PENGEMBANGAN KETERAMPILAN LABORATORIUM ASTRONOMI BERBASIS KEMAMPUAN GENERIK SAINS BAGI CALON GURU FISIKA. Ni Made Pujani

dokumen-dokumen yang mirip
PENGEMBANGAN PERANGKAT PRAKTIKUM UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN LABORATORIUM CALON GURU FISIKA

BAB III METODE PENELITIAN. Keterampilan laboratorium dan kemampuan generik sains sangat penting

PROFIL KETERAMPILAN LABORATORIUM MAHASISWA CALON GURU FISIKA PADA BIDANG ASTRONOMI

PENGARUH IMPLEMENTASI BUKU AJAR BERBASIS PROYEK PADA MATA KULIAH KONSEP DASAR IPA II TERHADAP KEMAMPUAN GENERIK SAINS MAHASISWA JURUSAN PGSD

Korelasi Penguasaan Konsep Dan Berpikir Kritis Mahasiswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Simulasi Komputer

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang...

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki milenium ketiga, lembaga pendidikan dihadapkan pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma penelitian merupakan pola pikir yang menunjukkan hubungan. antar variabel yang akan diteliti (Gambar 3.1).

BAB III METODE PENELITIAN. Berpikir kritis mencakup sejumlah keterampilan kognitif dan disposisi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kuasi eksperimen (quasi

PENGEMBANGAN ALAT PENILAIAN BERBASIS KETERAMPILAN GENERIK SAINS PADA PRAKTIKUM STRUKTUR HEWAN

ISSN: X Vol. 3, No. 2, Oktober 2014

PENGARUH PEMBELAJARAN STRATEGI REACT TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MAHASISWA PGSD TENTANG KONEKSI MATEMATIS

BAB III METODE PENELITIAN. Tujuan pendidikan nasional adalah berkembangnya potensi peserta didik agar

PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF PADA PEMBELAJARAN MEDAN MAGNET UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS MAHASISWA

DESAIN PENGEMBANGAN MODEL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK BERBASIS MASALAH TERHADAP KETERAMPILAN SCIENTIFIC INQUIRY DAN KOGNISI MAHASISWA

PENINGKATAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS BAGI MAHASISWA MELALUI PERKULIAHAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS INSTRUMEN BERBASIS INKUIRI

Nurun Fatonah, Muslimin dan Haeruddin Abstrak Kata Kunci:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini berupaya untuk mengembangkan model pembekalan

PENGARUH LATIHAN MEMBANGUN KONSEP TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH TOPIK KALOR PADA SISWA SMAN 1 SUKODADI KABUPATEN LAMONGAN

MODEL PEMBELAJARAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS GURU FISIKA PADA TOPIK FLUIDA DINAMIS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen kuasi

III. METODE PENELITIAN. Pengembangan yang dilakukan adalah pengembangan media pembelajaran berupa

PEMBELAJARAN INKUIRI BERBANTUAN MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KERJA ILMIAH MAHASISWA NON EKSAKTA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan penelitian pengembangan yang dikembangkan oleh Thiagarajan

BAB III METODE PENELITIAN. peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan generik sains pada

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BERBASIS KEGIATAN LABORATORIUM UNTUK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 6 SURABAYA PADA MATERI POKOK ALAT OPTIK

BAB III METODE PENELITIAN. Gagasan pemikiran penelitian yang dilakukan disampaikan pada Gambar

Rahmat Hidayat. Guru SMP Negeri Kota Bandung

J. Pijar MIPA, Vol. XI No.2, September 2016: ISSN (Cetak) ISSN (Online)

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN LABORATORIUM TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA PESERTA DIDIK SMPN 3 PALAKKA KABUPATEN BONE

III. METODE PENELITIAN. bulan November 2010 di SMP Negeri 19 Bandar Lampung.

Mukti Herdiana, Eko Setyadi Kurniawan, Ashari

PENERAPAN KETRAMPILAN PROSES SAINS MELALUI MODEL THINK PAIR SHARE PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

Marzuki 1 dan Hinduan 2 1. Jurusan Fisika FMIPA Universitas Mataram 2

EFEKTIVITAS MACROMEDIA FLASH INTERAKTIF DALAM PEMBELAJARAN FISIKA TEKNIK

ISSN : X Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia Vol. 1 No. 1 Mei 2013

Unnes Physics Education Journal

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKDP) BERBASIS GUIDED INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN PRACTICAL SKILLS DAN PEMAHAMAN KONSEP IPA PESERTA DIDIK SMP

JIPFRI: Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penguasaan konsep siswa terhadap materi fluida statis diukur dengan tes

EFEK MODEL PEMBELAJARAN ATI (APTITUDE TREATMENT INTERACTION) TERHADAP AKTIVITAS DAN GENERIK SAINS FISIKA SISWA

PENERAPAN METODE RESITASI BERBASIS MOODLE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN WEB DESIGN

Dwi Ratnaningdyah. Universitas PGRI Palembang, Palembang. ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. Paradigma penelitian ini dibangun dari empat pilar mendasar yaitu:

MODEL QUANTUM TEACHING DISERTAI METODE EKSPERIMEN DAN DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP. Winda Ayu Wijayanti, Indrawati, Trapsilo Prihandono

PELATIHAN PRAKTIKUM IPBA BAGI GURU SMP/SMA DI KOTA SINGARAJA MENUJU OLIMPIADE ASTRONOMI Oleh: Ni Made Pujani dan Ni Ketut Rapi

Munawaroh,dkk. Kata kunci:.keterampilan generik sains, model pembelajaraninkuiri terbimbing

