I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

dokumen-dokumen yang mirip
I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Tahun Produksi (Ton)

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

ANALISIS RISIKO PRODUKSI WORTEL DAN BAWANG DAUN DI KAWASAN AGROPOLITAN CIANJUR JAWA BARAT

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

Lapangan Usaha. Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) 1

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris di mana pembangunan di bidang pertanian

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor potensial yang memiliki peranan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. kenyataan yang terjadi yakni

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

30% Pertanian 0% TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Tahun Bawang

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto per Triwulan Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009 (Miliar Rupiah)

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ketika krisis melanda Indonesia sejak tahun 1997 usaha kecil berperan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan mempunyai

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp:// [Diakses Tanggal 9 Juli 2011]

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN ,71 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

BADAN PUSAT STATISTIK

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha pada Tahun * (Miliar Rupiah)

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Daya saing Indonesia menurut World Economic Forum tahun 2008/2009 berada

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang mayoritas masyarakatnya bermata

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERPERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA 2001

Bab 5 H O R T I K U L T U R A

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BERITA RESMI STATISTIK

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian Negara Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada sektor pertanian. Berdasarkan data yang terlihat pada Tabel 1, sebesar 14,39 persen penduduk Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada sektor pertanian. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Menurut Sektor Usaha di Indonesia Tahun 2008 No Sektor Usaha PDB (persen) 1 Industri pengolahan 27,87 2 Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan 14,39 3 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 13,97 4 Pertambangan dan Penggalian 10,97 5 Jasa-jasa lain 9,76 6 Bangunan 8,46 7 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 7,44 8 Pengangkutan dan Komunikasi 6,31 9 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,82 Total PDB 100,00 Sumber: Badan Pusat Statistik (2009) Sektor pertanian terdiri dari beberapa sektor, yaitu subsektor pangan, hortikultura, dan perkebunan. Salah satu sektor yang cukup penting adalah subsektor hortikultura. Subsektor hortikultura terdiri dari sayuran, buah-buahan, tanaman hias, dan biofarmaka atau obat-obatan. Menurut data Departemen Pertanian Republik Indonesia (2009), nilai Produk Bruto (PDB) subsektor hortikultura dari tahun 2004 hingga 2008 mengalami peningkatan setiap tahun seperti digambarkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Nilai PDB Hortikultura berdasarkan Harga Berlaku Periode 2004-2008 No Kelompok Komoditas Nilai PDB (Milyar Rp.) Persentase Pertumbuhan 2004 2005 2006 2007 2008 2005 2006 2007 2008 1 Buah-buahan 30.765 31.694 35.448 42.362 42.660 1,49 5,59 8,89 0,35 2 Sayuran 20.749 22.630 24.694 25.587 27.423 4,34 4,36 1,78 3,46 3 Biofarmaka 722 2.806 3.762 4.105 4.118 59,07 14,56 4,36 0,16 4 Tanaman Hias 4.609 4.662 4.734 4.741 6.091 0,57 0,77 0,07 12,46 Total Hortikultura 56.844 61.792 68.639 76.795 80.292 4,17 5,25 5,61 2,23 Sumber : Ditjen Hortikultura (2009) Sebagai penyumbang PDB pertanian yang cukup penting, subsektor hortikultura juga berperan dalam pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi masyarakat Indonesia. Subsektor hortikultura merupakan komoditas pertanian yang penting dan berpotensi untuk dikembangkan. Salah satu bagian subsektor hortikultura yang cukup penting adalah sayuran. Pada tahun 2004-2008, perkembangan PDB sayuran terus meningkat dari 20.749 Milyar Rupiah pada tahun 2004 menjadi 27.423 Milyar Rupiah pada tahun 2008 (Ditjen Hortikultura, 2009). Dari sisi ekonomi, sayuran merupakan tanaman hortikultura yang penting karena mampu memberikan sumbangan kepada PDB hortikultura terbesar kedua setelah buah-buahan (Ditjen Hortikultura 2009). Kebutuhan sayuran akan selalu mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk dan pendapatan per kapita penduduk Indonesia. Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2009, pada tahun 2002 konsumsi sayuran per kapita Indonesia sebesar 32,89 kg/tahun, pada tahun 2005 meningkat 7,4 persen menjadi 35,33 kg/tahun dan pada tahun 2008 sebesar 39,45 kg/tahun atau meningkat sebesar 11,7 persen dari tahun 2005 (Lampiran 3). Pemenuhan kebutuhan akan produk pertanian sebagian besar disuplai dari perdesaan. Menurut Djakapermana (2003), kesenjangan antara kawasan perkotaan dan perdesaan serta kemiskinan di perdesaan telah mendorong upaya-upaya pembangunan di kawasan perdesaan. Pengembangan kawasan agropolitan merupakan salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dalam pengembangan kawasan perdesaan tanpa melupakan kawasan perkotaan. Pengembangan agropolitan ini dilakukan agar terjadi interaksi yang kuat antara pusat kawasan 2

