BAB I PENDAHULUAN. (Bartle dan Sherbert, 1999:9). Misalnya diberikan fungsi f dan g dari R ke R,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan dari hasil penelitian ini diantaranya adalah : siswa dan terkait variasi informasi yang ada pada soal.

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang berkaitan dengan aljabar banyak ditemukan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dwi Wahyuni, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Nora Madonna, 2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Intan Cahyaningrum, 2015

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Khususnya di Indonesia matematika sudah diajarkan sejak dalam. pendidikan anak usia dini hingga sekolah menengah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dhias Mei Artanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DAFTAR ISI. ABSTRAK... ii. KATA PENGANTAR... iv. UCAPAN TERIMA KASIH... v. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL... viii. DAFTAR GAMBAR...

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan Desain Didaktis Luas Daerah Lingkaran Pada Pembelajaran Matematika SMP

2015 DESAIN DIDAKTIS SIFAT-SIFAT SEGIEMPAT UNTUK MENCAPAI LEVEL BERPIKIR GEOMETRI PENGELOMPOKKAN PADA SISWA SMP

2016 DESAIN DIDAKTIS KONSEP GARIS SINGGUNG LINGKARAN PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah et.al open ended

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tia Agnesa, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Adakalanya seorang siswa mengalami kesulitan walaupun dia telah

BAB I PENDAHULUAN. seluruh cabang matematika seperti Aljabar, Aritmatika, Analisis dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Miftahul Hidayah, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Panji Wiraldy, 2013

DESAIN DIDAKTIS KONSEP BARISAN DAN DERET ARITMETIKA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH MENENGAH ATAS

2015 DESAIN DIDAKTIS UNTUK MENGATASI LEARNING OBSTACLE TOPIK PERSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari seperti mengenal garis, bangun datar dan bangun ruang. Geometri

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. bermutu perlu mendapatkan penanganan yang lebih baik. wujud dari pangakuan bahwa matematika sangat dibutuhkan dalam pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. Secara tidak langsung banyak hal dalam kehidupan manusia bersentuhan

BAB I PENDAHULUAN. serta dapat bertingkah sesuai dengan norma-norma yang berlaku. melalui

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Learning Obstacle pada Konsep Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan

BILANGAN BERPANGKAT DAN BENTUK AKAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Putri Dewi Wulandari, 2013

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI KONSEP MODEL MATEMATIKA EKSTRIM FUNGSI MELALUI PROBLEM SOLVING KELAS XI (PTK SMA Islam Sudirman Ambarawa)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kritis, berkualitas dan mampu bersaing dalam era teknologi. Dewasa ini. membantu proses pembangunan disemua aspek kehidupan bangsa.

DESAIN BAHAN AJAR BERBASIS REPRESENTASI MATEMATIS PADA MATERI FUNGSI KOMPOSISI DAN FUNGSI INVERS SMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tri Aprianti Fauzia, 2015

MA3231. Pengantar Analisis Real. Hendra Gunawan, Ph.D. Semester II, Tahun

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL SEKOLAH MENENGAH PERTAMA / MADRASAH TSANAWIYAH TAHUN PELAJARAN 2017/2018. memahami

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dasar akan sangat membantu siswa dalam menghadapi pembelajaran. khususnya pada mata pelajaran matematika.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Feni Febrianti Kencanawati, 2013

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Desain Disaktis Persamaan Garis Lurus pada Pembelajaran Matematika di Sekolah Menengah Pertama

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. maka diperoleh kesimpulan, implikasi, dan rekomendasi dari hasil-hasil penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENGEMBANGAN KISI-KISI UJIAN SEMESTER GANJIL TAHUN 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Desain Didaktis Bahan Ajar Problem Solving pada Konsep Persamaan Linear Satu Variabel

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan Sistem Pendidikan Nasional dilaksanakan melalui tiga

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kompetensi agar menjadi manusia yang berkarakter baik secara intelektual,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