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN SCIENCE ENVIRONMENT TECHNOLOGY AND SOCIETY (SETS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP ILMIAH

Perbandingan Peningkatan Keterampilan Generik Sains Antara Model Inquiry Based Learning dengan Model Problem Based Learning

III. METODE PENELITIAN. Pengembangan yang dilakukan adalah pengembangan media pembelajaran berupa

Journal of Innovative Science Education PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN LARUTAN PENYANGGA BERBASIS MASALAH BERVISI SETS

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS SISWA SMP

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sebenarnya (Suryabrata, 2005 : 38). Dalam penelitian ini peneliti ingin

PENGEMBANGAN WORKSHEET IPBA BERBASIS SAINS LOKAL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI MAHASISWA

Abstrak. : Desi Hartinah, Dr. Insih Wilujeng, dan Purwanti Widhy H, M. Pd, FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dibangun dari beberapa asumsi. Asumsi pertama adalah

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA YP Unila

EFEK MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN KERJA SAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA. Fitria Silviana

Unnes Physics Education Journal

Program Studi Pendidikan IPA Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

EduHumaniora: Jurnal Pendidikan Dasar ISSN Vol. 8. No.2 Juli 2016 Hal

Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia_Solo_Maret 2010

Gunawan Program Studi Pendidikan Fisika, FKIP Universitas Mataram

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SAINS MENGGUNAKAN PA BERBASIS SCIENTIFIC APPROACH DENGAN PA KONVENSIONAL

Unnes Physics Education Journal

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing disertai diskusi dalam Pembelajaran Fisika Kelas VII di SMP

BAB III METODE PENELITIAN

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA

Unnes Physics Education Journal

BAB III METODE PENELITIAN. Selain itu, keterampilan riset yang telah dimiliki oleh mahasiswa calon guru ini akan

EFEKTIVITAS PROGRAM PEMBEKALAN KEMAMPUAN ASESMEN BAGI CALON GURU KIMIA DALAM PEMBELAJARAN. Abstrak

Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Kalor Siswa SMA

PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM BERVISI SETS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN LABORATORIUM DAN PENGUASAAN KOMPETENSI

PENGARUH MODEL PROJECT-BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PESERTA DIDIK KELAS XI MIA SMA NEGERI 1 KEPANJEN

Penerapan Model Pembelajaran Interactive Engagement untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 4 Palu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Unesa Journal of Chemistry Education Vol. 2, No. 2, pp May 2013 ISSN:

PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI KARANGJATI

Millathina Puji Utami et al., Model Pembelajaran Children Learning in Science (CLIS)...

E-journal Prodi Edisi 1

BAB III METODE PENELITIAN. A. Model Pengembangan. Model pengembangan yang dipakai adalah modal Four-D yang

Dewi Puji Astuti*, Rasmiwetti**, Abdullah*** No Hp :

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PROJECT BASED LEARNING

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Perintis 1

(Artikel) Oleh KHOIRUNNISA

PENGARUH PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING

PERAN PRAKTIKUM DALAM MEMBEKALI KEMAMPUAN GENERIK PADA CALON GURU (Studi Kasus pada Praktikum Reguler Fisiologi Tumbuhan di LPTK)

Beny Yosefa dan Wiwin Hesvi Universitas Pasundan Bandung

Efektivitas Metode Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Keterampilan Generik Sains Siswa Kelas XI IA 2 SMA Negeri 8 Makassar

USING PROBLEM BASED LEARNING MODEL TO INCREASE CRITICAL THINKING SKILL AT HEAT CONCEPT

PENGARUH JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN SISWA XI IPA MENGENAI FAKULTAS TEKNIK DI SMA 36 JAKARTA

xi xiii xiv 1 A. Latar Belakang Masalah... B. Rumusan Masalah... C. Tujuan Penelitian... D. Manfaat Penelitian... E. Penjelasan Istilah...

PENGARUH PEMBELAJARAN IPA BERBASIS SCIENTIFIC INQUIRY AND SCIENCE ISSUES PADA KETERCAPAIAN 3 RANAH HASIL BELAJAR SISWA SMP ARTIKEL SKRIPSI

PENGARUH PEMBELAJARAN IPA BERBASIS SCIENCE PROCESS AND ENVIRONMENT TERHADAP KETERCAPAIAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN KETERAMPILAN ILMIAH SISWA SMP

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR BROSUR TERHADAP AKTIVITAS DAN PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA. (Artikel) Oleh: Ely Fitri Astuti

JPPMS, Vol. 1, No. 1, 2017 Jurnal Penelitian Pendidikan Matematika dan Sains

BAB III METODE PENELITIAN. atau Research and Development (R&D), yang bertujuan untuk

Transkripsi:

PENGEMBANGAN KETERAMPILAN LABORATORIUM ASTRONOMI BERBASIS KEMAMPUAN GENERIK SAINS BAGI CALON GURU FISIKA Ni Made Pujani Jurusan Pendidikan Fisika, FMIPA Universitas Pendidikan Ganesha ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan sebuah Program Pembelajaran Keterampilan Laboratorium Astronomi Berbasis Kemampuan Generik Sains (PPKL-BKGS) untuk meningkatkan keterampilan laboratorium dan kemampuan generik sains Astronomi. Perangkat program pembelajaran keterampilan laboratorium Astronomi dikembangkan menggunakan strategi research and development, dengan subyek penelitian mahasiswa calon guru yang sedang mengikuti perkuliahan IPBA pada Jurusan Pendidikan Fisika suatu LPTK di Bali. Instrumen yang digunakan adalah asesmen kinerja keterampilan laboratorium, tes kemampuan generik sains, lembar observasi, dan angket respon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PPKL-BKGS efektif dalam mengembangkan keterampilan laboratorium Astronomi dengan peningkatan sebesar 0,63, serta efektif dalam meningkatkan kemampuan generik sains calon guru dengan peningkatan %g sebesar 34,81 tergolong sedang. Tanggapan mahasiswa adalah positif terhadap implementasi PPKL-BKGS. Kata Kunci: astronomi, kemampuan generik sains pengembangan, keterampilan laboratorium ABSTRACT The aims of this study were to develop a laboratory skills teaching and learning program-based on the generic science ability, who can develop laboratory skills and generic science ability for prospective teachers in Astronomy. The program was developed using research and development strategy, with the subject was prospective physics teachers who enrolled earth and space science course at the departement of physics education in a teacher training institution (LPTK) at Bali. The instrument used is a performance assesment of laboratory skills, test of generic science ability, observation sheets, and response questionnaires. The results showed that the programme effectiveness to develop the Astronomy laboratory skills with an increase of 0.63; to improve the generic science ability for prospective teachers in Astronomy, with an increase %g of 34,81 medium categories. The students responded is positively to the program implementation. Keywords: astronomy, development, generic science ability, laboratory skills PENDAHULUAN Salah satu permasalahan penting dalam pembelajaran IPBA bidang Astronomi adalah rendahnya kualitas pembelajaran pada berbagai jenjang pendidikan. Rendahnya kualitas proses dan hasil belajar Astronomi dipengaruhi banyak faktor, salah satunya adalah mutu guru. Hal ini tidak terlepas dari proses penyiapan guru itu sendiri oleh Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). Dalam pengembangan profesional guru, harus diberikan keterampilan laboratorium, sehingga calon guru dapat mengembangkan pengetahuan, pengertian dan kecakapannya. Sebagai mana dinyatakan oleh McDermot (1990) bahwa salah satu faktor penting yang mempengaruhi rendahnya kinerja pendidikan sains adalah kurangnya guru-guru yang dipersiapkan dengan baik. Astronomi sebagai bagian dari sains, seharusnya dibelajarkan melalui kegiatan laboratorium. Karena, kegiatan laboratorium merupakan bagian integral dari kegiatan belajar mengajar (Rustaman et al., 2005). Tetapi, kenyataan di lapangan, pembelajaran Astronomi di sekolah-sekolah umumnya 230

Ni Made Pujani, Pengembangan Keterampilan Laboratorium Astronomi Berbasis Kemampuan Generik Sains Bagi Calon Guru Fisika 231 bersifat teoritis, melalui ceramah, diskusi, dan penyelesaian soal, tanpa eksperimen ataupun demonstrasi (Depdiknas, 2002). Hal senada juga terjadi pada perkuliahan IPBA di Jurusan Fisika pada LPTK di Bali, di mana pembelajaran bidang Astronomi didominasi oleh ceramah, studi pustaka dan penugasan. Melalui kegiatan laboratorium diharapkan mahasiswa memiliki hasil belajar sains berupa kemampuan berpikir dan bertindak berdasarkan pengetahuan sains yang dimilikinya atau lebih dikenal sebagai kemampuan generik sains. Selain itu, juga dapat ditingkatkan penguasaan konsep, keterampilan berpikir tingkat tinggi dan kemampuan pemecahan masalah peserta didik. Kemampuan generik sains merupakan kemampuan yang dapat digunakan untuk mempelajari berbagai konsep dan menyelesaikan masalah dalam sains (Brotosiswoyo, 2000). Lebih lanjut Brotosiswoyo menyatakan bahwa kemampuan generik sains yang perlu dibekalkan dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan laboratorium diantaranya kemampuan melakukan pengamatan langsung dan tak langsung, bahasa simbolik, kesadaran akan skala, inferensi logika, hukum sebab akibat, pemodelan dan hal-hal lain yang melandasinya. Oleh karena itu, kemampuan generik sains merupakan kemampuan yang digunakan secara umum dalam berbagai kerja ilmiah, dan dapat digunakan sebagai landasan dalam melakukan kegiatan laboratorium. Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut: (1) Bagaimanakah efektifitas PPKL- BKGS dalam mengembangkan keterampilan laboratorium calon guru fisika? (2) Bagaimanakah efektifitas PPKL-BKGS dalam meningkatkan kemampuan generik sains calon guru fisika? (3) Bagaimanakah tanggapan mahasiswa terhadap penerapan PPKL-BKGS? Adapun tujuan penelitian ini adalah menghasilkan suatu Program Pembelajaran Keterampilan Laboratorium Berbasis Kemampuan Generik Sains (PPKL- BKGS) bidang Astronomi, yang mengkondisikan mahasiswa agar memperoleh pengalaman-pengalaman merancang, melaksanakan dan melaporkan keterampilan laboratorium, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kemampuan generik sainsnya. Manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini antara lain: (1) memberi suatu alternatif model pembekalan keterampilan laboratorium Astronomi dalam upaya meningkatkan keterampilan laboratorium dan kemampuan generik sains calon guru, (2) memberi suatu kerangka pemikiran dalam rangka perbaikan pendidikan guru fisika di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK), (3) Memberi pengalaman langsung kepada calon guru fisika dalam melaksanakan praktikum Astronomi, yang direncanakan, dilaksanakan dan dilaporkan sendiri. (4) Sebagai bahan kajian dalam merevisi kurikulum program studi fisika, agar perkuliahan IPBA bidang Astronomi tidak hanya teori saja, tetapi juga mengalokasikan sks untuk kegiatan laboratorium. Secara teoritis, melalui kegiatan laboratorium aspek produk, proses, dan sikap dapat lebih dikembangkan. Praktikum atau kegiatan laboratorium merupakan kegiatan istimewa yang berfungsi untuk melatih dan memperoleh umpan balik serta meningkatkan motivasi belajar siswa (Utomo dan Ruijter, 1990; Lim, 2007). Pembelajaran melalui kegiatan laboratorium tidak hanya meningkatkan ranah psikomotorik siswa, tetapi juga kognitif dan afektif. Seperti dinyatakan oleh Pabelon & Mendosa (2000), bahwa: Kerja laboratorium berperan dalam mengembangkan kognitif, psikomotor, dan afektif. Dengan demikian melalui pembekalan kegiatan laboratorium diharapkan dapat meningkatkan keterampilan laboratorium dan kemampuan generik sains mahasiswa. METODE Penelitian ini termasuk jenis penelitian dan pengembangan pendidikan (Educational Research and Development, yang disingkat R&D). Jenis penelitian R&D adalah suatu proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produkproduk pendidikan (Gall et al., 2003). Secara umum penelitian dilakukan dalam tiga tahapan, yaitu (1) Studi Pendahuluan, (2)

