DIMENSI BARU PELAYANAN KEFARMASIAN KELOMPOK V: AMELIA LEONA AYU AFRIZA FARAH SORAYA KADRIYANI JAMBAK SRI KURNIAWATY ZULFIATNI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Farmasi Klinik mulai muncul pada tahun 1960-an di Amerika, dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Praktek Kerja Profesi di Rumah Sakit

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Apoteker merupakan profesi kesehatan terbesar ketiga di dunia, farmasi

BAB I PENDAHULUAN. sarana pelayanan kefarmasian oleh apoteker (Menkes, RI., 2014). tenaga teknis kefarmasian (Presiden, RI., 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter,

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan kepmenkes RI No. 983/ MENKES/ SK XI/ 1992 tentang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Meningkatnya taraf hidup masyarakat, menyebabkan terjadinya peningkatan

PERAN FARMASIS SEBAGAI PROBLEM SOLVER

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan, pemerintah telah menetapkan pola dasar pembangunan yaitu. pembangunan mutu sumberdayamanusia(sdm) di berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelanggan terbagi menjadi dua jenis, yaitu: fungsi atau pemakaian suatu produk. atribut yang bersifat tidak berwujud.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia sebagai apoteker (Presiden, RI., 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup pasien yang dalam praktek pelayanannya memerlukan pengetahuan,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1.4 LANDASAN HUKUM Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS SEMPAJA SAMARINDA

Kendali Mutu Sebagai Proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembangunan kesehatan di Indonesia, bertanggung jawab untuk

KEBIJAKAN OBAT DAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian RSUD Bangka Selatan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya

PROGRAM PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN RSUD PASAR REBO

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT ISLAM AMAL SEHAT SRAGEN SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

2. Bagi Apotek Kabupaten Cilacap Dapat dijadikan sebagai bahan masukan sehingga meningkatkan kualitas dalam melakukan pelayanan kefarmasian di Apotek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sejak tahun 1960-an. Hal ini terjadi sebagai bentuk respon ketidakpuasan terhadap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Profesi adalah kelompok disiplin individu yang mematuhi standar etika dan mampu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI

PHARMACEUTICAL CARE. DALAM PRAKTEK PROFESI KEFARMASIAN di KOMUNITAS

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia nomor 36 tahun 2014, tentang Kesehatan, adalah. setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan 1

5. Quality Assurance (QA) Peningkatan mutu dalam pelayanan kesehatan selain berorientasi kepada proses pelayanan yang bermutu,juga hasil mutu

Kata Kunci: Kualitas, Pelayanan Obat, Assurance

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan memiliki peran sangat strategis dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN SKRIPSI

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pharmaceutical care atau asuhan kefarmasian merupakan bentuk optimalisasi peran yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hal yang harus mendapat perhatian dari pemerintah sebagai salah satu upaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. obat (Drug Oriented) ke pasien yang mengacu kepada Pharmaceutical Care.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. dalam rangka keselamatan pasien (patient safety) (Menkes, RI., 2014).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Peran Farmasis: mendukung keberhasilan terapi

PANDUAN PROSES EVALUASI KINERJA STAF MEDIS RUMAH SAKIT UMUM AMINAH BLITAR TAHUN

PENGARUH PELAYANAN TERHADAP TINGKAT KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN DI APOTEK BUNDA SURAKARTA SKRIPSI

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GAMBARAN KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN KEFARMASIAN PADA UPT PUSKESMAS MUARA TEWEH DI KABUPATEN BARITO UTARA

Quality Assurance (QA) jaminan Mutu. dr. Rusdi Yunus,MKT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Badan hukum yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian berjudul Profil Penerapan Pelayanan Farmasi Klinik di Rumah

BAB IV PEMBAHASAN. sakit yang berbeda. Hasil karakteristik dapat dilihat pada tabel. Tabel 2. Nama Rumah Sakit dan Tingkatan Rumah Sakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kualitas (quality improvement) pelayanan di fasilitas pelayanan kesehatan mutlak diperlukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan oleh izin edar serta dosis, umur pasien dan rute pemberian yang

BAB I PENDAHULUAN. menunjang aktivitas sehari-hari. Kesehatan adalah kondisi yang terus

BAB I PENDAHULUAN. farmasi klinik agar memberikan kontribusi terhadap perkembangan sistem

