I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terhadap kesehatan gigi dan mulut dapat dilihat dari kebersihan gigi dan mulutnya.

dokumen-dokumen yang mirip
ABSTRAK. Kata kunci: sikap, perilaku, kesehatan gigi dan rongga mulut, mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi. Universitas Kristen Maranatha

PENGETAHUAN GURU PENJASKES DAN PERANANNYA DALAM PROGRAM USAHA KESEHATAN GIGI SEKOLAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNG SEKAYAM KABUPATEN SANGGAU

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tuberkulosis, Human Immunodeficiency Virus (HIV), hepatitis B, dan hepatitis C

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kemudahan dalam memasuki dan meraih peluang kerja, kesempatan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan saat ini memiliki paradigma baru yaitu menempatkan

Nasution (2004) berpendapat bahwa mutu mencakup suatu usaha untuk memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. Penilaian pasien terhadap mutu pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Terapi ortodontik belakangan ini menjadi populer. 1 Kebutuhan akan perawatan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh pemerintah adalah dengan pendekatan, pemeliharaan, peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut diselenggarakan berbagai

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dalam kriteria penelitian atau masuk dalam drop out sehingga tersisa 105

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan di era global. Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang

BAB VI PEMBAHASAN. dasar. Upaya-upaya yang dilakukan meliputi upaya promotif yaitu dengan. memberikan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Pada hakikatnya

BAB I PENDAHULUAN. periodontal seperti gingiva, ligament periodontal dan tulang alveolar. 1 Penyakit

DAFTAR ISI BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GAMBARAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP PERAWATAN GIGI DAN MULUT DI PUSKESMAS BAHU

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung singkat dan dapat dikendalikan. Kecemasan berfungsi sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan gigi di masyarakat masih menjadi sebuah masalah di Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, fungsi pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan sebuah karier bagi mahasiswa akuntansi adalah tahap awal

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pengobatan (The World Oral Health Report 2003). Profil Kesehatan Gigi Indonesia

TESIS. Oleh KATHERINE EMILY PANGGABEAN /IKM

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBHASAN. profesi pendidikan dokter gigi UMY angkatan 2011 di Rumah Sakit Gigi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Perbandingan pengaruh promosi kesehatan menggunakan media audio dengan media audio-visual terhadap perilaku kesehatan gigi dan mulut siswa SD

Kata kunci: Stres akademis mahasiswa kedokteran, indeks plak, plak gigi.

Lampiran 1 Lembar Persetujuan Komisi Etik

BAB I PENDAHULUAN. cepat di masa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang, seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan secara optimal. Setiap rumah sakit harus menyelenggarakan

2013 GAMBARAN SIKAP MAHASISWA D-III KEPERAWATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA DALAM MENGIKUTI PROSES BELAJAR BAHASA JEPANG

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkat. Hal tersebut menyebabkan kemungkinan penurunan kondisi tidak

BAB I PENDAHULUAN. interaksi individu dengan lingkungannya sebagai manifestasi hayati bahwa dia

I. PENDAHULUAN. pengetahuan. Ilmu pengetahuan tersebut di peroleh secara formal di jenjang tingkat


BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa ilmu keperawatan. Lulus dari ujian merupakan keharusan dan

PENGETAHUAN MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK TERHADAP BAHAYA RADIASI PADA SALAH SATU FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI DI DAERAH JAKARTA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rongga mulut merupakan gambaran dari kesehatan seluruh tubuh, karena

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur yang memiliki peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya berkaitan dengan kebersihan gigi dan mulut. Faktor penyebab dari

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam rongga mulut. Hampir semua negara memiliki permasalahan tentang

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Pada beberapa tahun terakhir ini terjadi inovasi. di dalam sistem pendidikan kedokteran di Indonesia,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keterampilan berinteraksi merupakan kunci kesuksesan yang harus di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS, 2013) melaporkan

memang terdapat bentuk-bentuk perilaku instinktif (species-specific behavior) yang didasari

BAB I PENDAHULUAN. konsumen menjadi salah satu sumber informasi mengenai produk yang

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia BAB 5 PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penyakit terbanyak di Indonesia (Depkes, 2014). Penduduk yang. Daerah (Riskesdas) oleh Departemen Kesehatan RI meningkat dari 23,2%

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. akan menghambat fungsi seseorang dalam kehidupannya (Turner et al, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, perkembangan zaman sudah semakin modern terutama pada

BAB I PENDAHULUAN. kompleksitas zaman. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PENCABUTAN GIGI PADA MASYARAKAT KELURAHAN KOMBOS BARAT BERDASARKAN PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan hal yang penting dalam kehidupan sehari-hari demi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek dalam penelitian ini berjumlah 107 mahasiswa profesi PSPDG