232 Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 18, Nomor 2, Oktober 2013, hlm. 230-239 Perancangan Draft Program, dan (3) Pengembangan Program. Program yang telah disusun dan divalidasi kemudian diimplementasikan untuk menguji efektifitas model PPKL-BKGS dalam meningkatkan keterampilan laboratorium dan kemampuan generik sains calon guru antara kelas eksperimen dan kontrol. Metode yang digunakan pada tahap implementasi adalah metode kuasi eksperimen dengan desain Nonequivalent Control Group Design (Creswell, 2008). Rancangan penelitiannya diberikan pada Gambar berikut. Keterangan: O = skor pretes, O = skor postes, X 1 = PPKL-BKGS, dan X 2 = Program Pembelajaran Reguler. KELOMPOK EKSPERIMEN (KE) : O X 1 O KELOMPOK KONTROL (KK) : O X 2 O Subyek penelitian adalah mahasiswa semester III Jurusan Fisika pada suatu LPTK di Bali, sebanyak dua kelas (40 orang). Setelah diundi, kelas B2 terpilih sebagai kelompok eksperimen dan kelas B1 sebagai kelompok kontrol, masing-masing terdiri dari 20 orang. Kelompok eksperimen diberi pembelajaran dengan PPKL-BKGS dan kelompok kontrol diberi pembelajaran secara reguler dengan praktikum konvensional. Ada enam topik praktikum Astronomi yang dikembangkan, yaitu: Jam Matahari, Rotasi & Revolusi Bumi, Rotasi & Revolusi Bulan, Koordinat Pengamatan, Pengenalan Rasi Bintang, dan Pengamatan Objek Langit Malam. Demikian pula ada tujuh kemampuan generik sains yang dikembangkan, yaitu pengamatan langsung (PL), pengamatan tak langsung (PTL), kesadaran tentang skala besaran (KSB), bahasa simbolik (BS), inferensi logika (IL), hukum sebab akibat (HSA) dan pemodelan (P). Prosedur pembelajaran kegiatan laboratorium dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Sebelum pembelajaran dimulai, mahasiswa diberikan pretest keterampilan laboratorium berbasis kemampuan generik sains Astronomi, kemudian dilanjutkan dengan membagi mahasiswa ke dalam kelompok-kelompok belajar yang anggotanya terdiri dari 3-5 orang. 2. Melaksanakan kegiatan pembelajaran keterampilan laboratorium dengan tahapan: eksplorasi, kolaborasi, pemodelan, pelatihan, pembimbingan, artikulasi, dan refleksi. Pembelajaran diawali dengan menyusun draft rancangan praktikum, menyempurnakan rancangan, menyiapkan alat peraga dan alat praktikum lainnya, mengaplikasikan rancangan, pembimbingan secara bertahap, mendiskusikan hasil-hasil kegiatan laboratorium melalui diskusi kelas dan merefleksi kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan. 3. Diakhir pembelajaran, mahasiswa diberi postes dan angket untuk mengetahui tanggapannya terhadap pembelajaran yang dilakukan. Pencapaian keterampilan laboratorium diungkapkan dari nilai rata-ratanya, dengan kriteria tingkat penguasaan sebagai berikut. Kategori Sangat Baik untuk rentang skor 85,0-100,0, Baik: 70,0-84,9; Cukup: 55,0 69,9; Kurang: 40,0 54,9 dan kategori sangat kurang: 0 39,9 (Pedoman Studi Undiksha, 2009). Peningkatan kemampuan generik sains diklasifikasikan berdasarkan persentase gain ternormalisasi yang dihitung dengan rumus dari Hake (Cheng, 2004): % g max S post S pre x S S 100 Nilai % g kemudian dikonversikan dengan kriteria gain ternormalisasi berikut. Tingkat gain 71-100 kriterianya tinggi, 31-70 sedang dan 0-30 rendah. Untuk mengetahui efektivitas program PPKL-BKGS dalam meningkatkan pre