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. upaya kesehatan dengan memfungsikan berbagai kesatuan personel terlatih dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam hal ini memerlukan suatu variabel yang dapat digunakan untuk

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT. Rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi teratur,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

INTISARI TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS GADANG HANYAR BANJARMASIN

STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Terciptanya masyarakat yang sehat tidak terlepas dari pentingnya menjaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pharmaceutical care menggeser paradigma praktik kefarmasian dari drug

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

TUJUAN. a. Meningkatkan mutu Pelayanan Kefarmasian. b. Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian; dan

WORK PLAN PKP PUSKESMAS Kateg ori 7 LO Aspek Managerial Pengadaan Perbekalan Kefarmasian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Peran Kefarmasian dari Aspek Farmasi Klinik dalam Penerapan Akreditasi KARS. Dra. Rina Mutiara,Apt.,M.Pharm Yogyakarta, 28 Maret 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh rumah sakit adalah kepuasan pelanggan agar dapat bertahan, bersaing,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit yang merupakan salah satu dari sarana kesehatan, merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar

Transkripsi:

DIMENSI BARU PELAYANAN KEFARMASIAN KELOMPOK V: AMELIA LEONA AYU AFRIZA FARAH SORAYA KADRIYANI JAMBAK SRI KURNIAWATY ZULFIATNI

PENDAHULUAN Lebih dari 4 dekade terjadi kecenderungan perubahan pekerjaan kefarmasian. Peran apoteker berubah dari peracik obat (compounder) dan suplair sediaan farmasi kearah pemberi pelayanan dan informasi dan akhirnya berubah lagi sebagai pemberi kepedulian pada pasien. Disamping itu tugas seorang apoteker adalah memberikan obat yang layak, lebih efektif dan seaman mungkin serta memuaskan pasien. Dengan mengambil tanggung jawab langsung pada kebutuhan obat pasien individual, apoteker dapat memberikan kontribusi yang berdampak pada pengobatan serta kualitas hidup pasien. Pendekatan cara ini disebut " pharmaceutical care " (asuhan kefarmasian ; peduli kefarmasian).

Pharmaceutical care adalah tanggung jawab pemberi pelayanan obat sampai pada dampak yang diharapkan yaitu meningkatnya kualitas hidup pasien. ( Hepler dan Strand, 1990 ). Seteleh diadopsi oleh International Pharmaceutical Federation (FIP = ISFI nya dunia ) pada tahun 1998, definisi itu ditambah dengan timbulnya dampak yang jelas atau menjaga kualitas hidup pasien. Jadi menurut definisi FIP, pharmaceutical care adalah tanggung jawab pemberi pelayanan obat sampai timbulnya dampak yang jelas atau terjaganya kualitas hidup pasien.

DIMENSI BARU PELAYANAN KEFARMASIAN 1. ASUHAN KEFARMASIAN ( Pharmaceutical care ). 2. FARMASI BERDASARKAN BUKTI ( Evidence base pharmacy ). 3. KEBUTUHAN MENJUMPAI PASIEN ( Meeting patients needs ). 4. PENANGANAN PASIEN KHRONIS-HIV/AIDS (Chronic patient care hiv/aids). 5. PENGOBATAN SENDIRI ( self-medications). 6. JAMINAN MUTU PELAYANAN KEFARMASIAN ( quality assurance of pharmaceutical care ). 7. FARMASI KLINIS ( clinical pharmacy ). 8. KEWASPADAAN OBAT ( pharmacovigilance = MESO

JAMINAN MUTU PELAYANAN KEFARMASIAN ( quality assurance of pharmaceutical care ). MUTU adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan pelanggan baik berupa kebutuhan yang dinyatakan maupun kebutuhan yang tersirat MUTU (Deming, 1982) : adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau konsumen MUTU (Feigenbaum, 1986) : adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya (full customer satisfaction)

Quality Assurance adalah rangkaian aktifitas yang dilakukan untuk memonitor dan meningkatkan penampilan sehingga pelayanan kesehatan seefektif dan seefisien mungkin. Dapat juga didefinisikan QA sebagai semua aktifitas yang berkontribusi untuk menetapkan, merencanakan, mengkaji, memonitor,dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.

