I. PENDAHULUAN. perkebunan kelapa sawit adalah rata rata sebesar 750 kg/ha/tahun. Berarti

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Produktivitas (Qu/Ha)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 93/MPP/Kep/3/2001

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

47. Kriteria Kelayakan Investasi Kompos & Listrik Akibat Penurunan

pengusaha mikro, kecil dan menegah, serta (c) mengkaji manfaat ekonomis dari pengolahan limbah kelapa sawit.

PENGANTAR. Muhrizal Sarwani

BAB I PENDAHULUAN. Kemudahan ini melahirkan sisi negatif pada perkembangan komoditas pangan

ANALISIS FINANSIAL USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI DI KABUPATEN BANTUL I. PENDAHULUAN

2015 PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN LIMBAH PADAT PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

BAB I PENDAHULUAN. tandan buah segar (TBS) sampai dihasilkan crude palm oil (CPO). dari beberapa family Arecacea (dahulu disebut Palmae).

Latar Belakang. meluasnya deforestasi. Di samping itu, lahan juga dapat menjadi kritis karena

BAB I PENDAHULUAN. Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Bio Oil Dengan Bahan Baku Tandan Kosong Kelapa Sawit Melalui Proses Pirolisis Cepat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. rendah namun masih dapat dimanfaatkan. Salah satu lahan marjinal yang ada dan

I. PENDAHULUAN. produktivitas dan kualitas hasil pertanian antara lain adalah pupuk.

Analisis Penawaran dan Permintaan Pupuk di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Disamping itu ada pula para ahli yang berpendapat bahwa kelapa sawit terbentuk pada saat

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di

I. PENDAHULUAN. berkembang pesat pada dua dekade terakhir. Produksi minyak sawit Indonesia

RENCANA PENGEMBANGAN PETERNAKAN PADA SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KALIMANTAN SELATAN

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 06/Permentan/SR.130/2/2011 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Perkebunann kelapa sawit berkembang pesat di kawasan Asia Tenggara, Malaysia,

DAFTAR ISI. Halaman LEMBAR PENGESAHAN... i KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN...

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 106/Kpts/SR.130/2/2004 TENTANG KEBUTUHAN PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2004

I. PENDAHULUAN. Tanaman kedelai ( Glycine max L. Merril) merupakan komoditi pertanian. kacang-kacangan lainnya. Biji kedelai mengandung 30-50% protein

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Bagi perekonomian Indonesia, sektor pertanian merupakan sektor yang

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 14 TAHUN 2011

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA PROBOLINGGO

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hampir 100 perusahaan atau pabrik kelapa sawit baik milik

PENDAHULUAN. Dewasa ini kebutuhan jagung untuk pakan sudah lebih dari 50% kebutuhan

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Industri kelapa sawit merupakan salah satu industri penghasil devisa non migas di

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

I. PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor penentu produksi. Selama ini untuk mendukung

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sub sektor perkebunan merupakan salah satu sub sektor dari sektor

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terlihat dari rata-rata laju pertumbuhan luas areal kelapa sawit selama

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar

LATAR BELAKANG. Tim Pelaksana Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa

PEMANFAATAN LIMBAH SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DI PROVINSI JAMBI DR. EVI FRIMAWATY

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan konsumsi yang cukup pesat. Konsumsi minyak nabati dunia antara

BAB 1 PENDAHULUAN. Sawit (PKS) jumlahnya cukup banyak, yaitu 1,9 juta ton berat kering atau setara 4

I. PENDAHULUAN. Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan perusahaan industri yang bergerak

BAB I PENDAHULUAN. Agribisnis kelapa sawit mempunyai peranan yang sangat besar dalam

Produktivitas Optimal PENDAHULUAN 13/07/2017 PT PADASA ENAM UTAMA. Bahan Tanaman. Manajemen Kebun. Oleh: Lambok Siahaan.

