Efek Refugia terhadap Arthropoda Tanaman Padi (Oryza sativa) di Sawah Pasang Surut

dokumen-dokumen yang mirip
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015 ISBN:

SKRIPSI. Oleh Okky Ekawati H

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family

Alamat korespondensi * :

POLA FLUKTUASI POPULASI Plutella xylostella (L.) (LEPIDOPTERA: PLUTELLIDAE) DAN MUSUH ALAMINYA PADA BUDIDAYA BROKOLI DENGAN PENERAPAN PHT DAN ORGANIK

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura buah apel (Malus sylvestris (L.) Mill) merupakan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah ( S. coarctata

dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya, Malang Korespondensi: 2)

Kelimpahan Laba-Laba Pada Padi Ratun Yang Diaplikasikan BioinsektisidaMetarhizium anisopliae dan Bacillus thuringiensis di Sawah Lebak

DESAIN KONSERVASI PREDATOR DAN PARASITOID UNTUK PENGENDALIAN HAMA PADA PERTANAMAN PADI

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berbeda terdapat 6 familiy dan 9 spesies yakni Family Pyralidae spesies

Keanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami pada Lahan Pertanaman Kedelai di Kecamatan Balong-Ponorogo

INDEKS KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA PADA PERTANAMAN PADI (Oryza Sativa L.) DI LAPANGAN SKRIPSI OLEH :

ABSTRACT. PENDAHULUAN Apel merupakan salah satu komoditas pertanian yang berpotensi secara ekonomi dan. Jurnal Biotropika Vol. 1 No.

KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA DI GUDANG BERAS

Waspada Serangan Hama Tanaman Padi Di Musim Hujan Oleh : Bambang Nuryanto/Suharna (BB Padi-Balitbangtan)

Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2014, Palembang September 2014 ISBN :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Diversity of Herbivore Arthropods Visitor on Red Paddy Variant in Organic Paddy Field of Sengguruh Village, Kepanjen

Keanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami pada Pertanaman Kedelai di Kebun Percobaan Natar dan Tegineneng

HASIL DAN PEMBAHASAN

ASOSIASI SERANGGA PREDATOR DAN PARASITOID DENGAN BEBERAPA JENIS TUMBUHAN LIAR DI EKOSISTEM SAWAH ABSTRACT

Pengelolaan Sumbedaya Air untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Padi Secara Berkelanjutan di Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan

Serangga Hama dan Arthropoda Predator yang Terdapat pada Padi Lebak di Desa Pelabuhan Dalam Kecamatan Pemuluatan Provinsi Sumatera Selatan

MANIPULASI HABITAT SEBAGAI SOLUSI TERJADINYA OUTBREAK WERENG COKLAT

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

J. Agroland 22 (2) : , Agustus 2015 ISSN : X E-ISSN :

Keanekaragaman Arthropoda pada Varietas Padi di Lahan Organik di Desa Tegal Binangun Kecamatan Plaju Kelurahan Plaju Darat Palembang

Keanekaragaman Makroarthropoda Tanah di Lahan Persawahan Padi Organik dan Anorganik, Desa Bakalrejo Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang

Kelimpahan dan Keanekaragaman Spesies Serangga Predator Selama Satu Musim Tanam Padi Ratun di Sawah Pasang Surut

ASOSIASI SERANGGA PREDATOR DAN PARASITOID DENGAN BEBERAPA JENIS TUMBUHAN LIAR DI EKOSISTEM SAWAH. Evi Masfiyah, Sri Karindah, Retno Dyah Puspitarini

Permasalahan OPT di Agroekosistem

SEMINAR NASIONAL MASYARAKAT BIODIVERSITAS INDONESIA UNAND PADANG, 23 APRIL Biodiversitas dan Pemanfaatannya untuk Pengendalian Hama

POPULASI DAN SERANGAN Cnaphalocrosis medinalis (LEPIDOPTERA; PYRALIDAE) PADA TANAMAN PADI SAWAH DI KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

BIOMA : JURNAL BIOLOGI MAKASSAR, 2(2):12-18, 2017

Peran Varietas Tahan dalam PHT. Stabilitas Agroekosistem

PENGELOLAAN HAMA TERPADU (PHT)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN KERAGAMAN TUMBUHAN BERBUNGA SEBAGAI DAYA TARIK PREDATOR HAMA PADI SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Aktivitas penyerbukan terjadi pada tanaman sayur-sayuran, buah-buahan, kacangkacangan,

commit to users I. PENDAHULUAN

STUDI KERUSAKAN AKIBAT SERANGAN HAMA PADA TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN BULA, KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR, PROPINSI MALUKU

EFEK PERPADUAN BEBERAPA TUMBUHAN LIAR DI SEKITAR AREA PERTANAMAN PADI DALAM MENARIK ARTHROPODA MUSUH ALAMI DAN HAMA

Srie Juli Rachmawatie, Tri Rahayu Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Islam Batik Surakarta

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 1 Diagram alir kegiatan penelitian.

b) Kepik Mirid (Cyrtorhinus lividipennis ) c) Kumbang Stacfilinea (Paederus fuscipes)/tomcat d) Kumbang Carabid (Ophionea nigrofasciata)

Interaksi Trofik Jenis Serangga di atas Permukaan Tanah dan Permukaan Tanah Beberapa Pertanaman Varietas Jagung (Zea mays Linn.)

