4. HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
3. METODOLOGI ALAT DAN BAHAN Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: Tabel 5. Daftar alat yang digunakan pada penelitian

SKRIPSI RANCANG BANGUN DAN UJI KINERJA ALAT PENGUKUR TOTAL SUSPENDED PARTICULATE (TSP) DENGAN METODE HIGH VOLUME AIR SAMPLING

BLOWER DAN KIPAS SENTRIFUGAL

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 12: Penentuan total partikel secara isokinetik

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih

SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN TUDUNG HISAP (EXHAUST HOOD) DOMO

Pemantauan dan Analisis Kualitas Udara

Pemantauan dan Analisis Kualitas Udara. Eko Hartini

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hampir seluruhnya dilakukan di laboratorium Gedung Fisika Material

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Udara ambien Bagian 1: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metoda indofenol menggunakan spektrofotometer

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer

LAMPIRAN I DATA PENGAMATAN. 1. Data Uji Kinerja Alat Penepung dengan Sampel Ubi Jalar Ungu

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun.

ANALISIS RANCANGAN A. KRITERIA RANCANGAN B. RANCANGAN FUNGSIONAL

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. POLUSI UDARA

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Maret 2013

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 6: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metode indofenol menggunakan spektrofotometer

BAB IV METODE PENGUJIAN CIGARETTE SMOKE FILTER

BAB III METODE PENELITIAN

SISTEM MEKANIK MESIN SORTASI MANGGIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang

BAB IV PROSES PEMBUATAN, HASIL PEMBUATAN

BAB II PEMBAHASAN MATERI. fluida incompressible (fluida yang tidak mampu mampat) dari tempat yang rendah

Cara uji viskositas aspal pada temperatur tinggi dengan alat saybolt furol

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM LINGKUNGAN 2 Jurusan Teknik Lingkungan FALTL Universitas Trisakti Gasal 2015/2016

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

Perangkat keras Stasiun Bumi Pemantau Gas Rumah Kaca (SBPGRK) Versi 1.0 merupakan integrasi antara beberapa komponen, yakni :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah, sintetis, analisis,

KAJIAN EKSPERIMEN COOLING WATER DENGAN SISTEM FAN

Penyehatan Udara. A. Sound Level Meter

BAB III SISTEM PENGUJIAN

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

Udara ambien Bagian 8: Cara uji kadar oksidan dengan metoda neutral buffer kalium iodida (NBKI) menggunakan spektrofotometer

BAB II LANDASAN TEORI

S o l a r W a t e r H e a t e r. Bacalah buku panduan ini dengan seksama sebelum menggunakan / memakai produk Solar Water Heater.

MESIN PENGGORENG VAKUM (VACUUM FRYER)

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN DAN PABRIKASI

Sandblasting Macam-Macam Abrasif Material untuk Sandblasting

METODOLOGI PENELITIAN

PENDEKATAN RANCANGAN Kriteria Rancangan

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 4: Cara uji kadar uap air dengan metoda gravimetri

BAB 3 METODA PENELITIAN

Semen portland campur

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 3: Oksida-oksida sulfur (SO X ) Seksi 2: Cara uji dengan metoda netralisasi titrimetri

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Alat Pirolisis Limbah Plastik LDPE untuk Menghasilkan Bahan Bakar Cair dengan Kapasitas 3 Kg/Batch BAB III METODOLOGI

: Teknologi Industri Pembimbing : 1.Dr. Rr Sri Poernomo Sari, ST., MT. : 2.Irwansyah, ST., MT

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB II DASAR TEORI. bagian yaitu pompa kerja positif (positive displacement pump) dan pompa. kerja dinamis (non positive displacement pump).

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

METODE PENGUJIAN KEPADATAN BERAT ISI TANAH DI LAPANGAN DENGAN BALON KARET

Pengertian Kebisingan. Alat Ukur Kebisingan. Sumber Kebisingan

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN REAKTOR GASIFIKASI

BAB III PENGUJIAN DAN ANALISA POMPA VAKUM

BAHAN DAN METODE. Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, mulai pada bulan

III. METODA PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bahan Penelitian Pada penelitian ini refrigeran yang digunakan adalah Yescool TM R-134a.

