MLCI tahun 2011: menghadapi tantangan dekade kedua abad 21

dokumen-dokumen yang mirip
INDONESIA MOST LIVEABLE CITY INDEX 2011

Most Livable City Index, Tantangan Menuju Kota Layak Huni

PENYUNTING : Ir. Bernardus Djonoputro Ir. Irwan Prasetyo, PhD Ir. Teti Armiati Argo, PhD Ir. Djoko Muljanto Dhani Muttaqin, ST

Indonesia Livable City Index 2014

BAB I PENDAHULUAN. atau daerah (Timmer, 2005). Kota layak huni merupakan kota dengan kondisi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Menjawab Kemendesakan dan Masa Depan Kota. Rujak Center for Urban Studies

Instrumen Perhitungan Dampak Sosial Ekonomi dan Lingkungan Akibat Konversi Lahan

1. Tujuan kontak dengan ULPK BPOM yang sering dilakukan sebagian besar. 1. Penyelenggaraan Evaluasi Kepuasan Konsumen

i. Mengetahui awareness masyarakat terhadap layanan ULPK BPOM; ii. Mengetahui sumber informasi Contact Center HALO BPOM ;

Menakar Kinerja Kota Kota DiIndonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ruang Kota dan Perkembangannya

BAB I PENDAHULUAN. kompleksitas seluruh permasalahan perkotaan. Permasalahan kota yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL

Kebijakan, Strategi dan Program Keterpaduan Penanganan Kumuh Perkotaan

SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL

SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL

BAB 1 PENDAHULUAN. Governance) menjadi berhubungan satu dengan yang lainnya. Tujuan reformasi

SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL

Rusunawa Buruh di Kawasan Industri Mangkang Semarang

KAJIAN KONDISI LAYAK HUNI KOTA BALIKPAPAN BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT. Padma Sekar Annisa

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan kota baik dari skala mikro maupun makro (Dwihatmojo)

INDEKS PERSEPSI KORUPSI INDONESIA 2017Survei Di Antara Pelaku Usaha. Survei di antara Pelaku Usaha 12 Kota di Indonesia

SURVEI KONSUMEN. Indeks Keyakinan Konsumen

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL

SURVEY HARGA PROPERTI RESIDENSIAL RESIDENTIAL PROPERTY PRICE SURVEY

Profil Responden Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags

Jakarta, 7 Februari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Kementerian PPN/BAPPENAS

SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk yang hidup dan tinggal di daerah kota tersebut. Penduduk yang

EFISIENSI PENGGUNAAN SUMBER DAYA PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO TAHUN VISI : Menuju Sidoarjo Sejahtera, Mandiri, dan Berkeadilan

Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global

KONSUMEN. Indeks Keyakinan Konsumen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial diketahui tidak dapat hidup sendiri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

Indeks Harga Konsumen di 66 Kota (2007=100),

18 Desember STRATEGI PEMBANGUNAN METROPOLITAN Sebagai Pusat Kegiatan Global yang Berkelanjutan

Rilis PUPR #1 7 November 2017 SP.BIRKOM/XI/2017/544. Komitmen 27 Kepala Daerah Membangun Kota Dengan Perencanaan dan Penganggaran yang Transparan

SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. jasa, dagang ataupun industri. Hal tersebut ditunjukkan dengan banyaknya

BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan menjelaskan kerangka awal dan tahapan pelaporan pelaksanaan penelitian untuk memberikan gambaran mengenai apa dan

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, jasa, dan industri. Penggunaan lahan di kota terdiri atas lahan

Hasil Evaluasi Pelayanan Publik Tahun Jakarta 24 Januari 2018

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan diuraikan beberapa hal antara lain latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan metode penelitian.

Masa Depan Kota Dunia Akan Dibahas Jakarta

Berapa Burukkah Kualitas Lingkungan Hidup Kita?

Bab V. Visi Misi, Tujuan dan Sasaran RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA MAKASSAR TAHUN Visi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DAYA DUKUNG LINGKUNGAN UNTUK PENATAAN RUANG

SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL

RUMAH SUSUN PEKERJA PABRIK DI KAWASAN INDUSTRI PRINGAPUS

Gambar 5.30 Peta Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai Gambar 5.31 Peta rencana Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai...