Bab I PENDAHULUAN. perkembangan yang cukup pesat dengan ditemukannya komputer pada tahun UKDW

Standard Operating Procedure UJIAN KHUSUS (UK)

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi hambatan maupun tantangan yang dihadapi dan tentunya pantang

Kata kunci : pengetahuan, sikap, perilaku, perawatan ortodontik cekat, pasien ortodontik

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Layanan radiografi konvensional yang dapat memenuhi kepuasan pasien

Kris Adityawarman*, Diyah Fatmasari **, Arlina Nurhapsari** ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perawatan yang diminati banyak orang untuk merapikan susunan gigi. Tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, berbagai aspek bidang kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. atau rasa. Istilah aesthetic berasal dari bahasa Yunani yaitu aisthetike dan

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH. karena dengan adanya feedback, mahasiswa dapat mengetahui kinerja mereka dalam

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.3 Tempat dan Waktu Tempat : Klinik Distribusi RSGMP FKGUI Waktu : 15 Agustus 15 Oktober 2008.

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi. syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh : LOOI YUET CHING NIM :

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang sehat dan efisien. Seiring dengan berjalan nya kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Pertumbuhan merupakan perubahan secara fisiologis sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu hak asasi manusia yang dijamin oleh

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun Oleh: M A R Y A T I J

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2007 dan

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEDOMAN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB IV PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan adalah masa yang unik dalam hidup seorang wanita, yaitu keadaan

BAB 1 PENDAHULUAN 3,4

Muslich Mahmud Eky S. Soeria Soemantri AFDOKGI

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menjawab kebutuhan kesehatan masyarakat di Indonesia (KKI, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. ortodontik berdasarkan kebutuhan fungsional dan estetik. Penggunaan alat

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, kebanyakan siswa tidak diajarkan bagaimana untuk belajar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sosial emosional. Masa remaja dimulai dari kira-kira usia 10 sampai 13 tahun dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. adalah memajukan kesejahteraan bangsa. Salah satunya adalah dalam bidang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. antar profesi kesehatan (IPE) pada bulan September 2013 setelah melalui

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehilangan gigi menyebabkan pengaruh psikologis, resorpsi tulang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan lulusan yang berkualitas pula.

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Astoeti, dkk. (2003) menyatakan bahwa sikap dan perilaku seseorang terhadap kesehatan gigi dan mulut dapat dilihat dari kebersihan gigi dan mulutnya. Seseorang yang memiliki kesehatan gigi dan mulut yang baik berarti telah mempraktekkan prinsip-prinsip kesehatan dalam kehidupan sehari-hari. Kebersihan gigi dan mulut yang kurang atau jelek menunjukkan bahwa prinsip-prinsip kesehatan belum dilaksanakan. Masalah kesehatan di negara-negara berkembang menyangkut dua aspek yaitu aspek fisik dan aspek non fisik. Aspek fisik menyangkut aspek nonperilaku (misal lingkungannya). Aspek non fisik menyangkut perilaku kesehatan (Maulana, 2009). Maulana (2009) menyatakan bahwa sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap tidak sama dengan perilaku dan perilaku tidak selalu mencerminkan sikap seseorang. Manifestasi sikap tidak dapat dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan. Ciri sikap yang terutama adalah memiliki arah, dan dengan arah ini sikap dapat bersifat positif atau negatif. Sikap positif mendekatkan diri seseorang pada objek, sedangkan sikap negatif menjauhkan diri dari objek (Budiharto, 2009). Perilaku merupakan hasil pengalaman dan proses interaksi dengan lingkungannya, yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan sehingga diperoleh keadaan seimbang antara kekuatan pendorong dan kekuatan penahan. Perilaku dibagi dua berdasarkan bentuk respon terhadap stimulus yaitu perilaku tertutup (convert behavior) dan perilaku terbuka (overt behavior). Perilaku 1

tertutup merupakan respon seseorang terhadap stimulus yang sifatnya masih tertutup (covert). Respon ini masih terbatas pada perhatian persepsi pengetahuan atau kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut. Perilaku terbuka merupakan respon seseorang terhadap stimulus yang bersifat terbuka dalam bentuk tindakan nyata, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat orang lain (Maulana, 2009). Budiharto (2009) menyatakan bahwa perilaku kesehatan adalah respons seseorang terhadap stimulus yang berhubungan dengan konsep sehat, sakit, dan penyakit. Perilaku kesehatan yang berupa pengetahuan dan sikap masih bersifat tertutup (covert behavior), sedangkan perilaku kesehatan yang berupa tindakan bersifat terbuka (overt behavior). Pengetahuan merupakan domain kognitif yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan (overt behavior). Perilaku mulai dibentuk dari pengetahuan atau ranah (domain) kognitif. Subjek atau individu mengetahui adanya rangsangan yang berupa materi atau objek di luar dirinya, kemudian terbentuk pengetahuan baru. Pengetahuan baru ini akan menimbulkan tanggapan batin dalam bentuk sikap subjek terhadap objek yang telah diketahui. Rangsangan yang telah diketahui dan disadari sepenuhnya akan menimbulkan tanggapan lebih jauh lagi berupa tindakan terhadap rangsangan. Sunaryo (2004) menyatakan bahwa secara luas pendidikan mencakup seluruh proses kehidupan individu sejak dalam ayunan hingga liang lahat, berupa interaksi individu dengan lingkungannya, baik secara formal maupun informal. Kegiatan formal maupun informal berfokus pada proses belajar mengajar, dengan tujuan agar terjadi perubahan perilaku, yaitu dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan dari tidak dapat menjadi dapat. 2

