BAB III DEFINISI DAN PRINSIP KERJA TRAFO ARUS (CT)

dokumen-dokumen yang mirip
1.3. Current Transformer (CT)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

CURRENT TRANSFORMER DAN POTENSIAL TRANSFORMER

II. TINJAUAN PUSTAKA. Transformator merupakan suatu peralatan listrik yang berfungsi untuk

BAB IV HASIL DAN ANALISA A. Pengujian Trafo Arus Proteksi dan Metering Lulus Uji (Passed) Trafo Arus Proteksi 300A/5A 5P-15 (Passed)...

BAB IV PEMBAHASAN. P 1 P 2. Gambar 4.1 Rangkaian Pengujian Rasio Trafo Arus S 2 S 1. Alat Uji Arus 220 V

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB

D. Relay Arus Lebih Berarah E. Koordinasi Proteksi Distribusi Tenaga Listrik BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN B. SARAN...

III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

TRANSFORMATOR ARUS DAN PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR ARUS PADA PT. PLN (PERSERO) P3B REGION JAWA TENGAH & DIY UPT SEMARANG GIS 150kV SIMPANG LIMA

R A N S F O R M A T O R A R U S D : P D M / P G I

PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR ARUS (CURRENT TRANSFORMER / CT)

UNIT 1 TRAFO INSTRUMEN PRE-TEST UNIT

BAB II DASAR TEORI. Sistem proteksi adalah sistem yang memisahkan bagian sistem yang. b. Melepaskan bagian sistem yang terganggu (fault clearing)

TRANSFORMATOR ARUS DAN PEMELIHARAANNYA PADA GARDU INDUK 150 kv SRONDOL PT. PLN (PERSERO) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UPT SEMARANG

Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia Abstrak

BAB III PENGAMANAN TRANSFORMATOR TENAGA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENENTUAN VECTOR GROUP

BAB III METODOLOGI. 3.2 Tahap Pelaksanaan Penyusunan Laporan Akhir

Institut Teknologi Padang Jurusan Teknik Elektro BAHAN AJAR SISTEM PROTEKSI TENAGA LISTRIK. TATAP MUKA X&XI. Oleh: Ir. Zulkarnaini, MT.

STUDI PERENCANAAN PENGGUNAAN PROTEKSI POWER BUS DI PT. LINDE INDONESIA GRESIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

47 JURNAL MATRIX, VOL. 7, NO. 2, JULI 1971

Teknik Tenaga Listrik (FTG2J2)

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti

BAB III PROTEKSI TRANSFORMATOR DAYA

BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK. Gambar 2.1 Gardu Induk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

INSTRUMENT TRANSFORMERS. 4.1 Pendahuluan

PEMELIHARAAN TRAFO ARUS (CT) PADA PADA GARDU INDUK KRAPYAK 150 KV PT. PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI APP SEMARANG

LANDASAN TEORI Sistem Tenaga Listrik Tegangan Menengah. adalah jaringan distribusi primer yang dipasok dari Gardu Induk

BAB II HARMONISA PADA GENERATOR. Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang

TUGAS MAKALAH PERALATAN SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PEMBAHASAN RELAY DEFERENSIAL DAN RELEY DEFERENSIAL GRL 150

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING

Pengujian Transformator

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TRANSFORMATOR. sistem ketenagalistrikan. Transformator adalah suatu peralatan listrik. dan berbanding terbalik dengan perbandingan arusnya.

Komponen Sistem Proteksi 1. Peralatan Utama Sistem Proteksi Sistem proteksi pada sistem tenaga didukung oleh beberapa peralatan utama.

BAB 2 GANGGUAN HUBUNG SINGKAT DAN PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK

Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu

PEMELIHARAAN TRAFO ARUS (CT) PADA PADA GARDU INDUK 150 KV PT. PLN (PERSERO) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UNIT PELAYANAN TRANSMISI SEMARANG

TRANSFORMATOR. Bagian-bagian Tranformator adalah : 1. Lilitan Primer 2. Inti besi berlaminasi 3. Lilitan Sekunder

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV OPTIMALISASI BEBAN PADA GARDU TRAFO DISTRIBUSI

TRAFO TEGANGAN MAGNETIK

BAB II TRANSFORMATOR. elektromagnet. Pada umumnya transformator terdiri atas sebuah inti yang terbuat

BAB III SISTEM PROTEKSI TEGANGAN TINGGI

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN. panasbumi Unit 4 PT Pertamina Geothermal Energi area Kamojang yang. Berikut dibawah ini data yang telah dikumpulkan :