BAB IV VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Mei Divisi Statistik Sektor Riil 1. Metodologi PESIMIS OPTIMIS

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENYEMPURNAAN RANCANGAN RTR KAWASAN STRATEGIS PANTURA JAKARTA

Perilaku Pergerakan Masyarakat Perkotaan Dalam Proses Urbanisasi Wilayah di Kabupaten Tegal TUGAS AKHIR. Oleh: TITI RATA L2D

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Sisi Permintaan. Sisi Penawaran

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH

SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

DRAFT NASKAH MASUKAN RUU KOTA OLEH RUJAK CENTER FOR URBAN STUDIES SEPTEMBER, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENYAMPAIAN LAPORAN HASIL SOSIALISASI SIWAS DARI PENGADILAN TINGGI ( PER TANGGAL 31 JANUARI 2017 JAM 16:00 WIB FIX)

PERANAN DAN TANTANGAN AKLI DALAM MENDORONG PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN RENEWABLE ENERGI DI NUSA TENGGARA TIMUR

SURVEI KONSUMEN. Optimis. Pesimis. Kenaikan Harga BBM

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian POKOK-POKOK MASTER PLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI) TAHUN

INDIKATOR KINERJA UTAMA PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN

DAFTAR ISI. Abstrak... Prakata... Daftar Isi... Daftar Gambar... Daftar Tabel... Daftar Lampiran... Daftar Pustaka...

Wisnumurti. Pusat Pengembangan Relevansi Pendidikan LP3

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. mengembangkan otonomi daerah kepada pemerintah daerah.

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Survei Harga Konsumen, 2014

A. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) 1) B. Indeks Ekspektasi Harga 1) - Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) - Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)

HASIL SURVEI Evaluasi Kinerja Fauzi Bowo- Prijanto. Dukuh Patra V no 48 Patra Residensial Jakarta Selatan CP : Rico Marbun MSc ( )

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sosial dan budaya dengan sendirinya juga mempunyai warna

ANALISIS PERKEMBANGAN KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH. (Studi Kasus Kabupaten Klaten Tahun Anggaran )

LIST PENGADILAN TINGGI YANG SUDAH KIRIM SOSIALISASI ( PER TANGGAL 31 JANUARI 2017 JAM 14:10)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENYAMPAIAN LAPORAN HASIL SOSIALISASI SIWAS DARI PENGADILAN TINGGI ( PER TANGGAL 1 FEBRUARI 2017)

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN FRANSISCA RENI W / L2B

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Studi Peran & Efektifitas RTH Publik di Kota Karanganyar Isnaeny Adhi Nurmasari I BAB I PENDAHULUAN

SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Forum SKPD. Musrenbang Kelurahan Telah dilaksanakan pada bulan Januari Musrenbang Kecamatan Telah dilaksanakan pada bulan Februari 2017

Transkripsi:

Memasuk dekade kedua abad 21, kota-kota indonesia mengalami berbagai persoalan yang berujung pada menurunnya kualitas lingkungan perkotaan. Permasalahan lingkungan, sosial, kependudukan, infrastruktur, lapangan kerja, dan lain sebagainya merupakan isu perkotaan yang seringkali bermunculan di ruang publik, baik dalam bentuk media ataupun diseminasi publik. Selain-selain persoalan yang bersifat fisik, kota-kota indonesia juga menghadapai persoalan tata kelola manajemen perkotaan yang tidak efisien. Banyak kota mengalami permasalahan tidak memadainya kualitas tata kelola kawasan perkotaaan yang disebabkan oleh minimnya kapasitas kelembagaan dan SDM pengelola kota di indonesia. Dalam rangka turut mewujudkan kondisi kawasan perkotaan yang nyaman. Ikatan ahli perencanaan sebagai organisasi profesi di bidang perencanaan wilayah dan kota melaksanakan survey Most Livable City Index (MLCI) yang telah diselenggarakan pada tahun 2009 dan 2011. Indeks ini merupakan Snapshot yang Simple dan Aktual mengenai persepsi warga kota yang menunjukan tingkat kenyamanan sebuah kota berdasarkan persepsi warga yang hidup sehari-hari di kota tersebut. Data diperoleh melalui survey primer yang dilakukan kepada masing-masing warga kota. Survey Yang telah dilaksanakan selama dua tahun terakhir baru terbatas kepada ibukota dari 15 provinsi di indonesia. Ke depan, IAP memiliki keinginan besar untuk menambah jumlah kota yang disurvey, yang mencakup beberapa kota menengah. Hal ini dimaksudkan untuk memotret lebih luas dari karakteristik kota indonesia. MLCI tahun 2011: menghadapi tantangan dekade kedua abad 21 Pembahasan mengenai peningkatan kualitas kawasan perkotaan sangatlah relevan dewasa ini, karena sejak tahun 2008, jumlah penduduk perkotaan secara global sudah lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk di kawasan pedesaan. Dekade kedua abad 21 merupakan awal dari sebuah abad baru, abad perkotaan. Dekade kedua dari abad 21 juga merupakan tonggak 1 dekade pelaksanaan desentralisasi mulai dilaksanakan secara

penuh di indonesia melalui efektifnya UU 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Dilaksanakannya desenaliasi secara langsung maupun tidak langsung mengubah tata kelola pembangunan kota yang awalanya top down, sentralistik, growth oriented akhirnya bertransformasi menjadi, people minded, transparan, demokratis dan consenssus oriented. Trend positif pembangunan kota ini diharapkan pada akhirnya berkontribusi besar pada usaha sebuah kota untuk menjadi kompetitif dan layak huni. MLCI tahun 2011 berupaya untuk dapat memotret persepsi warga kota memasuki dekade kedua abad 21 ini. Diharapkan melalui upaya memotret kondisi pembangunan kota, IAP mampu memberikan gambaran permasalahan-permasalahan strategis yang dihadapi masingmasing kota dari kacamata warganya serta mengusulkan rekomendasi dan solusi praktis yang harus dilaksanakan untuk meningkatkan kuaitas hidup perkotaan. Survei persepsi ini dilakukan terhadap 26 indikator yang dikelompokkan kedalam 9 kriteria utama : i. Aspek Tata Ruang (Tata Kota, RTH); ii. Aspek Lingkungan (Kebersihan, Polusi); iii.aspek Transportasi (Jalan, Angkutan); iv. Aspek Fasilitas Kesehatan; v. Aspek Fasilitas Pendidikan; vi. Aspek Infrastruktur Utilitas (Listrik, Air, Telekomunikasi); vii Aspek Ekonomi (Lapangan Kerja, Lokasi Kerja; viii Aspek Keamanan; dan ix. Aspek Sosial (Kebudayaan, Interaksi Warga). Hasil Survei MLCI 2011 Berdasarkan survey yang dilakukan di 15 kota besar, diketahui bahwa nilai rata-rata (mean) indeks kenyamanan kota adalah 54,26. Indeks dengan persepsi tingkat kenyamanan tertinggi di Kota Yogyakarta (66,52) dan Kota Denpasar (63.63). Sedangkan dan persepsi kenyamanan warga yang paling rendah adalah Kota Medan (46,67) dan Kota Pontianak (46.92). Kota kota dengan indeks diatas rata rata adalah : Yogyakarta, Denpasar, Makassar, Menado, Surabaya dan Semarang. Sedangkan kota kota dengan indeks dibawah rata-rata adalah Banjarmasin, Batam, Jayapura, Bandung, Palembang, Palangkaraya, Jakarta, Pontianak dan Medan. Beberapa temuan yang cukup menarik dari MLCI 2011, diantaranya adalah :