INDEKS KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA DI BERBAGAI TIPE LAHAN SKRIPSI OLEH : ANNA SARI SIREGAR AGROEKOTEKNOLOGI

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), hama walang sangit dapat di klasifikasikan sebagai

Waspadai Kemunculan Pengorok Daun (Liriomyza sp) pada Tanaman Kopi

VI. PEMBAHASAN UMUM Strategi pengendalian B. tabaci dengan Perpaduan Pemanfaatan Tanaman Pembatas Pinggir dan Predator

Efek Refugia pada Populasi Herbivora di Sawah Padi Merah Organik Desa Sengguruh, Kepanjen, Malang

Geografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM I. K e l a s. Kurikulum 2013

TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Bioekologi Menochilus sexmaculatus

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di lahan pertanaman kakao milik masyarakat di

Si Pengerat Musuh Petani Tebu..

Pengaruh Kehadiran Gulma terhadap Jumlah Populasi Hama Utama Kubis pada Pertanaman Kubis

Keanekaragaman Jenis Serangga Di Berbagai Tipe Lahan Sawah

Gulma... Tak Selamanya Merugikan

INDEKS KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA PADA FASE VEGETATIF DAN GENERATIF TANAMAN KEDELAI (Glycine max) DI LAPANGAN SKRIPSI OLEH:

Icerya purchasi & Rodolia cardinalis

MENGIDENTIFIKASI dan MENGENDALIAN HAMA WERENG PADA PADI. Oleh : M Mundir BP3KK Nglegok

STATUS KEBERADAAN HAMA POTENSIAL PADA PERTANAMAN PADI HIBRIDA, NON-HIBRIDA DAN PENENTUAN PERIODE KRITIS

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

KEANEKARAGAMAN SERANGGA PENGUNJUNG BUNGA KOPI DI HUTAN KEMASYARAKATAN LANTAN KECAMATAN BATUKLIANG UTARA KABUPATEN LOMBOK TENGAH

Inovasi Pertanian Sumatera Selatan Mendukung Swasembada Beras Nasional

PERKEMBANGAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) PADA BEBERAPA SISTEM BUDIDAYA ABRIANI FENSIONITA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep)

BAB VII SINTESIS Strategi Pengendalian Hayati Kepik Pengisap Buah Lada

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PERKEMBANGAN KOLONI LEBAH MADU, Apis cerana Fabr. (HYMENOPTERA : APIDAE)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip ekologi telah diabaikan secara terus menerus dalam pertanian modern,

PENGELOLAAN HAMA SECARA HAYATI Oleh : Awaluddin (Widyaiswara)

KEANEKARAGAMAN SERANGGA DAN LABA-LABA PADA PERTANAMAN PADI ORGANIK DAN KONVENSIONAL

I PENDAHULUAN. dengan burung layang-layang. Selain itu, ciri yang paling khas dari jenis burung

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci pada Umur Kedelai yang Berbeda

KERAGAMAN DAN KEMELIMPAHAN COLLEMBOLA SERTA ARTHROPODA TANAH DI LAHAN SAWAH ORGANIK DAN KONVENSIONAL PADA MASA BERA

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.3 (2013) ( X Print) E-252

1 Menerapkan pola tanam yang teratur dan waktu tanam yang serempak (tidak lebih dari 2 minggu)

Keragaman dan Kelimpahan Musuh Alami Hama pada Habitat Padi yang Dimanipulasi dengan Tumbuhan Berbunga

Keragaman Serangga Musuh Alami Kutu Sisik Lepidosaphes beckii Pada Jeruk Keprok Dan Jeruk Manis

BAB V PEMBAHASAN. diidentifikasi dengan cara membandingkan ciri-ciri dan dengan menggunakan

BIOMA : JURNAL BIOLOGI MAKASSAR, 2(1):35-45, 2017

KEANEKARAGAMAN SERANGGA PARASITOID UNTUK PENGENDALIAN HAMA PADA TANAMAN KEHUTANAN

Sistem Populasi Hama. Sistem Kehidupan (Life System)

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Provinsi Gorontalo memiliki wilayah seluas ha. Sekitar

BAB I PENDAHULUAN. pertanian, subsektor perkebunan mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap

1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Kelompok tani sehamparan

Artropoda Predator Penghuni Ekosistem Persawahan Lebak dan Pasang Surut Sumatera Selatan