Tujuan Quality Assurance Tujuan Quality Assurance : Peningkatan mutu layanan Peningkatan mutu adalah suatu proses pengukuran derajat kesempurnaan pelayanan dibandingkan dengan standar dan tindakan perbaikan yang sistematik dan berkesinambungan, untuk mencapai mutu pelayanan yang optimal sesuai dengan standar dan sumber daya yang ada.

Bentuk Quality Assurance Individual Based Program Pemantauan/monitoring - dokumentasi/pencatatan Penilaian - Audit internal~sop Pengendalian (koreksi) - KIE,EPO, dan ROM - Peraturan per UUan Team Based Activity U S E act plan study do

Team Based Activity U S E Plan Do Study Act : understanding quality improvement needs (memahami kebutuhan perbaikan kualitas) : State the quality problems (menyatakan kualitas yang ada) : Evaluate the root causes ( mengevaluasi akar penyebab masalah) : plan the solutions (merencanakan pemecahan masalah kualitas) : implement the plan solutions (menerapkan rencana solusi thd masalah kualitas) : study the solution results : act the standarize the solutions

FARMASI KLINIK Farmasi klinik didefinisikan sebagai suatu penerapan pengetahuan obat untuk kepentingan penderita, dengan memperhatikan kondisi penyakit penderita dan kebutuhannya untuk mengerti terapi obatnya, dan pelayanan ini memerlukan hubungan profesional antara apoteker, penderita, dokter, perawat, dan yang terlibat dalam medis.

TUJUAN PELAYANAN FARMASI KLINIK Tujuan utama pelayanan farmasi klinik adalah meningkatkan keuntungan terapi obat dan mengkoreksi kekurangan yang terdeteksi dalam proses penggunaan obat. Tugas utama farmasi klinik adalah pemantauan pasien dan peresepan 3 komponen utama yang mendasari peranan klinik dalam pelayanan farmasi yaitu : 1. Komunikasi 2. Konseling 3. Konsultasi

Apakah Layanan Farmasi Klinis diperlukan di Indonesia?

Apakah Layanan Farmasi Klinis diperlukan di Indonesia? Pelayanan farmasi klinis sangat diperlukan oleh pasien untuk memberikan jaminan pengobatan yang rasional ( efektif, aman, tersedia dan biaya terjangkau). Di Indonesia pelayanan farmasi klinis belum banyak dilakukan dirumah sakit, meskipun dinegara maju telah dimulai 30 tahun yang lalu.

DASAR HUKUM FARMASI KLINIK SK MenKes No. 436/MenKes/SK/VI/1993 tentang pelayanan rumah sakit dan standar pelayanan medis, tugas apoteker meliputi : 1.Melakukan konseling 2.MESO 3.Pencampuran obat suntik secara aseptis 4.Menganalisa efektifitas biaya 5.Penentuan kadar obat dalam darah 6.Penanganan obat sitostastika 7.Penyiapan total parenteral nutrisi 8.Pemantauan terapi obat 9.Pengkajian penggunaan obat

PRIORITAS PELAYANAN FARMASI KLINIK Salah satu prioritas pelayanan farmasi klinis yang perlu dilakukan adalah pelayanan farmasi klinis dalam proses penggunaan obat, antara lain : Wawancara sejarah obat penderita Konsultasi dengan dokter Mengkaji resep dokter Menulis profil pengobatan penderita Meracik Menyampaikan obat ke ruang penderita Konseling dengan penderita dan pemberian informasi kepada perawat Pemantauan penggunaan obat untuk memaksimalkan kepatuhan penderita Mendeteksi efek dan reaksi obat yang merugikan.

PENUTUP Tidak ada jalan pintas untuk mencapai farmasi klinis yang baik. pelayanan Seorang farmasis klinis yang penuh aspirasi harus bekerja keras dan semuanya didedikasikan untuk kesejahteraan pasien. Apoteker harus bersikap ramah, terbuka dan dapat bekerja sama secara harmonis dengan sejawat medis dan perawat. Kerjasama dengan dokter, perawat dan pihak manajemen rumah sakit tetap merupakan persyartan dasar dan utama untuk mencapai pelayanan tinggi untuk setiap pasien. Setiap hari adalah pengalaman belajar dan ketika apoteker berhenti belajar maka berhenti menjadi profesional.