Petunjuk Teknis Teknologi Produksi Benih Kacang Tanah. Oleh : Joko Purnomo Novita Nugrahaeni Titik Sundari Didik Harnowo

dokumen-dokumen yang mirip
Teknologi Produksi Benih Kacang Hijau

Petunjuk Teknis Teknologi Produksi Benih Kacang Hijau. Oleh : Rudi Iswanto Titik Sundari Didik Harnowo

PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA

Teknologi Budidaya Kedelai

Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH MENDUKUNG PROGRAM KEMANDIRIAN BENIH KEDELAI DI DAERAH SENTRA PRODUKSI

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

Persyaratan Lahan. Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang

Pendahuluan menyediakan dan mendiseminasikan rekomendasi teknologi spesifik lokasi

Analisis Finansial Usaha Tani Penangkaran Benih Kacang Tanah dalam satu periode musim tanam (4bulan) Oleh: Achmad Faizin

PENGENDALIAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU

KOMPONEN TEKNOLOGI PIUHAN

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENYIAPAN BENIH KEDELAI

TEKNOLOGI PRODUKSI TSS SEBAGAI ALTERNATIF PENYEDIAAN BENIH BAWANG MERAH

ROGUING DAN SORTASI PADA PROSES PRODUKSI BENIH RINGKASAN

HASIL PENDAMPINGAN PROGRAM STRATEGIS KEMENTERIAN PERTANIAN SL-PTT KEDELAI DI PROVINSI ACEH

BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut

TEKNOLOGI PRODUKSI DAN PASCAPANEN BENIH JAGUNG VARIETAS SUKMARAGA DI KALIMANTAN SELATAN. Suwardi Balai Penelitian Tanaman Serealia

PT. PERTANI (PERSERO) UPB SUKASARI

PRODUKSI BENIH SUMBER UBIKAYU

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH

2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai

PETUNJUK LAPANGAN PENYIAPAN BENIH KEDELAI Oleh : MOH. YUSUF YUNAIDI

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu

TEKNOLOGI PRODUKSI DAN PENGEMBANGAN KEDELAI PADA LAHAN SAWAH SEMI INTENSIF DI PROVINSI JAMBI

KAJIAN PERBENIHAN TANAMAN PADI SAWAH. Ir. Yunizar, MS HP Balai Pengkajian Teknologi Riau

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

TATA CARA PENELITIAN

Peluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE

adalah praktek budidaya tanaman untuk benih

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

HYPOMA1 DAN HYPOMA2 VARIETAS UNGGUL BARU KACANG TANAH TAHAN PENYAKIT DAUN DAN KEKERINGAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan

Pada umumnya sebagai sumber pangan karbohidrat, pakan ternak dan bahan baku industri olahan pangan. Ke depan peranannya semakin penting dan strategis

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengamatan pertumbuhan tanaman kedelai Edamame dilakukan di rumah. B. Bahan dan Alat Penelitian

LAMPIRAN Lampiran 1. Layout Tata Letak Penelitian. Blok II TS 3 TS 1 TS 3 TS 2 TS 1

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Jawa Barat, dengan ketinggian 725 m di atas permukaan laut.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG

Penerapan Good Agricultural Practices (GAP) Produksi Benih Jagung Hibrida

PELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium

PETUNJUK TEKNIS PRODUKSI BENIH SUMBER JAGUNG KOMPOSIT (BERSARI BEBAS)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

m. BAHAN DAN METODE KO = Tanpa pupuk kalium (control) Kl = 50 kg KCl/ha = 30 kg KjO/ha (30 g KCl/plot)

BAHAN DAN METODE. Bahan yang digunakan adalah benih padi Varietas Ciherang, Urea, SP-36,

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) KEDELAI

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MUTU BENIH. Faktor Genetik/ Faktor Lingkungan/ Eksternal

TEKNOLOGI PERBENIHAN PADI SAWAH

Peningkatan Pendapatan Usahatani dengan Penangkaran Benih Padi Varietas Unggulan

Sumber : Manual Pembibitan Tanaman Hutan, BPTH Bali dan Nusa Tenggara.