LOGO POMPA CENTRIF TR UGAL

V. PERCOBAAN. alat pengering hasil rancangan, berapa jenis alat ukur dan produk gabah sebagai

karena corong plastik yang digunakan tidak tahan terhadap benturan pada saat transportasi di lapangan. Model kedua yang digunakan terbuat dari bahan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. persiapan dan pembuatan kincir Savonius tipe U dengan variasi sudut

Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton

BAB III METODE PEMBUATAN

SNI Standar Nasional Indonesia

BAB III PERANCANGAN EVAPORATOR Perencanaan Modifikasi Evaporator

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian, Jurusan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV EVALUASI PROTOTYPE DAN PENGUJIAN PROTOTYPE

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN. penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi

III. METODE PENELITIAN

LABORATORIUM PILOT PLAN SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2014/2015

BAB III METODE PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN

UJI GESER LANGSUNG (DIRECT SHEAR TEST) ASTM D

BOILER FEED PUMP. b. Pompa air pengisi yang menggunakan turbin yaitu : - Tenaga turbin :

Pengukuran kadar debu total di udara tempat kerja

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat

III. METODOLOGI 3.1 BAHAN DAN ALAT Ketel Suling

III. METODOLOGI. menguji kadar air nilam dengan metode Bindwell-Sterling

4.1. Menghitung Kapasitas Silinder

KAJIAN PENGARUH PEMBUKAAN BLOWER DAMPER PADA DRY SEPARATION SYSTEM. Ahmad Mahfud ABSTRAK

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Refrigerant Refrigeran adalah zat yang mengalir dalam mesin pendingin (refrigerasi) atau mesin pengkondisian udara

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. PENGUJIAN PENDAHULUAN FILTER Dalam pengambilan sampel partikel tersuspensi (TSP) dengan metode high volume air sampling, salah satu komponen utama yang harus tersedia adalah filter. Filter berfungsi untuk menyaring partikel atau debu yang ikut bersama udara yang dihisap oleh alat HVAS. Beberapa persyaratan yang harus dimiliki oleh filter tersebut antara lain harus memiliki lubang pori berukuran sangat kecil atau sebesar 0,3-0,45 µm agar dapat menyaring partikel tersuspensi dari udara serta tahan terhadap perubahan suhu lingkungan. Jenis filter yang biasa digunakan untuk pengambilan sampel dengan metode HVAS yaitu berbahan dasar fiber glass dan selulose. Kekurangan dari fiber jenis tersebut adalah harganya yang sangat mahal. Padahal, untuk pengambilan sampel, diperlukan minimal tiga buah filter sebagai ulangan. Oleh karena itu, dicari alternatif bahan filter untuk mensubsitusi filter yang telah ada sehingga harganya lebih terjangkau. Bahan yang diuji untuk dijadikan sebagai alternatif filter yaitu berupa kain yang mudah ditemukan di pasaran dengan jenis dan kerapatan yang berbeda-beda. Terdapat tiga jenis kain yang diuji, yaitu high twist (JG9), snogen (JG10) dan drill (JG11). Masing-masing kain diukur besar diameter lubang pori dan jarak antar lubang dengan menggunakan mikroskop elektron. Kode kain Tabel 9. Hasil pengukuran jarak antar lubang kain Jarak antar lubang (µm) Perbesaran Pengulangan mikroskop 1 2 3 Rata-rata JG9 50 588,6 760,0 1065,1 804,5 JG10 100 450,6 478,7 511,3 480,2 JG11 50 547,0 439,3 480,4 488,9 22

