatu proses perubahan yaitu yang dilakukan seseorang untuk memperolah perubahan tingkah laku perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Mendefinisikan belajar adalah suatu proses usaha yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil suatu pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan yang dimaksud dalam belajar adalah perubahan terjadi secara sadar, perubahan dalam belajar bersifat terus menerus dan fungsional, perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Hendry E Garret dalam Prawiradilaga (2008: 22), berpendapat bahwa belajar merupakan proses yang berlangsung dalam jangka waktu lama melalui latihan maupun pengalaman yang membawa kepada perubahan diri dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu. Menurut Skinner dalam prawiradilaga (2008: 22), belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif.

7 Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang disengaja atau terencana dilakukan terus menerus untuk mencapai perubahan (baik perubahan kognetif, psikomotorik maupun efektif). 2.2. Prinsip-prinsip belajar Menurut Daryanto (2010: 24), prinsip-prinsip belajar sebagai berikut : 1. Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional. 2. Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memilki struktur, penyajian sederhana sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya. 3. Belajar harus dapat menimbulkan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan intruksional. 4. Belajar itu proses kontinyu maka tahap demi tahap menurut perkembangannya. 5. Belajar adalah proses organisasi, adaptasi ekplorasi dan discovery. 6. Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan instruksioanl yang harus dicapai. 7. Belajar memerlukan sarana yang cukup sehingga siswa dapat belajar tenang. 8. Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya.

8 9. Belajar adalah proses hubungan antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain, sehingga mendapat pengertian yang diharapkan, stimulus yang diberikan response yang diharapkan. 10. Repetisi dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertian dan keterampilan atau sikap itu mendalam pada siswa. 2.3 Teori Belajar Kognitivisme. Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman, perubahan tersebut tidak harus selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang diamati. Asumsi dasar teori ini adalah bahwa setiap orang telah mempunyai pengetahuan dan pengalaman, ini tertata dalam bentuk kognitivisme yang sudah dimilki siswa, teori kognitivisme lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil, (Herpratiwi, 2009: 20). Aplikasi teori belajar kognitivisme dalam pembelajaran adalah (1) guru harus memberikan arahan agar siswa tidak banyak melakukan kesalahan, memberikan kesempatan sebaik-baiknya agar siswa memperoleh pengalaman yang optimlal dalam proses belajar, dan meningkat kemauan belajar, (2) pendekatan pembelajaran dilakukan melalui urutan masalah, materi pelajaran yang logis dan sistematis, dari yang umum ke yang khusus, (3) pemberian hadiah dan hukuman harus memperhatikan ranah kuantitas dan kualitas, (4) mengawali pemberlajaran dengan menggunakan kemampuan awal siswa, (2009: 34).

9 2.4 Pengertian Pembelajaran. Alvin. W. Howard dalam Daryanto (2010: 1623), memberikan defenisi pembelajarn sebagai berikut: pembelajaran adalah suatu aktivitas untuk mencoba menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan, mengubah atau mengembangkan skill, attitude, ideal (cita-cita) apreprections (penghargaan) dan knowledge Pendapat Waini Rasidin dalam Daryanto (2010; 164), pembelajaran yang dipentingkan ialah adanya partisipasi guru dan siswa satu sama lain, guru merupakan koordinator yang melakukan aktivitas dalam interaksi sedemikian rupa, sehingga siswa belajar seperti yang kita harapkan, guru hanya menyusun dan mengatur situasi belajar bukan menentukan proses belajar. Pembelajaran merupakan perubahan istilah, sehingga sebelum dikenal istilah Proses Belajar Mengajar (PBM) dan Kegiatan B elajar Mengajar (KBM). Sedangkan pembelajaran seperti yang didefinisikan Hamalik (2001: 12), adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, internal material fasilitas perlengkapan dan prosedur yang mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Prawiradilaga (2008: 19), pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan tutor dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar, proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan

10 diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien. Mulyasa (2005: 12), pembelajaran pada hakikatnya adalah interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Dalam pembelajaran tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari diri individu, maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan individu tersebut. Dari beberapa pendapat diatas jelas terdapat pengertian antara belajar dengan pembelajaran, belajar lebih dititik beratkan pada proses yang dilakukan oleh sesorang untuk dapat mempunyai kompetensi tertentu yang dilakukan secara sepihak. Sedangkan pembelajaran adalah proses belajar yang dilakukan melalui interaksi antara peserta didik dengan pendidik atau lingkungannya, untuk mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik dan meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru. 2.5 Prinsip-prinsip Pembelajaran. Menurut Daryanto (2010: 165), ada 10 prinsip pembelajaran yaitu : 1. Perhatian, guru harus dapat membangkitkan perhatian siswa pada pelajaran. 2. Aktivitas, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam berpikir maupun berbuat. 3. Appersepsi, guru perlu menghubungkan pelajaran yang akan diberikan dengan pengetahuan yang telah dimilki siswa ataupun pengalamannya.