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

PELAKSANAAN PENELITIAN

TUMPANG GILIR (RELAY PLANTING) ANTARA JAGUNG DAN KACANG HIJAU ATAU KEDELAI SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN KERING DI NTB

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian,

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG

Teknologi Produksi Kedelai

Teknologi Produksi Ubi Jalar

I. BAHAN DAN METODE. Bahan-bahan penelitian yaitu benih varietas Kancil dan Singa yang merupakan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Lampung mulai bulan September 2012 sampai Juni 2013.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan yang terletak di Desa Rejomulyo,

I. BAHAN DAN METODE. dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru,

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

Universitas Sumatera Utara

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

BAB III. METODE PENELITIAN

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09

Lampiran 1. Hasil Analisis Tanah di Kebun Percobaan Leuwikopo IPB

PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013

III. BAHAN DAN METODE

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN KEDELAI

Lampiran 1. Bagan penanaman pada plot. 100 cm. 15 cm. x x x x. 40 cm. 200 cm. Universitas Sumatera Utara

Gambar 1. Varietas TAKAR-1 (GH 4) Edisi 5-11 Juni 2013 No.3510 Tahun XLIII. Badan Litbang Pertanian

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl,

Sumber Pustaka Hilman. Y. A. Hidayat, dan Suwandi Budidaya Bawang Putih Di Dataran Tinggi. Puslitbang Hortikultura. Jakarta.

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

Pedoman Umum. PTT Kedelai

III. BAHAN DAN METODE

PETUNJUK TEKNIS PRODUKSI BENIH SUMBER JAGUNG KOMPOSIT (BERSARI BEBAS) Penyusun Zubachtirodin Syuryawati Constance Rapar

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR

Transkripsi:

Petunjuk Teknis Teknologi Produksi Benih Kacang Tanah Oleh : Joko Purnomo Novita Nugrahaeni Titik Sundari Didik Harnowo Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian 2013 i

Petunjuk Teknis Teknologi Produksi Benih Kacang Tanah Disusun oleh : Joko Purnomo Novita Nugrahaeni Titik Sundari Didik Harnowo Cetakan Pertama : Tahun 2013 Penerbitan publikasi ini dibiayai oleh DIPA Balitkabi Tahun Anggaran 2013 Disain dan Tata Letak : Artdhe N Foto : Tim UPBS Diterbitkan oleh Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi Jl. Raya Kendalpayak km 8 Malang, Kotak Pos 66 malang 65101 Tel. 0341-801468, fax 0341-801496, e-mail: balitkabi@litbang.deptan.go.id website http://balitkabi.litbang.deptan.go.id ii

PENGANTAR Dalam industri perbenihan nasional, benih sumber menempati posisi strategis karena menjadi sumber bagi produksi benih kelas di bawahnya. Benih merupakan cikal bakal dari suatu kehidupan tanaman yang harus memiliki mutu genetik, fisiologis, dan fisik yang baik. Banyak faktor yang mempengaruhi proses untuk memperoleh mutu benih yang baik, yaitu faktor internal (faktor yang ada di dalam benih) dan faktor eksternal (faktor di luar benih atau lingkungan). Konsep perbenihan dan implementasi di lapangan pada beberapa komoditas di Indonesia belum berjalan dengan baik, sehingga masih perlu penyempurnaan. Dalam konsep perbenihan yang menjadi fokus utama meliputi beberapa aspek yaitu produksi, pengolahan benih,penyimpanan benih, analisis mutu benih, penanganan benih, distribusi, dan pemasaran benih. Untuk memperoleh benih yang bermutu diperlukan suatu perangkat pengolahan benih. Perangkat tersebut tercakup dalam teknologi benih, yaitu teknologi untuk memproduksi benih, menganalisis mutu benih, menyimpan, memasarkan, dan mengedarkan tanpa harus mengurangi mutunya. Sehubungan dengan hal tersebut, Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi (Balitkabi) menyusun panduan teknis produksi benih (Kacang Tanah, Kacang Hijau, Ubikayu) sebagai acuan untuk memproduksi benih sumber (Kacang Tanah, Kacang Hijau, Ubikayu) yang meliputi persiapan produksi, proses produksi, pemeliharaan mutu genetik di lapangan, dan teknologi pasca panen. Malang, Desember 2013 Kepala Balai, Dr. Didik Harnowo iii