LAPORAN AKHIR GANGGUAN OVERLOAD PADA GARDU DISTRBUSI ASRAMA KIWAL

Sudaryatno Sudirham. Analisis Keadaan Mantap Rangkaian Sistem Tenaga

PENGARUH INSTRUMENT PENGUKURAN PADA METER TRANSAKSI TENAGA LISTRIK

ANALISA SETTING RELAI PENGAMAN AKIBAT REKONFIGURASI PADA PENYULANG BLAHBATUH

waktu. Gaya gerak listrik (ggl) lawan akan dibangkitkan sesuai persamaan: N p dt Substitute Φ = N p i p /R into the above equation, then

BAB II TRANSFORMATOR. magnet dan berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik.

Ground Fault Relay and Restricted Earth Faulth Relay

BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR)

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN. fasa dari segi sistim kelistrikannya maka dilakukan pengamatan langsung

L/O/G/O RINCIAN PERALATAN GARDU INDUK

PEMILIHAN CT UNTUK PENINGKATAN KINERJA PROTEKSI DAN PENGUKURAN

BAB III PENGAMBILAN DATA

BAB III SISTEM KELISTRIKAN MOTOR INDUKSI 3 PHASA. 3.1 Rangkaian Ekivalen Motor Induksi Tiga Fasa

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISA DATA. 4.1 ETAP (Electrical Transient Analyzer Program) Vista, 7, dan 8. ETAP merupakan alat analisa yang komprehensif untuk

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV MENENTUKAN KAPASITAS LIGHTNING ARRESTER

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Umum. Motor arus searah (motor DC) ialah suatu mesin yang berfungsi mengubah

Analisa Relai Arus Lebih Dan Relai Gangguan Tanah Pada Penyulang LM5 Di Gardu Induk Lamhotma

BAB VI. RELE DIFFERENTIAL

BAB III KWH METER SEBAGAI ALAT UKUR ENERGI LISTRIK. dan ampermeter. Jika V volt yang ditunjukkan oleh voltmeter dan I amper yang

BAB II DASAR TEORI. Motor asinkron atau motor induksi biasanya dikenal sebagai motor induksi

Oleh: Sudaryatno Sudirham

BAB II LANDASAN TEORI

RANCANGBANGUN TRANSFORMATOR STEP UP

BAB III KEBUTUHAN GENSET

ANALISA TROUBLE DIFFERENTIAL RELAY TERHADAP TRIP CB ( CIRCUIT BREAKER ) 150 KV TRANSFORMATOR 30 MVA PLTGU PANARAN

atau pengaman pada pelanggan.

Pertemuan ke : 4 Bab. III

BAB II GENERATOR SINKRON. bolak-balik dengan cara mengubah energi mekanis menjadi energi listrik. Energi

Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2)

TUGAS AKHIR ANALISA DAN SOLUSI KEGAGALAN SISTEM PROTEKSI ARUS LEBIH PADA GARDU DISTRIBUSI JTU5 FEEDER ARSITEK

BAB II LANDASAN TEORI

Dasar Teori Generator Sinkron Tiga Fasa

TRANSFORMATOR TEGANGAN DAN PEMELIHARAANYA PADA PT. PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN REGION JAWA TENGAH & DIY

BAB I PENDAHULUAN. yang dipakai adalah tegangan dan arus bolak-balik ( AC). Sedangkan tegangan dan arus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I DASAR TEORI I. TRANSFORMATOR

BAB IV 4.1. UMUM. a. Unit 1 = 100 MW, mulai beroperasi pada tanggal 20 januari 1979.

BAB IV ANALISIA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Koordinasi Proteksi Pada Gardu Induk Wonosobo. Gardu induk Wonosobo mempunyai pengaman berupa OCR (Over Current

BAB II DASAR TEORI. searah. Energi mekanik dipergunakan untuk memutar kumparan kawat penghantar

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. induk agar keandalan sistem daya terpenuhi untuk pengoperasian alat-alat.