Kode kain Perbesaran mikroskop Tabel 10. Hasil pengukuran dimensi lubang pori kain Ukuran lubang (µm) Pengulangan 1 2 3 Rata-rata d 1 d 2 d 1 d 2 d 1 d 2 JG9 50 181,5 121,7 229,1 147,2 189,2 130,4 166,5 JG10 100 297,8-315,8-165 - 259,5 JG11 50 240,5 122 237,4 161,2 - - 190,3 Keterangan: d 1 = diameter 1 d 2 = diameter 2 Berdasarkan hasil pengujian tiga bahan kain pada tabel di atas, besarnya lubang serat kain masih sangat jauh dari yang diharapkan. Ukuran lubang paling kecil yaitu terdapat pada kain jenis high twist (JG9) yaitu 166,52 µm. Dengan besar ukuran lubang tersebut, kain tidak akan mampu untuk menjerap partikel tersuspensi (TSP), sehingga bahan kain biasa tidak dapat digunakan sebagai filter pada pengambilan sample dengan metode high volume air sampling. Oleh karena itu, untuk pengujian unit HVAS pada penelitian ini tetap menggunakan filter standar yang berbahan dasar fiber glass. Keunggulan dari filter dengan bahan fiber glass yaitu tahan terhadap perubahan suhu sehingga pada saat pengujian berlangsung, bobot filter relatif tidak mudah berubah. 4.2. RANCANG BANGUN HVAS Pembuatan unit High Volume Air Sampler (HVAS) harus memenuhi beberapa kriteria desain, antara lain perancangan sederhana, alat mudah untuk dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain, alat dapat dioperasikan dengan mudah serta bahan yang digunakan mudah diperoleh dan berkualitas, namun harganya relatif murah. Persyaratan utama yang harus dimiliki oleh unit HVAS adalah mampu menghasilkan laju alir pompa vakum 1,13 sampai 1,70 m 3 /min pada saat pengujian berlangsung (SNI 19-7119.3-2005). Pada penelitian ini, dibuat empat buah unit HVAS dengan menggunakan jenis kipas yang berbeda-beda dengan tujuan untuk mengetahui besarnya penurunan laju alir udara untuk setiap jenis kipas. Untuk memudahkan penjelasan selanjutnya, maka masing-masing unit diberi nama sebagai berikut: 23

Tabel 11. Penamaan HVAS berdasarkan jenis kipas dan pompa udara No Nama Unit Jenis Pompa/Kipas Daya Motor (Watt) 1 HVAS-S1 Sentrifugal 28 2 HVAS-A1 Aksial 65/75 3 HVAS-V1 Vakum 600 4 HVAS-V2 Vakum 1000 4.2.1. HVAS-S1 Unit HVAS-S1 menggunakan kipas sentrifugal yang berfungsi untuk menghisap udara dari lingkungan. Kipas sentrifugal meningkatkan kecepatan aliran udara dengan impeler berputar. Kecepatan meningkat sampai mencapai ujung bilah dan kemudian diubah ke tekanan. Kipas ini ini mampu menghasilkan tekanan tinggi yang cocok untuk kondisi operasi yang kasar, seperti sistim dengan suhu tinggi, aliran udara kotor atau lembab, dan handling bahan (UNEP, 2006). Pada penelitian ini, jenis kipas sentrifugal yang digunakan yaitu jenis backward inclined dengan Merk Windy Model DB-85. Kipas setrifugal yang digunakan mampu menghasilkan putaran sebesar 2650 rpm dengan daya 28 Watt. Karena penggunaan kipas sentrifugal hanya untuk mengetahui besarnya kemampuan aktual kipas dan penurunan laju alir udara ketika diaplikasikan filter, maka perancangan HVAS-S1 menggunakan bahan-bahan yang sesederhana mungkin. Bahan-bahan tersebut antara lain sebuah sambungan reducer pipa PVC ukuran 2,5 ke 2 inchi (2,5 2 inchi), filter serat kaca, ring plat, kawat nyamuk, 3 buah pengunci filter dan steker. Pada prinsip kerja kipas setrifugal, udara dihisap melalui inlet yang berukuran 2,5 inchi kemudian keluar melalui saluran outlet berukuran 25 cm 2. Karena filter yang akan digunakan berukuran 5 cm, maka untuk menyesuaikannya, inlet pada HVAS-S1 dirancang berukuran 2 inchi. Untuk itu, digunakan sambungan reducer pipa PVC dari 2,5 inchi ke 2 inchi dan dipasang pada inlet kipas sentrifugal. Untuk menyangga filter, digunakan kawat nyamuk berbahan aluminium yang dibentuk lingkaran dengan diameter 5 cm. Penyangga filter dan filter tersebut dijepit oleh pelat ring berbahan besi berdiameter luar 6,8 cm dan diameter dalam 4,7 cm serta dikencangkan oleh tiga buah pengunci di sisisisinya. Untuk gambaran detail dapat dilihat pada Lampiran 8. 24