Daftar Isi 1. PERSIAPAN PRODUKSI... 1 1.1 Penentuan lokasi... 1 1.2 Pemilihan varietas unggul... 1 1.3 Penyiapan benih sumber... 1 2. PROSES PRODUKSI... 3 2.1 Penyiapan lahan... 3 2.2 Tanam... 3 2.3 Pemupukan... 3 2.4 Pengendalian gulma... 4 2.5 Pengairan... 5 2.6 Pengendalian hama... 5 2.7 Pengendalian penyakit... 6 3. PEMELIHARAAN MUTU GENETIK... 7 3.1 Fase juvenile... 7 3.2 Fase berbunga... 7 3.3 Fase Berpolong... 8 4. TEKNOLOGI PASCA PANEN BENIH...10 4.1 Panen... 10 4.2 Perontokan... 11 4.3 Pembersihan dan Sortasi... 12 4.4 Pengeringan... 14 4.5 Pengemasan... 15 4.6 Penyimpanan... 15 iv

Teknologi Produksi Benih Kacang Tanah PERSIAPAN PRODUKSI 1. Penentuan lokasi Kondisi lingkungan tumbuh sangat menentukan mutu benih yang dihasilkan. Benih dengan mutu genetik dan mutu fisiologis yang tinggi hanya dapat dihasilkan dari pertanaman di lingkungan yang tepat. Oleh karena itu, lahan yang akan digunakan hendaknya beririgasi teknis dengan pengairan yang terkontrol. Selain itu, perlu diperhatikan bahwa lahan tersebut bukan bekas pertanaman kacang tanah varietas lain. Sebaiknya digunakan lahan yang sebelumnya ditanami komoditas lain atau bera. Di samping itu, perlu pula dipertimbangkan kemudahan akses transportasi menuju lokasi, karena proses produksi memerlukan pengelolaan dan pengawasan intensif, termasuk oleh pihak BPSB (Balai Pengawasan dan Sertifikasi benih). 2. Pemilihan varietas unggul Gunakanlah hanya varietas unggul karena produktivitasnya yang tinggi serta beberapa keunggulan yang dimiliki. Saat ini telah tersedia varietas unggul baru kacang tanah yang sesuai untuk lahan sawah, antara lain Kancil, Jerapah, Bison, Tuban, Zebra, Panter, Singa, Domba, Hypoma1, Hypoma2, untuk lahan masam antara lain Talam. Kebutuhan benih per hektar 120 kg polong kering atau 75 kg biji. 3. Penyiapan benih sumber Asal-usul benih yang akan ditanam sangat penting diperhatikan agar dapat menjamin keaslian genetik dari benih yang akan dihasilkan. Benih sumber yang ditanam harus satu kelas lebih tinggi dari kelas benih yang akan diproduksi. Sebagai contoh, untuk memproduksi benih kelas 1

BD (Benih Dasar), maka yang harus ditanam adalah benih kelas BS (Benih Penjenis); untuk memproduksi benih kelas BP (Benih Pokok) harus berasal dari benih kelas BD. Pemeriksaan benih sumber harus dilakukan sebelum benih ditanam, yang mencakup sertifikat/label yang berisi informasi: asal benih, nama produsen, varietas, tanggal selesai uji dan tanggal kadaluarsa, dan mutu benih (daya kecambah, kadar air, dan kemurnian fisik). 2

