Kebahagiaan Berdana. Diposkan pada 02 Desember 2015

dokumen-dokumen yang mirip
HIDUP SESUAI DHAMMA Kumpulan Dhammadesana Bhikkhu Uttamo

Dhamma Inside. Kematian Yang Indah. Orang-orang. Akhir dari Keragu-raguan. Vol September 2015

Kompetensi Dasar: - Menumbuhkan kesadaran luhur dalam melaksanakan peringatan hari raya

Agama dan Tujuan Hidup Umat Buddha Pengertian Agama

Manfaatkan Waktu. Semaksimal Mungkin

Mengapa bhikkhu harus dipotong rambutnya? Mengapa bhikkhu itu tidak boleh beristeri? Mengapa anak perempuan tidak boleh dekat bhikkhu?

Meditasi Mettā (Meditasi Cinta Kasih)

Dhamma Inside. Bersikap Ramah. Standar. Berada di luar Kata-kata : Alamilah Sendiri. Vol Oktober 2015

Dharmayatra tempat suci Buddha

D. ucapan benar E. usaha benar

Mengapa berdana? Pariyatti Sāsana hp ; pin. Friday, April 12, 13

Tidak Ada Ajahn Chan. Kelahiran dan Kematian

BAB IV MAKNA SELIBAT DAN IMPLIKASINYA DALAM KEHIDUPAN SOSIAL KEAGAMAAN PARA BIKKHU/BIKKHUNI DI BANDAR LAMPUNG

SĪLA-2. Pariyatti Sāsana hp ; pin!

Vihara terbuka untuk bhikkhu dan bhikkhuni (maechee atau anagarini), dan juga umat awam pria dan umat awam wanita.

1. Mengapa bermeditasi?

BAB III KONSEP DANA DALAM BUDDHA

Buddha di Desa Rancaiyuh.

Sutta Nipata menyebut keempat faktor sebagai berikut: Lebih lanjut, murid para

MANFAATKANLAH WAKTU ANDA

Merenungkan/Membayangkan Penderitaan Neraka

Mari berbuat karma baik dengan mendanai cetak ulang buku ini sebagai derma Dharma kepada sesama dan pelimpahan jasa kepada leluhur, agar ajaran

KUMPULAN 50 TANYA JAWAB (16) Di Website Buddhis Samaggi Phala Oleh Bhikkhu Uttamo Online sejak tanggal 24 September 2005 s.d.

Kamma (7) Kamma Baik Lingkup-Indra. Dhammavihārī Buddhist Studies

AGAMA BUDDHA PEDOMAN HIDUPKU Kumpulan Ceramah Dhamma Bhikkhu Uttamo

KUMPULAN 50 TANYA JAWAB (8) Di Website Buddhis Samaggi Phala Oleh Bhikkhu Uttamo Online sejak tanggal 21 Agustus 2004 s.d. tanggal 09 Oktober 2004

Pengembara yang Tersesat

KUMPULAN 50 TANYA JAWAB (10) Di Website Buddhis Samaggi Phala Oleh Bhikkhu Uttamo Online sejak tanggal 29 November 2004 s.d. tanggal 17 Januari 2005

Sutta Magandiya: Kepada Magandiya (Magandiya Sutta: To Magandiya) [Majjhima Nikaya 75]

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

6. Pattidāna. (Pelimpahan Kebajikan) hp , pin bb.2965f5fd

Mahā Maṅgala Sutta (1)

KUMPULAN 50 TANYA JAWAB (13) Di Website Buddhis Samaggi Phala Oleh Bhikkhu Uttamo Online sejak tanggal 27 April 2005 s.d. tanggal 15 Juni 2005

BAB I PENDAHULUAN. yang memeluk suatu ajaran atau agama tersebut. Manusia terikat dengan

Kembali kepada Ketulusan Hati untuk Berbuat Baik

KUMPULAN 50 TANYA JAWAB (19) Di Website Buddhis Samaggi Phala Oleh Bhikkhu Uttamo Online sejak tanggal 21 Februari 2006 s.d. tanggal 11 April 2006

TIGA KUSALAMULA TIGA AKAR KEBAIKAN

STRATEGI PEMBINAAN UMAT OLEH DHARMADUTA. Oleh: Warsito. Abstrak:

UPACARA KATHINA DALAM AGAMA BUDDHA

KUMPULAN 50 TANYA JAWAB (5) Di Website Buddhis Samaggi Phala Oleh Bhikkhu Uttamo Online sejak tanggal 23 Maret 2004 s.d.

