IX. KESIMPULAN DAN SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM

VIII. SIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. Gula merupakan salah satu komoditas perkebunan strategis Indonesia baik

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN GULA DI PASAR DOMESTIK DAN DUNIA

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN PEMBINAAN PERAN INDUSTRI BERBASIS TEBU DALAM MENUNJANG SWASEMBADA GULA NASIONAL.

IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia gula merupakan komoditas terpenting nomor dua setelah

I. PENDAHULUAN. dalam hal lapangan pekerjaan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

V. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula.

I. PENDAHULUAN. penting dalam perekonomian nasional. Ditinjau dari kontribusinya terhadap

MODEL EKONOMI DAN DAMPAK IMPLEMENTASI PERJANJIAN PERDAGANGAN BEBAS ASEAN-CINA BAGI PERDAGANGAN GULA INDONESIA

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DALAM IMPLEMENTASI KERANGKA PERJANJIAN PERDAGANGAN BEBAS ASEAN-CHINA RENA YUNITA RAHMAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

BAB I PENDAHULUAN. beras, jagung dan umbi-umbian menjadikan gula sebagai salah satu bahan

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Gula merupakan salah satu komoditi strategis bagi perekonomian Indonesia, karena merupakan salah satu dari sembilan

II. TINJAUAN PUSTAKA Permintaan dan Penawaran Beras di Indonesia. beras. Perkembangan dari hal-hal tersebut akan diuraikan sebagai berikut.

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

ANALISIS STRATEGI BERSAING GULA RAFINASI (Studi pada PT. Jawamanis Rafinasi, Cilegon, Banten) OLEH SITI FAJAR ISNAWATI H

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Produksi adalah menciptakan, menghasilkan, dan membuat. Kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. di Pulau Jawa. Sementara pabrik gula rafinasi 1 yang ada (8 pabrik) belum

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan tersebut atau lebih dikenal dengan perdagangan internasional.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian

IX. KESIMPULAN DAN SARAN. Penggunaan model oligopolistik dinamik untuk mengestimasi fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Gula merupakan salah satu komoditas strategis dalam perekonomian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

I. PENDAHULUAN. menjadi pemasok hasil pertanian yang beranekaragam yaitu rempah-rempah

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. pertumbuhan produksi pertanian tidak sebesar laju permintaan pangan. Tabel 1.1

Perkembangan Harga Beras, Terigu Dan Gula Di Indonesia Tahun 2008 Selasa, 31 Maret 2009

Analisis Faktor Produktivitas Gula Nasional dan Pengaruhnya Terhadap Harga Gula Domestik dan Permintaan Gula Impor. Lilis Ernawati

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM KONDISI PERGULAAN NASIONAL, LAMPUNG DAN LAMPUNG UTARA

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

2. Penawaran ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat dan Jepang lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa

POSISI PERDAGANGAN DAN DAYA SAING GULA INDONESIA DI PASAR ASEAN. Trade Position and Competitiveness of Indonesia Sugar in ASEAN Market

BAB I PENDAHULUAN. sangat subur dan memiliki iklim yang baik untuk perkebunan tebu. Kepala Pusat

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia sangat tinggi. Menurut Amang

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia

PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG

I. PENDAHULUAN. sektor yang mempunyai peranan yang cukup strategis dalam perekonomian

V GAMBARAN UMUM PERKEMBANGAN DAN IMPOR KEDELAI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

VII. DAMPAK BERBAGAI ALTERNATIF KEBIJAKkM-TERHADAP PERDAGANGAN MINYAK SAWlT INDONESIA

II. TINJAUAN PUSTAKA

III. KERANGKA TEORITIS

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. (Riyadi, 2002). Dalam komponen pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA Situasi Penawaran dan permintaan Beras di Indonesia. Kondisi penawaran dan permintaan beras di Indonesia dapat diidentifikasi

JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan net ekspor baik dalam

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

YOGYAKARTA, 9 SEPTEMBER 2017 FGD "P3GI" 2017

... Hubungi Kami : Studi Potensi Bisnis dan Pelaku Utama Industri GULA di Indonesia, Mohon Kirimkan. eksemplar. Posisi : Nama (Mr/Mrs/Ms)

I. PENDAHULUAN. penyerapan tenaga kerja dengan melibatkan banyak sektor, karena

ANALISIS PERKEMBANGAN HARGA GULA

KEBIJAKAN PERDAGANGAN GULA INDONESIA DAN KESEJAHTERAAN PETANI TEBU

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian, Semester I 2014 Ekspor Impor Neraca

II. TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

DAMPAK LIBERALISASI PERDAGANGAN TERHADAP KINERJA KETAHANAN PANGAN NASIONAL

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Produksi, Produktivitas, dan Luas Areal Ubi Kayu di Indonesia Serta

Mengurai Kartel Pangan Indonesia. Oleh Mohammad Reza Hafiz A. Peneliti INDEF

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Gula Subsistem Input Subsistem Usahatani

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kemampuan sektor pertanian dalam

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS DAMPAK IMPOR GULA TERHADAP HARGA GULA DOMESTIK DAN INDUSTRI GULA INDONESIA. Oleh: AGUS TRI SURYA NAINGGOLAN A

V. KONDISI PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA RAFINASI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein. dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya.

ROADMAP INDUSTRI GULA

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

I. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Dalam periode September Oktober 2009 terbukti telah terjadi

KOMPARASI EKONOMI JAGUNG INDONESIA DENGAN NEGARA PRODUSEN UTAMA PENDAHULUAN

Pe n g e m b a n g a n

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai bumbu dapur atau juga diolah

VIII. DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM. hanya merujuk pada ketidakmampuan individu dalam menghasilkan setiap barang

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

DAMPAK KEBIJAKAN EKONOMI KOMODITAS GULA TERHADAP KESEJAHTERAAN PRODUSEN DAN KONSUMEN GULA DI INDONESIA MARLINA DESIDERIA

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun

Transkripsi:

203 IX. KESIMPULAN DAN SARAN 9.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran dan permintaan gula di pasar domestik dan dunia menunjukkan bahwa : a. Pada luas areal perkebunan rakyat variabel harga gula tingkat petani berpengaruh secara tidak nyata terhadap peningkatan luas areal perkebunan. Peningkatan harga gula tingkat petani sering kali diikuti dengan peningkatan biaya produksi yang harus dikeluarkan oleh petani selama masa tanam, sedangkan respon produktivitas gula hablur baik negara, swasta, dan rakyat kurang responsif terhadap peningkatan luas areal perkebunannya. b. Permintaan gula Indonesia merupakan penjumlahan dari permintaan gula untuk konsumsi rumah tangga dan permintaan gula untuk kebutuhan industri. Permintaan gula rumah tangga dipengaruhi secara nyata oleh harga riil gula eceran, pertumbuhan PDB riil Indonesia, populasi, dan permintaan gula rumah tangga tahun t-1, sedangkan permintaan gula oleh industri hanya dipengaruhi secara nyata oleh PDB riil sektor makanan dan minuman t-2 serta permintaan gula industri tahun t-1. c. Perilaku harga riil impor gula Indonesia dipengaruhi secara nyata oleh harga riil gula dunia tahun t-1. Harga riil impor gula Indonesia ini juga berpengaruh secara nyata terhadap harga riil gula eceran. Harga riil gula eceran kemudian berpengaruh secara nyata terhadap harga riil gula tingkat pedagang besar dan harga riil gula tingkat pedagang besar berpengaruh pula secara nyata terhadap harga riil gula tingkat petani. d. Pada perilaku impor gula Indonesia dari kedua negara eksportir diketahui bahwa impor gula Indonesia dari China lebih responsif dibandingkan impor gula Indonesia dari Thailand terhadap perubahan tarif impor gula, tetapi pangsa impor gula Indonesia dari Thailand lebih besar daripada pangsa impor gula dari China sehingga kebijakan penurunan tarif impor yang sama akan meningkatkan impor gula yang lebih besar dari Thailand. Indonesia