PROSES PRODUKSI 1. Penyiapan lahan Tanah bekas pertanaman padi (bukan bekas tanaman kacang tanah), diolah, dibajak dua kali saling-silang hingga gembur, dibersihkan dari gulma kemudian diratakan, selanjutnya dibuat bedengan selebar 3-4m. Di antara bedengan dibuat saluran dengan kedalaman 25-30 cm dan lebar 30 cm yang akan berfungsi sebagai saluran drainase untuk mengurangi kelebihan air sekaligus sebagai saluran irigasi pada saat diperlukan air. Gambar 1. Pengolahan tanah dan ploting. 2. Tanam Benih ditanam secara tugal dengan kedalaman 2-3 cm. Jarak tanam: 40 cm x 10 cm atau 35 cm x 10 cm, 1 biji/lubang tanam. Segera dilakukan irigasi jika tanam telah selesai. Disarankan untuk tidak menunda saat irigasi setelah tanam sampai keesokan harinya karena benih kacang tanah cukup peka terhadap cahaya terik matahari langsung. 3. Pemupukan Untuk tanaman kacang tanah dianjurkan untuk melakukan pemupukan walau lahan yang digunakan bekas tanaman padi. Takaran pupuk yang digunakan sekitar 50 kg Urea, 100 kg SP36 3

+ 100-150 kg KCl/ha. Pupuk diberikan seluruhnya pada saat tanam. Pada kondisi tertentu penggunaan Dolomit diperlukan untuk memperbaiki kualitas polong dan biji. Gambar 2. Pelaksanaan tanam (kiri) dan fase pertumbuhan awal (kanan). 4. Pengendalian gulma Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan menggunakan mulsa jerami, maupun dengan penyiangan dan penyemprotan herbisida. a. Pengendalian gulma dengan menggunakan mulsa jerami. Mulsa jerami dapat menekan frekuensi penyiangan. Pada daerah endemis serangan lalat kacang, pemberian mulsa dapat menekan serangan tersebut. Mulsa jerami diberikan sebanyak 5 ton/ha, dihamparkan merata, dengan ketebalan <10 cm. Jika gulma bukan merupakan masalah, jerami dapat dibakar pada hamparan lahan. Cara ini lebih menyeragamkan pertumbuhan awal dan mematikan biji-biji gulma. b. Pengendalian gulma dengan penyiangan. Pengendalian gulma dilakukan secara optimal, sehingga pertanaman kacang tanah tidak mengalami gangguan. Penyiangan minimal dilakukan dua kali, yaitu pada umur 10 14 hari dan 30-35 hari setelah tanam. Gulma dikeluarkan dari lahan pertanaman. 4

Pada penyiangan ke-2, diikuti dengan penggemburan tanah sekaligus pembumbunan. Apabila masih diperlukan penyiangan lagi, maka penyiangan dilakukan setelah berbunga, pada umur 55-60 hari, dengan cara memotong pada pangkal batang gulma. 5. Pengairan Pengairan dilakukan pada : Fase pertumbuhan tanaman yang sangat peka terhadap kekurangan air adalah awal pertumbuhan vegetatif (15-20 HST). Saat berbunga (30-40 HST). Saat pengisian polong (60-70 HST). Gambar 3. Hasil penyiangan manual maupun herbisida. 6. Pengendalian hama Pengendalian hama dilakukan berdasarkan pemantauan. Pengendalian hama secara bercocok tanam (kultur teknis) dan pengendalian secara hayati (biologis) saat ini dilakukan untuk menekan pencemaran lingkungan. Pengendalian secara kultur eknis antara lain penggunaan mulsa jerami, pengolahan tanah, pergiliran tanaman dan tanam serentak dalam satu hamparan serta penggunaan parasitoid Trichogrammatiodea bactrae-bactrae, penggunaan Nuclear polyhidrosis Virus (NPV) untuk ulat grayak Spopdoptera litura (SINPV), serta penggunaan seks feromon yang mampu mengendalikan ulat grayak. 5