László Hankó: Kebahagiaan Marina

PROPOSAL SPONSORSHIP KATHINA PUJA 2561 B.E./2017 KELUARGA MAHASISWA BUDDHIS DHAMMAVADDHANA BINUS UNIVERSITY

Sutta Kalama: Kepada Para Kalama (Kalama Sutta: To the Kalamas)

DPD Patria Sumatera Utara. Juara II. Lomba Berkarya Dhamma PIKIRAN ADALAH PELOPOR DARI SEGALA SESUATU DODI PURNOMO WIJAKSONO, SURABAYA

KUMPULAN 50 TANYA JAWAB (17) Di Website Buddhis Samaggi Phala Oleh Bhikkhu Uttamo Online sejak tanggal 13 November 2005 s.

Mari berbuat karma baik dengan mendanai cetak ulang buku ini sebagai derma Dharma kepada sesama dan pelimpahan jasa kepada leluhur.

Dāna-4. Berdana Kepada Bhikkhu Leher Kuning? Pariyatti Sāsana hp ; pin. Friday, April 12, 13

KEPUTUSAN RAPAT KARAKA SANGHA SABHA (DEWAN PIMPINAN SANGHA) I/2001 SANGHA THERAVADA INDONESIA

KUMPULAN 50 TANYA JAWAB (14) Di Website Buddhis Samaggi Phala Oleh Bhikkhu Uttamo Online sejak tanggal 16 Juni 2005 s.d. tanggal 04 Agustus 2005

Permintaan Untuk Membabarkan Dhamma. Pariyatti Sāsana Yunior 2 hp ; pin

Hening Sejenak. Suasana Hati

"Jika saya begitu takut maka biarlah saya mati malam ini". Saya takut, tetapi saya tertantang. Bagaimanapun juga toh akhirnya kita harus mati.

Peneliti, Win Hally Sulubere. Universitas Sumatera Utara

BAB III PENUTUP. wilayah lokasi KKN bagi Kelompok III. Masyarakat yang heterogen terdiri dari

MEDITASI VIPASSANĀ & EMPAT KESUNYATAAN MULIA

KUMPULAN 50 TANYA JAWAB (11) Di Website Buddhis Samaggi Phala Oleh Bhikkhu Uttamo Online sejak tanggal 18 Januari 2005 s.d. tanggal 07 Maret 2005

Kaṭhina dan Serba-Serbinya. Bhikkhu Sikkhānanda

Kelahiran dan Kematian

Sutta Mahavacchagotta (The Greater Discourse to Vacchagotta)

Sutta Devadaha: Di Devadaha (Devadaha Sutta: At Devadaha) [Majjhima Nikaya 101]

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Buddha berkata keinginan itu seperti air asin. Makin banyak diminum, semakin haus

Written by Administrator Wednesday, 25 January :43 - Last Updated Saturday, 28 January :28

BAB IV EKONOMI DAN SPIRITUALITAS PERSPEKTIF PARA BIKSU

KUMPULAN 50 TANYA JAWAB (18) Di Website Buddhis Samaggi Phala Oleh Bhikkhu Uttamo Online sejak tanggal 2 Januari 2006 s.d. tanggal 20 Februari 2006

KUMPULAN 50 TANYA JAWAB (6) Di Website Buddhis Samaggi Phala Oleh Bhikkhu Uttamo Online sejak tanggal 11 Mei 2004 s.d. tanggal 30 Juni 2004

BAB I PENDAHULUAN. pada satu objek tertentu agar pikiran dapat lebih fokus. Dalam bahasa Pāli

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

KUMPULAN 50 TANYA JAWAB (15) Di Website Buddhis Samaggi Phala Oleh Bhikkhu Uttamo Online sejak tanggal 05 Agustus 2005 s.d. tanggal 23 September 2005

KEPUTUSAN RAPAT KARAKA SANGHA SABHA (DEWAN PIMPINAN) II/2006 SANGHA THERAVADA INDONESIA

Secangkir Kopi. Intro. Saat ini aku tidak memiliki seorang kekasih, tidak memiliki pekerjaan dan mungkin juga tidak memiliki teman sesungguhnya.