Transkripsi:

BAB III DEFINISI DAN PRINSIP KERJA TRAFO ARUS (CT) 3.1 Definisi Trafo Arus 3.1.1 Definisi dan Fungsi Trafo Arus (Current Transformator) yaitu peralatan yang digunakan untuk melakukan pengukuran besaran arus pada intalasi tenaga listrik disisi primer (TET, TT dan TM) yang berskala besar dengan melakukan transformasi dari besaran arus yang besar menjadi besaran arus yang kecil secara akurat dan teliti untuk keperluan pengukuran dan proteksi. Sistem pengukuran besaran listrik pada jaringan tenaga listrik yang berkapasitas besar, harus menggunakan trafo pengukuran, yaitu trafo arus (current transformer) untuk besaran arus dan trafo tegangan (potential transformer) untuk besaran tegangan dan merubahnya menjadi besaran pengukuran (sekunder). Dengan besaran sekunder ini, maka peralatan ukur (meter dan proteksi) dapat dirancang lebih fleksibel, sehingga hasil pengukurannya lebih akurat dan presisi. 26

27 Trafo arus adalah trafo yang dirancang khusus untuk fungsi pengukuran arus pada rangkaian primer dan mengkonversinya menjadi besaran sekunder. Fungsi trafo arus (CT) Mengkonversi besaran arus pada sistem tenaga listrik dari besaran primer menjadi besaran sekunder untuk keperluan sistem metering dan proteksi. Mengisolasi rangkaian sekunder terhadap rangkaian primer. Standarisasi besaran sekunder, yaitu 1 A, 2 A dan 5 A. 3.1.2 Prinsip Kerja Trafo Arus Prinsip kerja trafo arus adalah sebagai berikut : N 1 N 2 P 1 P 2 S 1 I 1 I 2 S 2 Gambar 3.1 Rangkaian pada Trafo Arus Untuk trafo yang dihubung singkat: I 1 N1 I 2 N2 (3.1) Untuk trafo pada kondisi tidak berbeban: E1 N 1 (3.2) E 2 N 2

28 Keterangan: N N 1 a, (3.3) 2 I1 I 2 sehingga 1 N2 N, N jumlah lilitan primer, dan 1 N jumlah lilitan sekunder. 2 Adapun rangkaian ekivalen trafo arus adalah sebagai berikut : I 1 Z 1 I 2 Z 2 U 1 I 0 E 2 I 2 I 2 Z b = U 2 Gambar 3.2 Rangkaian Ekivalen Tegangan induksi pada sisi sekunder adalah E2 4, 44 B A f N2 Volt (3.4) Tegangan jepit rangkaian sekunder adalah E2 I 2 Z 2 Z b Volt (3.5) Z b Z Z Volt (3.6) kawat inst Dalam aplikasinya harus dipenuhi U1 U 2 Keterangan: B A = kerapatan fluksi (tesla), = luas penampang (m²),

29 f = frekuensi (Hz), N 2 = jumlah lilitan sekunder, U 1 = tegangan sisi primer, U 2 = tegangan sisi sekunder, Z b = impedansi/tahanan beban trafo arus, Z kawat = impedansi/tahanan kawat dari terminasi CT ke instrumen, dan Z inst = impedansi/tahanan internal instrumen, misalnya relai proteksi atau peralatan meter. Diagram Fasor Arus dan Tegangan pada Trafo Arus (CT) U 1 I 1 Z 1 E I 2 Z 2 U 2 I O I 1 I 2 I O Ø I m Gambar 3.3 Diagram Fasor Arus dan Tegangan pada Trafo Arus

30 3.1.3 Aplikasi Trafo Arus Berdasarkan penggunaan, trafo arus dikelompokkan menjadi dua kelompok dasar, yaitu; trafo arus metering dan trafo arus proteksi. a. Trafo Arus Metering Trafo arus pengukuran untuk metering memiliki ketelitian tinggi pada daerah kerja (daerah pengenalnya) antara 5% - 120% arus nominalnya, tergantung dari kelas dan tingkat kejenuhan. Tingkat kejenuhan trafo arus metering relatif lebih rendah dibandingkan trafo arus proteksi. Penggunaan trafo arus pengukuran untuk Amperemeter, Watt-meter, VARh-meter, Energi meter dan cos meter. b. Trafo Arus Proteksi Trafo arus proteksi memiliki ketelitian tinggi sampai arus yang besar yaitu pada saat terjadi gangguan, dimana arus yang mengalir mencapai beberapa kali dari arus pengenalnya dan trafo arus proteksi mempunyai tingkat kejenuhan cukup tinggi. Penggunaan trafo arus proteksi untuk relai arus lebih (OCR dan GFR), relai beban lebih, relai diferensial, relai daya dan relai jarak. Perbedaan mendasar trafo arus pengukuran dan proteksi adalah pada titik saturasinya seperti pada kurva saturasi dibawah (Gambar 3).