Ni Made Pujani, Pengembangan Keterampilan Laboratorium Astronomi Berbasis Kemampuan Generik Sains Bagi Calon Guru Fisika 233 keterampilan laboratorium dan kemampuan generik sains mahasiswa dilakukan uji beda. Mengingat jumlah sampel setiap kelompok hanya 20 orang, maka uji beda dilakukan dengan statistik non parametrik, menggunakan Man Wittney U. Semua analisis dilakukan menggunakan SPSS versi 17,0 pada taraf signifikansi 5%. Ho ditolak, jika nilai sig. (p-value) lebih besar dari 0,05 (nilai α). HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pencapaian Kinerja Keterampilan Laboratorium Astronomi Secara umum pencapaian skor keterampilan laboratorium dalam merancang, melaksanakan dan melaporkan kegiatan laboratorium sudah baik. Hal ini didasarkan pada hasil penilaian kinerja terhadap indikator-indikator keterampilan laboratorium seperti disajikan pada Tabel 1, 2, dan 3. Tabel 1 Pencapaian Kinerja Mahasiswa Kelas Eksperimen pada saat Merancang Kegiatan Laboratorium Astronomi. No Aspek Keterampilan Merancang Topik Praktikum Astronomi 1 2 3 4 5 6 R Ket 1 Merumuskan judul 9,8 9,8 10 7,8 9,8 10 9,5 SB 2 Merumuskan masalah 9,8 10 10 7,8 9,5 10 9,5 SB 3 Merumuskan tujuan 7,8 9,5 9,3 8,5 10 10 9,2 SB 4 Mengidentifikasi kemampuan generik sains 7,5 9 10 9 8,8 7,8 8,7 SB 5 Konsep dan Prinsip 7,5 8,8 8,5 7,8 9,8 7,8 8,4 B 6 Merumuskan hipotesis 6,5 9 9,3 7,5 8,5 7,5 8,1 B 7 Mengidentifikasi variabel 7,8 8,5 9,5 8,3 8,8 7,8 8,5 SB 8 Merumuskan cara mengukur variabel terikat 6 9 8,3 9,3 9,3 8 8,3 B 9 Mengenali alat dan bahan 7,8 9,3 9,5 8,8 9,8 8 8,9 SB 10 Menyusun langkah kerja 7,8 9 8 8,5 8,8 8,3 8,4 B 11 Merancang alat evaluasi 7,5 8,3 7,5 8,5 7,5 8 7,9 B Rerata 7,8 9,1 9,1 8,3 9,1 8,5 8,7 Kategori B SB SB B SB SB SB B =33,3%; SB= 66,7% Keterangan: Topik Praktikum Astronomi: 1 = Jam Matahari, 2 = Rotasi dan Revolusi Bumi, 3 = Rotasi dan Revolusi Bulan, 4 = Koordinat Pengamatan, 5 = Pengenalan Rasi Bintang dan 6 = Pengamatan Langit Malam. Kategori: B = Baik, SB = Sangat Baik; R = Rerata Melalui pembekalan dengan menggunakan LKM berbasis kemampuan generik sains, calon guru fisika telah dapat menyusun rancangan kegiatan laboratorium dengan sangat baik. Sekitar 66,7% dari semua topik yang diberikan dapat dikerjakan rancangannya dengan sangat baik dan 33,3% topik dapat dibuat rancangannya dengan baik. Kemampuan dalam merumuskan judul, masalah, tujuan, kemampuan generik sains. mengidentifikasi variabel dan penyiapan alat dan bahan sudah sangat baik. Rerata skor dalam menentukan konsep dan prinsip, merumuskan hipotesis, menentukan cara mengukur variabel terikat, menyusun langkah kerja dan alat evaluasi tergolong baik. Untuk mencapai kompetensi dalam melaksanakan kegiatan laboratorium, mahasiswa diberi pembekalan keterampilan untuk mengaplikasikan rancangan yang telah disusun. Hasil penilaian kinerja terhadap indikator-indikator keterampilan melaksanakan kegiatan laboratorium disajikan pada Tabel 2.