LAMPIRAN A : SKALA PENELITIAN A-1 Skala Kecemasan pada Penderita Diabetes Mellitus A-2 Skala Konsep Diri

DEWASA DALAM DHAMMA Kumpulan Naskah Dhamma Bhikkhu Uttamo

Pentahbisan Yasa dan Buddha Memulai Misinya. Pariyatti Sāsana Yunior 2 hp ; pin

Tidak Ada. Ajahn Chah

KIAT MENGATASI KENAKALAN REMAJA

Kāmāvacarasobhana Cittaṃ (1)

Kegiatan Jual Beli di Lingkungan Rumah

Perpustakaan Unika LAMPIRAN 69

Meditasi. Oleh : Taridi ( ) KTP. Standar Kompetensi Mengembangkan meditasi untuk belajar mengendalikan diri

Ceramah Dhamma: "Dapatkah penderitaan berakhir, sekarang?" (tuntunan meditasi vipassana)

Yohanes 4. Dalam pelajaran ini saudara akan mempelajari. Yesus dan Perempuan YESUS DAN PEREMPUAN SAMARIA. Bacalah Yohanes 4:1-42

WAWANCARA DENGAN BHANTE SADDHANYANO MENGENAI TEMA PELAYANAN

dengan penuh hormat. rumah. mata.

Peran umat Buddha terhadap masyarakat ARNHANTYO DAMARSETO, SEMARANG

CINTA TELAH PERGI. 1 Penyempurna

o Di dalam tradisi Theravāda, pāramī bukanlah untuk Buddha saja, tetapi sebagai prak/k yang juga harus dipenuhi oleh Paccekabuddha dan sāvakā.

LAMPIRAN A. A-1 Skala Penelitian Awal Konformitas A-2 Skala Penelitian Awal Tingkah Laku Menolong

STRATEGI PELAKSANAAN 1 (SP1) PADA KLIEN DENGAN KEHILANGAN DAN BERDUKA. No. MR : 60xxxx RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor

KABAR BAIK BAGI ORANG MISKIN Kebaktian Minggu Adven Ke-1 GKI Gunung Sahari 27 Nopember 2011, Pk 06.00, 08.00, & 17.00

KUMPULAN 50 TANYA JAWAB (3) Di Website Buddhis Samaggi Phala Oleh Bhikkhu Uttamo

KUMPULAN 50 TANYA JAWAB (7) Di Website Buddhis Samaggi Phala Oleh Bhikkhu Uttamo Online sejak tanggal 01 Juli 2004 s.d. tanggal 20 Agustus 2004

POLA PEMBINAAN SANGHA THERAVADA INDONESIA TERHADAP UMAT BUDDHA DI TANGERANG SELATAN ARTIKEL SKRIPSI

Buddhism And Duties Of A Lay Buddhist oleh: Ven. K. Sri Dhammananda

YUNUS. 1 7/15/15 Yunus 1. Yunus menolak perintah Allah untuk pergi memperingatkan penduduk kota Niniwe

KEPUTUSAN MAHA SANGHA SABHA (PASAMUAN AGUNG) TAHUN 2002 SANGHA THERAVADA INDONESIA. Nomor : 02/PA/VII/2002

Sutta Maha Kammavibhanga: Penjelasan Mendetail Tentang Kamma (Maha Kammavibhanga Sutta: The Great Exposition of Kamma) Majjhima Nikaya 136

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

Dhamma Inside. Munculkan Sebab-Sebabnya. Jalan Yang Sederhana. Manusia. Vol Agustus 2015

Kasih dan Terima Kasih Kasih dan Terima Kasih

Transkripsi:

Kebahagiaan Berdana Diposkan pada 02 Desember 2015

Berdana dan melaksanakan Dhamma di dalam kehidupan sehari-hari, itulah berkah utama Kehidupan berlangsung terus dari waktu ke waktu. Hari berganti bulan dan bulan pun berganti tahun. Di tengah-tengah cepatnya putaran Sang waktu, kita tenggelam dalam kesibukan dan kegiatan sehari-hari. Kita masih berlomba-lomba mengejar apa yang kita inginkan. Tetapi apakah pernah kita berpikir: apa tujuan hidup kita? mungkin pertanyaan ini juga pernah muncul di benak kita atau ada yang pernah menanyakan kepada kita. Satu pertanyaan yang cukup sederhana namun tidak semua orang dapat memberikan jawaban yang memuaskan. Bahkan mungkin ada sebagian orang yang tidak mengetahui tujuan hidupnya. Semua kegiatan pasti mempunyai tujuan. Misalnya kalau kita pergi ke vihara, tentu ada tujuannya. Mungkin karena mau mendengarkan Dhamma, bertemu para bijaksana/bhikkhu, dll. Begitu juga dengan berumah-tangga atau bersekolah. Semua itu pasti mempunyai tujuan. Kalau kita perhatikan semua ini, kita bisa pergi ke vihara, berkeluarga, dan bersekolah, dll. Itu sebetulnya adalah karena kita masih hidup. Semua kegiatan bisa dijalankan ketika kita masih hidup. Apakah sesungguhnya tujuan hidup menurut agama Buddha? Tujuan hidup menurut agama Buddha adalah: l Silena Bhogasampada : hidup bahagia (memperoleh kekayaan dunia dan Dhamma) l Silena Sugatim Yanti : mati masuk surga (terlahir di alam bahagia) l Silena Nibbutim Yanti : tercapainya Nibbana Itulah tujuan hidup kita. Pertanyaan yang selalu diucapkan oleh para bhikkhu setelah memberikan tuntunan sila ini sering kali tidak disadari bahkan tidak kita ketahui bahwa itulah tujuan hidup kita. Semua orang pasti ingin hidup bahagia. Tidak ada seseorang yang ingin hidupnya menderita. Tetapi bagaimanakah ukuran hidup bahagia menurut itu Sang Buddha? Menurut agama Buddha ukuran bahagia disini adalah cukup sandang, pangan dan papan dan obatobatan yang berarti cukup pakaian, makanan, tempat tinggal dan kesehatan. Ini adalah kebutuhan pokok. Orang ekonomi menyebutnya kebutuhan primer. Kalau kebutuhan pokok ini sudah bisa terpenuhi semua barulah kita akan berpikir untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang lainnya seperti televisi, mobil, dsb. Lalu timbul pertanyaan: apakah ukuran cukup itu? ini menjadi ukuran yang sulit. Karena ada orang yang mekipun mobilnya sudah 5 buah, misalnya, tetapi merasa tetap masih kurang. Jadi apakah batasan cukup itu? Apakah rumah mewah seperti istana dengan satu kamar mandi seharga Rp 20 juta itu sudah cukup? Akhirnya cukup ini menjadi relative, tergantung pada individu yang bersangkutan. Tetapi Sang Buddha sendiri sebetulnya telah menggariskan kata cukup ini dengan menunjukan contoh yang cukup yaitu para bhikkhu. Semiskinmiskinnya umat sebetulnya masih lebih miskin para bhikkhu. Mengapa demikian? Secara sepintas, memang terlihat bahwa para bhikkhu itu serba kecukupan. Para bhikkhu banyak membangun vihara di sana-sini, datangnya dijemput, pulangnya diantar, dilayani dengan baik oleh umat, sering dituruti oleh umat, dsb. Tetapi dibalik semua itu, di badan seorang bhikkhu tidak pernah menempel uang Rp 1,- pun; kemana pun para bhikkhu pergi, mereka tidak pernah membawa uang. Vihara yang dibangun pun bukan untuk bhikkhu yang bersangkutan tetapi ditujukan untuk umat, karena sebetulnya vihara itu milik umat. Para bhikkhu hanya ikut menumpang saja. Begitu pun dengan kebutuhan-kebutuhan lainnya seperti jubah, sabun, odol, dsb. Semuanya itu berasal dari pemberian umat, para bhikkhu hanya menerima saja. Itulah sebabnya mengapa dikatakan bahwa para bhikkhu itu lebih miskin daripada umat. Kehidupan bhikkhu sebetulnya adalah level kehidupan yang paling miskin. Tidak mungkin ada umat yang bisa lebih miskin daripada bhikkhu. Tetapi pada umumnya orang hanya melihat dari sisi enaknya saja. Bahkan ada umat yang selalu mengkritik para bhikkhu.