31 V proteksi metering I Gambar 3.4 Kurva kejenuhan CT untuk Metering dan Proteksi Trafo arus untuk metering dirancang supaya lebih cepat jenuh dibandingkan trafo arus proteksi sehingga konstruksinya mempunyai luas penampang inti yang lebih kecil ( Gambar 3). A1 CT Metering A2 CT Proteksi Gambar 3.5 Luas Penampang Inti Trafo Arus

32 3.1.4 Klasifikasi Arus Lebih 3.1.4.1 Trafo Arus Berdasarkan Konstruksi Belitan Primer Berdasarkan konstruksi belitan primer trafo arus terbagi menjadi dua seperti pada Gambar 3 dan Gambar 3 berikut. a. Sisi primer batang (bar primary) Gambar 3.6 Bar Primary b. Sisi primer lilitan (wound primary). Gambar 3.7 Wound Primary

33 3.1.4.2 Trafo Arus Berdasarkan Kontruksi Jenis Inti Berdasarkan konstruksi jenis inti, trafo arus dibagi menjadi dua kelompok: a. Trafo Arus dengan Inti Besi Trafo arus dengan inti besi adalah trafo arus yang umum digunakan, pada arus yang kecil (jauh dibawah nilai nominal) terdapat kecenderungan kesalahan dan pada arus yang besar (beberapa kali nilai nominal) trafo arus akan mengalami saturasi. b. Trafo Arus dengan Inti bukan Besi Trafo arus dengan inti bukan besi tidak memiliki saturasi dan rugi histerisis, transformasi dari besaran primer ke besaran sekunder adalah linier di seluruh jangkauan pengukuran, contohnya adalah koil rogowski (rogowski coil ). 3.1.4.3 Trafo Arus Berdasarkan Jenis Isolasi Berdasarkan jenis isolasinya, trafo arus dibagi menjadi dua kelompok: a. Trafo Arus Isolasi Minyak Trafo arus isolasi minyak banyak digunakan pada pengukuran arus tegangan tinggi, umumnya digunakan pada pasangan di luar ruangan (outdoor) misalkan trafo arus tipe bushing yang digunakan pada pengukuran arus penghantar tegangan 70 kv dan 150 kv. b. Trafo Arus Kering Trafo arus kering biasanya digunakan pada tegangan menengah, umumnya digunakan pada pasangan dalam ruangan (indoor) misalnya trafo

34 arus cast resin, trafo arus tipe cincin yang digunakan pada kubikel penyulang 20 kv. 3.1.4.4 Trafo Arus Berdasarkan Pemasangan Berdasarkan lokasi pemasangannya, trafo arus dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: a. Trafo Arus Pemasangan Luar Ruangan (outdoor) Trafo arus pemasangan luar ruangan memiliki konstruksi fisik yang kokoh, isolasi yang baik, biasanya menggunakan isolasi minyak untuk rangkaian elektrik internal dan bahan keramik/porcelain untuk isolator eksternal. Gambar 3.8 Trafo Arus Pemasangan Luar Ruangan b. Trafo Arus Pemasangan dalam Ruangan (indoor) Trafo arus pemasangan dalam ruangan biasanya memiliki ukuran yang lebih kecil dari pada trafo arus pemasangan luar ruangan, menggunakan isolator dari bahan resin.

35 Gambar 3.9 Trafo Arus Pemasangan Dalam Ruangan 3.1.4.5 Trafo Arus Berdasarkan Rasio Transformasi a. Rasio Tunggal (Single Ratio) Contoh rasio trafo arus: 150 300 / 5 A, 150 300 / 5 5 A 400 800 1600 / 5 A, 400 800 1600 / 5 5 5 A. P 1 P 2 300/5 A 300/5 A 1S 1 1S 2 2S 1 2S 2 Gambar 3.1 Trafo Arus Rasio Tunggal 150 300 / 5 5 A b. Rasio Ganda (Double Ratio) Contoh rasio trafo arus: 150 300 / 5 A dan 1000 2000 / 5 A, 800 1600 / 5 A dan 1000 2000 / 5 A.

36 P 1 P 2 1600/5 A 1600/5 A 1600/5 A 2000/5 A 1S 1 1S 2 2S 1 2S 2 3S 1 3S 2 4S 1 4S 2 Gambar 3.2 Trafo Arus Rasio Ganda 800-1600 / 5-5-5 A dan 1000-2000 /5 A 3.1.4.6 Trafo Arus Berdasarkan Jumlah Inti pada Sekunder a. Trafo Arus dengan Inti Tunggal (Single Core) Contoh: 150 300 / 5 A, 200 400 / 5 A, atau 300 600 / 1 A. b. Trafo Arus dengan Inti Banyak (Multi Core) Trafo arus dengan inti banyak dirancang untuk berbagai keperluan yang mempunyai sifat pengunaan yang berbeda dan untuk menghemat tempat. Contoh: Trafo arus 2 (dua) inti 150 300 / 5 5 A (Gambar 10). Penandaan primer: P 1 -P 2 Penandaan sekunder inti ke-1: 1S 1-1S 2 (untuk metering) Penandaan sekunder inti ke-2: 2S 1-2S 2 (untuk proteksi)