PENGENDALIAN PENGGEREK BATANG PADI

Keanekaragaman Parasitoid dan Parasitisasinya pada Pertanaman Padi di Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun

Seminar Nasional PEI, Jogjakarta 2 Oktober 2010

TEKNIK PENGELOLAAN HAMA OLEH SUHARA JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOI FPMIPA UPI

KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA DIURNAL PADA TANAMAN PENUTUP TANAH

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENGENDALIAN TERPADU HAMA PENGGEREK BATANG PADI DI KELURAHAN PENATIH, KECAMATAN DENPASAR TIMUR, KOTA DENPASAR

Transkripsi:

Efek Refugia terhadap Arthropoda Tanaman Padi (Oryza sativa) di Sawah Pasang Surut Refugia Effects toward Arthropods Attacking Rice (Oryza sativa) in Tidal Swamp Hastin Wulan Sekar Weni 1*), Yulia Pujiastuti 2), Abu Umayah 3) 1) Program Pasca Sarjana Universitas Sriwijaya 2) Jurusan HPT Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Indralaya 3) Jurusan HPT Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Indralaya *Coressponding author: hastin_wulan@yahoo.com Telp. 085273341147 ABSTRACT Refugia plant is one of alternative habitat for natural enemies when their main habitat is not siutable. The problem in this research is how the influence of refugia as an alternative host of natural enemies and the purpose of research was to investigate refugia plant as alternative habitat for natural enemies. The method used in the experiment was purposive sampling. Obsevations were done on species of insect pest attacking rice cultivation in tidal land. Population of insect was counted by pitfall trap and insect net. The method used is survey. Observations done visually pest populations and observed directly obtained from the pitfall trap or obtained from insect net. The results showed that the highest number of Arthopoda when rice was still in the vegetative phase. This is because in this phase frequent of rain fall and the availability of abundant water so that the temperature, humidity and food availability is very supportive arthropod life. In observation generative phase of decline in the number of arthropods. This is because the frequency of rain already rare and the water in the rice fields have started dry. The total number of arthropods gained as much as 726 as many as 254 on paddy crop with weeds as refugia, 252 obtained on corn as refugia, and 220 obtained in chickpea as refugia. Total insect pests gained as many as 326 and total natural enemies gained as much as 378 people. Rice without plants larger edge natural enemies of insect populations, because along the rice fields overgrown with weeds. Weeds is estimated preferably by natural enemies to serve as a place to live than other roadside plants. In conclusion this study found that the population of arthropods highest in rice crops without crop edge and is highest population of natural enemies in rice plants without using crop edge. Key words: Arthropods, Refugia, Rice, ABSTRAK Refugia pada pertanaman padi merupakan cara untuk meningkatkan keanekaragaman habitat dan dapat dijadikan sebagai rumah bagi musuh alami hama padi. Masalah dalam penelitian adalah bagaimana pengaruh refugia sebagai inang alternatif musuh alami, sedangkan tujuan nya adalah untuk menganalisis pengaruh refugia sebagai inang alternatif musuh alami. Metode yang digunakan adalah metode survai. Pengamatan populasi hama dilakukan secara visual dan diamati langsung hama yang didapat dari perangkap lubang maupun yang diperoleh dari penjaringan. Hasil penelitian didapatkan bahwa jumlah arthopoda tertinggi ketika padi masih dalam fase vegetative. Hal ini dikarenakan pada fase tersebut hujan sering turun dan ketersediaan air melimpah sehingga suhu, kelembaban serta 638