agropolitan sebagai penyedia produk pertanian dengan wilayah kabupaten, kota maupun provinsi sebagai daerah konsumsi komoditas pertanian. Program Pengembangan Agropolitan telah memberikan sumbangan yang cukup berarti terhadap perekonomian perdesaan sehingga sejak tahun 2003 Indonesia telah berada pada fase percepatan pertumbuhan ekonomi menuju pertumbuhan berkelanjutan (Wibowo, 2004). Menurut Departemen Pertanian (Deptan) tahun 2008, kawasan rintisan agropolitan dengan komoditas unggulan sayuran adalah kawasan agropolitan Cianjur Jawa Barat. Agropolitan Cianjur merupakan salah satu agropolitan yang cukup sukses karena banyak dikunjungi negara asing, sebagai tempat penelitian, dan sayurannya yang berkualitas baik. Kawasan agropolitan Cianjur memiliki beberapa komoditas unggulan seperti wortel, bawang daun, kubis, petsai, dan lobak (Tabel 3). Dilihat dari jumlah produksi (ton), wortel dan bawang daun merupakan dua komoditas yang paling banyak dibudidayakan di kawasan agropolitan Cianjur. Tabel 3. Produksi Sayuran di Kawasan Agropolitan Wilayah Kecamatan Cipanas Tahun 2005-2009 Jenis Sayuran Produksi (ton) Persentase Pertumbuhan Pertahun (%) 2005 2006 2007 2008 2009 2006 2007 2008 2009 Wortel 25.547,1 13.813,5 12.469 10.480,7 7.157-29,81-5,12-8,66-18,84 Bawang Daun 7.774,5 7.392,2 8.644 4.181,3 7.114-2,52 7,81-34,80 25,96 Kubis 5.682 2.401,1 1.640 3.237,8 2.531-40,59-18,83 32,76-12,25 Petsai/ Sawi 1.544 1.619 332 1.733 1.093 2,37-65,97 67,85-22,65 Lobak 1.558 3.264 4.498 2.769 3.745 35,38 15,90-23,79 14,98 Sumber : Program Penyuluhan Pertanian BPP Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur (2009) Pada tahun 2005, produksi wortel di kawasan agropolitan Cianjur terus mengalami penurunan hingga tahun 2009 menjadi 7.157 ton. Sementara itu, bawang daun mengalami fluktuasi produksi dari tahun 2005-2009. Pada tahun 2006 produksi bawang daun mengalami penurunan menjadi 7.392,2 ton, lalu meningkat pada tahun 2007 menjadi 8.644 ton, kemudian menurun kembali pada tahun 2008 menjadi 4.181,3 ton hingga akhirnya meningkat lagi sebesar 7.144 ton pada tahun 2009. 3

Tabel 4. Produksi, Luas Panen, Produktivitas Wortel dan Bawang Daun di Kawasan Agropolitan Wilayah Kecamatan Cipanas Tahun 2005-2009 Wortel Bawang Daun Tahun Luas Produk Luas Produk Produksi Produksi Panen tivitas Panen tivitas (ton) (ton) (Ha) (Ton/Ha) (Ha) (Ton/Ha) 2005 25.547,1 671 38,07 7.774,5 287 27,09 2006 13.813,5 562 24,58 7.392,2 263 28,11 2007 12.469 370 33,7 8.644 395 21,88 2008 10.480,7 442 23,77 4.181,3 383 10,92 2009 7.157 231 30,98 7.144 322 22,19 Sumber : Program Penyuluhan Pertanian BPP Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur (2009) Wortel dan bawang daun juga merupakan dua komoditas unggulan di Kabupaten Cianjur. Jumlah produksi wortel menempati urutan pertama terbesar dan produksi bawang daun menempati urutan kedua terbesar dari 23 jenis sayuran yang ada di kabupaten Cianjur dari tahun 2001 hingga 2008 (Lampiran 4). Produktivitas wortel dan bawang daun di kabupaten Cianjur juga mengalami fluktuasi produksi tiap tahunnya (Tabel 5). Tabel 5. Produktivitas Wortel dan Bawang Daun di Kabupaten Cianjur Tahun 2003-2008 Tahun Produktivitas (Ton/Ha) Wortel Persentase Pertumbuhan Produktivitas (Ton/Ha) Bawang Daun Persentase Pertumbuhan 2003 26,77 0 26,35 0 2004 31,11 7,50 26,10-0,48 2005 30,41-1,14 26,36 0,50 2006 23,82-12,15 26,72 0,68 2007 19,04-11,15 17,56-20,69 2008 23,71 10,92 10,99-23,01 Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur (2009) Dilihat dari sakala nasional, produktivitas wortel dan bawang daun ternyata juga mengalami fluktuasi produktivitas (Tabel 6). Wortel dan bawang daun termasuk ke dalam 10 komoditas sayuran unggulan Negara Indonesia dilihat dari jumlah produktivitasnya pada tahun 2008 (Lampiran 5). Produktivitas 4

