BAB I PENDAHULUAN. (http://kbbi.web.id/jilbab). Pada zaman orde baru pemerintah melarang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. atau majalah, dan juga mendengarkan radio. Perkembangan media yang terjadi saat

BAB I PENDAHULUAN. Pada perkembangan teknologi informasi saat ini manusia dimudahkan dalam mencari

BAB I PENDAHULUAN. seolah-olah hasrat mengkonsumsi lebih diutamakan. Perilaku. kehidupan dalam tatanan sosial masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi dan. mengakibatkan berbagai perilaku manusia sebagai konsumen semakin mengalami

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien untuk berkomunikasi dengan konsumen sasaran.

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan yang sudah ada atau keluar dari suatu zona aman dalam beriklan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan identitas kultural terhadap seseorang (Jayanti, 2008: 48).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Melihat isi media saat ini, baik media cetak maupun non cetak, sebagian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Khalayak pada zaman modern ini mendapat informasi dan hiburan di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Media televisi merupakan media massa yang sering digunakan sebagai media

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

2016 REPRESENTASI SENSUALITAS PEREMPUAN DALAM IKLAN

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa. Negara Indonesia di masa yang lampau sebelum. masa kemerdekaan media massa belum bisa dinikmati oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. suka akan keindahan kepada wanita. Cara wanita memelihara. itulah wanita membutuhkan sesuatu yang akan membuat dirinya

BAB I PENDAHULUAN. yang lain mempunyai tingkatan dan nilai yang berbeda-beda. Kecantikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. perilaku membeli pada masyarakat termasuk remaja putri. Saat ini,

BAHASA IKLAN DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN: SEBUAH KAJIAN KOMUNIKASI DAN BAHASA TERHADAP IKLAN TV PRODUK CITRA

BAB V. Refleksi Hasil Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya serta merta berhubungan dengan seks dan hura-hura saja, namun. sebuah kesenangan juga berhubungan dapat dengan materi.

BAB I PENDAHULUAN. system komunikasi yang sangat penting tidak saja bagi produsen barang dan jasa

BAB I PENDAHULUAN. yaitu kecantikan ragawi dan juga inner beauty atau kecantikan dari dalam.

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Seperti diketahui bahwa setiap produsen, baik itu yang menyediakan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi dan khidupan manusia.

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Hubungan Sikap..., Ferina Rahmawati, F.PSI UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Dengan. berkomunikasi, manusia dapat berhubungan dengan sesamanya.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan yang diinginkan oleh setiap wanita. Kulit sehat akan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perkembangan perdagangan global, telah membuat semakin banyaknya

BAB V PENUTUP. menengah perkotaan, mereka menyadari bahwa penampilan memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin ketat dan berbentuk sangat kompleks. Menghadapi persaingan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. dengan konsumen. Sehingga memaksa perusahaan untuk selalu melakukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan kehidupan sosial masyarakat saat ini tidak lepas dari semakin

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu dari ujung tombak dala m menunjang keberhasilan pemasaran

BAB I PENDAHULUAN. interaksi. Komunikasi dapat di lakukan secara verbal yaitu suatu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, kodrat manusia menjadi tua seolah bisa dihindari

BAB I PENDAHULUAN. Rokok merupakan benda yang ada di sekitar kita dan sudah tidak asing lagi. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan mayoritas penduduk muslim.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah melakukan analisis terhadap film Air Terjun Pengantin

BAB I PENDAHULUAN. kepada khalayak. Media adalah salah satu unsur terpenting dalam komunikasi. Pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dilirik pengusaha karena potensinya cukup besar. Ketatnya persaingan

BAB I PENDAHULUAN. minat konsumen terhadap pembelian kosmetik. Perusahaan Kosmetik Indonesia (Perkosmi), omset industri kosmetik tahun

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena persaingan yang ada dalam era globalisasi akan semakin ketat untuk

tahun 2007 menjadi 6,9% pada tahun Adapun sekitar 6,3 juta wanita Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tampil cantik dan modis dengan gaya elegan, feminine, atau simple kini dapat

BAB I PENDAHULUAN. Tengok saja majalah, koran, radio, acara televisi, sampai media online