ketersedian makanan sangat mendukung kehidupan arthropoda. Pada pengamatan fase generative terjadi penurunan jumlah arthropoda. Penyebabnya adalah frekuensi turun hujan sudah mulai jarang dan air yang ada di persawahan sudah mulai menggering. Jumlah total arthropoda yang didapat sebanyak 726 individu yaitu sebanyak 254 pada pertanaman padi dengan gulma sabagai refugia, 252 didapat pada jagung sebagai refugia, dan220 didapat pada kacang panjang sebagai refugia. Total serangga Hama yang didapat sebanyak 326 individu dan total musuh alami yang didapat sebanyak 378 individu. Tanaman padi tanpa tanaman pinggir lebih besar populasi serangga musuh alaminya, dikarenakan disepanjang pematang sawah ditumbuhi gulma. Gulma-gulma inilah yang diperkirakan lebih disukai oleh musuh alami untuk dijadikan sebagai tempat hidup dibandingkan tanaman pinggir lainnya. Sebagai kesimpulan penelitian ini didapatkan bahwa populasi arthropoda tertinggi terdapat pada tanaman padi tanpa tanaman pinggir dan Populasi musuh alami tertinggi terdapat pada tanaman padi tanpa menggunakan tanaman pinggir. Kata kunci : Arthropoda, Padi, Refugia PENDAHULUAN Ekosistem lahan sawah memiliki sifat berbeda dengan ekosistem lainnya. Berdasarkan kondisi airnya, lahan sawah dikelompokkan menjadi lahan sawah pasang surut dan lahan sawah non pasang surut (lebak). Lahan pasang surut adalah lahan yang kondisi airnya dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut atau sungai, sedangkan lahan lebak adalah lahan yang kondisi airnya dipengaruhi oleh hujan, baik yang turun di wilayah setempat maupundi daerah sekitarnya (Sudana, 2005). Dengan adanya kegiatan pengembangan pertanian khususnya untuk lahan pasang surut diharapkan dapat meningkatkan hasil produksi pertanian yang sekarang ini makin kompleks. Dengan adanya pengelolaan dan penerapan tekhnologi yang benar, lahan pasang surut memiliki potensi yang besar untuk dijadikan lahan pertanian produktif terutama dalam rangka pelestarian swasembada pangan (Suriadikarta et al, 2007). Dalam melakukan kegiatan pertaniannya para petani sangat sering behadapan dengan berbagai macam hama. Menurut Baehaki (2009) Hama tanaman yang mengganggu tanaman di ekosistem sawah memiliki kemampuan berkembang dan daya rusak yang tinggi apabila tidak dilakukan tindakan pengendalian maka akan menimbulkan kerugian besar bagi petani. Sampai saat ini hama masih menjadi kendala dalam mendapatkan hasil panen yang maksimal. Hampir di setiap musim terjadi ledakan hama pada pertanaman padi. Didalam budidaya padi ada banyak sekali masalah yang dihadapi seperti masalah gangguan organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Menurunnya hasil pertanian yang disebabkan oleh serangan hama terjadi setiap musim tanam dengan kerusakan mencapai 15-20% tiap tahunnya. Hal tersebut mendorong petani menggunakan pestisida untuk pengendaliannya. Penggunaan pestisida secara intensif berhasil memacu produksi sawah cukup tinggi, namun menyebabkan ketidakseimbangan rantai sistem di lahan pertanian yang menyebabkan populasi hama meningkat (Sari dan Yanuwiadi, 2014). Ada banyak jenis hama yang dapat menyebabkan penurunan hasil produksi tanaman padi bahkan dapat mengakibatkan kematian pada tanaman padi tersebut. Peran musuh alami dalam menekan populasi hama sangat berpengaruh dalam mencegah peledakan populasi hama. Dengan berkurangnya musuh alami akibat penggunaan insektisida atau pestisida sintetik yang kurang bijaksana dapat memicu terjadinya peledakan hama. Di ekosistem persawahan, arthropoda predator (serangga dan laba-laba) merupakan musuh alami yang paling berperan dalam menekan populasi hama padi seperti wereng coklat dan penggerek batang (Thalib et al, 2002). Hal ini disebabkan 639

predator memiliki kemampuan untuk beradaptasi di ekosistem efemeral (Herlinda et al., 2008). Kerentanan agroekosistem terhadap hama merupakan suatu akibat dari penyederhanaan dari lanskap, seperti yang terjadi pada sistem pertanian dengan input tinggi di negara-negara maju dan negara-negara yang mengembangkan ekspor hasil pertanian dengan menerapkan sistem tanam monokultur. Sistem pertanian monokultur menurunkan jumlah dan aktivitas musuh alami karena terbatasnya sumber pakan, seperti polen, nektar dan mangsa atau inang alternatif yang diperlukan oleh musuh alami untuk makan dan bereproduksi (Andow, 1991). Sebaliknya, bagi serangga herbivora, pertanaman monokultur merupakan sumber pakan yang terkonsentrasi dalam jumlah banyak, sehingga herbivora tersebut dapat bereproduksi dan bertahan dengan baik. Beberapa serangga herbivora dilaporkan dapat berkembang biak dengan baik pada pertanaman monokultur yang dipupuk, disiang dan diairi secara intensif (Price, 1991). Kondisi agroekosistem seperti ini secara terus menerus akan menyebabkan agroekosistem menjadi rentan terhadap eksplosi hama. Usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keanekaragaman musuh alami adalah dengan menciptakan microhabitat di areal pertanian (Mustakim dan Kusuma, 2014), sehingga dengan cara tersebut nantinya bisa mengurangi tingkat pencemaran lingkungan oleh pestisida dan juga bisa meningkatkan hasil tani dengan mikrohabitat. Ekosistem yang terganggu dan aplikasi pestisida menyebabkan penurunan diversitas Arthropoda. Keberadaan musuh alami dapat ditingkatkan dengan menyediakan habitat dan sumber makanan bagi keberlansungan hidupnya, salah satunya dengan memanfaatkan tumbuhan lain disekitar lahan pertanian (Wardani et al, 2013). Refugia pada pertanaman padi merupakan cara untuk meningkatkan keanekaragaman habitat dan dapat dijadikan sebagai rumah bagi musuh alami hama padi. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2014 sampai dengan Maret 2015 di Desa Mekar Sari Kecamatan Muara Telang Kabupaten Banyuasin, dan identifikasi Arthropoda dilakukan di Laboratorium Entomologi Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya, Indralaya. Metode yang digunakan adalah metode survai. Dilakukan secara visual dan pengamatan langsung di lapangan. Serta melakukan wawancara secara langsung dengan petani untuk mengetahui keadaan tanaman padi secara umum. Luas sawah yang diamati seluas tiga hektar dengan interval dua kali pengamatan yaitu pada saat fase vegetatif dan fase generatif tanaman. Sawah yang diamati masingmasing terdapat tanaman pinggir yaitu kacang panjang, jagung, dan tanpa tanaman pinggir. Untuk serangga yang aktif pada permukaan tanah dilakukan pemasangan perangkap lubang (pitfal trap). Perangkap lubang dipasang sebanyak 8 unit per lokasi. Sedangkan untuk serangga yang aktif terbang pengumpulan serangga dilakukan dengan menggunakan jaring serangga dan dilakukan 30 ayunan per lokasi Pengolahan data menggunakan metode tabulasi dan deskriptif dimana data yang didapat disajikan dalam bentuk tabel. 640