204 mempunyai ketergantungan yang lebih besar terhadap impor gula dari Thailand dibanding impor gula dari China. e. Pada perilaku ekspor gula pada negara eksportir terbesar yaitu Brazil dan Thailand diketahui bahwa produksi gula berpengaruh secara nyata terhadap ekspor gula di kedua negara tersebut. Respon perubahan ekspor terhadap perubahan produksi gula pada kedua negara eksportir bersifat elastis. Namun, ekspor gula Brazil terhadap perubahan produksinya lebih responsif daripada ekspor gula Thailand terhadap perubahan produksinya. f. Pada perilaku impor gula negara importir gula terbesar di dunia yaitu India, Amerika, dan China terdapat variabel yang berpengaruh secara nyata yaitu harga riil gula dunia. Impor gula India, Amerika Serikat, dan China masingmasing sangat responsif terhadap perubahan produksi gulanya. Peningkatan produksi gula sebesar 1 persen pada negara importir akan menurunkan lebih dari 1 persen impor gulanya. Peningkatan pertumbuhan penduduk baik di China maupun di India berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan impor gulanya. 2. Kebijakan ekonomi di sektor pertanian yang meliputi skenario peningkatan harga gula sebesar 25 persen, peningkatan harga pupuk sebesar 33 persen berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat (net surplus), sedangkan skenario penurunan tarif impor gula 49 persen, peningkatan luas areal 20 persen, dan penurunan kuota impor 50 persen berdampak pada penurunan kesejahteraan masyarakat (net surplus). Alternatif kebijakan yang memberikan kondisi terbaik dalam mendukung usaha perkebunan rakyat adalah kebijakan peningkatan harga gula 25 persen karena memberikan peningkatan surplus bagi produsen perkebunan paling besar terutama bagi perkebunan rakyat. 3. Peramalan dampak kebijakan penghapusan tarif impor sesuai skema ACFTA akan menyebabkan penurunan kesejahteraan masyarakat (net surplus) yang sangat tinggi. Kombinasi penurunan tarif impor 50 persen, peningkatan harga gula 30 persen, peningkatan luas areal 30 persen, dan peningkatan stok gula 20 persen yang merepresentasikan penguatan peran BULOG dapat menjadi alternatif kebijakan yang memberikan kondisi terbaik bagi industri gula

205 Indonesia karena tidak memberikan dampak negatif bagi pelaku ekonomi gula, memberikan net surplus yang besar dan mampu mendorong peningkatan produksi gula kristal putih sehingga mengurangi ketergantungan Indonesia akan impor gula. 9.2. Saran 9.2.1. Saran Kebijakan 1. Kebijakan penghapusan tarif impor gula belum tepat untuk diterapkan di Indonesia pada era liberalisasi perdagangan gula ACFTA karena memberikan dampak negatif bagi produsen gula terutama petani perkebunan rakyat dan menyebabkan penurunan kesejahteraan masyarakat yang besar. Pemerintah sebaiknya memilih opsi menurunkan tarif sampai dengan 50 persen sesuai dengan ketentuan yang masih diperbolehkan dalam perjanjian ACFTA. 2. Peningkatan produksi gula China dan penurunan tarif impor gula 50 persen yang menyebabkan penurunan surplus produsen sebaiknya diantisipasi oleh pemerintah dengan kebijakan peningkatan harga gula tingkat petani 30 persen dan peningkatan stok gula sebagai representasi dari penguatan kembali peran BULOG. Kebijakan kombinasi ini mampu memberikan peningkatan kesejahteraan bagi produsen dan konsumen serta secara menyeluruh memberikan peningkatan kesejahteraan masyarakat (net surplus) yang besar. 3. Kebijakan swasembada absolut gula tanpa adanya impor juga masih belum dapat dilakukan dalam kondisi industri gula Indonesia saat ini. Impor sebaiknya tetap dilakukan untuk mengurangi kerugian konsumen akibat berkurangnya kesejahteraan. Kebijakan impor yang diikuti dengan penurunan tarif impor dalam era liberalisasi ACFTA sebaiknya dikombinasikan dengan kebijakan peningkatan harga gula tingkat petani. Peningkatan harga gula akan menjadi insentif bagi petani tebu rakyat sebagai produsen terbesar sehingga mampu mendorong peningkatan produksi. 4. Kebijakan ekstensifikasi lahan pertanian akan menyebabkan penurunan kesejahteraan yang besar bagi produsen karena peningkatan produksi gula menyebabkan harga yang diterima petani menjadi lebih rendah. Kebijakan ekstensifikasi lahan akan efektif apabila diikuti dengan kebijakan lain yang