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DAN DAYA PRAGMATIK PADA IKLAN PRODUK KOSMETIK DI TELEVISI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. massa terutama televisi, telah menjadi media penyebaran nilai-nilai dan sangat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. promosi dalam perdagangan memiliki banyak macam seperti trade allowance, periklanan

BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Mereka sangat memperhatikan penampilan selain menunjukan jati diri ataupun

BAB I PENDAHULUAN. iklan yang disajikannya. Misalnya perempuan akan tampak cantik jika

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat yang disebabkan oleh adanya ide kreatif dan inovatif dari pelaku

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II SEJARAH DAN PERKEMBANGAN IKLAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu

BAB I PENDAHULUAN. Para pemirsa televisi boleh saja membenci iklan, karena menganggap iklan

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis menyimpulkan inti permasalahan yang dihadapi, sebagai berikut :.

BAB I PENDAHULUAN. informasi mendalam suatu produk. Barang menurut Fandy (dalam Latif,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia selain papan dan

IKLAN & LINGKUNGAN SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. daerah terkaya jika di bandingkan dengan negeri-negeri muslim lainya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin canggih. Sehingga pemasar harus memiliki kreatifitas yang

semakin majunya teknologi teknologi yang terus ditemukan. Selain itu hal ini juga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan informasi pada era globalisasi pada zaman ini sangat begitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Semakin berkembangnya zaman di era modern kebutuhan akan dunia fashion

BAB I PENDAHULUAN. suatu saluran transmisi, yang disebut orang sebagai support iklan itu. 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dalam era globalisasi persaingan bisnis semakin dinamis dan kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. warung kopi modern sekelas Starbucks. Kebiasaan minum kopi dan. pertandingan sepak bola dunia, ruang pertemuan, live music dan lain

BAB I PENDAHULUAN. jilbab. Selain dari perkembangan fashion atau mode, jilbab juga identik dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi dan masyarakat kelas menengah di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Fenomena mengenai perilaku konsumen dapat di lihat dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. membawa pengaruh terhadap munculnya berbagai macam produk sejenis, disertai

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan sangat pesat. Dalam industri ini masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. Menyadari fenomena, pemasaran merupakan suatu kegiatan pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN. prenadamedia, 2010, h.65. Jakarta: Kencana Prenada media group, 2006, h. 57

BAB I PENDAHULUAN. seperti ini, media massa tidak akan mungkin berdiri statis di tengah-tengah, media

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi massa mengalami perkembangan yang pesat ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Tentunya kemajuan teknologi juga tak terhapuskan oleh berkembangnya jiwa

BAB I PENDAHULUAN. Industri media di era globalisasi saat ini dirasakan semakin pesat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi saat ini, tingkat persaingan bisnis sangat ketat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. dengan bertambahnya perusahaan-perusahaan sejenis yang menawarkan produk

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Sejak manusia mulai mengenal sistem perdagangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Bahkan iklan memegang peran untuk menyampaikan pesan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi merupakan pola kehidupan masyarakat yang mulai berkembang sejak

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kaum hawa. Bahkan kebanyakan dari mereka merasa bangga dengan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk muslim terbanyak di dunia sehingga banyak ditemui perempuan muslim Indonesia menggunakan jilbab, sejenis penutup kepala untuk menutupi aurat mereka dan sekaligus sebagai penanda bahwa mereka adalah seorang muslimah (www.republika.co.id). Jilbab adalah pakaian yang wajib hukumnya di kalangan perempuan muslim. Di Indonesia, Jilbab memiliki pengertian sebagai kerudung lebar yang dipakai wanita muslim untuk menutupi kepala, leher sampai dada (http://kbbi.web.id/jilbab). Pada zaman orde baru pemerintah melarang penggunaan jilbab di instansi maupun di sekolah. Pasca reformasi perempuan muslim mulai mendapatkan kebebasannya dalam menggunakan jilbab, sehingga pada saat ini mudah sekali menemukan perempuan berjilbab di lingkungan masyarakat Indonesia. Perempuan berjilbab memiliki potensi diterima oleh masyarakat dari perkembangan budaya, dan seiring perkembangan waktu penggunaan jilbab berubah menjadi sebuah fashion (www.vemale.com). Perkembangan ini tidak terlepas dari peran media massa yang banyak digunakan dalam kehidupan seharihari seperti surat kabar, radio, televisi, dan film bioskop. Menurut Hidayat (2011:9) Media massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audiens yang luas dan heterogen. Kelebihan media massa dibandingkan dengan jenis komunikasi lainnya adalah bisa 1