1. Ko ta Paling Nyaman Kota dengan persepsi warga paling nyaman adalah Kota Yogyakarta dengan indeks 66,52%. Hampir pada semua kriteria, persepsi warga Kota Yogyakarta selalu diatas 30 %, kecuali untuk kriteria ketersediaan lapangan kerja (29%). Kota lainnya yang dianggap cukup nyaman oleh warganya adalah Kota Denpasar dengan indeks 63.63. Sebagai kota pariwisata, Denpasar dirasakan cukup nyaman oleh warganya kecuali untuk variabel tingkat pencemaran lingkungan, dimana warga kota merasakan adanya pencemaran lingkungan yang cukup tinggi. 2. Kota Paling Tidak Nyaman Kota Medan dan Kota Pontianak memiliki persepsi kenyamanan warga yang rendah hampir pada semua kriteria. Kota Medan dipersepsikan warganya memiliki kondisi tata kota dan kualitas lingkungan yang buruk, kualitas pedestrian yang buruk, perlindungan bangunan bersejarah yang buruk dan tingginya tingkat kriminalitas kota. Kota Pontianak dipersepsikan warganya memiliki tata kota yang buruk, biaya hidup yang tinggi, kesempatan kerja yang rendah, kualitas air bersih yang kurang. Dari aspek fisik dapat dilihat bahwa Kota Pontianak memiliki lahan gambut yang sangat luas, hal ini berdampak pada keterbatasan areal pengembangan kota, limitasi bagi pengembangan infrastruktur dan ketersediaan air bersih. 3. Kriteria Penataan Kota

Untuk Kriteria Penataan Kota, Kota Palangkaraya memiliki angka prosentase tertinggi dipersepsikan oleh warganya memiliki penataan kota yang baik, yaitu sebanyak 60 %. Kota Palangkaraya meskipun masih jauh dari ukuran ideal, namun memiliki kondisi penataan kota yang cukup baik. Akomodasi ruang Kota Palangkaraya terhadap pertumbuhan penduduk dinilai masih memadai. Hal yang sebaliknya terjadi dengan Kota Bandung dan Kota Medan. Kota dengan persepsi terendah untuk aspek tata kota adalah Kota Bandung dimana hanya 3 % responden warga Kota Bandung dan 5% warga Kota Medan yang menganggap kualitas penataan kotanya baik. Angka 3 % ini merupakan angka terendah dari semua kriteria di semua kota, dan itu ada di Kota Bandung. Pada dasarnya, kepentingan umum seperti perasaan keteraturan, kenyamanan dan keamanan dapat terwujud dengan penataan yang terarah, teratur dan berkualitas. Sehingga dengan demikian kriteria penataan kota ini berdampak besar terhadap aspek kehidupan perkotaan lainnya. 4. Aspek Penentu Kenyamanan Kota Dari hasil survey juga diketahui beberapa kriteria yang dianggap oleh warga kota sebagai aspek utama penentu tingkat kenyamanan kota, yaitu : 1. Aspek ekonomi (27,97%) 2. Aspek tata ruang (19,66%) 3. Aspek fasilitas pendidikan (13,29%) 4. Aspek keamanan (11,08%) 5. Aspek kebersihan (10,80%) MLCI 2011 : Masukan dalam Penyusunan Kebijakan dan Program Pembangunan Perkotaan Sesuai harapannya dalam menyusun MLCI, maka IAP berharap indeks ini dapat menjadi salah satu informasi positif bagi para pelaksana pembangunan perkotaan baik di tingkat daerah ataupun Pusat. Pada dasarnya kenyamanan hidup berkota adalah hak setiap warga kota, maka pemerintah kota sebagai pihak yang diberi mandate oleh warga harus berusaha untuk merencanakan, membangun dan mengendalikan kawasan perkotaan demi terciptanya lingkungan perkotaan yang nyaman untuk dihuni. Begitupun pihak warga harus paham, mengerti dan menjalankan kewajiban sebagai warga kota yang baik, tidak sekedar menjadi masyarakat kota saja tetapi benar-benar menjadi warga kota (citizen) yang turut mewujudkan kenyamanan kota. Berdasarkan pemahaman tersebut, maka sudah selayaknya Pemerintah dan masyarakat berpadu dan bekerjasama dalam mewujudkan sebuah kota yang layak huni. Tanpa ada kolaborasi positif antar pihak, maka cita-cita akan sebuah kota yang layak huni tidak pernah akan terwujud dan menjadi jargon abadi Pemerintah tanpa pernah terlaksana.