Mahasiswa FKG UGM program studi pendidikan dokter gigi yang meliputi jenjang akademik dan profesi yang dilaksanakan terpadu. Berdasarkan keputusan Menteri Pendidikan Nasional nomor : 232/U/2000 tentang Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa, batas waktu studi ditempuh 8 semester dan selama-lamanya 14 semester (FKG UGM, 2009). Kompetensi lulusan program studi pendidikan dokter gigi salah satunya adalah penguasaan ilmu pengetahuan kedokteran dan kedokteran gigi yang meliputi Ilmu Kedokteran Dasar, Ilmu Kedokteran Klinik, Ilmu Kedokteran Gigi Dasar, dan Ilmu Kedokteran Gigi Klinik. Ilmu-ilmu tersebut sebagai dasar profesionalisme serta pengembangan ilmu kedokteran gigi (FKG UGM, 2009). Tahun pertama jenjang akademik mahasiswa FKG UGM mendapatkan mata kuliah Ilmu Kesehatan Gigi Dasar, Ilmu Kedokteran Gigi Masyarakat, Ilmu Kedokteran Dasar, Ilmu Kedokteran Klinik. Tahun kedua jenjang akademik, mahasiswa mendapatkan mata kuliah Ilmu Kedokteran Dasar, Ilmu Kedokteran Klinik dan Ilmu Kedokteran Gigi Dasar, Ilmu Kedokteran Gigi Klinik, Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan. Mahasiswa FKG UGM yang menjalani tahun ketiga akan mendapatkan mata kuliah Ilmu Kedokteran Gigi Klinik, Ilmu Kedokteran Klinik. Mahasiswa pada tahun keempat ini juga melaksanakan KKN dan mulai menyusun skripsi (FKG UGM, 2009). Kompetensi utama seorang dokter gigi Indonesia salah satunya adalah memahami konsep perilaku kesehatan individu dan masyarakat di bidang kedokteran gigi. Seorang dokter gigi diharapkan mampu mengidentifikasi dan memotivasi perilaku hidup sehat individu dan masyarakat di bidang kesehatan gigi dan mulut individu serta masyarakat. Hal tersebut dapat dicapai apabila seorang dokter gigi 3

juga menerapkan metode pendekatan untuk mengubah perilaku kesehatan gigi dan mulut individu serta masyarakat (FKG UGM, 2009). Peker dan Alkurt (2009) menyatakan bahwa sikap dan perilaku dari penyedia kesehatan mulut terhadap kesehatan mulut mereka sendiri mencerminkan pemahaman mereka tentang pentingnya prosedur pencegahan penyakit gigi dan meningkatkan kesehatan mulut pasien mereka. Mahasiswa kedokteran gigi diharapkan menjadi contoh perilaku menjaga kesehatan gigi dan mulut yang baik. Mahasiswa kedokteran gigi harus menjadi contoh yang baik dari sikap dan perilaku kesehatan mulut yang positif untuk keluarga, pasien, dan teman-teman mereka (Neeraja, dkk., 2011). Mahasiswa kedokteran gigi juga harus menginstruksikan teman, anggota keluarga pasien mereka dan masyarakat untuk menjaga kesehatan mulut (Barrieshi-Nusair, dkk., 2006). Sikap dan perilaku kesehatan gigi menjadi lebih positif dan lebih baik dengan meningkatnya tingkat pendidikan (Barrieshi-Nusair, dkk., 2006). Peningkatan kesehatan mulut individu pada mahasiswa kedokteran gigi berhubungan dengan lama pendidikan mereka (Cortes, dkk., 2002). Penelitian yang dilakukan oleh Polychronopoulou, dkk. (2002) dan Kawamura, dkk. (2002) menunjukkan bahwa mahasiswa memiliki kesadaran kesehatan gigi yang rendah ketika mereka memulai pendidikan di perguruan tinggi. Kesadaran dan sikap kesehatan mulut mereka meningkat seiring dengan lama pendidikan yang dijalani. Hal tersebut sesuai dengan dengan teori yang menyatakan sikap dan perilaku kesehatan mulut meningkat secara signifikan pada pendidikan tahun keempat dan kelima (Polychronopoulou, dkk., 2002). 4