Penyemprotan dilakukan jika tingkat kerusakan daun lebih dari 15%. Penentuan dosis serta jenis insektisida didasarkan pada hasil pemantauan tingkat populasi dan jenis hama di lapangan. Pengendalian hama dilakukan pada pagi atau sore hari dan diupayakan penyemprotan mengenai seluruh bagian tanaman. Penyemprotan dilakukan searah dengan arah angin. 7. Pengendalian penyakit Penyakit utama pada kacang tanah adalah karat daun (Puccinica arachidis) dan penyakit bercak daun (Phaeoisariopsis personata). Pengendalian kedua penyakit utama tersebut dapat dilakukan fungisida dengan bahan aktif mancozeb atau metil tiofanat. Pengendalian virus dilakukan dengan mengendalikan vektornya yaitu serangga hama kutu dengan insektisida berbahan aktif metomil atau deltamethrin. Tindakan preventif akan lebih baik, dengan waktu pengendalian pada saat tanaman berumur 40, 50, 60 dan 70 hari setelah tanam. 6

PEMELIHARAAN MUTU GENETIK Benih bermutu, baik mutu fisik dan genetik memiliki konstribusi penting untuk produksi tanaman. Pemeliharaan mutu genetik untuk setiap kelas sumber benih dilakukan sejak persiapan benih sebelum tanam (sumber benih dan lahan yang akan digunakan), di pertanaman dan selama prosesing. Pemeliharaan mutu genetik di pertanaman dilakukan dengan kegiatan roguing (membuang tanaman tipe simpang). Terdapat tiga fase pengamatan tanaman untuk membuang tanaman tipe simpang dengan menggunakan karakter kualitatif sebagai pembeda utama yaitu pada fase juvenil, fase berbunga dan saat panen dengan seleksi polong. 1. Fase juvenile Pengamatan pada fase ini dilakukan pada saat tanaman berumur 10-15 hari setelah tanam. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah : Warna epikotil (hijau atau ungu) Pada pertumbuhan vegetatif aktif perlu diperhatikan vigor tanaman, tipe pertumbuhan tanaman dan karakter daun (ukuran, bentuk, serta kedudukan daun). Gambar 4. Warna epikotil kacang tanah dan vigor tanaman. 2. Fase berbunga Pengamatan berikutnya dapat dilakukan pada fase berbunga. Karakter-karakter yang diperlukan adalah: Warna bunga, hampir semua bunga tanaman kacang tanah 7

berwarna kekuningan hingga kuning agak tua. Perbedaan kecil terjadi adanya garis-garis kuning pucat pada mahkota bunga, cukup sulit untuk membedakan warna bunga varietas satu terhadap yang lain. Saat berbunga yakni saat 50% tanaman sudah berbunga. Pada kacang tanah kisaran terjadi antara 21-27 hari. Sedikit beragam antar varietas, dan periode berbunga dapat terus terjadi hingga tanaman berumur 50-60 hari. Warna dan kerapatan bulu pada tangkai dan helai daun kacang tanah tidak setebal kedelai, sehingga diperlukan ketelitian jikalau dijadikan parameter pembeda antar varietas. Posisi dan bentuk daun. Perbedaan bentuk daun kacang tanah lebih mudah dijadikan parameter pembeda dibanding warna dan kerapatan bulu daun. Perbedaan bentuk daun tegas terjadi antara tipe valencia dangan tipe spanish. Kemudian yang perlu diperhatikan adalah ratio lebar/panjang daun, kemudian ujung daun (lancip, agak bulat atau bulat). Warna daun juga dapat dijadikan pembeda antar varietas karena ragam warna terjadi antar varietas. Kuning Orange 3. Fase Berpolong Pada fase pertumbuhan ini penciri yang mudah adalah warna ginofor yaitu hijau atau ungu. Ragam dalam masing-masing kelompok sangat sedikit. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah : 8 Gambar 5. Warna bunga kacang tanah.