4.2.2. HVAS-A1 Rancangan kedua yaitu HVAS dengan menggunakan kipas aksial sebagai pemompa udara. Kipas jenis ini menggerakkan aliran udara sepanjang sumbu kipas. Kipas aksial yang digunakan memiliki 9 buah bilah dan motor listrik berdaya 65/75 Watt sebagai penggeraknya. Ukuran diameter kipas yaitu 8 inchi. Casing kipas HVAS-A1 menggunakan bahan stainless steel dengan ketebalan 1 mm agar tidak berkarat, awet dan memiliki bobot yang ringan. Ukuran inlet pada HVAS-A1 sedikit dibuat lebih besar daripada rancangan sebelumnya, yaitu berdiameter 6 cm. Pengunci filter dibuat seperti tutup toples dengan membuat ulir agar mudah untuk dibuka-tutup. Penutup belakang casing HVAS-A1 menggunakan plat stainless steel berlubang 8 mm di seluruh permukaannya sehingga sirkulasi udara dapat berjalan dengan baik. Dimensi keseluruhan dari casing yang dirancang dapat dilihat pada Lampiran 10. Gambar 8. Casing HVAS-A1 tampak bagian depan (kiri) dan bagian belakang (kanan) 4.2.3. HVAS-V1 Motor vacuum cleaner berukuran 4,5 inchi dengan daya listrik 600 Watt digunakan untuk perancangan HVAS-V1. Casing yang digunakan untuk HVAS- V1 yaitu berupa pipa dengan bahan PVC kualitas 1. Karena ukuran motor yang relatif kecil, maka digunakan sambungan reducer pipa PVC untuk pipa ukuran 4 inchi ke 2 inchi (4 2). Panjang sambungan pipa tersebut yaitu 18 cm dan sangat sesuai untuk motor vakum yang akan digunakan. Untuk menahan kestabilan posisi motor, bagian belakang pipa diberi penahan motor. Pada awalnya, penahan terbuat dari bahan acrylic yang dibentuk sesuai dengan ukuran diameter pipa, namun 25

ternyata banyak udara yang tertahan, sehingga menimbulkan suara yang sangat bising. Oleh karena itu, penahan diganti dengan kawat berbahan besi lunak yang menekan motor. Dengan begitu, udara dapat mengalir keluar dengan bebas karena bagian belakang casing terbuka. Motor vakum yang digunakan sudah memiliki potensiometer sehingga kecepatan putar motor dapat diatur. Untuk keamanan, pengatur kecepatan putar motor dan tombol on/off motor diberi kotak pelindung (Gambar 9). Gambar 9. Casing HVAS-V1 tampak bagian depan (kiri) dan tampak bagian belakang (kanan) Penyangga filter terbuat dari kawat nyamuk berbahan aluminium dan acrilic. Sama halnya dengan HVAS-S1, penyangga filter dan filter tersebut dijepit oleh pelat ring berbahan besi berdiameter luar 6,8 cm dan diameter dalam 4,7 cm serta dikencangkan oleh tiga buah pengunci di sisi-sisinya (Gambar 10). Penyangga filter (kawat aluminium) Penjepit filter Penyangga filter (acrylic) Gambar 10. Komponen penyangga dan pengunci filter pada HVAS-V1 26

4.3.4. HVAS-V2 HVAS-V2 menggunakan motor wet and dry vacuum cleaner berdaya 1000 Watt. Rumah/casing motor terbuat dari bahan stainless steel dan dirancang memiliki panjang 16 cm, lebar 19 cm dan tinggi 20 cm (Gambar 11). Penyangga dan pengunci filter memiliki bentuk dan ukuran yang sama dengan HVAS-V1, yaitu berdiameter 8 cm (Gambar 12). Gambar 11. Casing HVAS-V2 berbahan stainless steel Tutup pengunci berulir Penyangga filter Penjepit filter (bahan silikon) Gambar 12. Komponen penyangga, penjepit dan pengunci filter Saluran inlet udara berdiameter 6 cm atau luas inlet udara sebesar 2,83 10-3 m 2, sedangkan jarak antara inlet dengan kipas penggerak yaitu sebesar 5 cm. Agar udara yang telah melewati filter dapat keluar dengan bebas, maka penutup sisi belakang rumah motor tidak ditutup, namun diberi saringan kawat stainless steel dengan ukuran celah 5 mm. 27