nasional wortel terus mengalami penurunan dari tahun 2003 hingga tahun 2008. Sedangkan produktivitas nasional bawang daun mengalami fluktuasi. Tabel 6. Produktivitas Wortel dan Bawang Daun di Indonesia Tahun 2004-2008 Tahun Produktivitas (Ton/Ha) Wortel Persentase Pertumbuhan Produktivitas (Ton/Ha) Bawang Daun Persentase Pertumbuhan 2003 16,55 0 8,99 0 2004 17,53 2,88 10,4 7,27 2005 17,85 0,90 11,04 2,99 2006 16,97-2,53 11,13 0,41 2007 14,78-6,90 10,11-4,80 2008 14,67-0,37 10,65 2,60 Sumber : Ditjen Hortikultura (2009) Produktivitas dari wortel dan bawang daun di kawasan agropolitan Cianjur yang relatif berfluktuasi mengindikasikan adanya risiko pada proses produksi. Adanya faktor risiko berpotensi menurunkan produksi kedua komoditas tersebut. Hasil produksi yang menurun bisa menyebakan potensi kerugian bagi pelaku usaha (petani). Agar potensi kerugian akibat fluktuasi produktivitas wortel dan bawang daun tidak terjadi maka kajian tentang risiko produksi cukup dibutuhkan petani. Berdasarkan keterangan tersebut, maka diperlukan penelitian untuk mengkaji bagaimana tingkat risiko produksi wortel dan bawang daun di Kabupaten Cianjur khususnya di kawasan agropolitan Cianjur. 1.2 Perumusan Masalah Wortel dan bawang daun merupakan salah satu jenis sayuran yang cukup penting dikonsumsi. Konsumsi wortel dan bawang daun yang cukup tinggi mengindikasikan permintaan kedua komoditas tersebut juga turut meningkat. Konsumsi wortel Nasional meningkat dari 0,94 kg/tahun pada tahun 2006 menjadi 1,14 kg/tahun pada tahun 2008 dan volume impor bawang daun meningkat 929.132 kg/tahun pada tahun 2007 menjadi 972.390 kg/tahun pada tahun 2008 (Ditjen Hortikultura, 2010). Hal ini merupakan peluang pasar untuk memenuhi permintaan konsumen. 5