11 4. Peragaan, guru harus menunjukkan benda-benda yang asli, bila mengalami kesukaran boleh menunjukkan model, gambar, benda tiruan atau menggunakan media lainnya. 5. Repetisi, pelajaran itu perlu diulang. 6. Korelasi, guru wajib memperhatikan dan memikirkan hubungan antara setiap mata pelajaran atau dengan kenyataan. 7. Konsentrasi, hubungan antar mata pelajaran dapat diperluas mungkin, dapat dipusatkan kepada salah satu pusat minat, sehingga siswa memperoleh pengetahuan secara luas dan mendalam. 8. Sosialisasi, siswa disamping sebagai individu juga mempunyai segi sosial yang perlu dikembangkan cara bergaul dengan orang lain. 9. Individualisasi, siswa merupakan makhluk individu yang unik, mempunyai perbedaan khas, guru diharapkan dapat membantu perkembangan siswa sesuai dengan karakter/keunikannya. 10. Evaluasi, kegiatan pembelajaran perlu dievaluasi agar dapat memberikan motivasi bagi guru maupun siswa dalam meningkatkan proses dan hasil belajar 2.6 Media Pembelajaran Alat bantu (media) pengajaran adalah alat bantu yang dapat digunakan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses pencapaian tujuan dan memperjelas serta mempermudah bahan pelajaran yang disajikan kepada siswa, (Syarifudin, 2010: 61)

12 Umar Hamalik dan Usman (2002: 29), membagi 4 klasifikasi media pembelajaran yaitu: 1. Alat visual yang dapat dilihat, misalnya filmstrip, transparansi, mikroprojektor, papan tulis, bulletin board, gambar-gambar, illustrasi, shart, grafik, poster, peta dan globe. 2. Alat-alat yang bersifat auditif atau hanya dapat didengar, misalnya: phonograph recorder. 3. Alat-alat yang bisa dilihat dan didengar, misalnya film dan televisi, benda-benda tiga dimensi yang hanya biasanya dipertunjukkan diantaranya model specimens, bak pasir, peta elektris, koleksi diorama. 4. Dramatisasi, bermain peranan, sosiodrama, sandiwara, boneka dan sebagainya. 2.7. Landasan Filosofi pemanfaatan media Pembelajaran aktif menurut Hollingsworth (2005 : vi), adalah Flaw yaitu keadaan sadar yang didalamnya seseorang bisa betul-betul terbenam dalam sebuah aktivitas, sehingga dia tidak merasakan waktu yang berlalu. Artinya pembelajaran aktif dimana peserta didik belajar secara aktif ketika mereka secara terus menerus terlibat, baik secara mental maupun fisik. Pembelajaran aktif itu penuh semangat, hidup giat, berkesinambungan, kuat dan efektif.

13 Fathurrohman (2007: 113), menyatakan Pembelajaran efektif terjadi jika dengan pembelajaran tersebut peserta didik menjadi senang dan mudah memahami apa yang dipelajarinya. 2.8. Metode Penemuan (Discovery) 1. Pengertian Metode Penemuan Metode Penemuan menurut Sund (dalam Kartawisastra, 1980) ialah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Proses mental yang dimaksud antara lain: mengamati, mencerna, mengerti, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya. Dengan teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan intruksi. Dengan demikian pembelajaran discovery ialah suatu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan berdiskusi, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri. Metode Penemuan merupakan suatu metode pengajaran yang menitik beratkan pada aktifitas siswa dalam belajar. Dalam proses pembelajaran dengan metode ini, guru hanya bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator yang mengarahkan siswa untuk menemukan konsep, dalil, prosedur, algoritma dan semacamnya.