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan pitfalltrap dan jaring serangga didapatkan ada 3 ordo dan 27 famili serangga yang terdapat pada areal persawahan, baik yang terdapat pada tajuk tanaman padi maupun disekitar pematang sawah. Serangga tersebut ada yang berperan sebagai hama dan ada juga yang berperan sebagai musuh alaminya. Serangga yang tertangkap melalui pitfalltrap ada 2 ordo dan 21 famili, 1 ordo dan 7 famli diantaranya adalah berperan sebagai hama sedangkan 1 ordo dan 15 famili lainnya berperan sebagai musuh alami. Serangga yang tertangkap dengan menggunakan jaring serangga ada 2 ordo dan 16 famili, 2 ordo dan 5 famili berperan sebagai hama dan 11 famili berperan sebagai musuh alami (Tabel 5.1). Tabel 5.1. Status arthropoda yang tertangkap dalam pitfalltrap dan jaring serangga disawah pasang surut di Kecamatan Maura Telang Famili Pitfalltrap Jaring serangga Hama Musuh alami Hama Musuh alami Alydidae Apidae Araneidae Asilidae Braconidae Carabidae Cecidomyiidae Chrysomelidae Cicadellidae Cicindelidae Coccinellidae Curculionidae Delphacidae Dipishidae Diptera Encyrtidae Eulophidae Formicidae Gryllidae Hesperidae Hymenoptera Ichneumonidae Lepidoptera Linyphiidae Lycosidae Miridae Pentatomidae Scelionidae Staphylinidae Tetragnathidae Jenis arthropoda yang di dapat ada 3 ordo dan 27 famili, arthropoda tersebut didapat dari pitfalltrap dan mengunakan jaring seranga. Arthropoda yanga didapat dengan menggunakan pitfalltrap ada 2 ordo dan 20 famili, sedangkan menggunakan jaring serangga didapat 2 ordo dan 16 famili. Sebanyak 3 ordo dan 27 famili yang didapat ada 1 ordo dan 9 famili yang tertangkap baik melalui pitfalltrap maupun jaring serangga, artinya arthropoda ini aktif pada permukan tanah dan juga aktif pada tajuk tanaman (Tabel 5.2). Tabel 5.2. Jenis arthropoda yang ditemukan di tanaman padi sawah pasang surut dan 641

tanaman refugia Famili Tanaman padi Tanaman Pinggir Alydidae Apidae Araneidae Asilidae Braconidae Carabidae Cecidomyiidae Chrysomelidae Cicadellidae Cicindelidae Coccinellidae Curculionidae Delphacidae Dipishidae Diptera Encyrtidae Eulophidae Formicidae Gryllidae Hesperidae Hymenoptera Ichneumonidae Lepidoptera Linyphiidae Lycosidae Miridae Pentatomidae Scelionidae Staphylinidae Tetragnathidae Jumlah arthropoda yang didapat dengan menggunakan jaring serangga ada 2 ordo dan 16 famili, 2 ordo dan 5 famili berperan sebagai hama dan 11 famili berperan sebagai musuh alami. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.3. Jumlah arthropoda yang didapat dengan menggunakan pitfalltrap atau perangkap lubang ada 2 ordo dan 21 famili, 1 ordo dan 7 famili berperan sebagai hama dan 1ordo serta 14 famili lainnya berperan sebagai musuh alami. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.4 Tabel 5.3. Jumlah arthropoda yang ditemukan pada tanaman padi sawah pasang surut dan tanaman refugia di Desa Mekar Sari Kecamatan Muara Telang dengan jaring 642