37 P 1 P 2 300/5 A 300/5 A 1S 1 1S 2 2S 1 2S 2 Gambar 3.3 Trafo Arus dengan 2 Inti Trafo arus 4 (empat) inti 800 1600 / 5 5 5 5 A (Gambar 3.4). Penandaan primer: P 1 -P 2 Penandaan sekunder inti ke-1: 1S 1-1S 2 (untuk metering) Penandaan sekunder inti ke-2: 2S 1-2S 2 (untuk relai arus lebih) Penandaan sekunder inti ke-3: 3S 1-3S 2 (untuk relai jarak) Penandaan sekunder inti ke-4: 4S 1-4S 2 (untuk proteksi rel) Trafo arus 4 (empat) inti 800 1600 / 5 5 5 5 A P 1 P 2 1600/5 A 1600/5 A 1600/5 A 1600/5 A 1S 1 1S 2 2S 1 2S 2 3S 1 3S 2 4S 1 4S 2 Gambar 3.4 Trafo Arus dengan 4 Inti

38 3.1.4.7 Trafo Arus Berdasarkan Pengenal Trafo arus memiliki dua pengenal, yaitu pengenal primer dan sekunder. Pengenal primer yang biasanya dipakai adalah 150, 200, 300, 400, 600, 800, 900, 1000, 1200, 1600, 1800, 2000, 2500, 3000 dan 3600. Pengenal sekunder yang biasa dipakai adalah 1 A, 2 A dan 5 A. Berdasarkan pengenalnya, trafo arus dapat dibagi menjadi: a. Trafo Arus dengan Dua Pengenal Primer - Primer paralel Contoh: CT dengan rasio 800 1600 / 1 A. Untuk hubungan primer paralel, maka didapat rasio CT 600 / 5 A, (Gambar 3.5). P 1 P 2 P 1 P 2 S 1 S 2 S 1 S 2 Hubung Paralel Hubung Seri Gambar 3.5 Hubungan Paralel dan Seri pada Trafo Arus Primer seri Contoh: CT 800 1600 / 1 A Untuk hubungan primer seri, maka didapat rasio CT 800 / 1 A, (lihat Gambar 3.5).

39 b. Trafo Arus Multi Rasio/Sekunder Tap Trafo arus multi rasio memiliki rasio tap yang merupakan kelipatan dari tap yang terkecil, umumnya trafo arus memiliki dua rasio tap, namun ada juga yang memiliki lebih dari dua tap (lihat Gambar 3.6). Contoh: Trafo arus dengan dua tap: 300 600 / 5 A Pada Gambar 13.a., S 1 -S 2 = 300 / 5 A, S 1 -S 3 = 600 / 5 A. Trafo arus dengan tiga tap: 150 300 600 / 5 A Pada Gambar 13.b., S 1 -S 2 = 150 / 5 A, S 1 -S 3 = 300 / 5 A, S 1 -S 4 = 600 / 5 A. P 1 P 2 P 1 P 2 S 1 S 2 S 3 S 1 S 2 S 3 S 4 CT Sekunder 2 Tap CT Sekunder 3 Tap Gambar 3.6 Trafo Arus Multi Rasio/Sekunder Tap 3.1.5 Pengenal (Rating) Trafo Arus 3.1.5.1 Pengenal Beban (Rated Burden) Pengenal beban adalah pengenal dari beban trafo arus dimana akurasi trafo arus masih bisa dicapai dan dinyatakan dalam satuan VA. Umumnya bernilai 2.5, 5, 7.5, 10, 15, 20, 30 dan 40 VA.