14 Sedangkan Bruner menyatakan bahwa anak harus berperan aktif didalam belajar. Lebih lanjut dinyatakan, aktivitas itu perlu dilaksanakan melalui suatu cara yang disebut discovery.discovery yang dilaksanakan siswa dalam proses belajarnya, diarahkan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip. 2. Fungsi Metode Penemuan Tiga Fungsi utama belajar menemukan yaitu: (1) mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan.(2) berpusat pada siswa (3) kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada. Langkah-langkah pembelajaran discovery menurut Richard Scuhman Subroto (2002: 199) adalah sebagai berikut: 1. Identifikasi kebutuhan siswa; 2. Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian konsep dan generalisasi pengetahuan; 3. Seleksi bahan, problema/tugas-tugas; 4. Membantu dan memperjelas tugas/ problema yang dihadapi siswa serta peranan masing-masing siswa; 5. Mempersiapkan kelas dan alat-alat yang diperlukan; 6. Mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan; 7. Memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan penemuan;

15 8. Membantu siswa dengan informasi/ data jika diperlukan oleh siswa; 9. Memimpin analisis sendiri ( self analysis) dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi masalah; 10. Merangsang terjadinya interaksi antara siswa dengan siswa; 11. Membantu siswa merumuskan prinsip dan generalisasi hasil penemuannya. 3. Kelebihan Dan Kekurangan Metode discovery memiliki kebaikan-kebaikan menurut Suryosubroto (2001: 2002) yaitu : (a) Memungkinkan untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif. (b) Pengetahuan yang ditemukan sendiri melalui metode penemuan akan betul-betul dikuasai. (c) siswa dapat menguasai salah satu metode ilmiah yang sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari. (d) Siswa dibiasakan berfikir analitis dan memcoba memecahkan masalah yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. (e) Metode berpusat pada anak, dan guru sebagai teman belajar atau pasilitator.

16 Kelemahan metode discovery menurut Suryosubroto (2001: 2002) adalah: (a) Dipersyaratkan keharusan adanya persiapan mental untuk cara belajar ini. Misalnya siswa yang lamban mungkin bingung dalam usahanya mengembangkan pikirannya jika berhadapan dengan hal-hal yang abstrak, atau menemukan saling ketergantungan antara pengertian dalam suatu subyek, atau dalam usahanya menyusun suatu hasil penemuan dalam bentuk tertulis. Siswa yang lebih pandai mungkin akan memonopoli penemuan dan akan menimbulkan frustasi pada siswa yang lain. (b) Metode ini kurang berhasil untuk mengajar kelas besar. Misalnya sebagian besar waktu dapat hilang karena membantu seorang siswa menemukan teori-teori, atau menemukan bagaimana ejaan dari bentuk kata-kata tertentu. (c) Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran secara tradisional (d) Mengajar dengan penemuan mungkin akan dipandang sebagai terlalu mementingkan memperoleh pengertian dan kurang memperhatikan diperolehnya sikap dan ketrampilan. Sedangkan sikap dan ketrampilan diperlukan untuk memperoleh pengertian atau sebagai perkembangan emosional sosial secara keseluruhan.

17 (e) Dalam beberapa ilmu, fasilitas yang dibutuhkan untuk mencoba ide-ide, mungkin tidak ada (f) Strategi ini mungkin tidak akan memberi kesempatan untuk berpikir kreatif, kalau pengertian-pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi terlebih dahulu oleh guru, demikian pula proses-proses di bawah pembinaannya. 4. Kerangka Pikir Selama ini pelajaran sains merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa SD Negeri 2 Kurungan nyawa Gedong Tataan Pesawaran, karena banyak teori-teori dan tidak dihadirkan secara konkrit. Proses pembelajaran sains di SD Negeri 2 Kurungan Nyawa Gedong Tataan Pesawaran masih didominasi oleh guru melalui metode ceramah dan tanya jawab. Siswa lebih banyak mengandalkan informasi datang dari guru sehingga siswa masih sulit untuk menemukan konsep sendiri pada materi pelajaran. Metode pembelajaran tersebut menyebabkan kurangnya aktivitas siswa selama proses pembelajaran dan berpengaruh terhadap rendahnya penguasaan konsep siswa. Padahal kegiatan atau aktivitas dalam proses pembelajaran sangat penting dilakukan untuk menunjang perolehan pengetahuan dan informasi siswa..

18 Pengajaran yang baik membutuhkan model pembelajaran yang berpusat kepada siswa, bukan berpusat pada guru. Pengetahuan yang baru diperoleh siswa dikonstruksi dengan pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa. Pengetahuan yang diperoleh siswa tidak harus berasal dari guru, tetapi juga dapat diperoleh dari lingkungan. Salah satu model pembelajaran yang berpusat kepada siswa ( student centered) adalah metode Penemuan. 5. Hipotesis Tindakan Penelitian ini direncanakan terbagi ke dalam tiga siklus, setiap siklus dilaksanakan mengikuti prosedur perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Melalui tiga siklus tersebut dapat diamati peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa. Dengan demikian dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut : 1. Dengan metode penemuan, dapat meningkatkan aktivitas belajar pada siswa 2. Dengan metode penemuan, dapat meningkatkan pemahaman konsep sains pada siswa.

19