1. PENDAHULUAN. Jagung manis merupakan tanaman hortikultura yang banyak disukai masyarakat,

TINJAUAN PUSTAKA. produksi dan mutu kelapa sawit mengingat tanaman kelapa sawit baru akan

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung manis merupakan tanaman yang sangat responsif terhadap

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Desa Pandu Senjaya merupakan wilayah dengan potensi pengembangan

SUBSIDI PUPUK DALAM RAPBN-P 2014

BAB I PENDAHULUAN. energi untuk melakukan berbagai macam kegiatan seperti kegiatan

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG

I. PENDAHULUAN. industri minyak bumi serta sebagai senyawa intermediet pada pembuatan bahan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. sumber devisa negara melalui produk-produk primer perkebunan maupun

Kebijakan PSO/Subsidi Pupuk dan Sistem Distribusi. I. Pendahuluan

Pengembangan Wilayah Sentra Produksi tanaman, menyebabkan pemadatan lahan, serta menimbulkan serangan hama dan penyakit. Di beberapa lokasi perkebunan

OPTIMASI PRODUKSI PUPUK KOMPOS TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT (TKKS) DAN APLIKASINYA PADA TANAMAN

Inovasi Ternak Dukung Swasembada Daging dan Kesejahteraan Peternak

OLEH :: INDRA PERMATA KUSUMA

6. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 84, Tambahan

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2011

Optimalisasi Panen Pada Tanaman Tua di Lingkup Kebun PT. Asam Jawa. Presentation by P.T. Asam Jawa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Disampaikan pada Annual Forum EEP Indonesia 2012 di Provinsi Riau Pekanbaru, Oktober 2012

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR

I. PENDAHULUAN. tanaman padi salah satunya yaitu pemupukan. Pupuk merupakan salah satu faktor

BUPATI SEMARANG PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. telah dibuka maka investasi harus terus dilanjutkan sampai kebun selesai

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 06/Permentan/SR.130/2/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 505/Kpts/SR.130/12/2005 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. ditanam di hampir seluruh wilayah Indonesia. Bagian utama dari kelapa sawit yang diolah adalah

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 64/Kpts/SR.130/3/2005 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. padi sawah merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun.

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kelestarian sumber daya alam (Mubyarto, 1994).

PENDAHULUAN. mediteran. Kemudian menyebar luas ke beberapa negara di daerah tropis seperti. kubis krop, kubis daun dan kubis bunga (Arief, 1990).

Oleh Prof. Dr. Bungaran Saragih, MEc

GUBERNUR BALI, TENTANG

WALIKOTA MAKASSAR, PROVINSI SULAWESI SELATAN. PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR Nomor 1 Tahun 2016 TENTANG

13 FEBRUARI 2004 TENTANG KEBUTUHAN PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2004 MENTERI PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

1.000 ha Kelapa Sawit. Karet. tahun

BAB I. PENDAHULUAN A.

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI BALI

I. PENDAHULUAN. Konsumsi kedelai di Indonesia setiap tahun semakin meningkat, seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. proses kemajuan dan kemunduran suatu perusahaan, artinya meningkatkan

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia kini memiliki 8,9 juta hektar perkebunan kelapa sawit, dari luas tanaman tersebut rakyat memiliki 3,7 juta hektar, BUMN 616.575 hektar dan perkebunan swasta sebesar 4,5 juta hektar. Sedangkan kebutuhan pupuk untuk perkebunan kelapa sawit adalah rata rata sebesar 750 kg/ha/tahun. Berarti Indonesia membutuhkan pupuk sebesar 6,7 juta ton/tahun untuk memenuhi kebutuhan perkebunan kelapa sawit (Departemen Pertanian RI, 2008). Sedangkan data agro Indonesia menunjukkan kapasitas industri pupuk nasional mencapai 8,0 juta ton. Namun realisasi produksi hanya 5,9 juta ton. Tidak terpenuhinya kapasitas produksi tersebut karena industri pupuk kesulitan mendapatkan pasokan gas (Agroindonesia, 2009). Pemakaian pupuk kimia seperti urea, KCL, TSP dan ZA secara terus menerus juga mengakibatkan menurunnya kandungan bahan organik dalam tanah. Data yang pernah dilaporkan bahwa tanah di pulau jawa umumnya mengandung bahan organik di bawah 2%. Sementara dari pusat penelitian tanah dan agroklimatologi menunjukan 95% lahan pertanian di Indonesia mengandung bahan organik kurang dari 1%. Pada hal batas minimum kandungan bahan organik yang dianggap layak untuk lahan pertanian antara 4% - 5% (Musnamar, 2003). Kebutuhan pupuk organik yang sangat besar untuk memperbaiki kerusakan lahan pertanian di Indonesia tidak seimbang dengan jumlah industri pupuk organik yang berkembang di Indonesia. Hal ini disebabkan pupuk organik hanya diproduksi secara parsial dengan skala industri rumah tangga (home