Mereka tidak mau tahu bagaimana sesungguhnya keadaan para bhikkhu. Kalau seandainya kehidupan sebagai bhikkhu itu cukup menyenangkan seperti anggapan sebagian orang, mengapa hanya sedikit yang mau menjalani kehidupan sebagai bhikkhu? Karena sebetulnya menjadi bhikkhu itu bukan berarti menjadi orang yang tinggi tetapi justru sebaliknya, para bhikkhu adalah pengabdi/pelayan umat. Tetapi kebanyakan orang memandang para bhikkhu dari sisi enaknya saja. Tidak banyak orang yang mengetahui dan mau mengerti pahit getirnya perjalanan hidup seorang bhikkhu. Oleh karena itulah Sang Buddha mengatakan bahwa kehidupan bhikkhu adalah ukuran kehidupan yang cukup. Semiskin miskinnya umat pasti mempunyai pakaian lebih dari satu. Tetapi seorang bhikkhu hanya mempunyai jubah 1 stel saja dengan ketentuan maksimal 2 stel. Bahkan kadang-kadang setelah 2-3 tahun atau setelah jubahnya tidak layak lagi dipakai barulah seorang bhikkhu akan mengganti jubahnya dengan yang baru. Begitu juga halnya dengan makanan. Para bhikkhu hanya bisa menerima saja makanan yang diberikan oleh umat. Para bhikkhu tidak pernah bisa membeli apalagi memilih makanan yang disukainya seperti yang biasa dilakukan oleh umat. Bahkan para bhikkhu hanya boleh makan sehari 2X atau sekali sehari saja. Demikian pula halnya dengan rumah. Walaupun sebuah rumah itu beratapkan dari daun dan berlantaikan tanah tetapi kalau rumah itu sudah bisa dimiliki oleh umat. Sebetulnya umat itu sudah lebih kaya daripada bhikkhu. Karena seorang bhikkhu sebetulnya tinggal di bawah payung dan di goa-goa. Vihara yang ditempati oleh para bhikkhu bukanlah milik bhikkhu yang bersangkutan tetapi merupakan milik Sangha atau umat. Jadi kehidupan bhikkhu adalah kehidupan yang paling miskin, tapi ternyata para bhikkhu tetap dapat melangsungkan hidupnya bahkan sampai puluhan tahun. Kemudian timbul satu kasus: saya sudah kaya raya, sudah mempunyai 5 buah mobil, sudah mempunyai kamar mandi seharga Rp 20 juta, pakaian pun sudah sedemikian banyak; mengapa saya tetap tidak bahagia? mengapa demikian? Karena orang ini hanya tahu silena bhogasampada yaitu cukup kehidupan di dunia ini. seharusnya orang ini juga berpikir silena sugatim yanti yaitu berpikir hidup bahagia, mati masuk surga. Apakah resep mati masuk surga itu menurut agama Buddha? Resepnya adalah kita mengingat bahwa orang lain juga membutuhkan sandang, pangan, papan dan obat-obatan. Sebagai seorang manusia, pertama-tama kita memang harus cukup sandang, pangan, papan, dan obat-obatan dulu; kemudian kita pun harus mengingat bahwa orang lain juga demikian. Kalau kita ingat bahwa orang lain juga membutuhkan sandang, pangan, papan, dan obat-obatan; tentu kita akan berpikir bagaimana cara kita supaya kebutuhan mereka juga terpenuhi? Caranya adalah dengan kita membaginya kepada orang lain. Contohnya adalah para bhikkhu. Setelah para bhikkhu selesai makan, mereka juga membaginya kepada umat yaitu dengan mempersilahkan umat untuk makan. Dengan memakan makanan tersebut berarti umat memberi kesempatan kepada para bhikkhu untuk masuk surga. Mengapa demikian? Karena para bhikkhu sudah merasa cukup, para bhikkhu juga ingat bahwa mahluk-mahluk yang ada disekitarnya, baik yang tampak maupun tidak tampak, juga membutuhkan makanan. Begitu halnya juga dengan jubah. Adakalanya para bhikkhu membagikan jubah mereka sehingga ada sebagian orang yang menganggap itu adalah berkah. Sesungguh hal ini juga dapat dikatakan berkah tetapi bukanlah berkah seperti yang dianut kebanyakan orang. Karena sebetulnya hal tersebut berarti para bhikkhu memberi kesempatan kepada umat yang tidak mempunyai kain supaya bisa dimanfaatkan, misalnya untuk kain lap, dsb. Kain bukan untuk dijadikan jimat, disembayangi, dsb. Itu adalah suatu pandangan yang salah. Teknik yang sudah diajarkan ini bisa juga digunakan oleh umat.