Gambar 13. Bagian belakang HVAS-V2 Modifikasi pada HVAS-V2 dilakukan sebanyak 1 kali, yaitu dengan menambah lubang pengeluaran udara pada sisi kiri dan kanan rumah motor dengan ukuran lubang 12 cm 5,5 cm. Modifikasi ini dilakukan karena pada awalnya, motor terlalu panas akibat sirkulasi udara kurang baik sehingga udara panas terperangkap dalam rumah motor dan mengakibatkan over-heated sehingga motor tidak dapat berfungsi dalam waktu yang lama. Padahal, untuk pengujian performansi alat, motor diharapkan dapat berfungsi selama kurang lebih 3 jam. Dengan adanya lubang pengeluaran tambahan, over-heated dapat dikurangi sehingga alat dapat berfungsi lebih lama daripada sebelumnya. Gambar 14. Modifikasi casing HVAS-V2 28

4.3. PENURUNAN LAJU ALIR UDARA Pada pengambilan sampel partikel tersuspensi di udara ambien dengan menggunakan metode high volume air sampling, laju alir udara merupakan hal yang penting untuk diperhitungkan. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI 19-7119.3-2005), nilai laju alir rata-rata pompa vakum untuk alat HVAS berkisar antara 1,13 sampai 1,70 m 3 /menit ketika beroperasi. Dengan laju alir ini, maka diperoleh partikel tersuspensi kurang dari 100 µm (diameter ekivalen) yang dapat dikumpulkan. Ketika filter standar berbahan serat kaca (glass fiber) diaplikasikan pada alat HVAS, maka akan terjadi penurunan laju alir udara karena aliran udara terhambat oleh filter tersebut. Dari besarnya penurunan laju alir tersebut, maka dapat diketahui besarnya kapasitas motor yang seharusnya digunakan untuk perancangan HVAS. Untuk mengetahui besarnya penurunan laju alir udara tersebut, dilakukan pengukuran besarnya laju alir sebelum diaplikasikan filter pada setiap jenis HVAS yang telah dibuat serta pengukuran ketika filter diaplikasikan pada alat tersebut. Setiap pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali ulangan dengan menggunakan anemometer. Hasil dari bacaan anemometer kemudian dikonversi menjadi laju alir (m 3 /menit) dengan menggunakan Persamaan (2). Hasil pengukuran penurunan laju alir udara HVAS hasil rancangan dapat dilihat pada Tabel 12 berikut. Tabel 12. Hasil pengukuran penurunan laju alir udara HVAS hasil rancangan Laju alir udara Laju alir udara Penurunan No. Jenis Kipas/Pompa tanpa filter dengan filter laju alir (m 3 /menit) (m 3 /menit) (%) 1 Kipas sentrifugal 2,049 0,000 100 2 Kipas aksial 1,786 0,000 100 3 Pompa vakum 600 Watt * 3,115 0,345 89 4 Pompa vakum 1000 Watt 5,124 0,518 90 * pengukuran pada RPM maksimal Berdasarkan hasil yang diperoleh, pada HVAS hasil rancangan dengan menggunakan kipas sentrifugal (HVAS-S1) dan aksial (HVAS-A1) laju alir udara ketika filter diaplikasikan pada alat tersebut tidak dapat terdeteksi oleh anemometer. Untuk HVAS-S1, kemungkinan besar dikarenakan kapasitas aliran 29