40 3.1.5.2 Pengenal Arus Kontinyu (Continuous Rated Current) Pengenal arus kontinyu adalah arus primer maksimum yang diperbolehkan mengalir secara terus-menerus (arus nominal). Umumnya dinyatakan pada pengenal trafo arus, contoh: 300 / 5 A. 3.1.5.3 Pengenal Arus Sesaat (Instantaneous Rated Current) Pengenal arus sesaat atau sering disebut short time rated current adalah arus primer maksimum (dinyatakan dalam nilai rms) yang diperbolehkan mengalir dalam waktu tertentu dengan sekunder trafo arus terhubung singkat sesuai dengan tanda pengenal trafo arus (nameplate), contoh: I th = 31.5 ka / 1 s. 3.1.5.4 Pengenal Arus Dinamik (Dynamic Rated Current) Pengenal arus dinamik adalah perbandingan I I peak rated, dimana I peak adalah arus puncak primer maksimum trafo arus yang diijinkan tanpa menimbulkan kerusakan dan I rated adalah arus nominal primer trafo arus, contoh: I dyn = 40 ka. 3.1.6 Kesalahan Trafo Arus Pada trafo arus dikenal 2 jenis kesalahan, yaitu: 3.1.6.1. Kesalahan Perbandingan/Rasio Kesalahan perbandingan/rasio trafo arus berdasarkan IEC 185/1987 adalah kesalahan besaran arus karena perbedaan rasio pengenal trafo arus dengan rasio sebenarnya dinyatakan dalam:

41 KT I S I P 100%, (3.7) I P Keterangan: = kesalahan rasio trafo arus (%), K T = pengenal rasio trafo arus, I P = arus primer aktual trafo arus (A), dan I S = arus sekunder aktual trafo arus (A) 3.1.6.2 Kesalahan Sudut Fasa Kesalahan sudut fasa adalah kesalahan akibat pergeseran fasa antara arus sisi primer dengan arus sisi sekunder. Kesalahan sudut fasa akan memberikan pengaruh pada pengukuran berhubungan dengan besaran arus dan tegangan, misalnya pada pengukuran daya aktif maupun daya reaktif, pengukuran energi dan relai arah. Kesalahan sudut fasa dibagi menjadi dua nilai, yaitu: Bernilai positif (+) jika sudut fasa I S mendahului I P Bernilai negatif ( ) jika sudut fasa I S tertinggal I P I S Sudut fasa (δ 1 ) negatif I P Sudut fasa (δ 1 ) positif Gambar 3.7 Kesalahan Sudut Trafo Arus

42 3.1.7 Kesalahan Komposit (Composite Error) Kesalahan komposit (%) berdasarkan IEC 185 merupakan nilai rms dari kesalahan trafo arus yang ditunjukkan oleh persamaan berikut: Keterangan: T 0 E 1 1 2 C KT is ip dt 100% I T, (3.8) P E C = kesalahan komposit (%), I P T = arus primer (A), = periode (detik), K T = pengenal rasio trafo arus, i S = arus sesaat sekunder (A), dan i P = arus sesaat primer (A). 3.1.8 Ketelitian/Akurasi Trafo Arus Ketelitian trafo arus dinyatakan dalam tingkat kesalahannya. Semakin kecil kesalahan sebuah trafo arus, semakin tinggi tingkat ketelitian/akurasinya. 3.1.8.1. Batas Ketelitian Arus Primer (Accuracy Limit Primary Current) Batas ketelitian arus primer adalah batasan kesalahan arus primer minimum dimana kesalahan komposit dari trafo arus sama atau lebih kecil dari 5% atau 10% pada saat sekunder dibebani arus pengenalnya.

43 3.1.8.2 Faktor Batas Ketelitian (Accuracy Limit Factor / ALF) Faktor batas ketelitian disebut juga faktor kejenuhan inti adalah batasan perbandingan nilai arus primer minimum terhadap arus primer pengenal dimana kesalahan komposit dari trafo arus sama atau lebih kecil dari 5% atau 10% pada sekunder yang dibebani arus pengenalnya. ALF merupakan perbandingan dari I I primer rated Contoh: CT 5P20 dengan rasio 300 / 1 A, artinya accuracy limit factor (ALF) = 20, maka batas ketelitian trafo arus tersebut adalah : 5% pada nilai 20 x Arus pengenal primer atau 5% * 300 A pada pengukuran arus primer 20 * 300 A, atau 15 A pada pengukuran arus primer 6000 A. 3.1.8.3 Kelas Ketelitian Trafo Arus Metering Trafo arus metering memiliki ketelitian tinggi untuk daerah pengukuran sampai 1,2 kali nominalnya. Daerah kerja trafo arus metering antara : 0.1 1.2 x I N trafo arus. Kelas ketelitian trafo arus metering dinyatakan dalam prosentase kesalahan rasio pengukuran baik untuk arus maupun pergeseran sudut fasa, seperti pada Tabel 3 dan Tabel 3. di bawah ini.

