BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI 5.1. Area Berisiko Sanitasi Setelah menghitung kebutuhan responden dengan menggunakan rumus Slovin, maka ditentukan lokasi studi EHRA dengan cara memilih sebanyak 10 kelurahan secara random. Hasil pemilihan ke-10 kelurahan tersebut disajikan pada tabel berikut: Tabel 5. 1. Kecamatan Dan Kelurahan Terpilih Untuk Survei EHRA 2012 Kota Yogyakarta No Kel Terpilih Kecamatan Kluster Jumlah RT terpilih Jumlah Responden 1 Brontokusuman Mergangsan 2 Kricak Tegal rejo 4 8 3 8 40 40 3 Bumijo Jetis 4 Pringgokusuman Gedongtengen 5 Sorosutan Umbulharjo 6 Klitren Gondokusuman 7 Ngampilan Ngampilan 8 Mantrijeron Mantrijeron 9 Prenggan Kotagede 10 Kadipaten Kraton 3 8 40 3 8 40 3 8 40 2 8 40 2 8 40 2 8 40 2 8 40 1 8 40 Sumber: Laporan Studi EHRA Kota Yogyakarta, 2012 Berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan oleh Program PPSP sebagai berikut: 1. Kepadatan penduduk yaitu jumlah penduduk per luas wilayah 197
2. Angka kemiskinan dengan indikator yang datanya mudah diperoleh tapi cukup representatif menunjukkan kondisi sosial ekonomi setiap kecamatan dan/atau kelurahan. 3. Kelurahan yang berada di sepanjang aliran sungai 4. Daerah terkena banjir (kelurahan yang memiliki genangan air). klastering wilayah Kota Yogyakarta menghasilkan katagori klaster sebagaimana dipelihatkan pada tabel dibawah ini, wilayah (kecamatan atau kelurahan) yang terdapat pada klaster tertentu dianggap memiliki karakteristik yang identik/homogen dalam hal tingkat risiko kesehatannya. Dengan demikian, kelurahan yang menjadi area survey pada suatu klaster akan mewakili kelurahan lainnya yang bukan merupakan area survey pada klaster yang sama. Berdasarkan asumsi ini maka hasil studi EHRA ini bisa memberikan peta area berisiko Kota Yogyakarta. Tabel 5. 2. Katagori Klaster berdasarkan kriteria indikasi lingkungan berisiko Katagori Kriteria Klaster Klaster 0 Wilayah kelurahan yang tidak memenuhi sama sekali kriteria indikasi lingkungan berisiko. Klaster 1 Klaster 2 Klaster 3 Klaster 4 Wilayah kelurahan yang memenuhi minimal 1 kriteria indikasi lingkungan berisiko Wilayah kelurahan yang memenuhi minimal 2 kriteria indikasi lingkungan berisiko Wilayah kelurahan yang memenuhi minimal 3 kriteria indikasi lingkungan berisiko Wilayah kelurahan yang memenuhi minimal 4 kriteria indikasi lingkungan berisiko Sumber: Laporan Studi EHRA Kota Yogyakarta, 2012 Hasil dari klastering dengan menggunakan kriteria yang sudah ditetapkan oleh Program PPSP, maka diproleh hasil klastering pada tiap-tiap kelurahan di Kota Yogyakarta. 198
Jumlah [BUKU PUTIH SANITASI KOTA YOGYAKARTA] Tabel 5. 3. Hasil Klastering Kelurahan di Kota Yogyakarta No. Klaster Jumlah Nama Kelurahan 1 4 5 Tegalrejo, Terban, Pakuncen, Ngupasan, Brontokusuman, 2 3 18 Kricak, Karagwaru, Bener, Bumijo, Gowongan, Suryatmajan, Tegalpanggung, Pringgokusuman, Notoprajan, Purwokinanti, Wirobrajan, Patangpuluhan, Gedongkiwo, Panembahan, Keparakan, Wirogunan, Pandeyan, Sorosutan 3 2 17 Cokrodiningratan, Demangan, Klitren, Sosromenduran, Ngampilan, Gunungketur, Mantrijeron, Patehan, Prawirodirjan, Semaki, Muja-Muju, Tahunan, Warungboto, Giwangan, Rejowinangun, Prenggan 4 1 5 Baciro, Bausasran, Suryodiningratan, Kadipaten, Purbayan 5 0 0 Sumber: Laporan Studi EHRA Kota Yogyakarta, 2012 Hasil klastering wilayah kelurahan di Kota Yogyakarta yang terdiri atas 45 kelurahan menghasilkan distribusi sebegai berikut: 1) klaster 0 sebanyak 0 %. 2) klaster 1 sebanyak 11,1%, 3) klaster 2 sebanyak 37,8%, 4) klaster 3 sebanyak 40%, dan 5) dan klaster 4 sebanyak 11,1 %. Untuk lebih jelasnya distribusi kelurahan kedalam klaster tersebut dapat dilihat pada grafik berikut ini: Persentase jumlah kelurahan per kluster 20 15 10 5 0 4 3 2 1 0' Series1 5 18 17 5 0 Gambar 5. 1. Grafik Distribusi Kelurahan Per Klaster untuk Penetapan Lokasi Studi EHRA 199