udara pada kipas masih terlalu kecil. Penggunaan jenis kipas sentrifugal berukuran kecil dilakukan agar tercapai tujuan pembuatan alat yang mudah untuk dibawa. Apabila menggunakan kipas atau pompa udara sentrifugal yang berkapasitas besar, disamping harganya yang mahal, ukuran dari kipas atau pompa pun terlalu besar dan berat, sehingga sulit untuk dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain. Selain itu, hal ini dapat terjadi karena salah satu karakteristik kipas sentrifugal dimana aliran udara cenderung turun secara drastis begitu tekanan sistim meningkat, yang dapat merupakan kerugian pada sistem pengangkutan bahan yang tergantung pada volum udara yang mantap (Munson et al., 2006). Oleh karena itu, kipas jenis ini dapat dikatakan kurang sesuai untuk penerapan sistem yang cenderung terjadi penyumbatan seperti HVAS. Sama halnya dengan HVAS-S1, laju alir udara pada HVAS-A1 tidak dapat terukur oleh anemometer ketika diaplikasikan filter, sehingga penurunan laju alir hampir mencapai 100%. Pada dasarnya, kipas aksial yang digunakan memiliki diameter 8 inchi dengan kecepatan angin normal (tanpa casing) rata-rata 9,03 m/detik. Dengan kata lain, laju alir kipas aksial normal tanpa casing yaitu sebesar 18,11 m 3 /menit. Namun, ketika kipas ditutup oleh casing yang memiliki bentuk kerucut di bagian depannya, laju alir menurun drastis hingga hanya 1,786 m 3 /menit. Terlebih ketika diaplikasikan filter, laju alir udara tidak dapat terukur oleh anemometer sehingga tidak memungkinkan HVAS-A1 untuk menghisap debu tersuspensi dalam udara ambien. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan kipas aksial untuk HVAS tidak sesuai, karena jenis kipas ini tidak dapat digunakan untuk sistem yang memiliki penyumbatan terlalu besar. HVAS ketiga (HVAS-V1) yang dibangun menggunakan pompa vakum yang diambil dari motor vacuum cleaner kapasitas kecil dengan daya 600 Watt. Sebelum diaplikasikan filter, pompa ini menghasilkan laju alir udara sebesar 3,115 m 3 /menit. Namun, ketika diaplikasikan filter pada inlet, terjadi penurunan laju alir sebesar rata-rata 89% sehingga laju alir udara menjadi 0,345 m 3 /menit. Sedangkan untuk HVAS-V2, jenis pompa yang digunakan sama dengan HVAS- V1 yaitu pompa vakum yang merupakan motor vacuum cleaner, namun memiliki kapasitas pompa yang lebih besar yaitu dengan daya hingga 1000 Watt. Laju alir rata-rata yang dihasilkan oleh HVAS-V2 sebelum pemasangan filter yaitu 5,124 30

m 3 /menit. Ketika filter diaplikasikan pada inlet HVAS-V2, rata-rata laju alir yang terukur mengalami penurunan 90% sehingga laju alirnya menjadi 0,518 m 3 /menit. Berdasarkan nilai penurunan laju alir yang terjadi pada HVAS-V1 dan HVAS-V2 tersebut, misalkan penurunan laju alir dibulatkan menjadi 90%, maka untuk mencapai nilai standar nasional laju alir pada pengambilan sampel TSP dengan metode HVAS, atau sebesar 1,13-1,70 m 3 /menit ketika beroperasi, diperlukan pompa yang memiliki kapasitas laju alir hingga 11,3-17,0 m 3 /menit dengan desain casing yang sama. 4.4. UJI PERFORMANSI 4.4.1. Uji Banding Pengukuran Konsentrasi TSP High Volume Air Sampler (HVAS) yaitu alat yang digunakan untuk mengukur partikel tersuspensi total (Total Suspended Particulate/TSP) dengan laju alir udara yang sangat besar. Menurut SNI 19-7119.3-2005, nilai rata-rata laju alir pompa vakum untuk HVAS yaitu sebesar 1,13-1,70 m 3 /menit. Berdasarkan hasil pengukuran besar laju alir pada masing-masing unit HVAS dengan jenis kipas yang berbeda-beda, HVAS rancangan dengan menggunakan kipas vakum berdaya 1000 Watt memiliki laju alir rata-rata paling besar ketika beroperasi, yaitu 0,5182 m 3 /menit, sedangkan untuk jenis kipas yang lain memiliki laju alir yang masih sangat jauh dari target yang diharapkan. Oleh karena itu, pengujian banding dengan alat HVAS buatan Amerika hanya berlaku untuk HVAS vakum berdaya 1000 Watt (HVAS-V2). Alat HVAS yang digunakan sebagai pembanding dalam pengujian ini memiliki spesifikasi sebagai berikut: Produsen/Firma : General Metal Works Inc. Model no. : 2000 HX Voltase : 220 V Kuat arus : 4 Ampere Cycles : 50 Lokasi titik sampel yaitu di Bengkel Akademi Kimia Analisis (AKA) Bogor. Sedangkan untuk persiapan pengujian dan analisis hasil pengambilan sampel dilakukan di Laboratorium Terapan AKA Bogor. Lokasi persiapan 31