Para umat bisa mengikuti jejak para bhikkhu sebagai guru yaitu dengan membagikan sandang, pangan, papan, dan obat-obatan. Misalnya kalau kita mengadakan selamatan nasi kuning/tumpengan. Selain untuk kita sekeluarga, kita bisa menyisihkan dan membaginya kepada tetanggatetangga dan karyawan-karyawan kita. Ini berati kita menanam karma baik. Begitu juga halnya dengan pakaian. Kalau kita sudah cukup pakaian, hendaknya kita pun bisa membaginya dengan mahluk lain. Misalnya setelah kita lulus SD, seragam SD yang sudah tidak kita gunakan lagi itu dapat kita bagikan kepada mereka yang membutuhkannya untuk dimanfaatkan. Demikian pula halnya dengan tempat tinggal dan obat-obatan. Kita bisa memberikan kesempatan misalnya pada sanakfamili/teman yang datang dari jauh untuk menginap ditempat kita. Atau kalau ada yang sedang sakit maka kita bisa memberinya obat-obatan. Selanjutnya apakah buah dari menanam kebajikan seperti tadi? Buah dari menanam kebajikan tadi adalah hidup bahagia dan bisa terlahir dialam surga setelah meninggal dunia. Orang yang suka menanam kebajikan akan memperoleh ketenangan. Kalau batin kita bahagia, hidup kita selalu tenang dan diisi dengan perbuatan-perbuatan baik yang dapat menimbulkan kebahagiaan maka setelah meninggal dunia, orang tersebut pasti akan lahir di surga. Ini jalannya sudah otomatis! Oleh karena itu kita perlu meyakini bahwa sebagai umat Buddha, kita pun pasti akan masuk surga setelah meninggal dunia! Mengapa demikian? Karena agama Buddha mengajarkan perbuatan baik. Mereka yang melakukan perbuatan baik membagikan sandang, pangan, papan, obat-obatan serta lain-lainnya pasti masuk surga. Karena kalau batin kita tenang, tidurnya nyenyak, hidupnya selalu bahagia, bersemangat, selalu berbuat baik dan membagikan sandang, pangan, papan, obatobatan serta selalu diulang-ulang; akhirnya kita memupuk karma baik. Kalau karma baik kita cukup maka setelah meninggal, kita akan terlahir dialam surga. Selain Silena Bhogasampada, Silena Sugatim Yanti, yang terakhir adalah Silena Nibbutim Yanti yaitu tercapainya Nibbana/nirvana. Apakah hubungan Nibbana dengan membagikan sebagian milik kita? Hubungannya adalah dengan ketenangan. Kalau keadaan hidup kita yang tenang dan bahagia itu digunakan untuk meditasi dan bukan untuk tidur maka kemampuan kita akan meningkat. Karena kalau kita bermeditasi setelah marah, maka pikiran kita akan menjadi gelisah. Tetapi kalau bermeditasi setelah berbuat baik, maka pikiran dan konsentrasi akan meningkat. Karena kondisi batin kita bahagia dan meditasi kita semakin meningkat, maka penembusan pada Dhamma yang semakin tinggi akan bisa tercapai sehingga kemungkinan untuk mencapai Nibbana juga akan terbuka. Dalam kehidupan sebagai manusia, sebetulnya kita mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk dapat terlahir di surga. Sebagai umat Buddha kita tentu mengenal hari Kathina. Hari Kathina adalah hari bagi kita untuk memikirkan bahwa para bhikkhu yang juga dikenal sebagai Sangha itu membutuhkan 4 kebutuhan pokok, yaitu sandang, pangan, papan dan obat-obatan. Oleh karena itulah umat Buddha yang mengerti dengan baik akan hal ini berusaha untuk memanfaatkan kesempatan tersebut dengan sebaikbaiknya, dengan cara membagikan sebagian dari miliknya kepada para bhikkhu. Karena bagaimanapun juga, seorang umat sebetulnya masih lebih mampu daripada seorang bhikkhu. Karena itulah, hari Kathina betul-betul menjadi hari yang Sangat bermanfaat, bermanfaat bukan hanya untuk para bhikkhu sendiri tetapi juga bermanfaat bagi umatbuddha dan mahluk lain. Sering ada satu anggapan yang dianut oleh umat Buddha bahwa para bhikkhu itu panen dihari kathina. Sebetulnya hal ini tidak benar. Karena sebetulnya dengan kedatangan para bhikkhu itu di satu tempat, hal tersebut berarti member