Tetapi setelah dilakukan survey EHRA, diketahui bahwa terjadi perubahan area beresiko sanitasi. Jika pada prediksi awal terdapat 4 kluster area beresiko sanitasi pada wilayah prioritas maka setelah survey EHRA hanya terdapat tiga (3) kluster area beresiko sanitasi yaitu area kurang beresiko, resiko sedang dan resiko sangat tinggi. Kelurahan Brontokusuman yang sebelumnya masuk dalam kluster area beresiko sangat tinggi, setelah dilakukan survey kelurahan ini masuk dalam kluster beresiko sedang. Berikut disajikan peta area beresiko sanitasi Kota Yogyakarta. Berikut disajikan uraian terkait dengan penyebab utama di wilayah yang memiliki area beresiko yang disajikan dalam tabel sebagai berikut dan gambar peta : Tabel Area Beresiko Kota Yogyakarta dan Penyebabnya No Area beresiko Wilayah prioritas Penyebab utama 1 Resiko sangat Klitren tinggi (4) Ngampilan Mantrijeron Prenggan - Pengelolaan sampah (pengangkutan sampah tidak memadai dan tidak tepat waktu, sampah tidak diolah) sehingga banyak sampah berserakan. - Pengelolaan air limbah (pencemaran karena pembuangan isi tanki septik, pencemaran karena SPAL). - Terjadinya genangan air saat musim penghujan. - Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) masih kurang. - Kejadian Diare - Sumber air tercemar 2 Resiko sedang (2) 3 Kurang beresiko (1) Bumijo Kricak Sorosutan Pringgokusuman Brontokusuman Kraton - Pengelolaan air limbah (pencemaran karena pembuangan isi tanki septik, pencemaran karena SPAL). - Terjadinya genangan air saat musim penghujan. - Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) masih kurang. - Sumber air tercemar - Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) masih kurang. - Pencemaran karena pembuangan isi septik Sumber : Studi EHRA Kota Yogyakarta, 2012 200
Gambar 5. 2. Peta Area Berisiko Sanitasi Kota Yogyakarta Tahun 2012 201
5.2. Posisi Pengelolaan Sanitasi Saat Ini Pokja Sanitasi Kota Yogyakarta dalam melakukan analisis terhadap pengelolaan yang dilakukan sampai saat ini dengan menggunakan metode analisis SWOT karena dengan metode ini dapat menentukan cara yang paling baik, realistis dan dapat dilaksanakan serta menumbuhkan semangat kebersamaan dan menyatukan kepentingan-kepentingan stakeholder dalam mencapai tujuan. Agar dapat dianalisis dengan metode ini maka Pokja Sanitasi Kota Yogyakarta dalam melakukan setiap studi/kajian mengidentifikasikan: Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman. A. Posisi Pengelolaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Kota Yogyakarta Posisi pengelolaan Pengelolaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) berdasarkan hasil analisis SWOT dari masing-masing SKPD terkait berada pada titik (x,y) = (1.7, 2.0), sehingga berada pada posisi pertumbuhan yang stabil. Posisi ini cukup aman karena berada hampir 45 derajat menuju pertumbuhan. Jika keberadaan posisi ini dapat dipertahankan maka kondisi ini akan cenderung stabil pada pertumbuhan yang konstan (kecuali ada perubahan kebijakan yang akan mempengaruhi kekuatan dan peluang). 202
BERTAHAN Mendukung (+) O Stabil PERTUMBUHAN { 1.7,2.0 } Cepat Lemah (-) W S (+) Kuat Berputar besar-besaran RASIONALIS Ceruk terpusat DIVERSIVIKASI T (-) tidak/kurang B. Posisi Pengelolaan Air Limbah Kota Yogyakarta Posisi pengelolaan air limbah di Kota Yogyakarta juga memiliki letak yang aman, yaitu berada pada titik (x,y) = (2.3, 2.1). Posisi pengelolaan air limbah Kota Yogyakarta berdasarkan analisis SWOT yang telah dilakukan termasuk ke dalam pertumbuhan cepat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini. 203
BERTAHAN Mendukung (+) O Stabil PERTUMBUHAN Lemah Cepat { 2.3,2.1 } (-) W S (+) Kuat Berputar besar-besaran RASIONALIS Ceruk terpusat DIVERSIVIKASI T (-) tidak/kurang C. Posisi Pengelolaan Persampahan Kota Yogyakarta BERTAHAN Mendukung (+) O Stabil PERTUMBUHAN Lemah Cepat { 1.7,1.5 } (-) W S (+) Kuat Berputar besar-besaran RASIONALIS DIVERSIVIKASI Ceruk terpusat 204 KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA YOGYAKARTA TAHUN T 2012 (-) tidak/kurang
D. Posisi Pengelolaan Drainase Kota Yogyakarta BERTAHAN Mendukung (+) O Stabil PERTUMBUHAN Lemah Cepat { 1.4,1.6 } (-) W S (+) Kuat Berputar besar-besaran RASIONALIS Ceruk terpusat T (-) tidak/kurang DIVERSIVIKASI 205