pengujian, pengambilan sampel serta analisis hasil pengujian tersebut saling berdekatan, sehingga dapat mengurangi eror hasil pengujian. Gambar 15. Uji banding HVAS Amerika (kiri) dengan HVAS-V2 (kanan) Pengukuran konsentrasi Total Suspended Particulate (TSP) dalam udara dilakukan dengan metode gravimetri. Pada prinsipnya, filter berbahan serat kaca (fiber glass) akan menyaring TSP dari udara bebas yang terhisap oleh alat HVAS. Dengan menggunakan metode gravimetri, sebelum dilakukan pengambilan sampel, filter ditimbang terlebih dahulu untuk diketahui bobot awal filter kosong sebelum menyaring TSP. Untuk keakuratan hasil yang akan diperoleh, filter dipanaskan di dalam oven pada suhu berkisar antara 100-105 o C selama 30 menit agar kandungan air yang terdapat pada filter menguap. Ukuran filter yang digunakan pada masing-masing HVAS berbeda. Untuk HVAS buatan Amerika, filter berbentuk persegi panjang dengan ukuran 8 10 inchi dan inlet udara sebesar 7 9 inchi. Sedangkan untuk HVAS hasil rancangan, filter berbentuk lingkaran dengan ukuran diameter 8 cm dengan inlet udara sebesar 6 cm. Setelah filter ditimbang, filter kemudian diaplikasikan pada alat yang telah disiapkan sebelumnya. Pengambilan sampel TSP dilakukan selama 45 menit dan sebanyak tiga kali ulangan untuk masing-masing HVAS dalam waktu yang bersamaan. Pengambilan sampel tersebut dilakukan di dalam ruangan tepatnya di bengkel Akademi Kimia Analisis. Pemilihan tempat pengukuran di dalam ruangan bertujuan untuk menghindari perubahan cuaca mendadak seperti pada pengukuran yang dilakukan di luar ruangan dimana dapat mengakibatkan 32

gangguan ketika pengukuran berlangsung. Hasil yang diperoleh dari uji banding alat HVAS rancangan dengan HVAS buatan Amerika dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Hasil uji banding unit HVAS buatan Amerika dan hasil rancangan Jenis HVAS Amerika Rancangan Ulangan 1 2 1 2 3 Besaran Satuan Simbol Tekanan udara mmhg P 741 741 741 741 741 Kelembaban udara % RH 71,40 70,6 73,75 71,40 70,60 Suhu lingkungan K T1 302,1 302,6 301,0 302,1 302,6 T2 302,6 302,9 301,6 302,6 302,9 Durasi pengujian menit t 45 45 45 45 45 Laju alir terukur m3/min Q1 1,176 1,120 0,497 0,541 0,500 Q2 1,176 1,120 0,536 0,491 0,486 Laju alir Qs1 1,153 1,097 0,488 0,530 0,490 m3/min terkoreksi Qs2 1,152 1,097 0,526 0,482 0,476 Volume udara m3 V 51,877 49,374 22,815 22,763 21,750 Bobot filter kosong gram M1 4,9415 4,9881 0,5252 0,4994 0,5072 Bobot filter setelah pengujian gram M2 4,9561 4,9972 0,5287 0,5033 0,5093 Bobot TSP gram M2-M1 0,0146 0,0091 0,0035 0,0039 0,0021 Konsentrasi TSP µg/nm3 C 281,435 184,307 153,409 171,332 96,551 Rata-rata C µg/nm3 C rata-rata 232,871 140,431 Rasio konsentrasi TSP hasil HVAS rancangan dengan HVAS buatan 60,30 Amerika (%) Berdasarkan Tabel 12, perbedaan laju alir antara HVAS buatan Amerika dengan HVAS hasil rancangan masih tinggi. Untuk HVAS buatan Amerika, laju alir udara ketika beroperasi yaitu berkisar antara 1,120-1,176 m 3 /menit, sedangkan untuk HVAS hasil rancangan, laju alir udara ketika beroperasi yaitu berkisar antara 0,476-0,541 m 3 /menit. Jika dibandingkan, konsentrasi TSP yang terukur oleh HVAS hasil rancangan sudah cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari rasio konsentrasi TSP HVAS rancangan terhadap HVAS buatan Amerika yaitu sebesar 60,30%. Namun, laju alir yang dihasilkan oleh HVAS hasil rancangan masih belum memenuhi kriteria sebagai HVAS. Semakin besar laju alir yang dihasilkan oleh pompa vakum, maka semakin besar ukuran partikel yang dapat terbawa oleh 33