Tabel 5.4. Jumlah arthropoda yag ditemukan pada tanaman padi sawah pasang surut dan tanama refugia di Desa Mekar Sari Kecamatan Muara Telang dengan pitfall trap Tingginya jumlah penduduk Indonesia yang akan terus berkembang menjadi salah satu kendala terhadap pemenuhan kebutuhan pangan di Indonesia. Selain itu adanya serangan hama juga merupakan suatu kendala karena dapat menurunkan produksi pertanian di Indonesia. Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan untuk menekan serangga hama dengan menyediakan tempat berlindung bagi musuh alaminya, salah satu alternatif yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan tanaman pinggir. Varietas padi (Oryza sativa) yang digunakan pada penelitian ini adalah varietas Vietnam dan Ciliwung. Sedangkan perlakuan yang diberikan adalah menggunakan tanaman pinggir dan tidak menggunakan tanaman pinggir. Tanaman pinggir yang digunakan adalah kacang panjang dan jagung manis. Tanaman pinggir ini ditanam di sepanjang pematang sawah. Padi Ciliwung dengan perlakuan jagung sebagai tanaman pinggir, sedangkan padi Vietnam dengan perlakuan control dan kacang panjang sebagai tanaman pinggir. Pengamatan dilakukan pada dua fase pertumbuhan tanaman padi, yaitu pada fase vegetatif atau ketika padi mulai beranak dan fase generatif atau padi mulai bebulir. Pada saat padi memasuki fase vegetatif penamatan dilakukan hanya sekali. Sedangkan fase generative pengamatan dilakukan sebanyak tiga kali dengan interfal pengamatan selama dua minggu sekali. Pengamatan pertama yang dilakukan pada saat padi memasuki fase vegetative yaitu pada perlakuan control dengan memasang delapan jebakan atau pitfalltrap di pematang sawah dengan jarak antar pitfalltrap yaitu 25 meter. Tanaman padi dengan jagung sebagai refugia juga dipasang delapan jebakan atau pitfalltrap diantara sela-sela tanaman jagung yang ditanam di pematang sawah dengan jarak antar pitfalltrap yaitu 15 meter. Tanaman 643

padi dengan kacang panjang sebagai refugia juga dipasang delapan jebakan atau pitfalltrap diantara sela-sela tanaman kacang panjang yang ditanam di pematang sawah dengan jarak antar pitfalltrap yaitu 15 meter. Untuk menangkap arthropoda yang ada di tajuk tanaman menggunakan jaring dengan 30 ayunan ganda pada setiap perlakuan. Perbedaan jarak pemasangan pitfaltrapp pada control dengan jagung dan kacang panjang sebagai refugia disebabkan karena tanaman pinggir ini tidak ditanam di sepanjang pematang sawah. Tanaman pinggir ini hanya ditanam di dua sisi pematang yaitu sisi sebalah barat dan selatan. Jumlah arthropoda yang didapat pada masing-masing pengamatan berbeda-beda. Jumlah tertinggi didapat ketika padi masih dalam fase fegetatif, ini dikarenakan pada fase ini hujan sering turun dan air melimpah sehinga suhu, kelembaban serta ketersedian makanan sangat mendukung kehidupan arthropoda ini. Tiga pengamatan selajutnya terjadi penurunan jumlah arthropoda, ini disebabkan karena hujan sudah mulai jarang terjadi dan air yang ada persawahan sudah mulai menggering. Hal ini didukung oleh Mahrub (1998) mengatakan bahwa lingkungan persawahan yang berair atau basah adalah tempat pertumbuhan padi yang merupakan daya tarik kehadiran arthropoda. Jumlah arthropoda yang di dapat pada tiga perlakuan berbeda adalah 254 serangga di dapat pada pertanaman padi tanpa tanaman pinggir, 252 serangga didapat pada tanaman padi dengan jagung sebagai tanaman pinggir, dan 220 serangga didapat pada tanaman padi dengan kacang panjang sebagai tanaman pinggir. Populasi tertinggi terdapat pada tanaman padi tanpa tanaman pinggir, ini disebakan karena pada pematang sawah tersebut ditumbuhi gulma atau tumbuhan liar. Tumbuhan liar ini potensial dimanfaatkan sebagai tanaman refugia bagi musuh alami. Dadi (2010) melaporkan bahwa keanekaragaman jenis gulma berpengaruh terhadap kemelimpahan Arthropoda di ekosistem sawah. Pengambilan serangga hama yang aktif pada tajuk tanaman dengan menggunakan jaring serangga dilakukan dengan 30 ayunan ganda didapat serangga yang berasal dari ordo diptera dan Lepidoptera, serta dari famili Alydidae, Cecidomyiidae, Cicadellidae, Curculionidae, dan Delphacidae. Pengambilan serangga hama yang aktif pada permukaan tanah dilakukan dengan menggunakan pitfalltrap atau lubang perangkap. Pitfalltrap ini dipasang sebanyak 8 jebakan perpelakuan yang dipasang disepanjang pematang sawah. Serangga hama yang didapat berasal dari ordo Diptera serta dari famili Cecidomyiidae, Chrysomelidae, Cicadellidae, Delphacidae, Gryllidae, Hesperidae, dan Pentatomidae. Total serangga hama yang didapat pada penelitian ini adalah sebanyak 2 ordo dan 9 famili, dengan jumlah sebanyak 326 individu terbagi dalam empat kali pengamatan. 83 serangga hama didapat saat pengamatan pertama, 67 serangga hama didapat pada pengamatan kedua, 110 serangga hama didapat pada pengamatan ketiga, dan 66 serangga hama didapat pada pengamatan keempat. Jumlah serangga hama yang didapat pada masing-masing pengamatan berbedabeda. Jumlah tertinggi didapat ketika bulir padi mulai memasuki fase matang susu ini dikarenakan ada sebagian jenis hama yang yang menghisap bulir padi dan menyebabkan penurunan kualitas gabah. Jumlah hama terendah didapatkan pada pengamatan keempat, ini dikarenakan tanaman padi sudah mulai menguning dan kering yang menyebabkan penurunan jumlah hama. Menurut Azmi et al., (2014) fase generative merupakan fase pertumbuhan padi dimana daun dan malai mulai mengering dan terjadi penurunan nutrisi sehinga beberapa arthropoda herbivore pergi. Jumlah hama pada tanaman padi tanpa tanaman pinggir sebanyak 97 ekor, tanaman padi dengan jagung sebagai tanaman pinggir sebanyak 120 ekor dan tanaman padi dengan kacang panjang sebagai tanaman pinggir terdapat sebanyak 109 ekor. Populasi hama terendah adalah pada tanaman padi tanpa tanaman pinggir, diduga ini disebabkan oleh adanya gulma yang tumbuh disepanjang pematang sawah yang tidak disukai oleh serangga 644