234 Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 18, Nomor 2, Oktober 2013, hlm. 230-239 Tabel 2 Pencapaian Kinerja Mahasiswa Kelas Eksperimen pada saat Melaksanakan Kegiatan Laboratorium Astronomi. No Aspek Keterampilan Topik Praktikum Astronomi Melaksanakan 1 2 3 4 5 6 R Ket 1 Mengaplikasi kan rancangan 9,2 8,5 9,5 8,0 9,5 8,0 8,7 SB 2 Menggunakan alat dan bahan 9,0 8,3 8,7 9,1 9,0 8,4 8,7 SB 3 Melakukan pengamatan 9,0 9,2 8,5 8,2 9,4 8,3 8,6 SB 4 Mencatat hasil 9,2 9,2 9,0 8,8 9,3 8,6 8,8 SB 5 Mempresentasikan hasil 8,0 8,1 8,0 8,0 8,1 8,3 8,1 B 6 Berdiskusi 7,3 7,6 7,9 7,8 8,0 8,0 7,6 B Rerata 8,6 8,6 8,7 8,4 8,9 8,3 8,4 Kategori SB SB SB B SB B B B= 33,3 %, SB= 66,7% Dari Tabel 2 diketahui, rata-rata calon guru fisika telah dapat mengaplikasikan rancangan kegiatan laboratorium dengan kategori baik. Sekitar 66,7 % dari semua topik yang rancangannya telah disusun, dapat dilaksanakan di laboratorium dengan sangat baik dan 33,3% dapat dilaksanakan dengan baik. Kemampuan dalam mengaplikasikan rancangan, menggunakan alat dan bahan, melakukan pengamatan, dan mencatat hasil sudah berkembang sangat baik. Rerata skor mempresentasikan hasil dan kemampuan berdiskusi tergolong baik. Hasil penilaian kinerja kemampuan melaporkan disajikan pada Tabel 3. Berdasarkan tabel tersebut diketahui rata-rata mahasiswa calon guru telah dapat melaporkan hasil kegiatan laboratorium dengan kategori sangat baik. Sekitar 50 % dari semua topik yang dipraktikumkan, telah dapat dilaporkan dengan sangat baik dan 50% dengan kategori baik. Kemampuan dalam merumuskan judul, tujuan, kajian teori, alat dan bahan, langkah kerja, analisis data, menarik kesimpulan, dan kaitan antar komponen laporan sudah sangat baik. Sementara itu, rerata skor dalam mengidentifikasi kemampuan generik sains, menginterpretasi hasil, melakukan pembahasan, memberi saran, dan menuliskan daftar pustaka tergolong baik. Tabel 3 Pencapaian Kinerja Mahasiswa Kelas Eksperimen pada saat Melaporkan Kegiatan Laboratorium Astronomi. No Aspek Keterampilan Melaporkan Topik Praktikum Astronomi 1 2 3 4 5 6 R Ket 1 Judul 9,5 9,8 10,0 7,5 9,8 7,9 9,6 SB 2 Tujuan 8,5 9,5 9,0 8,0 10,0 7,5 9,0 SB 3 Kemampuan generik sains 9,3 8,3 7,5 7,5 9,8 7,8 8,1 B 4 Kajian Teori 8,0 8,6 8,8 8,3 8,6 7,6 8,5 SB 5 Alat dan bahan 9,4 8,9 9,6 8,3 9,6 7,5 9,1 SB 6 Langkah Kerja 9,8 8,9 8,3 10,0 9,4 7,5 9,1 SB 7 Analisis data 8,8 9,0 8,3 7,5 9,5 9,3 8,8 SB 8 Interpretasi Hasil 8,5 8,8 9,0 7,5 8,0 7,5 8,0 B 9 Pembahasan 9,0 8,1 7,5 7,9 7,5 7,6 8,2 B 10 Kesimpulan 8,6 8,9 8,1 9,6 8,5 8,1 8,8 SB 11 Saran 7,5 7,3 8,5 8,1 7,5 7,5 8,0 B 12 Daftar Pustaka 6,5 9,0 9,5 9,8 10,0 8,0 8,3 B 13 Keterkaitan antar komponen laporan 9,6 8,8 8,4 9,8 10,0 7,9 9,4 SB Rerata 8,3 8,8 8,5 8,3 8,8 7,8 8,7 Kategori B SB SB B SB B SB B = 50 %; SB = 50%

Ni Made Pujani, Pengembangan Keterampilan Laboratorium Astronomi Berbasis Kemampuan Generik Sains Bagi Calon Guru Fisika 235 2. Efektifitas PPKL-BKGS dalam Mengembangkan Keterampilan Laboratorium Astronomi. Perbandingan rerata skor laporan praktikum Astronomi per topik kegiatan antara kelompok kontrol dan eksperimen, beserta hasil uji statistiknya disajikan pada Tabel 4. Dari tabel tersebut, sebaran data tidak normal ditemukan pada skor laporan Jam Matahari dan Pengenalan Rasi Bintang untuk kelompok kontrol, sedangkan varians kedua kelompok tidak homogen pada skor laporan Jam Matahari, Rotasi dan Revolusi Bumi, dan Rotasi dan Revolusi Bulan. Peningkatan rerata nilai laporan antara kelompok kontrol dan eksperimen sebesar 0,63. Dari hasil uji beda ditemukan peningkatan capaian keterampilan laboratorium pada Bidang Astronomi antara kelompok kontrol dan eksperimen adalah signifikan. Demikian pula untuk perbedaan capaian pada semua topik kegiatan laboratorium (p > α) adalah signifikan. Tabel 4 Perbandingan Hasil Uji normalitas, homogenitas dan Uji beda dari Skor Laporan Kegiatan Laboratorium Astronomi Astronomi Topik Jam Matahari Rotasi & Revolusi Bumi Rotasi & Revolusi Bulan Koordinat Pengamatan Pengenalan Rasi Bintang Pengamatan Langit Malam n 20 Kelompok Kontrol Rerat p Distri busi Rerat Kelompok Eksperimen Distri p busi sig Varians Simpulan 7,80 0,451 Normal 8,43 0,574 Normal 0,164 Homogen 7,61 0,024 Tidak Normal 8,37 0,56 Normal 8,00 0,940 Normal 8,69 0,71 Normal 0,020 7,91 0,250 Normal 8,55 0,95 Normal 0,024 Tidak Homogen Tidak Homogen Tidak Homogen 7,87 0.707 Normal 8,30 0,06 Normal 0,138 Homogen 7,94 0,020 Tidak Normal 8,86 0,72 Normal 0,136 Homogen 7,49 0,306 Normal 7,80 0,08 Normal 0,534 Homogen p (U) (hipotesis) 0,014 Visualisasi perbandingan skor total laporan kegiatan laboratorium Astronomi antara kelompok kontrol dan eksperimen dilukiskan pada Gambar 1. Gambar 1 Perbandingan Skor Total Laporan Kegiatan Laboratorium antara Kelompok Kontrol dan Eksperimen Bidang Astronomi Keterangan: 1 = Skor total laporan Astronomi, 2 = Jam Matahari, 3 = Rotasi dan Revolusi Bumi, 4 = Rotasi dan Revolusi Bulan, 5 = Koordinat Pengamatan, 6 = Pengenalan Rasi Bintang dan 7 = Pengamatan Langit Malam.