2015 DESAIN DIDAKTIS PERSAMAAN KUADRAT UNTUK SISWA SMP KELAS VIII

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

PROFIL HAMBATAN BELAJAR EPISTIMOLOGIS SISWA KELAS VIII SMP PADA MATERI TEKANAN ZAT CAIR MELALUI TES KEMAMPUAN RESPONDEN

1. PENDAHULUAN. berdasarkan pada fenomena alam. Ada tiga hal yang berkaitan dengan kimia

BAB III METODE PENELITIAN

LEMBAR AKTIVITAS SISWA INDUKSI MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup besar baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam

I. PENDAHULUAN. Karakteristik abad 21 berbeda dengan abad-abad sebelumnya. Pada abad 21 ini

BAB I PENDAHULUAN. mudah dari berbagai tempat di dunia, di sisi lain kita tidak mungkin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Wajib belajar 9 tahun menjadi kebutuhan mendasar bangsa Indonesia

Pengertian gabungan dua. himpunan. Menentukan gabungan dua. himpunan. Gambar diagram Venn gabungan dua himpunan

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang terdapat dalam UUSPN No. 20 tahun 2003 (Sagala, 2009:3)

BAB I PENDAHULUAN. individualitas, serta mempunyai cabang-cabang antara lain aritmatika, aljabar,

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran kimia SMA Al-Kautsar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rianti Aprilia, 2015

1. PENDAHULUAN. perkembangan ilmu dan teknologi suatu negara. Ketika suatu negara memiliki

BAB I PENDAHULUAN. upaya lapisan masyarakat terhadap setiap gerak langkah dan perkembangan dunia

BAB 1V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Setelah melakukan serangkaian kegiatan penelitian, pada bab ini akan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. desain didaktis yang berdasarkan pada hambatan pada proses pembelajaran yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang baik, di antaranya kemampuan pemecahan masalah; kemampuan. penalaran dan bukti; kemampuan komunikasi; kemampuan koneksi; dan

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan rumusan masalah serta pembahasan terhadap hasil-hasil penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

2015 D ESAIN D IDAKTIS UNTUK MENGEMBANGKAN KOMPETENSI SISWA TERHAD AP KONSEP SUD UT PAD A BANGUN RUANG BERD ASARKAN LEARNING TRAJECTORY

BAB 1 PENDAHULUAN. Matematika sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari maupun

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan siswa dalam memecahkan masalah, dimana kemampuan. memecahkan masalah itu sendiri dalam matematika adalah kemampuan siswa

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. pemerintah memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. SDM yang

SAP (1) PROGRAM STUDI : S-1 PGSD Bobot : 2 sks, T/P/L : 2/0/0

BAB I PENDAHULUAN. dan prinsip-prinsip yang saling berkaitan satu sama lain. Guru tidak hanya

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. A. Simpulan

KISI- KISI UJI KOMPETENSI GURU (UKG)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang

I. PENDAHULUAN. yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, maupun prinsip-prinsip saja tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika

I. PENDAHULUAN. artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang. segenap aspek organisme atau pribadi. Kegiatan pembelajaran seperti

BAB I PENDAHULUAN. tuntut agar selalu dapat aktif berpikir, kreatif dan kritis dalam menghadapi semua