206 memacu peningkatan produksi, yaitu melalui peningkatan harga gula dan adanya lembaga yang mengatur pasokan gula dipasaran ketika harga gula konsumen meningkat sehingga stabilitas harga tetap terjaga. 5. Dalam rangka menghadapi pasar bebas ASEAN-China dan target swasembada gula, pemerintah sebaiknya menerapkan kebijakan penurunan tarif 50 persen sesuai dengan yang masih diperbolehkan dalam perjanjian ACFTA. Namun, untuk mengurangi peningkatan impor penguatan industri gula domestik perlu dilakukan dengan menerapkan kebijakan peningkatan harga gula petani 30 persen, mewujudkan peningkatan luas areal 30 persen, dan peningkatan stok gula 20 persen yang merepresentasikan penguatan kembali peran BULOG. Selain memberikan peningkatan kesejahteraan masyarakat (net surplus) yang besar, kebijakan kombinasi ini juga mampu meningkatkan produksi gula Indonesia. Wacana penguatan kembali peran BULOG sebaiknya segera direalisasikan oleh pemerintah. Dengan demikian, diharapkan Indonesia tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri tetapi juga mampu mengekspor gula. 9.2.2. Saran Penelitian Lanjutan 1. Penelitian ini tidak melakukan disagregasi wilayah kajian. Pembedaan wilayah kajian ini penting untuk dilakukan sebab selama ini sentra produksi berada pada wilayah barat dan non sentra produksi adalah wilayah timur Indonesia. Hal ini sangat terkait dengan perilaku impor dan ketersediaan stok pada kedua wilayah tersebut yang berbeda, sehingga diharapkan dapat disusun suatu kebijakan pengembangan industri gula yang spesifik pada tingkat kewilayahan. 2. Pada penelitian selanjutnya perlu dipertimbangkan pula penyusunan model perdagangan gula yang dibedakan berdasarkan jenisnya gula. Gula kristal putih, gula mentah dan gula kristal rafinasi mempunyai perilaku yang berbeda sehingga dapat dirumuskan kebijakan yang lebih spesifik berdasarkan jenis gulanya. 3. Penelitian ini belum menggambarkan dampak kebijakan perdagangan terhadap kesejahteraan konsumen industri makanan dan minuman yang

207 menggunakan gula kristal putih dan gula kristal rafinasi, serta industri farmasi dan industri MSG untuk konsumen langsung gula mentah. Sehingga pada penelitian selanjutnya dapat dilakukan penelitian yang juga mengkaji kesejahteraan konsumen pada pelaku industri gula tersebut. 4. Dalam penelitian selanjutnya dapat dimasukan kebijakan yang diterapkan oleh masing-masing negara eksportir ke Indonesia, sehingga akan lebih komprehensif dalam menggambarkan kondisi perdagangan gula dunia.