236 Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 18, Nomor 2, Oktober 2013, hlm. 230-239 3. Efektifitas PPKL-BKGS dalam Meningkatkan Kemampuan Generik Sains (KGS) Astronomi Nilai pretes, postes, dan gain ternormalisassi (%g) kemampuan generik sains Astronomi yang diperoleh pada penelitian disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Rerata skor pretes, postes, dan %g KGS Astronomi KGS Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen n Astronomi R. Pre R. Post R. %g Kategori R. Pre R. Post R. %g Kategori KGS total 20 4,25 5,45 20,4 Rendah 4,06 7,36 55,21 Sedang PL 20 4,9 7,3 34,3 Sedang 3,6 8,4 76,2 Tinggi PTL 20 5,2 6,5 18,4 Rendah 4,0 6,2 32,2 Sedang KSB 20 4,6 5,8 17,9 Rendah 4,3 8,4 70,0 Tinggi BS 20 4,1 6,0 32,5 Sedang 2,3 9,5 94,2 Tinggi IL 20 4,8 5,5 12,2 Rendah 5,0 7,1 37,6 Sedang HSA 20 3,5 5,4 25,0 Rendah 3,0 5,9 33,3 Sedang P 20 5,3 6,7 27,9 Rendah 4,9 6,6 32,9 Sedang Keterangan: PL = pengamatan langsung, PTL = pengamatan tak langsung, KSB = kesadaran tentang skala besaran, BS = bahasa simbolik, IL = inferensi logika, HSA= hukum sebab akibat, P = pemodelan. Dari Tabel 5, perolehan rerata %g KGS total pada kelompok kontrol sebesar 20,4 dengan kategori rendah, untuk kelompok eksperimen rerata %g sebesar 55,21 yang tergolong sedang. Berarti ada peningkatan perolehan skor rerata sebesar 34,81 tergolong sedang. Peningkatan rerata %g antara kelompok kontrol dan eksperimen juga terjadi pada semua komponen KGS. Visualisasi perbandingan %g KGS Astronomi dan komponennya dilukiskan pada Gambar 2. Gambar 2 Grafik Perbandingan Rerata %g KGS Astronomi dan Komponennya Berdasarkan grafik, perolehan rerata %g tertinggi dari kelompok eksperimen terjadi pada bahasa simbolik dan terendah pada pengamatan tak langsung, sedangkan untuk kelompok kontrol %g tertinggi pada pengamatan langsung dan terendah pada inferensi logika. Untuk mengetahui signifikansi peningkatan rerata %g antara kelompok kontrol dan eksperimen, dilakukan uji beda rata-rata dengan Man Wittney U. Hasil uji beda dituangkan pada Tabel 6.

Ni Made Pujani, Pengembangan Keterampilan Laboratorium Astronomi Berbasis Kemampuan Generik Sains Bagi Calon Guru Fisika 237 Tabel 6 Uji Beda KGS Astronomi KGS U Z p (U) P (Z) Kesimpulan Astronomi 14.00-5.032 0.000 0.000 Signifikan PL 126.50-2.007 0.045 0.046 Signifikan PTL 166.00-0.927 0.354 0.369 Tidak Signifikan KSB 33.00-4.539 0.000 0.000 Signifikan BS 60.00-4.109 0.000 0.000 Signifikan IL 114.00-2.340 0.019 0.020 Signifikan HSA 185.00-0.412 0.680 0.698 Tidak Signifikan P 169.00-0.849 0.396 0.414 Tidak Signifikan Uji beda yang dilakukan terhadap rerata %g KGS Astronomi dan komponennya menghasilkan nilai p yang bervariasi. Bila dibandingkan dengan taraf signifikansi α = 0,05, maka untuk KGS Astronomi, komponen PL, KSB, BS dan IL nilai p < α, berarti peningkatan nilai KGS pada kelompok eksperimen dibandingkan dengan kelompok kontrol adalah signifikan. Pada komponen PTL, HSA dan P, perolehan p > α, berarti beda rata-ratanya antara kelompok kontrol dan eksperimen tidak signifikan. Dengan demikian penerapan PPKL-BKGS pada perkuliahan IPBA dapat meningkatkan kemampuan generik sains Astronomi secara signifikan pada komponen PL, KSB, BS dan IL, sedangkan untuk komponen PTL, HSA dan P tidak signifikan. 4. Respon Mahasiswa terhadap Pelaksanaan Program Respon terhadap implementasi program dijaring menggunakan angket. Hasil penelitian menemukan bahwa respon mahasiswa berdasarkan angket tersebut adalah positif terhadap pembelajaran yang diterapkan. Selain respon positif, ada juga respon mahasiswa yang tidak setuju, namun persentasenya sangat kecil. Hal ini lebih disebabkan karena kemampuan mahasiswa yang sangat bervariasi, sehingga bagi yang kurang mampu akan mengalami kendala lebih besar dalam pembekalan ini terutama pada saat merancang kegiatan laboratorium. Berdasarkan hasil analisis uji beda terhadap nilai laporan diketahui bahwa PPKL- BKGS efektif dalam mengembangkan keterampilan laboratorium Astronomi calon guru. Hal ini disebabkan karena PPKL-BKGS melibatkan mahasiswa secara aktif untuk mengembangkan keterampilannya dalam merancang, melaksanakan dan melaporkan kegiatan laboratorium IPBA. Karena semua kegiatan itu dilatihkan secara langsung dan berulang sampai semua topik kegiatan laboratorium selesai, maka mahasiswa akan mampu menguasai keterampilan tersebut. Mahasiswa juga akan terbiasa belajar secara mandiri, sehingga akan mampu menguasai keterampilan-keterampilan yang diperlukan dalam mengelola kegiatan laboratorium, yang akan bermanfaat sebagai bekal untuk mengajar di SMP/SMA kelak setelah menjadi guru. Oleh karena itu, setelah selesai perkuliahan, keterampilan laboratorium mahasiswa calon guru akan meningkat. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa PPKL-BKGS efektif dalam meningkatkan kemampuan generik sains dengan rerata gain sebesar 34,81 tergolong sedang. Efektivitas PPKL-BKGS dalam meningkatkan kemampuan generik sains mahasiswa disebabkan antara lain, karena dalam penelitian ini, pelatihan keterampilan merancang praktikum salah satu komponennya adalah mengidentifikasi kemampuan generik sains yang melandasi praktikum. Dengan melaksanakan keterampilan laboratorium mahasiswa berlatih melakukan pengamatan, menyadari tentang skala besaran melalui kegiatan pengukuran, menarik kesimpulan berdasarkan hasil-hasil pengamatan. Kegiatan praktikum dapat membangkitkan motivasi siswa untuk belajar IPA, mengembangkan keterampilan dasar dalam melakukan eksperimen, menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah, serta dapat