kesempatan kepada umat untuk berbuat baik. Jadi yang panen raya adalah umat Buddha sendiri. Sehingga kadang-kadang ada umat yang berusaha mengikuti perayaan Kathina di berbagai tempat. Karena manfaat dari membagikan sebagian milik kita kepada para bhikkhu di hari Kathina adalah untuk umat Buddha itu sendiri, para bhikkhu hanya menerima saja. Hasil dari persembahan umat di hari Kathina tersebut akan digunakan lagi untuk pembangunan vihara dan kegiatan-kegiatan Sangha, antar lain: untuk penyebaran Dhamma, mencetak buku-buku Dhamma, mencetak kaset, pemeriksaan kesehatan para bhikkhu dan samanera, dsb. Ini semua membutuhkan biaya. Pada hari Kathina inilah, dana-dana dikumpulkan dari berbagai penjuru. Ini berarti umat Buddha juga ikut berdana Dhamma dan telah dikatakan oleh Sang Buddha bahwa: Sabba danam dhammadanam jinati : dari seluruh dana, dana Dhamma-lah yang paling tinggi. Dengan demikian, walaupun tidak semua umat Buddha bisa memberikan kotbah Dhamma ataupun menjadi samanera, tetapi dengan berdana kepada Sangha berati umat Buddha yang bersangkutan telah ikut menyebarkan Dhamma dan membentuk samanera-samanera baru. Jadi semua itu dari umat Buddha dan untuk umat Buddha juga. Pada masa Katihna seperti sekarang ini, sebetulnya kebutuhan akan sandang, pangan, papan dan obat-obatan itu telah diubah dalam bentuk materi/uang. Karena dana dalam bentuk materi ini akan memberikan kemudahan dalam penggunaannya dan tidak perlu memakan waktu yang lama serta praktis dalam penggunaannya. Kalau kita berdana dalam bentuk sandang, pangan, papan dan obat-obatan maka dana ini harus diubah dulu dalam bentuk materi sebelum bisa dimanfaatkan, misalnya kalau vihara membutuhkan pupuk untuk taman vihara. Tetapi kalau sudah berwujud materi maka dana tersebut dapat langsung dimanfaatkan. Kita bisa pergi ke toko untuk membeli pupuk dan langsung pada hari itu juga sudah bisa dibagi-bagikan Karen prosesnya tidak berlangsung lama. Jadi Kathina di masa yang sekarang sebetulnya adalah Kathina dalam bentuk materi pembeli barang, walaupun kita mempunyai niat untuk berdana sandang, pangan, papan dan obat-obatan. Karena materi itu nantinya juga akan diubah menjadi sandang, pangan, papan dan obat-obatan apabila vihara memerlukannya. Tetapi kalau tidak diperlukan maka dana tersebut bisa digunakan untuk pembangunan vihara, renovasi, mencetak buku-buku Dhamma, biaya pendidikan para bhikkhu/samanera, dsb. Oleh karena itu, gunakanlah kesempatan baik ini untuk panen raya kebajikan karma baik. Mereka yang berdana, mereka yang melaksanakan Dhamma di dalam kehidupan sehari-hari; merekalah yang akan memperoleh berkah utama. Berkah utama bukan berasal dari 'kepretan', karena tidak disebutkan dalam sutta tentang berkah utama bahwa 'kepretan' air itu akan mendatangkan berkah. Tetapi salah satu berkah yang disebutkan dalam sutta tentang berkah utama adalah berdana dan melaksanakan Dhamma dalam kehidupan sehari-hari. Hendaknya hal ini bisa kita laksanakan dengan sebaik-baiknya dalam kehidupan sehari-hari sehingga tujuan hidup kita akan tercapai yaitu hidup bahagia, mati masuk surga dan mencapai Nibbana, baik dalam kehidupan ini maupun dalam kehidupan-kehidupan yang akan datang. Salam metta, Bhikkhu Uttamo.