44 Tabel 3.1 Batas Kesalahan Trafo Arus Metering Kelas Ketelitian +/- % Kesalahan Rasio Arus pada % dari Arus Pengenal +/- Pergeseran Fase pada % dari Arus Pengenal Menit (1/60 derajat) 5 20 100 120 5 20 100 120 0,1 0,4 0,2 0,1 0,1 15 8 5 5 0,2 0,75 0,35 0,2 0,2 30 15 10 10 0,5 1,5 0,75 0,5 0,5 90 45 30 30 1,0 3,0 1,5 1,0 1,0 180 90 60 60 Tabel 3.2 Batas Kesalahan Trafo Arus Metering Kelas Ketelitian +/- % Kesalahan Rasio Arus pada % dari Arus Pengenal +/- Pergeseran Fase pada % dari Arus Pengenal Menit (1/60 derajat) 1 5 20 100 120 1 5 20 100 120 0,2S 0,75 0,35 0,2 0,2 0,2 30 15 10 10 10 0,5S 1,5 0,75 0,5 0,5 0,5 90 45 30 30 30 x I S 10 8 5% 6 4 2 2 4 6 8 10 12 x I P Gambar 3.17 Kurva Faktor Batas Ketelitian

45 3.1.8.4 Kelas Ketelitian Trafo Arus Proteksi a. Kelas P Kelas ketelitian trafo arus proteksi dinyatakan dalam pengenal sebagai berikut: 15 VA, 10P20. 15 VA = Pengenal beban (burden) trafo arus, sebesar 15 VA. 10 P = Kelas proteksi, kesalahan 10 % pada pengenal batas akurasi. 20 = Accuracy Limit Factor, batas ketelitian trafo arus s.d. 20 kali arus pengenal. Tabel 3.3 Kesalahan Rasio dan Pergeseran Fasa Trafo Arus Proteksi Kelas Ketelitian 5P 10P Kesalahan Rasio (%) ± 1 ± 3 Pada Arus Pengenal Kesalahan Sudut (menit) ± 60 - Kesalahan Komposit pada batas ketelitian Arus Primer Pengenal (%) 5 10 b. Kelas TPX, TPY dan TPZ Trafo arus yang mempunyai sirkit tanpa ataupun dengan celah udara serta mempunyai tipikal konstanta waktu sekunder, dikelompokkan sebagai berikut: Kelas TPX (Non Gapped Core) Trafo arus TPX adalah trafo arus tanpa celah udara dengan konstanta waktu lebih lama dari 5 detik, umumnya 5 s.d. 20 detik. Trafo

46 arus jenis ini mempunyai ketelitian tinggi, arus magnetisasi yang sangat rendah, presisi pada transformasi komponen AC dan DC. Cocok untuk semua jenis proteksi. Faktor remenensi K R 0.8 Trafo arus jenis ini mempunyai inti yang besar sehingga berat dan mahal. Dapat dikombinasikan dengan trafo arus jenis TPY. Pengguna (user) harus menyertakan nilai minimum dari V knee dan nilai rms maksimum dari arus eksitasi. Trafo arus jenis TPX ini pada umumnya digunakan pada sistem tegangan tinggi/tegangan ekstra tinggi untuk proteksi: Busbar, CCP, dan REF. Kelas TPY (Anti Remanence Gapped Core) Trafo arus TPY adalah trafo arus yang memiliki celah udara kecil (pada inti) dengan konstanta waktu 0.2 s.d. 5 detik. Trafo arus jenis ini hampir sama dengan trafo arus jenis TPX namun transformasi komponen DC tidak seteliti trafo arus TPX. Kesalahan transien lebih besar pada konstanta waktu yang kecil. Faktor remenensi K R < 0.1 Trafo arus jenis ini mempunyai inti yang besar sehingga berat dan mahal. Cocok untuk semua jenis proteksi.

47 Toleransi konstanta waktu sekunder 20 % jika Ts < 2 detik dan CT digunakan untuk proteksi penghantar (LP). Kelas TPZ (Linear Core) Trafo arus TPZ adalah trafo arus yang memiliki celah udara besar (pada inti) dengan konstanta waktu 60 milidetik ±10%. Arus magnetisasi 53% dari arus sekunder pada keadaan tunak (steady state). Faktor remenensi K R 0 Ukuran core 1/3 dari tipe TPX dan TPY untuk keperluan yang sama, Hanya dapat dikombinasikan dengan trafo arus jenis TPZ saja. 3.1.9 Pemeliharaan Trafo Arus Lingkup pengujian trafo arus adalah sebagai berikut: 1. Pengujian Rasio, 2. Pengujian Beban, 3. Pengujian Kejenuhan (Saturasi), 4. Pengujian Polaritas, 5. Pengukuran Tahanan DC (R dc), dan 6. Pengukuran Tahanan Isolasi (Megger). 3.1.9.1 Pengujian Rasio Trafo Arus Pengujian rasio CT dilakukan untuk membandingkan rasio transformasi arus primer dan sekunder, apakah sesuai dengan tanda pengenal (nameplate) trafo arus. Pengujian rasio sesuai dengan IK-OPH/CT-03/P3BS/2007.