Keragaan dari tanaman secara keseluruhan. Bentuk dan ukuran daun yang nampak menyolok berbeda dapat dianggap sebagai bentuk simpang yang perlu dibuang. Warna dan ukuran daun mungkin masih bisa membantu mengidentifikasi bentuk simpang yakni yang berada di luar populasi tersebut. Polong masak agak sulit pada kacang tanah untuk dijadikan parameter pembeda karena harus mencabut tanaman. Untuk mempertahankan kemurnian genetik hanya dapat dilakukan melalui seleksi polong dan warna kulit biji. Genofor Ungu Genofor Hijau Gambar 6. Warna ginofor dan keragaan tanaman. 9

10 TEKNOLOGI PASCA PANEN BENIH Dalam menghasilkan benih bermutu tinggi, perbaikan mutu fisik, fisiologis maupun mutu genetik juga dilakukan selama penanganan pasca panen. Menjaga mutu fisik dan genetik utamanya dilakukan selama prosesing, sedangkan menjaga mutu fisiologis benih dilakukan mulai saat panen hingga penyimpanan dan bahkan hingga benih siap ditanam oleh pengguna. Pengelolaan benih untuk mempertahankan mutu fisologis tetap tinggi tidak dapat dilakukan secara partial (sepotongsepotong), melainkan harus dilakukan secara simultan (menyeluruh) dan sistematis dengan menerapkan kaidah-kaidah pengelolaan benih secara benar, mulai saat panen hingga penyimpanan. Selain itu, kaidah-kaidah yang sama kaitannya dengan mutu fisiologis dalam pengelolaan benih kacang tanah berlaku untuk kelas benih: Benih Penjenis (BS), benih Dasar (FS), Benih Pokok (SS) maupun benih sebar (ES). Benih kacang tanah termasuk yang cepat mengalami penurunan daya tumbuh jika tanpa perlakuan khusus, untuk itu proses dan cara penyimpanan akan turut mempertahankan mutu benih. Penyimpanan hanyalah mempertahankan agar laju penurunan mutu diperlambat, bagaimanapun idealnya kondisi penyimpanan tidak akan meningkatkan mutu benih. Oleh karena itu syarat yang diperlukan adalah suhu dan lelembaban ruang simpan rendah, yakni sekitar 18 o C dengan kelembaban relatif sekitar 60%. Teknik tersebut tidak mungkin terjadi di tingkat petani, maka diperlukan teknik sederhana. 1. Panen Panen hendaknya dilakukan pada saat setidaknya mencapai masak fisiologis, yakni setidaknya 70% polong pertanaman telah mencapai masak fisiologis, yang ditandai dengan warna gelap sisi dalam kulit polong. Panen dilakukan dengan mencabut tanaman pada tingkat kelembaban tanah tertentu sehingga polong tidak tertinggal di lapang akibat tanah yang terlalu kering. Polong dirontok secara manual kemudian dijemur dengan cahaya matahari dengan beralaskan tikar atau terpal. Untuk menjaga

agar benih tidak rusak maka penjemuran dilakukan hanya mencapai jam 13.00, tidak dibenarkan menjemur se panjang hari, pagi hingga mata hari tenggelam. Penjemuran tersebut dilakukan berulang hingga mencapai kadar air 12-14%. Mengingat sulitnya pengeringan pada musim hujan, maka fungsi dryer mutlak diperlukan, atau jikalau dryer tidak ada dan tidak dapat menjemur sebaiknya polong benih di buat terhampar atau digantung dalam rak-rak. Gambar 7. Kegiatan panen dan contoh polong. 2. Perontokan Perontokan dilakukan segera setelah dicabut secara manual, digeblok, kemudian dijemur dengan cahaya matahari dengan beralaskan tikar atau terpal. Untuk menjaga agar benih tidak rusak maka penjemuran dilakukan hanya mencapai jam 13.00, tidak dibenarkan menjemur sepanjang hari, pagi hingga matahari tenggelam. Penjemuran tersebut dilakukan berulang hingga mencapai kadar air 12-14%. Secara umum perontokan benih perlu dilakukan secara hatihati untuk menghindarkan banyaknya polong rusak, sebab hal ini akan mempercepat laju penurunan daya tumbuh maupun vigor benih dalam penyimpanan. 11