238 Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 18, Nomor 2, Oktober 2013, hlm. 230-239 menunjang materi pelajaran (Woolnough dan Allsop dalam Rustaman et al., 2005). Bila peningkatannya ditinjau perkomponen KGS, ternyata peningkatan pada komponen PTL, HSA dan P belum signifikan. Hal ini mungkin disebabkan mahasiswa belum memiliki pengalaman melakukan praktikum di bidang astronomi, karena materi praktikum ini benar-benar merupakan hal yang baru bagi mahasiswa (Pujani, 2011). Sementara itu, untuk komponen PL, KSB, BS dan IL peningkatannya sudah signifikan. Hal ini mungkin disebabkan karena dengan melatihkan keterampilan laboratorium akan membantu mahasiswa mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar dan keterampilan lainnya. Akibatnya mahasiswa dapat mentransfer kemampuannya untuk memudahkan mempelajari bidang yang lain. Kemampuan generik sains merupakan kemampuan dasar yang perlu dimiliki calon guru, dapat diterapkan pada berbagai bidang (Gibb, 2002). Bila kemampuan ini sudah dimiliki oleh mahasiswa calon guru fisika dan sering diterapkan dalam pemecahan masalah, maka diharapkan mereka akan memiliki kemampuan berpikir kreatif dan kritis. Hal ini tentunya akan sangat berguna bagi calon guru sebagai bekal untuk mengajarkan fisika khususnya IPBA bidang Kebumian dengan lebih baik. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut. (1) PPKL-BKGS efektif dalam mengembangkan keterampilan laboratorium mahasiswa, khusunya dalam merancang, melaksanakan dan melaporkan kegiatan laboratorium Astronomi. (2) PPKL- BKGS efektif dalam meningkatkan kemampuan generik sains mahasiswa. Komponen kemampuan generik sains Astronomi yang dapat dikembangkan secara signifikan adalah PL, KSB, BS dan IL pengamatan langsung, kesadaran tentang skala besaran, bahasa simbolik dan inferensi logika, sedangkan tidak signifikan dalam mengembangkan komponen pengamatan tak langsung, hukum sebab akibat dan pemodelan, dan (3) Respon mahasiswa terhadap penerapan PPKL-BKGS, adalah positif Program Pembelajaran Keterampilan Laboratorium yang dilakukan dalam penelitian ini disarankan untuk dapat diteliti dan dikembangkan pada mata kuliah praktikum fisika lainnya yang membutuhkan penguasaan keterampilan laboratorium. DAFTAR PUSTAKA Gall, M.D., Gall, J.P., dan Borg, W.R. (2003). Educational Research an Introduction. 7 th Edtion. Boston: Pearson Education. Brotosiswoyo, B.S. (2000). Hakekat Pembelajaran Fisika di Perguruan Tinggi. Dalam Hakekat Pembelajaran MIPA & Kiat Pembelajaran Fisika di Perguruan Tinggi. Disusun oleh Tim Penulis Pekerti Bidang MIPA. Jakarta: Proyek Pengembangan Universitas Terbuka. Depdiknas. Cheng, K.K., Thacker, B.A., dan Cardenas, R.L. (2004). Using Online Homework System Enhances Students Learning of Physics Concepts in an Introductory Physics Course. American Journal of Physics. 72 (11), 1447 1453. Creswell., J. W. (2009). Research Design, Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches. 3 nd Edition. California: Sage Publication. Depdiknas. (2002). Pengembangan Sistem Pendidikan Tenaga Kependidikan Abad ke-21 (SPTK-21). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Gibb, J. (2002). The Collection of Research Reading on Generics Skill in VET. [Online]. Tersedia: http://www.ncvr.edu.au.hotm. [ 2 Februari 2008] McDermott. (1990). A Perspective on Teacher Preparation in Physics and Other Sciences. American Journal of Physics. 58(8). Pabellon J.L. & Mendoza, A.B. (2000). Sourcebook on Practical Work for

Ni Made Pujani, Pengembangan Keterampilan Laboratorium Astronomi Berbasis Kemampuan Generik Sains Bagi Calon Guru Fisika 239 Teacher Trainers: High School Physics Volume 1. Quezon City: Science and Math Education Manpower Development Project (SMEMDP) University of The Phillipine. Pedoman Studi Undiksha. (2009). Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Pujani, N.M., dan Liliasari. (2011). Deskripsi Hasil Analisis Pembelajaran IPBA sebagai Dasar Pengembangan Kegiatan Laboratorium Bagi Calon Guru. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan. Bandar Lampung 29-30 Januari 2011. ISBN: 978-979-3262-04- 8. Rustaman, N.Y., Dirdjosoemarto, S., Yudianto, S. A., Achmad, Y., Subekti, R., Rochintaniawati, D., dan Nurjhani K., M. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: Universitas Negeri Malang (UM Press).