hama. Sedangkan jagung dan kacang panjang yang tigunakan sebagai tanaman pinggir lebih disukai oleh serangga hama yang terdapat pada pertanaman padi. Pengambilan serangga musuh alami yang aktif pada tajuk tanaman dengan menggunakan jaring serangga dilakukan dengan 30 ayunan ganda didapat serangga yang berasal dari famili Araneidae, Asilidae, Braconidae, Carabidae, Coccinellidae, Eulophidae, Ichneumonidae, Linyphiidae, Miridae, Tetragnathidae serta terdapat satu family yang berperan sebagai penyerbuk yaitu famili Apidae. Pengambilan serangga hama yang aktif pada permukaan tanah dilakukan dengan menggunakan pitfalltrap atau lubang perangkap. Pitfalltrap ini dipasang sebanyak 8 jebakan perpelakuan yang dipasang disepanjang pematang sawah. Serangga musuh alami yang didapat berasal dari ordo Hymenoptera serta dari famili Araneidae, Asilidae, Carabidae, Cicindelidae, Dipishidae, Encyrtidae, Formicidae, Linyphiidae, Lycosidae, Pentatomidae, Scelionidae, Staphylinidae, dan Tetragnathidae. Total musuh alami serangga hama baik predator maupun parasitoid yang didapat pada penelitian ini adalah sebanyak 1 ordo dan 18 famili, dengan jumlah sebanyak 378 individu terbagi dalam empat kali pengamatan. 155 musuh alami didapat saat pengamatan pertama, 60 musuh alami didapat pada pengamatan kedua, 74 musuh alami didapat pada pengamatan ketiga, dan 88 musuh alami didapat pada pengamatan keempat. Musuh alami yang berupa predator maupun parasitoid adalah penyeimbang meningkatnya populasi hama (herbivore) sehingga menyebabkan populasi hama tidak selalu meningkat (Rizali et al, 2002). Jumlah musuh alami yang didapat pada masingmasing pengamatan cukup bervariasi. Total musuh alami pada tanaman padi tanpa tanaman pingggir sebanyak 155 ekor, tanaman padi dengan tanaman jagung sebagai tanaman pinggir sebanyak 127 ekor, sedangkan pada tanaman kacang yang dijadikan tanaman pinggir sebanyak 96 ekor. Dapat dilihat bahwa pada tanaman padi tanpa tanaman pinggir lebih besar populasi serangga musuh alaminya, hal ini dikarenakan pada disepanjang pematang sawah ditumbuhi gulma. Gulma-gulma inilah yang diperkirakan lebih disukai oleh musuh alami untuk dijadikan sebagai tempat hidup dibandingkan tanaman pinggir lainnya. Beberapa jenis gulma bermanfaat bagi parasitoid dan predator, karena gulma dapat digunakan sebagai tempat berlindung serangga inang dan tempat bertelur bagi parasitoid dan predator. Letourneaua dan Miguel (2003) mengemukakan bahwa alternatif habitat pada agroekosistem dapat dilakukan dengan pengelolaan gulma. Hal ini akan berdampak pada dinamika serangga dan meningkatnya peluang lingkungan musuh alami dalam pengendalian hama biologis. Gulma berbunga merupakan sumber daya bagi musuh alami karena tumbuhan ini menyediakan serangga inang atau mangsa alternatif; sumber nektar, pollen dan embun madu yang dihasilkan oleh kutu daun dan menjadi pakan bagi arthropoda musuh alami dewasa (parasitoid atau predator); tempat pengungsian (refugia) dan perlindungan; tempat mempertahankan keberadaan hama dalam populasi rendah di luar musim tanam untuk bertahan musuh alami (Powell, 1986). KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada pertanaman padi di dilapangan maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Arthropoda yang didapat pada area pesawahan sebanyak 3 ordo dan 28 famili 2. Populasi arthropoda tertinggi terdapat pada tanaman padi tanpa refugia, ini dikarenakan dipematang sawah terdapat gulma yang lebih disukai oleh arthropoda 645