Petani sayuran di kawasan agropolitan memasarkan produk mereka di sekitar wilayah Cianjur dan Jabodetabek seperti, Pasar Induk Kramat Jati, Pasar Bogor, Pasar Depok, Pasar Tangerang, Pasar Bekasi dan Pasar Cianjur. Selain pasar yang disebutkan di atas, pemasaran sayuran juga dilakukan ke restoran, hotel, dan supermarket. Khusus pemasaran sayuran ke restoran dan hotel hanya berada di wilayah Puncak-Cipanas. Pemasaran sayuran ke restoran, hotel, dan supermarket lebih sulit penanganannya dibandingkan dengan pemasaran ke pasar tradisional (Pasar Induk Kramat Jati, Pasar Bogor, Pasar Depok, Pasar Tangerang, Pasar Bekasi dan Pasar Cianjur). Pemasaran sayuran ke restoran, hotel, dan supermarket membutuhkan spesifikasi kualitas dan kuantitas yang sudah ditentukan sesuai dengan kontrak pembelian, seperti spesifikasi kualitas produk. Pemasaran sayuran di kawasan agropolitan Cianjur terutama komoditas wortel dan bawang daun ke pasar tradisional maupun restoran, hotel, dan supermarket dilakukan setiap hari. Maka dari itu untuk memenuhi permintaan sayuran terutama wortel dan bawang daun dibutuhkan kontinuitas produksi kedua komoditas tersebut agar pemasaran keduanya tidak terhambat. Harga jual wortel dan bawang daun dari petani merupakan harga yang ditentukan oleh harga kesepakatan pasar yang umumnya berdasarkan kondisi permintaan dan penawaran dari Pasar Induk Kramat Jati Jakarta. Namun, beberapa petani yang bisa memasarkan produk mereka ke restoran, hotel, atau supermarket mendapatkan harga yang umumnya lebih tinggi dibandingkan harga yang ditentukan pasar. Pada waktu pengambilan data, rata-rata petani memperoleh harga wortel sebesar Rp 1.500 per kilogram dan harga bawang daun sebesar Rp 2.500 per kilogram untuk pemasaran ke pasar Cianjur dan Jabodetabek. Produktivitas wortel dan bawang daun di kawasan agropolitan Cianjur mengalami fluktuasi dari tahun 2005-2009 (Gambar 1). Produktivitas wortel terus mengalami fluktuasi tiap tahunnya dan produktivitas bawang daun terus mengalami penurunan meskipun pada tahun 2008 mulai meningkat. Gambaran mengenai tingkat produktivitas wortel dan bawang daun seperti yang terlihat pada Gambar 1 menunjukkan produktivitas kedua sayuran tersebut relatif berfluktuasi dengan produktivitas yang cenderung menurun. Produktivitas yang cenderung menurun mengindikasikan adanya faktor risiko pada kegiatan produksi kedua 6

komoditas tersebut. Faktor risiko pada kegiatan produksi wortel dan bawang daun disebabkan oleh adanya ketergantungan aktivitas produksi wortel dan bawang daun pada faktor produksi yang meliputi benih, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja, ketersediaan infrastruktur pertanian seperti, pengairan, pengaruh hama dan penyakit tanaman, serta faktor iklim dan cuaca. Gambar 1. Tingkat Produktivitas Wortel dan Bawang Daun di Kawasan Agropolitan Cianjur Tahun 2005-2009 Sumber : Program Penyuluhan Pertanian BPP Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur (2009) Berbagai permasalahan pada aspek produksi dapat memberikan gambaran terhadap kemungkinan adanya faktor risiko produksi dari wortel dan bawang daun. Dari kondisi tersebut, pengembangan bisnis komoditas wortel dan bawang daun memiliki potensi risiko yang dapat menimbulkan kerugian. Jika terjadi masalah dalam kegiatan produksi maka kegiatan pemasaran pun akan ikut terhambat. Berdasarkan uraian di atas, perumusan masalah dari penelitian ini adalah : 1. Bagaimana tingkat risiko produksi wortel dan bawang daun di kawasan agropolitan Cianjur. 2. Bagaimana alternatif penanganan untuk mengatasi risiko produksi wortel dan bawang daun di kawasan agropolitan Cianjur. 7

1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Menganalisis tingkat risiko produksi wortel dan bawang daun di kawasan agropolitan Cianjur. 2. Menganalisis alternatif penanganan risiko produksi wortel dan bawang daun di kawasan agropolitan Cianjur. 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi serta masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan, yaitu : 1. Bagi petani wortel dan bawang daun khususnya di kawasan agropolitan Cianjur, penelitian ini dapat memberikan gambaran dalam manajemen risiko yang terjadi dalam pengembangan usahanya. 2. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan yang berkaitan dengan pengembangan agribisnis wortel dan bawang daun. 3. Bagi penulis, penelitian ini berguna untuk mengembangkan daya analisis mengenai risiko agribisnis. 4. Sebagai tambahan informasi dan referensi untuk penelitian selanjutnya. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah : 1. Komoditas yang dikaji adalah wortel dan bawang daun. Hal ini dikarenakan komoditas ini adalah komoditas unggulan di kawasan agropolitan Cianjur. 2. Penelitian ini akan difokuskan pada analisis risiko produksi serta alternatif penanganan untuk mengatasi risiko produksi tersebut. 3. Penelitian ini menggunakan data input output usahatani selama tiga musim tanam pada tahun 2009-2010. Data tersebut digunakan untuk mengetahui gambaran umum usahatani wortel dan bawang daun. Sementara itu, untuk menganalisis tingkat risiko produksi menggunakan data output selama 10 kali musim tanam. 8