mengatasi hambatan ruang dan waktu. Bahkan media mampu menyebarkan pesan seketika pada waktu yang tak terbatas. Media massa tersebut memberi ide dan gagasan pada perempuan muslim untuk memakai jilbab seperti yang dikenakan oleh publik figur yang sering muncul di media massa. Hal ini karena media massa memiliki kekuatan untuk mengonstruksikan realitas. Pada umumnya sebaran konstruksi sosial media massa menggunakan model satu arah, di mana media menawarkan informasi sementara konsumen media tidak memiliki pilihan lain selain mengonsumsi informasi itu (Effendy, 1995:20). Efek pesan dari komunikasi massa meliputi efek kognitif (penambahan wawasan), efek afektif (perasaan), dan efek behavioral (perilaku) (Ardianto dkk 2007:52). Dari semua media komunikasi massa yang ada, televisi lah yang paling berpengaruh pada kehidupan manusia, karena karakteristik media televisi itu sendiri, yakni dapat didengar sekaligus dapat dilihat (audiovisual). Televisi menjadi media yang lebih efektif dalam penyampaian pesan-pesannya, dibandingkan dengan media-media lainnya karena kelebihan karakteristik televisi. Televisi juga memiliki pengaruh untuk menciptakan trend yang kemudian diikuti oleh banyak orang. Salah satu trend yang tengah berkembang di Indonesia yaitu trend jilbab, hal ini terlihat dari banyaknya bentuk jilbab yang ditampilkan dengan menarik dan fashionable (www.ladies.id). Demikian halnya dalam lingkup periklanan, media massa telah menjadi alat yang berperan kuat dalam dinamika perdagangan global. Berbagai macam iklan ditampilkan dengan kemasan yang sekreatif mungkin yang senantiasa dapat 2

menarik dan merebut perhatian masyarakat. Iklan merupakan cara yang efektif bagi media untuk dapat mempengaruhi khalayak (Widyatama, 2009:99) Pertumbuhan belanja iklan di akhir tahun 2015 bergerak positif dengan angka pertumbuhan sebesar 7%, dan mencapai angka 118 triliun. Pada kuartal empat 2015, belanja iklan televisi (TV) dan media cetak meningkat sebesar 17 persen dibandingkan dengan pada kuartal empat tahun 2014 (http://www.antaranews.com). Data tersebut memperlihatkan bahwa produsen/pemasar saat ini masih menjadikan televisi sebagai media yang utama untuk beriklan. Dampak hal tersebut, masing-masing produsen/pemasar dengan dibantu oleh orang-orang dari periklanan berlomba-lomba untuk membuat iklan dengan banyak cara se-kreatif mungkin agar iklan yang tayang di televisi tersebut dapat dengan cepat memainkan benak konsumen yang akan berujung kepada pembelian produk yang diiklankan. Keberadaan perempuan dalam iklan menjadi sebuah perdebatan yang tidak pernah henti ketika perempuan ditampilkan menjadi simbol-simbol untuk menciptakan citra tertentu. Bagi para praktisi periklanan, keberadaan perempuan dalam iklan adalah sesuatu yang tak terhindarkan. Busby dan Leichty (dalam Santi, 2012:6) mengatakan bahwa tubuh perempuan digunakan sebagai simbol untuk menciptakan citra produk tertentu, atau paling tidak berfungsi sebagai latar dekoratif suatu produk. Tubuh perempuan tampil sebagai simbol keindahan produk, keanggunan, kenikmatan minuman dan lain sebagainya. Bagi sebagian orang, penggunaan tubuh perempuan sebagai simbol merupakan upaya komoditifikasi produk, sementara bagi lainnya, khususnya para praktisi iklan, hal ini adalah sebuah keharusan karena dibutuhkan untuk memperkuat daya jual 3