udara yang terhisap. Dengan laju alir berkisar antara 1,13-1,70 m 3 /menit, partikel yang dapat terbawa yaitu berukuran hingga 100 µm. Karena laju alir pada HVAS hasil rancangan masih setengah dari laju alir standar, maka ukuran partikel yang terhisap pun hanya berupa partikel ringan sehingga bobot partikel yang terjerap pun lebih ringan daripada HVAS buatan Amerika. Gambar 16 menunjukkan banyaknya TSP yang tersaring pada filter setelah 45 menit pengoperasian alat HVAS buatan Amerika dan hasil rancangan. Gambar 16. Banyaknya TSP tersaring pada filter oleh HVAS buatan Amerika (kiri) dan HVAS hasil rancangan (kanan) Adapun satuan untuk konsentrasi TSP di udara yaitu µg/nm 3 atau dibaca sebagai mikrogram per normal meter kubik. Notasi N menunjukkan satuan volume hisap udara kering dikoreksi pada kondisi normal yaitu pada suhu 25 o C dan tekanan sebesar 760 mmhg (SNI 19-7119.3-2005). Secara keseluruhan, HVAS hasil rancangan memiliki beberapa keunggulan, yaitu mudah dibawa dan dipindahkan karena ukurannya yang tidak terlalu besar. Namun, HVAS hasil rancangan masih belum dapat dikatakan sebagai HVAS karena laju alir udara pada saat alat beroperasi belum sesuai dengan standar SNI untuk pengujian partikel tersuspensi total. 4.4.2. Uji Kebisingan Menurut Wilson (1989), kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki termasuk bunyi yang tidak beraturan dan bunyi yang dikeluarkan oleh transportasi dan industri sehingga mengganggu dan membahayakan kesehatan. Salah satu pokok permasalahan pada pengoperasian alat HVAS adalah 34

kebisingan yang diakibatkan oleh alat tersebut. Kebisingan dapat mengakibatkan ketidaknyamanan operator pada saat pengambilan sampel berlangsung dan dapat juga mengganggu kegiatan di sekitar titik pengambilan sampel. Oleh karena itu, tingkat kebisingan alat yang dirancang perlu dijadikan bahan pertimbangan dalam menentukan seberapa layak alat tersebut untuk digunakan. Pengujian tingkat kebisingan alat hasil rancangan dengan vakum berdaya 1000 Watt dilakukan di ruangan terbuka dengan jarak 5 meter dari sumber suara. Gambar 17 menunjukkan besarnya tingkat kebisingan yang diakibatkan oleh alat tersebut ketika beroperasi terhadap jarak sumber dengan pendengar. 80 75 Tingkat Kebisingan Unit HVAS Rancangan Tingkat kebisingan (db) 70 65 60 55 50 45 40 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100 Jarak dari sumber (meter) Gambar 17. Grafik tingkat kebisingan HVAS-V2 hasil rancangan Berdasarkan grafik di atas, HVAS-V2 menghasilkan bunyi yang sangat bising terutama pada jarak yang sangat dekat dengan sumber. Pada jarak terdekat dengan sumber (5 meter), intensitas bunyi yang terukur yaitu sebesar 75,54 db. Mengacu pada KepmenLH No. 48 tahun 1996 tentang baku tingkat kebisingan, setiap kawasan memiliki baku tingkat kebisingan seperti tertera pada Tabel 4. Tingkat kebisingan yang dihasilkan oleh HVAS hasil rancangan tidak memungkinkan alat tersebut digunakan di dalam ruangan ataupun di kawasan padat penduduk karena selain tidak memenuhi baku mutu, kebisingan yang 35

dihasilkan pun dapat mengganggu aktivitas serta kesehatan objek bunyi. Namun, apabila objek pendengar berada pada jarak aman dengan lokasi titik pengambilan sampel, seperti pada jarak 50 m dimana bunyi yang didengar sebesar 55,54 db, maka alat tersebut masih dapat untuk digunakan di beberapa kawasan terbuka. 36