Gambar 8. Proses perontokan polong kacang tanah. 3. Pembersihan dan Sortasi Polong yang sudah kering perlu dibersihkan dari campuran bahan lain, hal ini dapat dilakukan selama proses penjemuran. Jika tersedia blower sebelum disimpan mungkin ada baiknya dilakukan untuk menghilangkan debu atau tanah yang mungkin masih tercampur. Sortasi perlu dilakukan terhadap polong yang sudah terjemur kering yakni dengan memisahkan polong hampa, keriput atau mungkin polong varietas lain (bentuk simpang). 12 (a) (b) (c) Gambar 9. Hasil kegiatan sortir (a) Polong bagus, (b) polong rusak, dan (c) kotoran.

Domba Bima Kelinci Gajah Bison Jerapah Kancil Tuban Gambar 10. Bentuk polong dan warna biji beberapa varietas unggul kacang tanah. 13

4. Pengeringan Proses pengeringan yang murah dan mudah adalah dengan cahaya matahari. Untuk kacang tanah lama pengeringan bervariasi tergantung karakteristik polong, pada umumnya yang tergolong tipe valencia perlu waktu lebih lama dibanding yang tergolong tipa spanish. Bi ji yang sudah kering ditandai dengan kulit biji yang mudah terkelupas, kadar air biji pada kondisi demikian kira-kira 11-12%. Pengeringan untuk mencapai kadar air biji tersebut tidak dapat dilakukan sekali atau dua kali jemur sepanjang hari dibawah matahari terik. Penjemuran diakhiri kira-kira jam 12.00-13.00 untuk menghindarkan kerusakan sistem enzimatis dalam benih. Untuk menghindarkan benih terbakar sebelah maka pembalikan selama penjemuran diperlukan. Jangan menumpuk benih dalam karung atau wadah tertutup apa bila benih masih dalam kondisi panas. Untuk itu sebelum di masukkan ke empat tertutup perlu menunggu hingga benih cukup dingin. Gambar 11. Proses pengeringan, sebelum dilakukan penyimpanan. 14

5. Pengemasan Benih dikemas menggunakan bahan pengemas kedap udara untuk menghambat masuknya uap air dari luar kemasan ke dalam benih. Kantong plastik benih yang bening atau buram (kapasitas 10-12 kg) dengan ketebalan 0.08 mm cukup digunakan sebagai pelapis dalam karung penyimpanan, diharapkan pada kondisi demikian benih dapat bertahan selama 8 bulan pada ruang simpan tanpa perangkat pendingin (AC). Penggunaan blek (kaleng) bertutup rapat dengan kapasitas 5 kg dapat digunakan sebagai penyimpanan benih kacang tanah dalam jumlah kecil. 6. Penyimpanan Benih dalam kemasan dapat disimpan di dalam ruangan beralas kayu atau pada rak-rak kayu agar kemasan tidak bersinggungan langsung dengan lantai/tanah. Benih dalam penyimpanan harus terhindar dari serangan tikus ataupun hewan pengganggu lain yang mungkin dapat merusak kantong (kemasan m) maupun benih. Usahakan menyimpan benih pada ruangan tersendiri (jangan menyimpan benih dalam ruangan bersama pupuk ataupun bahan-bahan lain yang dapat menyebabkan ruangan menjadi lembab). Gambar 12. Plastik kedap udara di lapisan dalam kemasan (kiri) dan alas kayu dalam penyimpanan (kanan). 15

16