3. Populasi hama tertinggi terdapat pada tanaman padi dengan tanaman jagung sebagai tanaman pinggir 4. Populasi musuh alami tertinggi terdapat pada tanaman padi tanpa menggunaka tanaman pinggir 5. Tanaman pinggir yang terdapat pada pernaman padi tidak memberikan efek terhadap serangga hama tanaman padi DAFTAR PUSTAKA Andow, D.A. 1991. Vegetational diversity and arthropod population response. Annual Review of Entomology 36: 561 586. Azmi, S. L. Leksono, A. S, Yanuwiadi, B. Arisoesilaningsih, E. 2014. Diversitas Arthropoda Herbivor Pengunjung Padi Merah di Sawah Organik di Desa Sengguruh, Kepanjen. J-PAL. 5(1): 57-64. Baehaki, S E. 2009. Strategi Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Padi dalam Perspektif Praktek Pertanian yang Baik (Good Agricultural Practices). Pengembangan Inovasi Pertanian 2(1): 65-78. Dadi, 2010. Potensi Agroforestri Pendukung Eksistensi Arthropoda Predator Wereng Padi di Ekosistem Sawah. Disertasi (Tidak dipublikasikan). Program Studi Ilmu-Ilmu Pertanian. Program Pasca Sarjana Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya Malang. Letourneaua, D. and Miguel, A. 2003. Vegetation management and biological control in agroecosystems. Journal of Biological Control. University of California, Berkeley, Albany CA94706, USA. Marhub, E. 1998. Struktur Komunitas Arthopoda pada Ekosistem Padi Tanpa Perlakuan Fungisida. Jurnal. Jurusan Hama Penyakit Tumbuhan Faultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta Mustakim, A. Leksono, A. S. Kusuma, z. 2014. Pengaruh Blok Refugia Terhadap Pola Kunjungan Serangga Polinator di Perkebunan Apel Poncokusumo, Malang. Natural. 2(3): 249-253 Powell W., 1986. Enhancing parasitoid activity in crops. Di dalam : Waage J, Greathead D (ed.). Insect Parasitoid. Academic Press, Orlando. Price, P. W. 1991. The plant vigor hypothesis and herbivore attack. Oikos, 62: 244 251. Sari, R. P. & B. Yanuwiadi. 2014. Efek Refugia pada Populasi Herbivora di Sawah Padi Merah Organik Desa Sengguruh, Kepanjen, Malang. Biotropika. 2(1): 14-19. Sudana, W. 2005. Potensi dan Prospek Lahan Rawa sebagai Sumber Produksi Pertanian. Jurnal Pertanian Analisis Kebijakan Pertanian, 3(2): 141-151. Suriardikarta, Didi A dan Mas Teddy Sutriadi. 2007. Jenis-jenis Lahan Berpotensi untuk Pengembangan Pertanian di Lahan Rawa. Jurnal Litbang Pertanian, 26(3): 115-122. Thalib R, Effendy TA, Herlinda S. 2002. Struktur Komunitas dan Potensi Arthropoda Predator Hama Padi Penghuni Ekosistem Sawah Dataran Tinggi di Daerah Lahat, Sumareta Selatan, Makalah Seminar Nasional Dies Natalis Fakultas Pertanian 646

Universitas Sriwijaya & Peringatan Hari Pangan Sedunia, Palembang, 7-8 Oktober 2002. Wardani, F. S. Leksono, A. S, Yanuwiadi, B. 2013. Efek Blok Refugia (Ageratum conyzoides, Ageratum houstonianum, Commelina diffusa) Terhadap Pola Kunjungan Arthropoda di Perkebunan Apel Desa Poncokusumo, Malang. Biotropika. 1(4): 134-138. 647