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menentukan komposisi dua fungsi merupakan salah satu kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh siswa SMA kelas XI. Pada dasarnya komposisi fungsi dapat dianalogikan ke dalam kejadian sehari-hari. Salah satunya yaitu perjalanan dari Bandung menuju Lampung, dengan fungsi-fungsi pembentuknya adalah perjalanan dari Bandung ke Pelabuhan Merak menggunakan bis dan juga perjalanan dari Pelabuhan Merak ke Pelabuhan Bakauheni, Lampung, menggunakan Kapal Very. Dalam matematika, komposisi dua fungsi dinotasikan dengan g f yaitu jika f: A B dan g: B C, dan jika R f D g = B, maka komposisi fungsi g f adalah fungsi dari A ke C yang didefinisikan oleh g f x = g f x, x A. (Bartle dan Sherbert, 1999:9). Misalnya diberikan fungsi f dan g dari R ke R, yang didefinisikan oleh f x = 3x dan g x = 2x + 1. 1 Karena D g = R dan R f R = D g, maka D g f = R, akibatnya g f x = g f x = 2 f x + 1 = 2 3x + 1 = 6x + 1, x R. Dalam mempelajari komposisi fungsi, terdapat peluang dimana setiap siswa mengalami kesulitan atau hambatan belajar. Hal ini selaras dengan penelitian awal yang peneliti lakukan mengenai learning obstacle pada pokok bahasan komposisi fungsi. Berdasarkan penelitian awal, ditemukan bahwa pada umumnya siswa tidak memahami bahwa hasil dari komposisi dua fungsi adalah sebuah fungsi dan siswa juga hanya mampu menentukan komposisi dua fungsi tanpa memperhatikan syarat kedua fungsi dapat ditentukan. Selain itu juga ditemukan bahwa siswa masih mengalami kesulitan menentukan fungsi pembentuk komposisi fungsi. Secara khusus, terdapat empat bentuk kesulitan belajar (learning obstacle) mengenai pokok bahasan komposisi fungsi (Agustiani, 2012). Learning obstacle yang pertama yaitu siswa tidak memiliki concept image tentang komposisi fungsi. Dalam hal ini, siswa tidak memahami bagaimana suatu fungsi dapat

2 dikomposisikan, akibatnya terdapat beberapa siswa yang menganggap bahwa komposisi adalah perkalian. Hal ini terlihat pada saat menentukan fungsi pembentuk fungsi komposisi, sebagian siswa membagi fungsi komposisinya dengan fungsi pembentuk yang diketahui. Siswa juga mengalami kesulitan dalam menentukan komposisi tiga buah fungsi, karena pengetahuan siswa yang terbatas pada mengkomposisikan dua buah fungsi. Learning Obstacle kedua yaitu kemampuan analisis dan mengkonstruksi soal. dalam menentukan fungsi pembentuk komposisi fungsi. Kesulitan siswa dalam menentukan fungsi pembentuk komposisi fungsi juga dikarenakan siswa tidak memiliki concept image tentang komposisi fungsi. Learning Obstacle yang ketiga terkait dengan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita. Siswa kesulitan dalam memahami maksud soal jika soalnya berbentuk soal cerita. Learning obstacle yang terakhir terkait dengan kemampuan siswa dalam penggunaan konsep matematis lain. Learning obstacle ini muncul dikarenakan masih banyak siswa mengalami kesalahan dalam perhitungan aljabar, seperti keliru dalam menentukan kuadrat jumlah dua bilangan dan dalam penjumlahan bilangan bulat. Untuk meminimalisir kesulitan siswa dalam mempelajari komposisi fungsi, maka dibutuhkan perencanaan yang tertuang dalam desain didaktis. Desain didaktis merupakan suatu rancangan bahan ajar yang disusun berdasarkan penelitian mengenai learning obstacle suatu materi pembelajaran matematika dengan harapan dapat menjembatani untuk mengurangi kesulitan yang dialami siswa dalam pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Sebelum mengimplementasikan desain didaktis, guru harus memikirkan model pembelajaran yang sesuai yang akan digunakan, harus menyusun bagaimana cara penyampaiannya agar pemahaman yang dimiliki siswa tidak terbatas pada contoh, mempertimbangkan keragaman kemampuan intelektual siswa khususnya dalam matematika, serta mempertimbangkan letak geografis tempat tinggal siswa. Pembelajaran juga harus diusahakan agar tidak terlalu berpusat pada guru. Kebanyakan siswa biasanya hanya meniru apa yang