Kim, dkk. (2001) menyatakan sikap dan perilaku menjaga kesehatan gingiva ditemukan berbeda secara signifikan di tingkat pendidikan siswa kedokteran gigi. Perilaku kesehatan mulut siswa kedokteran gigi antar negara sangat berbeda karena perbedaan sistem pendidikan dan budaya (Kawamura, dkk., 2002). Penelitian ini penting dilakukan dengan harapan seorang mahasiswa kedokteran gigi mengetahui pentingnya sikap dan perilaku menjaga kesehatan gigi dan mulut dari tahun pertama sampai akhir perkuliahan. Atas dasar yang sudah diuraikan sebelumnya, penulis akan meneliti tentang perbedaan sikap dan perilaku kesehatan gigi dan mulut mahasiswa kedokteran gigi berdasarkan tingkat pendidikan. B. Keaslian Penelitian 1. Penelitian serupa pernah dilakukan oleh Kawamura, dkk. (2002) dengan judul Comparison of United States and Korean Dental Hygiene Students Using The Hiroshima University Dental Behavioural Inventory (HU-DBI). Variabel pengaruh pada penelitian Kawamura, dkk. (2002) adalah budaya dan variabel terpengaruh adalah sikap dan perilaku kesehatan gigi dan mulut. Pengukuran sikap dan perilaku kesehatan gigi dan mulut menggunakan kuesioner yang berjumlah 20 pernyataan. 2. Penelitian serupa pernah dilakukan oleh Dagli, dkk. (2008) dengan judul Self Reported Dental Health Attitude And Behavior of Dental Students in India. Variabel pengaruh pada penelitian Dagli, dkk. (2008) adalah jenis kelamin dan tingkat pendidikan. Variabel terpengaruh adalah sikap dan perilaku kesehatan 5

mulut. Pengukuran sikap dan perilaku kesehatan mulut menggunakan kuesioner yang berjumlah 20 pernyataan. 3. Penelitian serupa pernah dilakukan oleh Polychronopoulou dan Kawamura (2005) dengan judul Oral Self Care Behaviours : Comparing Greek and Japanese Dental Students. Variabel pengaruh pada penelitian Polychronopoulou dan Kawamura (2005) adalah budaya dan variabel terpengaruh adalah sikap dan perilaku kesehatan mulut. Pengukuran perilaku kesehatan mulut menggunakan kuesioner yang berjumlah 20 pernyataan. 4. Penelitian serupa pernah dilakukan oleh Azilah (2009) dengan judul Perbedaan Sikap dan Perilaku Terhadap Kesehatan Gigi dan Mulut Antara Mahasiswa Pria dan Wanita. Variabel pengaruh pada penelitian Azilah (2009) adalah jenis kelamin dan tingkat pendidikan. Variabel terpengaruh adalah sikap dan perilaku terhadap kesehatan gigi dan mulut. Pengukuran sikap dan perilaku terhadap kesehatan gigi dan mulut menggunakan kuesioner yang berjumlah 37 pernyataan. Perbedaan penelitian penulis dengan penelitian sebelumnya terletak pada variabel pengaruh, yaitu tingkat pendidikan mahasiswa FKG UGM. Variabel terpengaruh pada penelitian penulis adalah sikap dan perilaku kesehatan gigi dan mulut. Penulis melakukan penelitian di FKG UGM Yogyakarta. Peneliti mengukur sikap dan perilaku kesehatan gigi dan mulut menggunakan kuesioner modifikasi Hiroshima University Dental Behavioural Inventory (HU-DBI) yang berjumlah 12 pernyataan. 6

C. Perumusan Masalah Permasalahan yang dapat diajukan adalah: Apakah terdapat perbedaan sikap dan perilaku kesehatan gigi dan mulut mahasiswa kedokteran gigi berdasarkan tingkat pendidikan? D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan sikap dan perilaku kesehatan gigi dan mulut mahasiswa kedokteran gigi berdasarkan tingkat pendidikan. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain: 1. Memberikan informasi ilmiah mengenai perbedaan sikap dan perilaku kesehatan gigi dan mulut berdasarkan tingkat pendidikan sehingga dapat dilakukan usaha perubahan sikap dan perilaku kesehatan gigi dan mulut. 2. Sebagai bahan masukan dalam memberikan contoh sikap dan perilaku kesehatan gigi dan mulut yang positif untuk keluarga, pasien dan temanteman mereka. 3. Sebagai dasar penelitian selanjutnya mengenai perbedaan sikap dan perilaku kesehatan gigi dan mulut mahasiswa kedokteran gigi berdasarkan tingkat pendidikan. 7