48 P 1 P 2 Alat Uji Arus S 1 S 2 A 220 V Gambar 3.8 Rangkaian Pengujian Rasio Trafo Arus 3.1.9.2 Pengujian Beban (Burden) Trafo Arus Pengujian beban trafo arus dilakukan untuk mengetahui besar kemampuan trafo arus apakah masih sesuai dengan spesifikasi teknis yang tertulis pada tanda pengenal trafo arus. Pengujian beban trafo sesuai dengan IK-OPH/CT-06/P3BS/2007. S1 Alat Uji S2 AA AV 22 Gambar 3.9 Rangkaian pengujian beban trafo arus

49 3.1.9.3 Pengujian Beban pada Rangkaian Sekunder Trafo Arus Pengujian beban rangkaian sekunder dilakukan untuk mengetahui besar beban yang tersambung pada sekunder trafo arus dibandingkan dengan kemampuan beban trafo arus. Pengujian beban rangkaian sekunder dengan IK-OPH/CT-07/P3BS/2007. Relai A S1 S2 Alat Uji 220 A AV Gambar 3.20 Rangkaian Pengujian Beban Trafo Arus 3.1.9.4 Pengujian Kejenuhan Trafo Arus (Saturasi) Pengujian kejenuhan trafo arus dilakukan untuk mengetahui tegangan knee (knee point) terhadap referensi dari tanda pengenal trafo arus dan kurva magnetisasi pada masing-masing inti (core), kemudian dibandingkan dengan kebutuhan persyaratan tegangan pada rangkaian sekunder (V s ) yang ditinjau saat terjadi gangguan hubung singkat maksimum.

50 Pengujian kejenuhan CT sesuai dengan IK-OPH/CT- 04/P3BS/2007. Pengatur tegangan uji S1 220 V S2 A AV Gambar 3.10 Rangkaian Uji Saturasi Trafo Arus V dv = 10% Trafo arus proteksi Trafo arus metering di = 50% I Gambar 3.11 Kurva Kejenuhan Trafo Arus 3.1.9.5 Pengujian Polaritas Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah arah arus (polaritas) dari trafo arus yang terpasang sudah benar.

51 Pengujian polaritas CT sesuai dengan IK-OPH/CT- 09/P3BS/2007. S Baterei + - P 1 P 2 A + ma dc - S 1 S 2 Gambar 3.12 Rangkaian Uji Polaritas Trafo Arus 3.1.9.6 Pengukuran Tahanan DC (R dc) Pengukuran tahanan DC trafo arus bertujuan untuk mengetahui nilai tahanan DC internal trafo arus. Nilai tahanan DC pada trafo arus biasanya dipakai untuk menghitung setelan pada relai gangguan tanah terbatas (restricted earth fault). Pengukuran tahanan DC sesuai dengan IK-OPH/CT-08/P3BS/2007.

52 Pengukuran tahanan isolasi dilakukan pada AmΩ semua terminal sekunder pada masingmasing inti seperti Gambar 19. - Terminal 1S 1 1S 2, S 1 S 2 - Terminal 1S 1 1S 3, - Terminal 2S 1 2S 2, dan - Terminal 2S 1 2S 3. Gambar 3.13 Rangkaian Pengukuran Tahanan DC Trafo Arus 3.1.9.7 Pengukuran Tahanan Isolasi Trafo Arus (Megger) Tahanan isolasi yang akan diukur adalah antara: Terminal primer (P 1 /P 2 ) - ground, Terminal primer (P 1 /P 2 ) sekunder (S1/S2), dan Terminal sekunder (S 1 /S 2 ) - ground, secara bergantian. Tegangan uji peralatan (Megger) yang digunakan adalah: Skala 5000 V untuk sisi primer ( P 1 atau P 2 - Ground), dan Skala 1000-2500 V untuk sisi sekunder ( 1S 1 2S 1 ).

53 Pengujian tahanan isolasi sesuai dengan IK-OPH/CT-02/P3BS/2007. MΩ S 1 S 2 Gambar 3.14 Rangkaian Pengukuran Tahanan Isolasi Trafo Arus