3 dicontohkan oleh guru. Sehingga ketika diberikan masalah yang tidak biasa, siswa cenderung akan kesulitan dalam menyelesaikannya. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru dan pengamatan selama melakukan observasi awal di kelas VII Akselerasi SMP Negeri 5 Bandung, Ardhyani (2010:11) mengungkapkan bahwa, pembelajaran matematika masih berpusat pada guru. Belum terlihat tindakan guru dalam memfasilitasi siswa untuk mengeksplorasi berbagai alternatif penyelesaian, sehingga siswa belum mengoptimalkan kemampuan berpikirnya. Karena pada hakikatnya mengajar tidak hanya tampil di depan kelas, tetapi juga melakukan perencanaan dan evaluasi berkelanjutan yang prosesnya memerlukan kerangka kerja yang benar. Berdasarkan hal tersebut, peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian mengenai Desain Didaktis Konsep Komposisi Fungsi Pada Pembelajaran Matematika SMA. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalahnya dapat dijabarkan sebagai berikut. 1. Bagaimana desain didaktis yang dapat mengatasi learning obstacle yang dialami siswa dalam mempelajari komposisi fungsi? 2. Bagaimana implementasi desain didaktis tersebut pada pembelajaran matematika konsep komposisi fungsi? 3. Apakah desain didaktis tersebut efektif dalam mengatasi learning obstacle yang dialami siswa dalam mempelajari komposisi fungsi? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, tujuan dari penelitian ini yaitu: 1. Menyusun desain didaktis yang dapat mengatasi learning obstacle yang dialami siswa dalam mempelajari komposisi fungsi. 2. Mengetahui implementasi desain didaktis pada pembelajaran matematika konsep komposisi fungsi.

4 3. Mengetahui efektivitas dari desain didaktis yang telah dibuat dalam mengatasi learning obstacle yang dialami siswa dalam mempelajari komposisi fungsi. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai kalangan berikut. 1. Bagi siswa, diharapkan kesulitan belajar yang dialami siswa dalam mempelajari konsep komposisi fungsi dapat berkurang. 2. Bagi guru matematika, diharapkan guru dapat berkreasi dalam menyusun bahan ajar dengan mempertimbangkan kesulitan belajar yang dialami siswa. 3. Bagi peneliti, menambah wawasan dalam menyusun desain didaktis sehingga dapat meningkat profesionalisme sebagai calon guru. 4. Bagi peneliti lain, diharapkan menjadi rujukan untuk melakukan penelitian yang serupa dengan konsep matematika yang lain. E. Struktur Organisasi Skripsi ini terdiri dari beberapa bab, dengan struktur organisasi sebagai berikut: 1. BAB I Pendahuluan, berisikan tentang gambaran isi skripsi, yang terdiri dari; latar belakang yang berisikan alasan melakukan penelitian, rumusan masalah sebagai batasan dan kerangka penelitian dan penulisan skripsi, tujuan dan manfaat penelitian, serta struktur organisasi yang berisi tentang urutan dan bagian bab dalam skripsi ini. 2. BAB II Kajian Pustaka, berisikan tentang konsep dan teori yang digunakan dalam penelitian dan penyusunan skripsi. 3. BAB III Metode Penelitian, berisi penjelasan mengenai metode penelitian yang meliputi; metode penelitian yang digunakan, desain penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, dan analisis data. 4. BAB IV Hasil dan Pembahasan, berisikan hasil penelitian yang diperoleh berdasarkan rumusan masalah, serta pembahasan yang dikaitkan dengan kajian pustaka.

5 5. BAB V Penutup, berisikan kesimpulan dan saran yang berkenaan dengan hasil penelitian. 6. Daftar Pustaka, memuat semua sumber terlutis yang digunakan dalam penulisan skripsi. 7. Lampiran, memuat semua dokumen yang digunakan selama penelitian dan berkaitan dengan hasil penelitian, diantaranya yaitu: desain didaktis, prediksi respon siswa, hasil implementasi, hasil jawaban desain didaktis siswa, instrumen learning obstacle, kunci jawaban learning obstacle, dan lembar jawaban instrumen learning obstacle siswa.