industry) sehingga jumlah produksi yang dihasilkan relatif kecil dan tidak berkelanjutan (Harian Pikiran Rakyat, 2009). Untuk mengetahui jumlah produsen pupuk organik yang beroperasi di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1 yaitu sebagai berikut: Tabel 1. Jumlah Produsen Pupuk Organik Indonesia Produsen organik Jumlah Perusahaan Total produksi (Ton/Tahun) Industri pupuk organik 44 440.000 PT. Pupuk (BUMN) 5 370.000 Total 49 810.000 Sumber: Harian Pikiran Rakyat, 2009 Berdasarkan data pada Tabel 1 dapat diketahui bahwa jumlah total produsen pupuk organik di Indonesia sebanyak 49 perusahaan. Industri pupuk organik yang dikelola pihak swasta atau home industry sebanyak 44 perusahaan dengan total produksi sebesar 440.000 ton/tahun dan industri pupuk yang dikelola BUMN sebanyak 5 perusahaan antara lain PT. Pupuk Sriwijaya, PT pupuk Kujang Cikampak, PT Pupuk Petrokimia Gersik, PT Pupuk Kalimantan Timur dan PT Pupuk Iskandar Muda dengan total produksi sebesar 370.000 ton/tahun. Bila dibandingkan dengan luas tanam yang ada di Indonesia maka produksi pupuk organik tidak akan mampu memenuhi kebutuhan pupuk organik di Indonesia yang luas lahan pertaniannya dapat di lihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Luas Lahan Pertanian di Indonesia Produsen organik Jumlah (Ha) Tanaman Pangan 12.900.000 Perkebunan Ladang/Huma 11.800.000 5.300.000 Total 30.000.000 Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia, (2009) Luas tanaman pangan di Indonesia sebesar 12,9 juta Ha dan luas perkebunan yang ada di Indonesia sebesar 11,8 juta Ha sedangkan luas ladang/huma sebesar 5,3 juta Ha. Jadi total luas lahan pertanian yang ada di Indonesia sebesar 30 juta Ha. Dari kedua tabel tersebut dapat kita lihat bahwa dengan produksi pupuk organik sebesar 810.000 ton/ha tidak akan mampu memenuhi kebutuhan pupuk organik di Indonesia yang luas lahan pertaniannya mencapai 30 juta Ha dimana kebutuhan pupuk organik rata rata 2 ton per hektar per tahun. Produksi pupuk anorganik dan organik oleh industri pupuk yang ada di Indonesia tidak mampu memenuhi kebutuhan pupuk perusahaan kelapa sawit. Sehingga salah satu alternatif yang diambil perusahaan perkebunan kelapa sawit adalah dengan memanfaatkan limbah padat dari hasil pengolahan buah sawit yaitu tandan kosong kelapa sawit untuk memenuhi kebutuhan tersebut. TKKS merupakan salah satu jenis limbah padat yang paling banyak dihasilkan oleh pabrik kelapa sawit adalah tandan kosong kelapa sawit (TKKS) yaitu sekitar 22 23% dari total tandan buah segar (TBS) yang diolah.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka peneliti tertarik ingin meneliti berapa besar permintaan kompos tandan kosong kelapa sawit dan bagaimana pengaruh harga kompos tandan kosong kelapa sawit, harga pupuk anorganik, jumlah produksi TBS, harga TBS serta luas lahan terhadap permintaan kompos dari tandan kosong kelapa sawit. 1.2. Identifikasi Masalah Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah 1. Berapa besar permintaan kompos dari tandan kosong kelapa sawit oleh perkebunan kelapa sawit di daerah penelitian? 2. Bagaimana pengaruh harga kompos dari tandan kosong kelapa sawit, harga pupuk anorganik, jumlah produksi TBS, harga TBS dan luas lahan terhadap jumlah permintaan kompos dari tandan kosong kelapa sawit. 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dilaksanakannya penelitian ini antara lain : 1. Untuk mengetahui permintaan kompos dari tandan kosong kelapa sawit oleh perusahan perkebunan kelapa sawit di daerah penelitian 2. Untuk mengetahui pengaruh harga kompos dari tandan kosong kelapa sawit, harga pupuk anorganik, jumlah produksi TBS, Harga TBS dan luas lahan terhadap jumlah permintaan kompos dari tandan kosong kelapa sawit oleh perusahaan perkebunan di daerah penelitian.

1.4. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini adalah : 1. Sebagai bahan informasi bagi perusahaan perkebunan sawit /pekebun sawit dalam memilih pupuk yang akan digunakan. 2. Sebagai bahan informasi bagi produsen kompos dari tandan kosong kelapa sawit sehingga dapat merencanakan supply kompos tandan kosong kelapa sawit secara tepat. 3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi penelitian lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.