sebuah produk. Maka tidak heran jika banyak para pengiklan yang menggunakan perempuan sebagai tokoh utama dalam produk yang diiklankan dan konsumen perempuan menjadi konsumen yang paling banyak diminati oleh para produsen dalam memasarkan produknya. Kecantikan dan penampilan fisik perempuan adalah hal yang saling berhubungan dan hampir tidak dapat dipisahkan (Santi, 2012: 11) Hal ini diperkuat dengan tampilan isi media yang menggambarkan kecantikan perempuan dengan menampilkan bentuk fisik yang indah. Perempuan merupakan objek yang tepat untuk menggambarkan kecantikan, karena dianggap memiliki bagian tubuh dengan nilai estetika yang tinggi. Iklan televisi maupun sinetron menggambarkan perempuan dengan tubuh langsing, berambut panjang, kulit mulus dan putih yang didukung dengan pakaian yang menonjolkan bentuk tubuh sebagai kecantikan ideal (Santi, 2012:11). Perempuan dengan dandanan tertutup dalam hal ini perempuan berjilbab tanpa disadari tidak bisa menghindar dari produsen iklan. Mulai dari jilbab, celana, sepatu dan lain sebagainya telah menjadi bagian dari fashion. Penutupan seluruh tubuh perempuan pada hakikatnya bisa dilihat sebagai perlawanan terhadap upaya menjadikan tubuh kaum perempuan sebagai objek industrialisasi. Ide kebebasan perempuan telah disalahgunakan untuk memuaskan produsen dalam industri kecantikan. Namun para industri kreatif telah mengemasnya dalam balutan yang indah melalui iklan-iklannya untuk membantu produsen menawarkan produknya (Santi, 2012:8). Produsen iklan dengan menampilkan iklan model berjilbab mulai membuka target pasar yang baru seperti konsumen perempuan muslim. Produsen 4

berusaha mempengaruhi konsumennya melalui iklan yang dikemas kreatif yang lama-kelamaan pengaruh media tersebut dapat membentuk suatu budaya baru. Iklan tersebut sama-sama menargetkan perempuan muslim dalam memasarkan produknya, dengan harapan ketika menampilkan model berjilbab produk mereka lebih laku di pasaran dan mendapatkan keuntungan. Wardah sebagai iklan kosmetik dengan menampilkan model berjilbab, menampilkan konsep kecantikan yang berbeda dengan iklan kosmetik lainnya. Penggunaan jilbab sendiri merupakan sebuah kewajiban dalam agama Islam namun disisi lain, jilbab telah menjadi trend fashion masa kini. Media secara perlahan menjadikan perempuan muslim sebagai objek komodifikasi. Berawal dari inilah kemudian peneliti melakukan pengamatan awal terhadap iklan-iklan yang tayang di televisi. Hasilnya saat ini banyak tayangan iklan di televisi yang menampilkan model berjilbab, salah satunya yang paling sering peneliti temui yaitu iklan Wardah. Wardah menampilkan sesuatu yang berbeda dengan standar kecantikan dalam iklan pada umumnya. Iklan Wardah menggambarkan kecantikan dengan sederhana namun mampu memberikan inspirasi dan tetap anggun untuk dilihat. Iklan sudah menjadi bagian dari budaya popular yang dikomodifikasi menjadi komoditas budaya atau industri budaya sehingga batasan antara high culture dan low culture menjadi semakin cair. Komoditas dan konsumsi menjadi lebih demokratis dalam arti siapapun bisa mengakses selama ada uang untuk itu. Membahas tentang komodifikasi, maka tidak akan lepas dengan istilah kapitalisme. Komodifikasi sendiri menurut perbendaharaan kata dalam istilah Marxist (Mosco, 2009) adalah suatu bentuk transformasi dari hubungan, yang 5

awalnya terbebas dari hal-hal yang sifatnya diperdagangkan, menjadi hubungan yang sifatnya komersil. Komodifikasi seringkali disamakan dengan komersialisasi walau sebenarnya pengertiannya beda tipis. Bila komodifikasi merujuk pada semua nilai tukar, komersialisasi lebih merujuk pada nilai tukar ekonomi. Menurut Santi (2012:7) Lebih jauh, Mosco (dalam Halim, 2013:48) menjelaskan bahwa bentuk komoditas di dalam komunikasi ada dua, yaitu komodifikasi isi media dan komodifikasi audiens. Isi pesan atau produk atau kreasi media adalah bentuk komodifikasi yang utama. Kumpulan informasi dan data yang tidak bermakna pada awalnya kemudian diolah sedemikian rupa oleh media untuk mendapatkan nilai tukar. Penggunaan jilbab yang tampak dalam iklan merupakan isi media dan menjadi objek komodifikasi karena sebelumnya penggunaan jilbab ini bebas dari nilai dagang dan merupakan sebuah kewajiban dalam agama Islam kemudian berubah menjadi nilai komoditi. Objek penelitian ini adalah iklan Wardah versi True Colors - Dewi Sandra, karena semua iklan produk Wardah konsisten sejak pertama tayang menampilkan model yang menggunakan jilbab sampai saat ini. Di samping itu iklan Wardah adalah pioner iklan dengan model berjilbab hingga kini diikuti oleh produk-produk pesaing. Iklan kosmetik wardah juga merupakan iklan kosmetik pertama yang mengambarkan bawasannya cantik tidak hanya digambarkan dengan pakaian terbuka, tubuh yang langsing atau sexy seperti kebanyakan iklan produk kecantikan yang lain. Hasil observasi awal yang peneliti lakukan dengan menonton semua iklan Wardah di televisi maupun yang telah diunggah di youtube dapat dilihat bahwa 6

iklan Wardah versi True Colors-Dewi Sandra menampilkan beberapa model dengan latar belakang profesi yang berbeda namun konsisten menggunakan jilbab. Peneliti tertarik melihat cara pandang khalayak terutama perempuan muslim terhadap penggunaan jilbab yang ditampilkan dalam iklan ini. Penonton sebagai khalayak aktif tentu bertindak juga sebagai penghasil makna. Frekuensi menonton perempuan muslim turut mempengaruhi cara pandang penonton dalam merespsi isi pesan yang ditampilkan oleh media. Hal ini terjadi karena pengulangan dalam penyampaian pesan iklan merupakan suatu strategi yang dapat meningkatkan kepercayaan konsumen (Belch, 2001:165). Apa yang terjadi ketika penonton perempuan muslim menerima tersebut secara terus-menerus. Apakah penonton tersebut dominan reading, negosiasi, atau oposisi. Analisis resepsi dalam hal ini, digunakan untuk mengetahui pemaknaan yang penonton iklan Wardah versi True Colors-Dewi Sandra dapatkan dari tayangan iklan tersebut. Dalam penelitian ini, yang menjadi informan peneliti adalah perempuan muslim di kota Padang. Alasan pemilihan informan karena menurut hasil observasi yang peneliti lakukan peneliti menemui mayoritas perempuan muslim di kota Padang memakai jilbab. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian, dengan judul Analisis Resepsi Perempuan Muslim Terhadap Komodifikasi Penggunaan Jilbab Dalam Iklan Wardah versi True Colors-Dewi Sandra 1.2. Rumusan Masalah Dalam penelitian ini, masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut: Bagaimana resepsi perempuan muslim terhadap komodifikasi penggunaan jilbab oleh iklan TV Wardah versi True Colors-Dewi Sandra? 7

1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertayaan di rumusan masalah yaitu: 1. Mengetahui frekuensi informan dalam mengonsumsi Media 2. Mendeskripsikan resepsi yang didapat perempuan muslim terhadap komodifikasi penggunaan jilbab oleh iklan TV Wardah versi True Colors-Dewi Sandra 3. Mendeskripsikan posisi resepsi Muslimah dari Komodifikasi penggunaan jilbab dalam iklan TV Wardah versi True Colors-Dewi Sandra 1.4. Manfaat Penelitian Beberapa manfaat yang diharapkan dari terlaksananya penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat menambah referensi bagi mahasiswa FISIP Universitas Andalas khususnya program studi Ilmu Komunikasi mengenai kajian analisis resepsi terutama pada iklan televisi. Selain itu penelitian juga diharapkan dapat menjadi bahan dalam penelitian selanjutnya mengenai periklanan pada khususnya dan komunikasi pada umumnya. 2. Manfaat Praktis Secara praktis, diharapakan dengan adanya penelitian ini akan menjadi pertimbangan bagi masyarakat untuk lebih kritis dalam memilih dan menyaring semua pesan yang disampaikan oleh media massa. 8